Oleh:
Pembimbing
BANJARMASIN
Mei, 2019
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL 1
2. DAFTAR ISI 2
3. BAB 1: PENDAHULUAN 3
6. BAB 4: PEMBAHASAN
26
7. BAB 5: PENUTUP 27
8. DAFTAR PUSTAKA 28
2
BAB 1
PENDAHULUAN
banyak. Gangguan psikotik adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa
kenyataan ( sense of realitiy) hal ini dapat diketahui dengan terganggunya pada
hidup perasaan (mood dan afek), prosis berpikir, psikomotorik dan kemauan,
sedemukian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi.1
organic dan psikotik non organic. Salah satu penyakit gangguan psikotik organic
dengan kehilangan rasa kenyataan ( sense of realitiy) hal ini dapat diketahui
dengan terganggunya pada hidup perasaan (mood dan afek), prosis berpikir,
psikomotorik dan kemauan, sedemukian rupa sehingga semua ini tidak sesuai
3
menderita epilepsi berkisar pada 4,7% dari seluruh pasien epilepsi di Inggris dan
kasusnya. Maka dari itu kami tertarik untuk mengambil kasus ini dan menajadikan
laporan kasus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
banyak. Gangguan psikotik adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa
kenyataan ( sense of realitiy) hal ini dapat diketahui dengan terganggunya pada
hidup perasaan (mood dan afek), prosis berpikir, psikomotorik dan kemauan,
sedemukian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi.
4
Menninger menyebutkan lima sindrom klasik yang menyertai sebagian
Psikosis dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu, psikosis yang
berhubungan dengan sindrom otak organic dan psikosis fungsional. Sindrom otak
organic ialah gangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi otak dapat disebabkan oleh
pembuluh darah otak, tumor otak,dll) atau yang dari luar otak (tifus, endomtritis,
terbatas dan berulang-ulang, dengan atau tanpa pergerakan yang involunter dan
sebabnya bukan karena kelainan seperti gangguan peredaran darah, kadar glukosa
darah rendah, gangguan emosi, pemakaian obat tidur atau keracunan. Setidaknya
ada dua kejang tanpa provokasi atau dua bangkitan refleks yang berselang >24
jam.2
Definisi
5
Psikosis merupakan komplikasi berat dari epilepsi meskipun jarang
psikosis yang sering ditemukan pada pasien epilepsi adalah gambaran paranoid
gejala psikotik pada saat kejang terkontrol dan justru gejala psikotik menghilang
Epidemiologi
menderita epilepsi berkisar pada 4,7% dari seluruh pasien epilepsi di Inggris dan
9,7% dari seluruh pasien epilepsi di Amerika. Kira-kira 30% pasien epilepsi yang
minimal satu kali karena masalah psikiatri. Dan 18% pasien epilepsi sedang
menggunakan paling tidak satu jenis obat psikotropika. Kira-kira 60% pasien
kejang parsial mengalami fenomena aura, 15% pasien mengalami disforia. Rasa
takut yang meningkat menjadi panik juga sering terjadi, kira-kira 20% dari pasien
epilepsi fokal mengalami gangguan afek iktal berupa rasa takut, cemas, dan
temporal kanan.2
pengangkatan fokus epileptikum, psikosis terjadi pada 7%-8% pasien bahkan jauh
setelah gejala kejangnya sendiri berhenti. Hal ini mengindikasikan proporsi 2-3
6
kali lipat munculnya gangguan psikotik pada pasien epilepsi dibandingkan dengan
temporomediobasal.2
Klasifikasi
1. Iktal
a. Iktal dengan gejala psikis
b. Status non konvulsif kehang parsial simpleks (tipe sensorik, psikis,
aktivitas kejang.
3. Interiktal
a. Psikosis skizofreniform
b. Gangguan kepribadian
c. Sindrom Gestaut - Geschwind
Psikotik interiktal sangat mirip dengan gangguan skizofrenia yang dengan
7
Faktor Predisposisi
Penyebab atau elemen dari lingkungan ini dapat berupa proteksi berlebihan dari
pembatasan, dan pandangan bias dapat secara bermakna menekan rasa percaya
diri dan membatasi pasien dalam bidang akademik, pekerjaan, dan kegiatan sosial.
