Anda di halaman 1dari 9

PAPER EPIDIMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT TBC

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular Kelas C

Dosen pengampu :

Citra Anggun Kinanti S.KM.,M.Epid

Disusun oleh:

Berliananda Ayu Priyantika 202110101025


Dasa Dwi Alfanti 202110101028
Kevin Naufal Yurianto 202110101120
Falisa Naura Selvani 202110101148
Aulia Yumna Putri 202110101175

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2022
A. Definisi
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Mycobacterium
terdapat berbagai jenis, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M.
Leprae dsb. Biasa disebut sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok
bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa
menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC (Kemenkes RI, 2018).
Umumnya  TB  menyerang paru-paru sehingga disebut   dengan
Pulmonary TB. Akan tetapi kuman TB juga bisa menyebar  ke  bagian/organ 
lain dalam  tubuh,  dan  TB  jenis  ini  lebih berbahaya  dari pulmonary TB.  Bila
kuman TB menyerang otak dan sistem saraf pusat maka akan menyebabkan
meninggal.   Jadi   (kuman   TB)  yang bisa menginfeksi   hampir   seluruh  
organ tubuh, seperti  ginjal,  jantung,  saluran kencing,   tulang,   sendi,   otot,  
usus, kulit,   disebut miliary TB atau extrapulmonary TB (Erawati, 2015).

B. Epidiomologi
Menurut data yang dihimpun Kementerian Kesehatan, perkiraan kasus
tuberkulosis mencapai 824.000 di Indonesia berdasarkan catatan pada tahun
2021. Adapun yang masuk dalam pencatatan kasus tuberkulosis berjumlah
393.323 kasus dan 13.110 kematian. Dengan insiden sebesar 824.000 kasus per
tahun dan notifikasi kasus TB sebesar 393.323 kasus maka masih ada sekitar
48% yang belum ternotifikasi baik yang belum terjangkau, belum terdeteksi
maupun tidak terlaporkan. Dari angka insiden ini dilakukan perhitungan beban
TB di masing-masing provinsi dan kabupaten/kota. Kasus TB pada anak yaitu
sebesar 33.366 yang dapat dikatakan mengalami penurunan kasus sebesar 47%
dimana kasusnya sebesar 61.111 pada tahun 2020. Dari data diatas, dapat dilihat
bahwa kasus TB HIV sebesar 8.003 kasus.
Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis terjadi ketika pasien TB
paru mengalami batuk atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis
juga tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang
dikeluarkan penderita TB paru. Jika penderita TB paru sekali mengeluarkan
batuk maka akan menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan percikan dahak
tersebut telah mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis.Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa TB paru telah
didiagnosis pada kelompok umur < 1 tahun sebesar 2%, kelompok umur 1-4
tahun sebesar 4%, kelompok umur 5-14 tahun sebesar 0,30%, sedangkan pada
kelompok umur orang dewasa lainnya juga menunjukkan prevalensi yang sama
sebesar 3%. Hasil penelitian Riskesdas tahun 2013 juga memperlihatkan bahwa
terjadi suatu masalah kesehatan terbaru terkait kejadian TB paru yang sudah
menyerang kelompok umur anak-anak dan balita
Proporsi penderita BTA (+) tinggi terbanyak ditemukan di provinsi Jawa
Barat sebanyak 33.460 penderita TBC kemudian diikuti provinsi Jawa Timur
yaitu sebanyak 23.703 penderita TBC dan Sumatera Utara memiliki jumlah
BTA (+) yang tinggi yaitu sebanyak 16.930 penderita TBC. Disusul dengan
Sumatera Utara menjadi daerah dengan jumlah penderita kasus TBC sebanyak
98 kasus, hal ini membuat provinsi Sumatera Utara menjadi daerah terbanyak
ketiga jumlah penderita TBC untuk usia 0-14 tahun di Indonesia dengan provinsi
Jawa Timur sebanyak 190 kasus dan Provinsi Jawa Barat sebanyak 203 kasus
C. Faktor risiko
Faktor yang mempengaruhi  kejadian tuberkulosis antara lain :
1. Faktor sosiodemografi 
a. Jenis kelamin, jenis kelamin mempengaruhi karena laki-laki lebih
terpapar pada  fakto  risiko    TBC misalnya   merokok   dan  
kurangnya   kepatuhan minum  obat.
b. Usia, faktor usia mempengaruhi karena semakin lama orang terpapar
maka semakin beresiko pula orang terkena TBC.
c. Tingkat pendidikan, pendidikan akan menggambarkan perilaku
kesehatan seseorang. Semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin
kurang pengetahuan pada bidang kesehatan, baik tentang pola makan,
merawat keluarga yang  sakit maupun upaya pencegahan lainnya.
d. Status perkawinan, sesorang yang memiliki anggota keluarga lebih dari
satu atau dalam arti dia tidak sendirian maka lebih beresiko daripada
mereka yang bertempat tinggal sendiri.
e. Pendapatan keluarga, hal ini berpengaruh pada TBC karena apabila
berasal dari keluarga yang mampu maka makanan serta keadaan rumah
semakin layak sehingga faktor resiko terjangkit TBC semakin kecil.
f. Jenis pekerjaan, hal ini berpengaruh karena jika seseorang memiliki
pekerjaan yang berkerumun dengan banyak orang maka semakin
beresiko pula terpapar penyakit TB.
2. Faktor lingkungan 
a. Paparan sinar matahari, cahaya matahari berfungsi untuk membunuh
bakteri patogen.
b. Kontak langsung dengan penderita, penyakit TB merupakan penyakit
yang menular maka jika semakin banyak bertemu atau kontak langsung
dengan oranglain semakin beresiko pula terpapar TB.
3. Faktor kormobid
a. HIV, Faktor  yang  mempengaruhi  kemungkinan seseorang  menjadi 
pasien  TB  paru  adalah  daya tahan  tubuh  yang  rendah,  di 
antaranya  infeksi HIV/AIDS.  HIV  merupakan  faktor  resiko 
yangpaling  kuat  bagi  yang terinfeksi menjadi sakit TB  paru.  Infeksi 
HIV  menyebabkan  kerusakan luas  sistem  daya  tahan  tubuh  seluler, 
sehingga bila  terjadi  infeksi penyerta (oportunitis seperti TB, maka
yang akan menjadi sakit parah bahkan bisa menyebabkan kematian
(Annie, 2013)
b. Asma, penderita penyakit asma sangat beresiko terkena TB karena
berkutik pada saluran pernafasan.

