Oleh :
NIM 1830912320126
Pembimbing :
BANJARMASIN
Agustus, 2021
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
buruk dan masuk 10 penyebab kematian teratas di dunia serta penyebab utama
ini biasanya mempengaruhi paru (TB paru) tetapi juga dapat mempengaruhi
M.tuberculosis.1
Diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun adalah 5 - 6% dari total kasus
TB. Pada tahun 1989, WHO memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 1,3 juta
kasus baru TB anak dan 450.000 anak usia < 15 tahun meninggal dunia karena
TB.2 Di Asia tenggara, selama 10 tahun, diperkirakan bahwa jumlah jumlah kasus
baru adalah 35,1 juta, 8% diantaranya (2,8 juta) disertai infeksi HIV. Menurut
WHO (1994), Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam jumlah kasus baru TB
(0,4 juta kasus baru), setelah India (2,1 juta kasus) dan Cina (1,1 juta kasus).
Sebanyak 10% dari seluruh kasus terjadi pada anak berusia < 15 tahun.3
Skrining dan profilaksis TB pada bayi yang lahir dari ibu dengan TB aktif
pada balita. Di negara yang endemis TB, bayi dan anak-anak termasuk kelompok
usia paling rentan terinfeksi TB. Perkiraan jumlah kematian akibat TB pada balita
mencapai hampir 200.000 kasus per tahun di seluruh dunia, dengan sekitar 80%
1
2
ibu yang menderita TB perlu dilakukan. Hal ini tertuang dalam kebijakan tentang
profilaksis TB pada balita yang kontak erat dengan penderita TB yang mulai
Sementara itu, terdapat 3,3 juta wanita yang menderita TB setiap tahun dan
bayi yang kontak dengan ibu yang mengalami penyakit TB aktif. Pemahaman
tentang pelaksanaan skrining dan profilaksis TB terhadap bayi dengan ibu atau
kontak lain yang menderita penyakit TB aktif merupakan salah satu kompetensi
TINJAUAN PUSTAKA
A. TB pada Anak
Tuberkulosis menjadi beban karena menyumbang lebih dari 10 juta kasus baru
per tahun, di mana kurang dari dua pertiganya dilaporkan, sehingga tuberkulosis
(TB) terus menjadi ancaman kesehatan global. (WHO) Tuberkulosis juga masih
mortalitas dan tingginya biaya kesehatan. Setiap tahun diperkirakan 9 juta kasus
TB baru dan 2 juta di antaranya meninggal. Dari 9 juta kasus baru TB di seluruh
dunia, 1 juta adalah anak usia <15 tahun. Dari seluruh kasus anak dengan TB,
Dilaporkan dari berbagai negara presentase semua kasus TB pada anak berkisar
31
4
Tercatat angka kejadian TB anak di Indonesia pada 2010 adalah 9,4% dan
berangsur turun tiap tahun nya hingga tahun 2014 sebanyak 7,16%. Namun pada
tahun 2015 kembali meningkat menjadi 9%. Angka kejadian berbeda di tiap
oleh Mycobacterium avium). Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi bila dalam cairan akan mati pada
suhu 60°C dalam waktu 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel
epiteloid dan tuberkel. Kuman ini berbentuk batang, sifat khusus tahan terhadap
asam pada pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan
kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini
bersama-sama dengan zat asam lain dari kuman akan menyebabkan kuman
menjadi tahan asam. Polisakarida dari kuman bersifat sebagai hapten yang
1. Batuk orang dewasa : Saat orang dewasa batuk atau bersin, sejumlah tetesan
paru, maka tetesan tersebut mengandung kuman. Jika disekitar orang tersebut
terdapat orang dewasa atau anak-anak yang pada saat itu kekebalan tubuhnya
2. Makanan atau susu : Anak- anak bisa terinfeksi tuberkulosis dari susu atau
makanan, dan infeksi bisa terjadi mulai pada mulut atau usus. Susu dapat
mengandung tuberkulosis dari sapi (bovine TB), bila sapi di daerah tersebut
menderita tuberkulosis dan susu tidak direbus sebelum diminum. Bila hal ini
terjadi, infeksi primer terjadi pada usus, atau terkadang pada amandel.