Gangguan emosional seperti keadaan frustasi, tegang, cemas, takut, eksitasi yang
epilepsi. Keadaan ini sering dijumpai pada pasien epilepsi remaja atau dewasa
muda.2
Gambaran klinis
1. Psikosis iktal
Terjadi selama bangkitan epileptik atau status epileptikus, dan
nampak2,3 :
8
Iritabilitas
Keagresifan
Otomatisme
Mutisme
paranoid, tidak berhubungan dengan kejadian masa iktal dan tidak dengan
penderita epilepsi dan mulai dari usia 30 tahun. Gejala yang timbul : 2,3
Waham kejar dan keagamaan (onset yang tersembunyi)
Halusinasi audiotorik
Gangguan moral dan etika
Kurang inisiatif
Pemikiran yang tidak terorganisasi dengan baik
Perilaku agresif
Ide bunuh diri
Durasinya selama beberapa minggu dan dapat berakhir setelah lebih dari 3
9
Hampir 25% dari kasus psikosis pada penderita epilepsi post-iktal,
Diagnosis
atau non psikotik. Lalu juga ditanyakan riwayat gangguan sebelumnya apakah
sudah pernah mengalami ini atau belum pernah. Riwayat penyakit medis lain juga
tipikal dari psikosis post iktal. Biasanya pasien mengalami kejang paling sering
10
positif, dengan delusi menonjol pasien mungkin agresif. Gejala-gejalanya
pengobatan psikotropika. 4
pemeriksaan tanda vital. Status neurologic harus diperiksa juga terdapat riwayat
11
Tatalaksana
adalah4
12
Obat anti epilepsi (OAE) bekerja melawan bangkitan melalui berbagai
otak. Mekanisme kerja OAE dapat dikategorikan dalam empat kelompok utama :
(2) peningkatan inhibisi GABA melalui efek pada reseptor GABA-A, transporter
pelepasan sinaptik seperti SV2A dan α2δ; dan (4) inhibisi sinap eksitasi melalui
golongan obat anti psikosis tipikal. Mekanusme kerja obat anti psikosis tipikal
Selain itu dapat diberikan obat anti psikosis atipikal yaitu olanzapine, risperidone,
Terapi lainnya :
1. Operasi
Tidak disarankan, dikarenakan tidak bermanfaat bagi pasien.
I. IDENTITAS PASIEN
13
Nama : Tn. J
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Pria
Alamat : Kalayan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Cerai hidup
Berobat Tanggal : 27 Mei 2019
terawat. Pasien tidak bisa diajak bicara, jika pun dijawab tetap tidak jelas
dan sulit untuk dipahami. Pasien lalu di fiksasi karena tidak bisa tenang
dan tidak kooperatif. Saat ditanya mengenai perasaan yang pasien rasakan,
pasien mengaku akhir-akhir ini marah tetapi saat ditanya lebih lanjut
selama di IGD.
Heteroanamnesis (dengan ibu pasien)
Pasien dibawa oleh ibu pasien ke IGD RSJ Sambang Lihum
14
Pasien mulai mengamuk sejak subuh hingga akhirnya pada pukul 08.00
diikat oleh warga dan dibawa ke IGD RSJ Sambang Lihum. Menurut ibu
pasien, pasien sudah tidak makan sejak 6 hari yang lalu dan mulai sering
berbicara sendiri tetapi tidak jelas apa yang dibicarakan. Selain itu pasien
terlihat sulit untuk tidur dan sering marah-marah tanpa sebab. Sebelum
dengan bukan masa panen sehingga pasien tidak bisa bekerja akhir-akhir
ini
- Faktor stressor psikososial
Pasien cerai dengan istri sejak 4 tahun yang lalu dan istri pasien membawa
anak pasien untuk tinggal di Jawa, sehingga pasien tidak bisa bertemu
sebelumnya
Tidak ada
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami keluhan seperti ini atau
15
keluarga pasien, pasien kejang setidaknya 1x dalam 1 bulan. Dalam 3
teman-temannya.
3. Masa kanak-kanak akhir
- Hubungan sosial: pasien mengaku memiliki banyak teman.
- Riwayat sekolah: pasien hanya sekolah sampai SD, lalu putus
pasien bekerja
5. Riwayat agama
Pasien beragama islam. Pasien mengatakan rajin sholat lima waktu.
6. Riwayat Psikoseksual
Normal menurut pengakuan keluarga
7. Aktivitas sosial
Pasien dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan baik.
8. Riwayat hukum
Tidak ada
9. Riwayat penggunaan waktu luang
Beristirahat
E. Riwayat keluarga
Pasien diasuh oleh orang tua (ibu) dan kakak-kakaknya. Pasien
merupakan anak bungsu. Ayah pasien sudah meninggal dunia sejak pasien
berumur 6 tahun.