D. Pencegahan penyakit
Pencegahan penularan TBC ke orang lain  dalam website hellosehat, yaitu :

1. menutup mulut saat batuk maupun bersin, hal ini perlu dilakukan karena
TBC menular melalui dahak  ataupun air liur yang keluar melalui mulut.
akan tetapi, janganlah menutup menggunakan telapak tangan, gunakan tisu
dan segera buang tisu tersebut lalu cuci tangan dengan sabun ataupun dapat
menggunakan hand sanitizer beralkohol

2. jangan meludah ataupun membuang dahak secara sembarangan, dikarenakan


bakteri yang terdapat pada dahak dapat berterbangan dan terhirup oleh orang
lain.
3. mengurangi interaksi sosial, misal dengan berusaha untuk tidak tidur
sekamar
4. biarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan, hal ini dapat menjaga
ruangan dari kelembapan dan juga dapat mematikan kuman maupun bakteri
yang terdapat di dalam rumah
5. membatasi kontak dengan kelompok yang rentan, karena kelompok rentan
tersebut tidak memiliki daya tahan tubuh sebaik orang pada umumnya dan
orang-orang tersebut cenderung mudah untuk terinfeksi
6. penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, serta melakukan vaksinasi BCG
juga menjadi salah satu pencegahan penularan TBC, apalagi vaksin BCG
merupakan vaksin yang efektif untuk melindungi tubuh dari infeksi bakteri
TBC
E. Program yang sudah berjalan

