Anda di halaman 1dari 5

BLOK 14 : HAEMOPETIC, LYMPHOID DISEASE, HAEMOSTASIS & SHOCK

Tugas Rangkuman

Anemia defisiensi Besi

Anemia Kronik Deases

UNTAD

FAHMIL AGUNG

N 101 13 120

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
AGUSTUS 2017
1. Iron deficiency Anemia ?
Jawab :
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi
semakin menurun. Jika cadangan besi menurun maka keadaan ini disebut iron
depleted state atau negative iron balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar
serum feritin, peningkatan absorpsi besi dalam usus serta pengecatan besi dalam
sumsum tulang negatif.

Apabila kekurangan besi berlanjut maka cadangan besi menjadi kosong sama
sekali, penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan
gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi dimana
keadaan ini disebut iron deficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang
dijumpai ialah peningkatan kadar free protophorphyrin atau zinc protophorphyrin
dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun dan TIBC meningkat. Akhir-akhir ini
parameter yang sangat spesifik ialah peningkatan reseptor transferin dalam serum.
Kondisi kekurangan besi yang terus berkepanjangan akan menyebabkan
jumlah besi menurun terus dan eritropoesis akan semakin terganggu sehingga kadar
hemoglobin mulai menurun sehingga timbullah anemia hipokromik mikrositer yang
disebut sebagai anemia defisiensi besi. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada
epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan kelainan pada kuku, epitel
mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya. Perjalanan patogenesis defisiensi besi
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Stadium Patogenesis Defisiensi Besi

Sumber : http://www.ifcc.org/ifccfiles/docs/publications/eJIFCC/vol20/02/eJIFCC-02-01.pdf

http://www.revdesportiva.pt/files/form_cont/Anemia_deficiencia_ferro_Ago_2009.pdf
2. Anemia Chronic deases ?
Jawab :

Tabel : Diagnosis Diferensial Anemia Penyakit Kronis


Anemia Penyakit Anemia Defisiensi Thalasemia Anemia Sideroblastik
Kronik Besi
Derajat Ringan Ringan sampai Ringan Ringan sampai berat
anemia berat
MCV Menurun/N Menurun Menurun Menurun/N
MCH Menurun/N Menurun Menurun Menurun/N
Besi serum Menurun <0 Menurun <30 Normal/ Normal/
TIBC Menurun <300 Meningkat >360 Normal/ Normal/
Saturasi Menurun/N 10-20% Menurun <15% Meningkat >20% Meningkat >20%
transferin
Besi sumsum Positif Negatif Positif kuat Positif dengan ring
tulang sideroblast
Protoporfirin Meningkat Meningkat Normal Normal
eritrosit
Feritin Normal 20-200 µg/l Menurun <20 µg/l Meningkat >50 µg/l Meningkat >50 µg/l
serum
Elektrofoesis N N HbA2 meningkat N
Hb