3. Melalui kulit : Kulit yang utuh ternyata tahan terhadap tuberkulosis yang jatuh
tuberkulosis dapat masuk dan menyebabkan infeksi yang serupa dengan yang
4. Keturunan dari ibu : Apabila seorang ibu yang sedang hamil menderita
penyebaran Tuberkulosis. Lingkungan yang tidak sehat, gelap dan lembab akan
6
diketahui basil tuberkulosis merupakan BTA (Basil Tahan Asam) yang dapat
berkembangbiak apabila ada di ruangan yang gelap dan lembab, akan mati jika
ketersediaan pangan yang kaya zat gizi. Pada faktor pelayanan kesehatan, apabila
secara optimal maka laju peningkatan penyakit tuberkulosis primer dapat ditekan
seminimal mungkin. Hal ini tidak lepas pula dari peran pemerintah dan
masyarakat dalam menanggapi segala macam penyakit agar tidak terjadi angka
Penularan tuberkulosis primer terjadi karena batuk atau percikan ludah yang
terhirup oleh anak yang pada saat itu sistem imunitas dalam tubuhnya menurun
paru sehingga menyebabkan kelainan paru. Basil ini bila menetap di jaringan
paru, ia akan tumbuh dan berkembangbiak dalam sitoplasma makrofag. Basil juga
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lain yang nantinya bisa menyebabkan
Bersamaan dengan itu, sebagian kuman akan dibawa melalui cairan getah
bening ke kelenjar getah bening yang terdekat disamping bronkus. Dari kedua
tempat tersebut, kuman akan menimbulkan reaksi tubuh, dan sel-sel kekebalan
tubuh akan berkumpul. Dalam waktu 4 hingga 8 minggu akan muncul daerah
7
kecil di tengah-tengah proses tersebut dimana terdapat jaringan tubuh yang mati
Perubahan-perubahan yang terjadi pada paru dan kelenjar getah bening ini dikenal
selama 1-2 jam pada suasana lembab dan gelap, sebaliknya akan mati jika terkena
sinar matahari. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat umum juga spesifik. Keluhan
umum diantaranya demam lama tanpa diketahui penyebabnya, berat badan yang
tidak betambah, anoreksia, lemah, dan sebagainya. Gejala khusus yang dapat
ditemukan bergantung pada organ yang terlibat, seperti gibbus ataupun plikten
pada konjungtiva. 12
8
Demam pada kasus TB merupakan gejala sistemik yang sering terjadi (sekitar
60-90% kasus). Demam tidak terlalu tinggi, fluktuatif dan berlangsung cukup
lama. Anak yang demam lama dan tidak tinggi dicurigai sebagai gejala TB dan
perlu disingkirkan penyebab demam yang lain. Penurunan berat badan perlu
dicurigai sebagai gejala TB apabila telah diberikan tatalaksana gizi tetap belum
ada perbaikan. Gejala umum tersebut tidak khas pada TB karena dapat terjadi
pada infeksi lain. Keluhan batuk yang menjadi gejala utama TB dewasa, bukan
gejala yang menonjol pada TB anak. Hal ini dikarenakan pada TB anak prosesnya
diketahui batuk akan timbul apabila terdapat rangsangan pada reseptor batuk.