F. Situasi sosial sekarang
16
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan tetangga disekitar
dalam dengan keadaan diikat, perawatan diri kurang baik, warna kulit
sawo matang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif (pasien tidur)
3. Sikap pasien terhadap pemeriksa
Tidak kooperatif
B. Keadaan afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi) serta
empati :
1. Mood : hipothym
2. Afek : sempit
3. Keserasian : serasi
C. Gangguan persepsi
Halusinasi auditorik (+) , untuk lebih rincinya pasien tidak mau
menjelaskan
D. Pembicaran
Kurang jelas, susah dipahami, tidak relevan
E. Pikiran :
1. Proses pikir :
a. Bentuk pikiran : sde
b. Arus pikiran : inkoheren
2. Isi pikiran : sde
F. Sensorium dan kognitif
1. Kesadaran : Delirium
2. Orientasi : waktu, tempat, dan orang normal : sde
3. Daya ingat : Pasien dapat mengingat jangka segera, pendek, menengah
17
7. Kemampuan visuospasial : sde
8. Pikiran abstrak : sde
9. Kapasitas intelegensia : sde
10. Bakat kreatif : sde
11. Kemampuan menolong diri : Tidak bisa
G. Kemampuan mengendalikan impuls :
Pasien tidak mengendalikan dorongan kemarahan
H. Tilikan
1
I. Taraf dapat dipercaya
Pasien tidak dapat dipercaya
B. Status Neurologis
Sde (pasien masih gaduh gelisah)
V. DIAGNOSTIK MULTIAKSIAL
1. Diagnosis Aksis I :
F.068 (Gangguan mental lain YDT akibat kerusakan dan disfungsi otak
nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang. Maka pada aksis V
18
Aksis I : F.068 Gangguan mental lain YDT akibat kerusakan dan
disfungsi otak
Aksis II : None
Aksis III : Epilepsi
Aksis IV : None
Aksis V : GAF scale 30-21
VII. PROGNOSIS
Dubia ad malam
VIII. TERAPI
- Fiksasi (kp)
19
BAB 4
PEMBAHASAN
bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment / disability) di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu
adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu
masyarakat.
1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa sindrom atau pola perilaku
psikologik
rasa tidak nyaman, rasa tidak tentram, rasa terganggu dan lain-lain
sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan
psikotik. Pada gangguan jiwa psikotik juga ditemukan adanya hendaya / disfungsi
pada kemampuan menilai realita, fungsi mental dan fungsi kehidupan sehari-hari.
20
Gangguan psikotik dibagi menjadi 2, yaitu gangguan psikotik organik dan
suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality) hal ini
dapat diketahui dengan terganggunya pada hidup perasaan (mood dan afek),
prosis berpikir, psikomotorik dan kemauan, sedemukian rupa sehingga semua ini
tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Gangguan psikotik organik ada gangguan
mental organik serta gangguan mental & perilaku akibat penggunaan zat
Menurut hasil dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, pasien ini
merupakan pasien dengan gangguan jiwa psikotik. Gejala psikotik yang khas pada
pasien ini adalah pasien gaduh gelisah, mendengar adanya bisikan-bisikan, sering
lingkungan sekitar. Gangguan psikotik ini baru muncul sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Gangguan yang dialami pasien juga membuat pasien memiliki
penyakit ayan atau epilepsi sekitar 3 tahun yang lalu dan sempat dirawat dirumah
sakit selama 1 bulan. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien dulunya
kejang kurang lebih 1 kali dalam 1 bulan. Keluarga mengatakan bahwa pasien
sudah bebas kejang selama 3 tahun terakhir tetapi pada hari perawatan kedua (28
Mei 2019) sekitar jam 7 pagi pasien kejang dengan durasi kurang lebih 15 menit.
21
dikarenakan riwayat penyakit medis terdahulu pasien dan juga kejang yang terjadi
saat ini.
Dari penelitian yang dilakukan oleh chenz et al, didapatkan hasil terdapat
risiko kecil dari gejala psikosis yang disebabkan dari penggunaan obat anti
1. Topiramate 0,8%
2. Vigabatrin 2,5%
3. Zonisamide 1,9-2,3%
4. Levetiracetam 0,3-0,7 %
5. Gabapentin 0,5 %
22
BAB 5
PENUTUP
banyak. Gangguan psikotik adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa
kenyataan ( sense of realitiy) hal ini dapat diketahui dengan terganggunya pada
hidup perasaan (mood dan afek), proses berpikir, psikomotorik dan kemauan,
sedemukian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. 1
Gangguan psikotik dapat dibedakan menjadi dua yaitu gangguan psikotik organic
dan psikotik non organic. Salah satu penyakit gangguan psikotik organic adalah
mengancam jiwa pasien jika penanganan yang diberikan tidak sesuai dengan
kondisi pasien. Penanganan pennyakit ini juga harus dari penyebab munculnya
23
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. FK UI. Jakarta.
2013.
Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT.
24