Enam prinsip dan strategi program diformulasikan untuk diimplementasikan


secara komprehensif, terpadu, dan sinergis dalam mencapai eliminasi TB, yaitu: 
a. Penguatan kepemimpinan program TB di kabupaten/kota
 Koordinasi oleh pemerintah dengan peta jalan eliminasi yang jelas dan
diperkuat dengan regulasi.
 Kolaborasi multisektoral dan koalisi yang kuat dengan organisasi
masyarakat
 Peningkatan pembiayaan, terutama dari pendanaan bersumber dalam
negeri
 Koordinasi, harmonisasi, sinkronisasi dan sinergi untuk mencapai kinerja
program yang terbaik.
b. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu
 Melibatkan semua penyedia layanan melalui peningkatan jaringan
layanan pemerintah swasta melalui district-basedpublic-private
mix(PPM)
 Intensifikasi penemuan kasus TB aktif melalui pendekatan
kesehatanmasyarakat dan keluarga.
 Pendekatan integrasi layanan seperti TB-HIV, TB-DM, IMCI, PAL, dll.
 Inovasi diagnostik TB dengan memanfaatkan alat terbaru sesuai
rekomendasi WHO
 Meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien dan dukungan pasiendan
keluarga
 Integrasi dengan asuransi kesehatan untuk mencapai cakupan universal
untuk pengobatan TB
c. Pengendalian faktor resiko
 Promosi, lingkungan dan gaya hidup sehat
 Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi TB (imunisasi,
pengobatan profilaksis, pengendalian infeksi, dll.)
 Meningkatkan penemuan kasus TB dan juga mempertahankan
keberhasilan pengobatan yang tinggi
d. Peningkatan kemitraan TB melalui Forum Koordinasi TB
 Pemetaan mitra potensial dalam eliminasi TB
 Peningkatan kemitraan melalui koordinasi forum TB di tingkat pusat
 Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di tingkat
provinsi/kabupaten
e. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB
 Meningkatkan keterlibatan dan keterlibatan pasien TB, mantan pasien,
keluarga dan masyarakat dalam pengendalian TB
 Memperluas keterlibatan masyarakat dan keluarga dalam pengendalian
TB
 Keterlibatan peran masyarakat dalam promosi TB, temuan kasus TB dan
dukungan pengobatan terhadap TB
 Pemberdayaan masyarakat melalui integrasi TB ke dalam pelayanan
kesehatan berbasis keluarga dan masyarakat
f. Penguatan manajemen program
 Sumber daya manusia yang memadai dan kompeten
 Mengelola logistik secara efektif
 Meningkatkan pembiayaan, advokasi dan peraturan
 Memperkuat sistem informasi strategis, surveilans proaktif, termasuk
kewajiban melaporkan (Mandatory Notification).
 Jaringan dalam penelitian dan pengembangan inovasi program.
Program TBC yang sudah ada :
Salah satu program TBC yang sudah ada adalah Implementasi
pencegahan dan pengendalian infeksi TB (imunisasi, pengobatan profilaksis,
pengendalian infeksi, dll.) dalam strategi yang ketiga yaitu “Pengendalian
Resiko” yaitu imunisasi. 
Imunisasi tingkat dasar dapat melindungi orang dari resiko terjangkit
kuman berupa virus atau bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Virus
atau bakteri itu antara lain Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan
penyakit tuberkulosis. Untuk menangkal bakteri ini, Badan Kesehatan Dunia
(WHO) merekomendasikan pemberian vaksin BCG atau Bacille Calmette-
Guerin sejak dini. Menurut WHO, tuberkulosis dapat menyebabkan lebih
banyak orang dewasa berusia antara 15 dan 59 tahun yang meninggal dibanding
penyakit lain. Di Indonesia, setidaknya 824.000 orang menderita tuberkulosis
pada 2021. Data itu menunjukkan perlunya imunisasi dengan vaksin BCG untuk
masyarakat. Manfaat utama vaksin BCG adalah mengurangi hingga mencegah
risiko terjangkit kuman penyebab tuberkulosis. Penyakit tuberkulosis yang
parah, salah satunya meningitis tuberkulosis, juga bisa dicegah hingga 70
persen. Menurut penelitian, imunisasi vaksin BCG ini lebih efektif dalam
melaksanakan fungsinya bila diberikan pada bayi.
Pemberian vaksin BCG merupakan bagian dari program imunisasi WHO
sejak 1960-an. Vaksin BCG terbuat dari kuman Mycobacterium tuberculosis
yang dilemahkan. Menurut panduan Kementerian Kesehatan, vaksin BCG
diberikan bagi anak berusia satu bulan. Vaksin ini kerap dibarengi dengan
imunisasi polio 1. Seseorang hanya memerlukan satu kali imunisasi BCG
sepanjang hidupnya saat bayi. Namun ada kemungkinan seseorang mendapat
vaksin BCG lebih dari sekali dalam situasi khusus. Misalnya tenaga medis yang
kerap menangani kasus kesehatan yang membutuhkan obat-obatan yang resistan
terhadap tuberkulosis. Tapi ada juga kelompok orang yang tidak boleh
menerima imunisasi BCG yaitu orang yang pernah atau sedang mengidap
tuberkulosis, sedang hamil, dalam pengobatan kanker atau kondisi lain yang
membuat sistem imun tubuh lemah, orang positif HIV, dan orang yang hasil tes
kulit tuberkulin positif.
DAFTAR PUSTAKA

Erawati, W. (2015). Vol. XII No. 2, September 2015 Jurnal Techno Nusa
Mandiri. Techno Nusa Mandiri, XII(2), 21–26.

Kemala, F., & Savitri, dr. T. (2021, April 15). Agar Tidak Tertular Ataupun
Menularkan, Ketahui Pencegahan TBC Berikut Ini. Hellosehat.
https://hellosehat.com/pernapasan/tbc/pencegahan-tbc/

Kemenkes RI. (2018). Tuberkulosis ( TB ). Tuberkulosis, 1(april), 2018.


www.kemenkes.go.id

Julia Pertiwi, Dwi Ratnaningrum, Wartini, Sunardi.Analisis Faktor Risiko


Tuberkulosis Paru Dewasa di Kabupaten Sukoharjo.2019

Peppy Octaviani,Ikhwan Yuda Kusuma. STUDI PENGARUH STATUS


PERKAWINAN  DAN PEKERJAAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RUMAH
SAKIT DKT PURWOKERTO. 2018

Anda mungkin juga menyukai