Karena gejala TB anak kurang khas, seringkali gejala TB anak kurang mendapat
perhatian dari orang tua, sehingga pasien datang ke fasilitas kesehatan sudah
bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh, demam tanpa
sebab jelas terutama jika berlanjut sampai 2 minggu, mungkin didapatkan batuk
kronik >2 minggu dengan atau tanpa wheeze namun tidak selalu harus ada, lemas
Terdapat gejala spesifik yang terkait dengan organ. Pada TB ekstraparu dapat
ditemukan : 9
9
meningitis TB dan ada lesi desak ruang pada tuberkuloma yang dapat
- TB kulit : dapat ditemukan ulkus disertai jembatan kulit antar tepi ulkus (skin
bridge)
menegakkan diagnosis tuberculosis. Pada anak dibawah umur 5 tahun dengan uji
Beberapa cara untuk melakukan uji tuberkulin yaitu cara mono dengan salep,
goresan disebut patch test cara von pirquet, cara mantoux dengan menyuntikan
Heat and Tine. Uji kulit Mantoux adalah injeksi intradermal 0.1 mL yang
yang distabilkan dengan Tween 80.9 Sampai sekarang cara Mantoux masih
10
dianggap sebagai cara yang paling baik karena jumlah tuberkulin yang
Reaksi lokal yang terdapat pada uji Mantoux termasuk eritema dikarenakan
vasodilatasi perifer, edema karena reaksi antara antigen yang dimasukkan dengan
antibodi dan indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus. Pembacaan uji
Mycobacterium tuberculosis.
Arti klinis adalah kesalahan teknik atau adanya infeksi Mycobacterium atypis
atau setelah vaksinasi BCG. Perlu diulang dengan konsentrasi yang sama. Jika
terdapat cross reaction atau BCG, jika tetap 6 – 9 mm tetapi ada tanda – tanda
lain dari tubeculosis yang jelas maka harus dianggap sebagai mungkin sering
pada TB anak dan tuberculosis millier, dimana pada penegakan kedua diagnosa
11
sputum hampir selalu negatif. Pada anak dengan uji tuberkulin positif juga
dijumpai pada tuberkulosis paru kompleks primer dengan atau tanpa pengapuran,
leukosit yang sedikit meningkat. Jumlah limfosit masih normal. Laju Endap Darah
mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal
sputum atau spesimen lain, tes cepat molecular (TCM) TB, dan pemeriksaan
pengobatan. 9
sputum pada penderita yang tidak mengalami keluhan batuk atau pada anak.
selain sputum yaitu bilasan lambung, cairan pleura, cairan cerebrospinalis dan
cairan asites, yang disesuaikan dengan dimana infeksi TB terjadi. Pada anak juga
12
bisa dilakukan induksi sputum. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang
– kurang nya ditemukan tiga batang kuman BTA pada suatu sediaan. Dengan kata
1. Konfirmasi bakteriologis
3. Adanya bukti infeksi infeksi TB (Uji tuberkulin / kontak erat dengan pasien
TB)
dilakukan pembobotan dengan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor >6
(sama atau lebih dari 6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat
pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Bila skor kurang dari 6 tetapi
lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal,
- Kontak dengan pasien TB BTA + diberi skor 3 bila ada bukti tertulis hasil
a. Berat badan dan panjang / tinggi badan dinilai saat pasien datang
b. Dilakukan dengan parameter BB/TB atau BB/U. Anak usia <6 tahun
merujuk pada buku KIA Kemenkes 2016, sedangkan anak usia >6
1-2 bulan
Pengobatan TB pada anak terdiri atas terapi (pengobatan) yang diberikan pada
pada anak sehat yang berkontak dengan pasien TB (profilaksis primer) atau anak
yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam tata laksana TB anak yaitu pemberian terapi harus sesuai
paduan obat, pengobatan setiap hari, pemberian gizi adekuat dan memberikan
OAT pada fase intensif dan pada TB anak dengan BTA negatif menggunakan
INH, Rifampisin dan Pirazinamid pada fase inisial (2 bulan pertama) diikuti
Paduan OAT yang disediakan dalam bentuk paket FDC / KDT ditujukan agar
KDT untuk fase intensif ini terdiri dari Rifampisin 75 mg, INH 50 mg dan
Pirazinamid 150 mg. Selanjutnya dalam fase lanjutan Rifampisin 75 mg dan INH
50 mg. 9
akibat TB kelenjar, pericarditis TB, TB milier dengan gangguan napas yang berat,
digunakan prednisone dengan dosis 2 mg/kg/hari, pada kasus berat bisa diberikan
Anak dengan TB juga perlu diberikan nutrisi untuk memperbaiki status gizi
yang akan menjadi salah satu faktor keberhasilan pengobatan TB. Anak di
evaluasi dengan pengukuran berat, tinggi, lingkar lengan atas dan gejala klinis
dari malnutrisi. Selain itu, anak juga memerlukan pemantauan untuk memastikan
minum obat secara teratur. Pengawas menelan obat terbaik untuk anak dengan TB
adalah orang tua. Anak dengan TB juga perlu dievaluasi respon pengobatan,
kepatuhan, toleransi dan efek samping pengobatan setiap 2 minggu sekali selama
Pada pasien TB anak yang tidak patuh dalam konsumsi OAT > 2 minggu
di fase intesif atau > 2 bulan di fase lanjutan, pengobatan OAT diulang dari awal.