Etiologi dari ACD adalah multifaktorial dan ditandai oleh aktivitas sel imun dan
respon sitokin inflamasi yang mengurangi produksi eritrosit, mengganggu eritropoiesis,
mengurangi masa hidup eritrosit, dan disregulasi homeostasis besi. Berbeda dengan
anemia defisiensi besi, tanpa inflamasi. ACD biasanya merupakan anemia normokromik
normositik, mikrositik biasanya tidak terlihat, kecuali bersamaan dengan kekurangan zat
besi. Pathogenesis ACD dapat dilihat dari uraian dibawah ini .
a. Pemendekan masa hidup eritrosit
Diduga anemia terjadi merupakan bagian dari sindrom stress hematologic, dimana
terjadi produksi sitokin yang berlebihan karena kerusakan jaringan akibat infeksi,
inflamasi atau kanker. Sitokin tersebut dapat menyebabkan sekuestrasi makrofag
sehingga mangikat lebih banyak zat besi, meningkatkan destruksi eritrosit di limpa,
menekan produksi eritropoetin oleh ginjal, serta menyebakan perangsangan yang
inadekuat pada eritropoesis di sumsum tulang. Pada keadaan lebih lanjut, malnutrisi
dapat menyebabkan penurunan transformasi T4 (tetra iodothyronine) manjadi T3 (tri-
iodothyronine), menyebabkan hipotirod fungsional dimana terjadi penurunan kebutuhan
Hb yang mengangkut O2 sehingga sintesis eritropoetin-pun akhirnya berkurang.
Pengikatan lebih banyak zat besi menyebabkan konsentrasi rendah serum besi,
TIBC rendah atau normal, dan saturasi transferin serta retikulosit redah. Yang terpenting
atau kunci dari ACD adalah akumulasi besi dalam retikuloendotelial makrofag meskipun
mengurangi kada zat besi dalam sirkulasi. Sehingga sedikit zat besi dalam sirkulasi yang
tersedia untuk sintesis hemoglobin. Ada kemungkinan manusia menggunakan meknisme
ini untuk menyerap zat besi sebagai pertahanan dari patogen tertentu yang menyerang.
Namun, pengalihan zat besi dari sirkulasi ke makrofag sangat efektif untuk menyebabkan
defisiensi fungsional besi dan besi terbatas untuk eritropoiesis, akhirnya jika tidak
ditangani menyebabkan anemia. Penting untuk diingat bahwa pada anemia defisiensi
besi, zat besi kosong baik di sirkulasi maupun dan makrofag.
Meskipun sumsum tulang yang normal dapat mengkompensasi pemendakan masa
hidup eritrosit, diperlukan stimulus eritropoetin oleh hipoksia akibat anemia. Pada
penyakit kronik, kompensasi yang terjadi kurang dari yang diharapkan akibat
berkurangnya pelepasan atau menurunya respon terhadap eritropoetin.
b. Peningkatan kadar hepcidin serum
Dalam sebuah penelitian, ditemukan hepcidin yang merupakan hormon regulasi
besi. Inflamasi akibat infeksi, penyakit autoimun, atau kanker yang merangsang sintesis
banyak sitokin seperti interferon-γ, interleukin-1 (IL-1), dan interleukin-6 (IL-6)
menginduksi produksi kelebihan hepcidin. Produksi hepcidin jangka panjang, karena
kemampuannya yang dapat menghambat fungsi ferroportin pada enterosit duodenum dan
makrofag, menyebabkan penyerapan zat besi yang buruk dari usus dan retensi besi
meningkat yang merupakan ciri dari ACD.
Sebuah mekanisme molekuler ditandai dengan inflamasi, sbagai mediator
utamanya disini adalah IL-6/ Jalur Kinase 2 (JAK2)- signal tranducer dan jalur aktivator
transkripsi 3 (STAT3). Ligan mengikat reseptor IL-6 mengaktifkan JAK2, terjadi
fosforilasi transkripsi faktor STAT3. Translokasi STAT3 terfosforilasi ke dalam inti dan
pengikatan STAT3 ke promotor hepsidin menghasilkan peningkatan regulasi ekspresi
gen hepcidin.
c. Penghancuran eritrosit
Beberapa penilitian membuktikan bahwa masa hidup eritrosit memendek pada
sekitar 20-30 % pasien. Defek ini terjadi pada ekstrakorpuskuler, karena bila eritrosit
pasien ditransfusikan ke resipien normal, maka dapat hidup normal. Aktivasi makrofag
oleh sitokin menyebabkan peningkatan daya fagositosis makrofag tersebut dan sebagai
bagian dari filter limpa (compulsive screening), menjadi kurang toleran terhadap
perubahan atau kerusakan minor dari eritrosit.

d. Produksi eritrosit
Gangguan metabolisme zat besi. Kadar besi yang rendah meskipun cadangan besi
cukup menunjukkan adanya gangguan metabolisme zat besi pada penyakit kronik. Hal
ini memberikan konsep bahwa anemia dapat disebabkan oleh penurunan kemampuan Fe
dalam sintesis Hb.

Sumber :
http://www.merckmanuals.com/professional/hematology_and_oncology/anemias_caused_by
_deficient_erythropoiesis/anemia_of_chronic_disease.html
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_204HepsidinPeranannya%20dalam%20Patogenesis
%20dan%20Implikasinya.

Anda mungkin juga menyukai