REFLEKSI KASUS
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING:
dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M.Kes., Sp.KJ
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.W
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 tahun
Alamat : Tolambu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 16 September 2021
Tempat Pemeriksaan : Poli Jiwa RSU Anutapura Palu
I. Deskripsi Umum
Pasien perempuan berusia 36 tahun datang ke RSU Anutapura pada
tanggal 16 September 2021 dengan keluhan merasa cemas serta takut yang
berlebih sejak 3 minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan sakit pada
bagian perut ketika mengalami kecemasan. Pasien merasa sedih serta takut
akan penyakit yang di derita nya. Awal mula pasien mengalami cemas
ketika mendengarkan kabar duka dari keluarga pasien dan sejak saat itu
pasien mengalami keluhan berupa cemas serta takut hal serupa akan terjadi
kepada pasien. Pasien juga merasakan jantung nya berdebar-debar ketika
mendengarkan kabar buruk. Pasien mengeluhkan bahwa dirinya sulit untuk
tertidur dimalam hari. Berdasarkan autoanamnesis pasien kadang merasa
kesal jika anak-anaknya tidak mau mendengar perkataan pasien.
III. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Sikap pasien selama wawancara dilakukan kooperatif dan dengan
cepat menjawab pertanyaan yang diberikan, sehingga didapatkan hasil
wawancara sesuai yang diharapkan.
b. Pengalaman Buruk
Tidak ada
IV. Analisis
1. Gangguan Ansietas
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak
nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa
malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam
tersebut terjadi.1
Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi
gambaran penting tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons
perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan
kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti
panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau
kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat
dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa
khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan.1
Menurut DSM-IV-TR, gangguan-gangguan yang digolongkan
kedalam gangguan kecemasan adalah gangguan panik tanpa
agoraphobia, gangguan panik dengan agoraphobia, agoraphobia tanpa
riwayat gangguan panik, fobia spesifik, fobia sosial, gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan stress pasca trauma, gangguan stress akut,
gangguan cemas menyeluruh, gangguan ansietas akibat keadaan medis
umum, gangguan ansietas yang dicetuskan zat, dan gangguan ansietas
yang tidak tergolongkan.2
Gangguan Panik (Panic Disorder) adalah satu perasaan serangan
cemas mendadak dan terus menerus disertai perasaan-perasaan akan
datangnya bahaya/bencana, ditandai dengan ketakutan yang hebat
secara tiba-tiba. Gangguan Panik disebut juga Anxietas Paroksismal
Episodik.3
Istilah Agoraphobia berasal dari bahasa Yunani yang artinya “
takut terhadap tempat-tempat belanja (market place). Orang-orang yang
memiliki gangguan agoraphobia takut kerumunan (crowded), tempat-
tempat ramai. Mereka juga takut pada ruang-ruang sempit dan akhirnya
mereka juga takut akan tempat yang luas dan terbuka, khususnya jika
mereka sendirian.4
Fobia spesifik adalah rasa takut yang kuat dan menetap akan suatu
objek atau situasi, sedangkan fobia social adalah adanya rasa takut yang
kuat dan menetap akan situasi yang dapat menimbulkan rasa malu.5
Gangguan obsesif-kompulsif adalah gejala obsesi atau kompulsi
berulang yang cukup berat sehingga menimbulkan penderitaan yang
jelas pada orang yang mengalaminya. Obsesi adalah pikiran, perasaan,
gagasan, atau sensasi yang berulang dan mengganggu. Kompulsi adalah
perilaku yang disadari, standar, dan berulang, seperti menghitung,
memeriksa atau menghindar. Gangguan stress pasca trauma ditegakkan
apabila gejala telah bertahan lebih dari satu bulan setelah peristiwa dan
harus memengaruhi area penting kehidupan secara signifikan. Apabila
gejala lebih dini dari gangguan stress pasca trauma (dalam 4 minggu
setelah trauma) dan membaik dalam 2 hari sampai 4 minggu, maka
diagnosis ditegakkan yaitu gangguan stress akut.5
Gangguan stress pasca trauma merupakan suatu sindrom yang
timbul setelah seseorang melihat, terlibat didalam, atau mendengar
stressor traumatik yang ekstrem. Seseorang bereaksi terhadap
pengalaman tersebut dengan rasa takut dan tidak berdaya, secara
menetap menghidupkan kembali peristiwa tersebut, dan mencoba
menghindari mengingat hal itu.5
Gangguan ansietas menyeluruh adalah ansietas dan kekhawatiran
yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir
sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan. Apabila kecemasan timbul
akibat kondisi medis umum, maka diagnosis ditegakkan sebagai
gangguan ansietas akibat keadaan medis umum, dan apabila kecemasan
timbul akibat efek fisiologis penggunaan zat, maka diagnosis
ditegakkan sebagai gangguan ansietas yang dicetuskan zat. Pasien
dengan gejala gangguan ansietas tetapi tidak memenuhi kriteria
gangguan ansietas yang spesifik maka digolongkan dalam gangguan
ansietas yang tidak tergolongkan.5
2. Gangguan Ansietas YTT
Gangguan ansietas YTT adalah gangguan yang dialami pasien berupa
rasa cemas namun tidak memenuhi kriteria gangguan ansietas yang
spesifik.5 Gejala ansietas memiliki dua komponen: kesadaran akan
sensasi fisiologis (seperti palpitasi dan berkeringat) serta kesadaran
bahwa ia gugup atau ketakutan. Ansietas juga menimbulkan pengaruh
visceral, motoric, mempengaruhi pikiran, persepsi dan pembelajaran.
Ansietas cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi,
tidak hanya persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti
peristiwa. Distorsi ini dapat mengganggu proses pembelajaran dengan
menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan mengganggu
kemampuan menghubungkan satu hal dengan hal lain, yaitu membuat
asosiasi.5
Manifestasi perifer ansietas dapat berupa:5
1. Diare
2. Pusing, kepala terasa ringan
3. Hyperhidrosis
4. Hiperrefleksia
5. Hipertensi
6. Palpitasi
7. Midriasis pupil
8. Gelisah
9. Sinkop
10. Takikardia
11. Kesemutan di ekstremitas
12. Tremor
13. Gangguan perut
14. Frekuensi, hesitansi dan urgensi urin
Pada kasus ini, pasien merasakan keluhan-keluhan yang memenuhi
gejala ansietas, seperti merasa gugup, takikardi, keram, gangguan perut,
pusing, dan penurunan konsentrasi. Dari keluhan yang diceritakan oleh
pasien, kriteria diagnosis yang mendekati adalah diagnosis Gangguan
Cemas Menyeluruh dan Gangguan Panik Tanpa Agoraphobia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Diferiansyah O, Septa T, Lisiswanti R. Gangguan cemas menyeluruh. J
Medula Unila. 2016; 5(2): 63-68. [cited 2021 Apr 6].
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual od
Mental Disorders Text Revisiom: DSM-IV-TR. 4 th Ed. USA: American
Psychiatric Publishing: 1994
3. Yaunin Y. Gangguan panik dengan agoraphobia. Majalah Kedokteran
Andalas, 2012: 2(36): 234-43. [cited 2021 Apr 6].
4. Zanuri MI, Wulandari R. Studi tentang perilaku agoraphobia siswa dan
upaya penanganannya. Jurnal ilmiah bimbingan dan konseling. 2020; 1(2):
83-95. [cited 2021 Apr 6].
5. Kaplan, Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC; 2010
6. Vildayanti H, Puspitasari IM, Sinuraya RK. Farmakoterapi gangguan
ansietas. Farmaka. 2018; 16(1): 196-212. [cited 2021 Apr 6].