Pada pasien TB anak yang tidak patuh dalam konsumsi OAT < 2 minggu di fase
intesif atau < 2 bulan di fase lanjuta, pengobatan OAT tetap dilanjutkan sekaligus
orang tua atau wali anak di KIE untuk tidak melewatkan pengobatan. 9
17
yang kontak erat dengan pasien TB aktif. Investigasi pada anak menjadi penting
karena risiko anak untuk tertular TB dari orang dewasa tinggi dan risiko menjadi
TB berat juga lebih tinggi. Selain itu jika anak dengan infeksi laten TB dapat
Investigasi kontak dilakukan terhadap anak usia 0-14 tahun dengan riwayat
resisten obat, terifeksi HIV ataupun HI. Kemudian akan dibagi menjadi 3
kelompok yaitu : 9
1. Terpajan (tidak ada bukti infeksi atau sakit TB). Tidak ada klinis TB, uji
2. Terinfeksi tetapi tidak sakit TB (Infeksi Laten). Tidak ada klinis TB dan foto
3. Sakit TB. Didapatkan klinis TB, foto thorax bisa normal atau didapatkan
gambaran TB paru dan uji tuberkulin serta BTA sputum biasanya positif.
Tuberkulosis (TB) dijelaskan bahwa pada semua anak, terutama balita yang
tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu
skoring sistem didapat skor < 5, anak tersebut diberikan profilaksis Isoniazid
(INH) dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut belum
pencegahan selesai. 15
2016, alur dibagi menjadi anak dengan gejala TB dan tidak memiliki gejala TB.
Pada semua anak dibawah 5 tahun yang tidak memiliki gejala TB dan anak diatas
5 tahun dengan HIV positif, diberikan pengobatan profilaksis INH. Pada anak
diatas 5 tahun dengan HIV negatif hanya perlu di observasi, dengan orangtua di
Pada anak yang memiliki gejala TB (batuk > 2 minggu yang tidak membaik
dengan antibiotik atau tatalaksana asma, demam > 2 minggu, BB menurun atau
tetap dalam 2 bulan terakhir dengan nutrisi yang adekuat dan lesu), dilanjutkan
dengan pemeriksaan BTA sputum, uji tuberculin dan foto thorax. Jika hasil
atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan, perlu dicari kemungkinan penyebab lain
dan berikan tatalaksana yang sesuai, lalu observasi 1-2 bulan. Jika gejala
mg/kgbb/hari dengan dosis maksimal 300 mg/hari. Obat diberikan 1 kali sehari di
jam yang sama setiap harinya dan diberikan saat perut kosong (1-2 jam sebelum
profilaksis dihentikan dan diganti OAT. Pada pasien anak yang juga mengalami
gizi buruk bisa ditambahkan vitamin B6 10 mg jika dosis INH ≤ 200 mg/hari atau
Pada kasus anak yang kontak dengan pasien TB resisten obat (RO), anak
specimen lain menggunakan TCM. Setelah hasil keluar dan terbukti positif TB,
20
pengobatan disesuaikan dengan hasil uji kepekaan obat. Jika anak terbukti tidak
profilaksis pada kasus resisten obat dengan Levofloxacin atau Etambutol selama
6-9 bulan. 9
Skrining dan profilaksis TB pada bayi yang lahir dari ibu dengan TB aktif
pada balita. Terdapat 3,3 juta wanita yang menderita TB setiap tahun dan
bayi yang kontak dengan ibu yang mengalami penyakit TB aktif. Pemahaman
tentang pelaksanaan skrining dan profilaksis TB terhadap bayi dengan ibu atau
kontak lain yang menderita penyakit TB aktif menjadi penting untuk dokter yang
proses kelahiran (natal), maupun transmisi pascanatal oleh ibu pengidap TB aktif.
Oleh karena itu, transmisi pada neonatus ini disebut sebagai TB perinatal. Pada
umbilikalis atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. Pada TB natal, transmisi
Manifestasi klinis TB kongenital dapat timbul segera setelah lahir atau pada
lain yang dapat ditemukan antara lain prematuritas, berat lahir rendah, sulit
minum, letargi, dan kejang. Selain itu dapat juga terjadi abortus/kematian bayi.
Gejala pada TB neonatus mulai muncul pada minggu ke 2 atau 3 setelah kelahiran
beberapa aspek seperti aspek ibu, bayi, dan lingkungan. Ibu harus ditatalaksana
dengan baik untuk menghindari penularan selanjutnya. Selain itu harus dicari
Bayi yang lahir dari ibu terduga atau terdiagnosis TB harus di evaluasi,
profilaksis INH 10 mg/kgb selama 6 bulan. Pada akhir bulan ke 6 bayi di evaluasi
dan apabila tetap asimptomatik INH dihentikan. Jika pada pemeriksaan uji
22
tuberculin negatif dan HIV negatif, bayi diberikan imunisasi BCG. Jika bayi
menunjukan gejala TB perinatal, perlu pemeriksaan segera pada ibu dan bayi.
karena TB berkembang dengan cepat di neonatus. Air susu ibu yang TB tetap
dapat diberikan kecuali pada ibu dengan TB MDR. Hal ini dikarenakan karena
kandungan OAT dalam ASI sangat kecil dan risiko penularan melalui ASI sangat
kecil. 3,9
tuberkulosis. Pemberian vaksin BCG masuk dalam program imunisasi dasar yang
mana merupakan imunisasi wajib di Indonesia, diberikan ketika bayi berusia 0-2
bulan. Bayi diatas usia 2 bulan perlu diperiksa uji tuberkulin sebelum
Vaksin BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml, sebanyak 1 kali dan disuntikkan
Sekitar 2–6 minggu setelah imunisasi BCG pada daerah bekas suntikan akan
timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi
Pada bayi yang terlahir dari ibu TB BTA positif di trimester 3 maupun masa
neonatal, bayi perlu dirujuk dan diperlukan pertimbangan dari dokter Spesialis
BAB III
PENUTUP
buruk dan masuk 10 penyebab kematian teratas di dunia serta penyebab utama
ini biasanya mempengaruhi paru (TB paru) tetapi juga dapat mempengaruhi
M.tuberculosis. (WHO)
Skrining dan profilaksis TB pada bayi yang lahir dari ibu dengan TB aktif
atau anak yang kontak dengan penderita TB merupakan langkah yang berpotensi
pada anak memiliki risiko untuk menjadi TB berat yang lebih tinggi. Pemahaman
dengan ibu atau kontak lain yang menderita penyakit TB aktif merupakan salah
profilaksis TB pada bayi maupun anak yang kontak dengan penderita TB pun
sudah menjadi program ditambah dengan program imunisasi BCG untuk memberi
24
DAFTAR PUSTAKA
3. Alsagaff, Hood dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu
Penyakit Paru dan Saluran Napas FK Unair : Surabaya.
4. Dodd PJ, Yuen CM, Sismanidis C, Seddon JA, Jenkins HE. The global burden
of tuberculosis mortality in children: a mathematical modelling study. Lancet
Glob Heal [Internet]. 2017;5(9):e898–906.
10. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak edisi ke 7. Jakarta; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007: 573 – 761.
11. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. 2006. Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Surabaya.
12. Marcdante KJ, et al. Nelson essentials of pediatrics. 6th ed. Philadelphia:
Saunders. 2011.
25
21
26