Anda di halaman 1dari 18

TUBERCULOSIS (TBC)

Tuberculosis
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit
Definisi menular kronis yang masih menjadi isu global.
Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme

Tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya
ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),
dari satu individu ke individu lainnya, dan

(TBC) membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus.


Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak, bicara menyebarkan 200 kuman,
dan ketika bersin menyebarkan 4.500 – 1.000.000
kuman yang terkandung dalam percikan dahaknya.
PREVALENSI TBC
Berdasarkan data WHO tahun 2019
diperkirakan 14,9 juta orang menderita
Indonesia menduduki peringkat 4 dunia dari 22
Tuberkulosis setiap tahunnya. Tuberkulosis
High Burden Countries.
membunuh 3,5 juta orang setiap tahunnya,
rata-rata 1 orang setiap 30 detik. Ada 429.730
kasus baru/ tahun, 88.625 kematian/ tahun.

Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak


Pada tahun 2020, TB menyebabkan sekitar 420.994 kasus pada tahun 2020 (data per 17
1,3 juta kematian (rentang, 1,2-1,4 juta) di Mei 2020). .
antara orang dengan HIV negatif dan terdapat
sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang,
Prevalensi Tuberkulosis pada laki-laki 3 kali
266.000-335.000) di antara orang dengan HIV
lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.
positif .
Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain.
Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki
lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya
merokok dan kurangnya ketidakpatuhan
minum obat
ETIOLOGI
85% 35% 65% 45%
Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah
penderita Tuberkulosis BTA positif pada waktu
batuk atau bersin. Penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk
ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem
peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya.
Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui
udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal
dari orang yang terinfeksi.
01

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi
inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak
02

menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
03

yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal,
atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam
04

sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.
Manifestasi Klinis

Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini


membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum)
Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru
Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit


kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.
Faktor Resiko TBC
SISTEM KEKEBALAN TUBUH YANG LEMAH PENGGUNAAN ZAT
Sistem kekebalan yang sehat sering kali berhasil Penggunaan obat-obatan IV atau alkohol berlebihan
melawan bakteri TBC. dapat melemahkan sistem kekebalanmu dan membuat
kamu lebih rentan terhadap TBC.

BERPERGIAN ATAU TINGGAL DI DAERAH


PEKERJAAN PERAWAT KESEHATAN
TERTENTU
Risiko tertular tuberkulosis lebih tinggi pada orang yang Kontak secara teratur dengan orang yang sakit
tinggal di atau bepergian ke daerah yang memiliki meningkatkan kemungkinan kamu terpapar bakteri
angka TB tinggi dan tuberkulosis yang resistan TBC. Kamu bisa mengurangi risiko dengan
terhadap obat. mengenakan masker dan sering mencuci tangan
dengan sabun.

PENGGUNAAN TEMBAKAU TINGGAL BERSAMA PENGIDAP TBC


Menggunakan tembakau sangat meningkatkan risiko Tinggal bersama seseorang yang mengidap TBC
terkena TB dan kematiannya. meningkatkan risiko kamu terkena TBC.
DIAGNOSIS
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam melakukan perawatan
kesehatan pada tuberkulosis paru.

Risiko penularan pada anggota keluarga


yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap
pencegahan penularan tuberkulosis paru..

Ketidakmampuan keluarga mengambil


Content
keputusan dalam merawat Here
anggota keluarga
yang sakit berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perawatan TBC.
GUIDELINE TERAPI
FARMAKOLOGI TBC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2009)


Mengemukakan bahwa salah satu cara pengobatan tuberkulosis yang efisien untuk mencegah penyebaran lebih
lanjut, yaitu :
TERAPI FARMAKOLOGI
1
Mencegahnya terjadinya resistant diberikannya pengobatan
panduan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang mengandung minimal 4
4 macam obat
Diberikan pengobatan dengan jangka waktu yang cukup
2 terbagi pada tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan.
Memberikan obat dalam dosis obat yang tepat. Text Here

3
Diawasi oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk
meminum obat secara teratur
TAHAP PENGOBATAN
TUBERKULOSIS
Tahap Awal
Tahap awal : diberikan pengobatan setiap hari.
Panduan pengobatan efektif untuk menurunkan jumlah
kuman didalam tubuh pasien dan menimalisir dari
pengaruh kuman kecil yang sudah resistant sebelum
mendapatkan pengobatan. Pengobatan awal diberikan
selama 2 bulan, pengobatan secara teratur pada
umunya tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah
sangat menurun selama 2 minggu setelah pengobatan.

Tahap Lanjut:
Tahap lanjut : pengobatan tahap lanjut merupakan
pengobatan yang paling penting untuk membunuh
kuman yang tersisa didalam tubuh khususnya kuman
persister sehingga mencegah kekambuhan dan pasien
dapat sembuh.
Terapi
Nonfarmakologi
TBC
- Komsumsi Makanan Begizi
- Tinggal di lingkungan sehat
- Berolahraga secara rutin
- Mengurangi komsumsi bernatrium dan cafein
- Sering berjemur dibawah sinar matahari (6-8
pagi)
- Istirahat yang cukup
Kondisi KEHAMILAN:

Khusus Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB
pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali

Kasus TBC streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat
permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap
pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan
pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar
dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB.

MENYUSUI:
Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda
dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk
ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus
mendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat
merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB
kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi
tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH
diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.
Anak-Anak
Anak-anak diberi INH, rifampisin dan pirazinamid
untuk 2 bulan fase intensif dilanjutkan dengan INH
dan rifampisin selama 4 bulan. Jika pirazinamid
tidak diberikan selama fase intensif, maka
pemberian INH dan rifampisin dilanjutkan selama 9
bulan. Untuk anak resiko tinggi infeksi resisten,
etambutol harus termasuk dalam pengobatan 2
bulan fase intensif. Akan tetapi diperlukan perhatian
khusus pada anak yang kurang dari 6 tahun, karena
sulitnya menilai fungsi penglihatan. Jenis dan dosis
obat TB pada anak: berat badan <10 kg: isoniazid
50 mg, rifampisin 75 mg, pirazinamid 150 mg; berat
badan 10-20 kg: isoniazid 100 mg, rifampisin 150
mg, pirazinamid 300 mg; berat badan 20-33 kg:
isoniazid 200 mg, rifampisin 300 mg, pirazinamid
600 mg..

LOREM IPSUM
DOLOR SIT AMET
Gangguan Hati
Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal
hati sebelum pengobatan Tb. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih
dari 3 kali OAT tidak diberikan dan bila telah dalam pengobatan, harus
dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat
dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Pasien
dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan
OAT yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.

Gangguan Ginjal
Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi
melalui empedu dan dapat dicerna menjadi senyawa-senyawa yang
tidak toksik. OAT jenis ini dapat diberikan dengan dosis standar pada
pasien-pasien dengan gangguan ginjal. Streptomisin dan Etambutol
diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu hindari penggunaannya pada
pasien dengan gangguan ginjal. Apabila fasilitas pemantauan faal ginjal
tersedia, Etambutol dan Streptomisin tetap dapat diberikan dengan
dosis yang sesuai faal ginjal. Paduan OAT yang paling aman untuk
pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan


Kementerian Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/V/2009
Tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB) 6. Nur A, Marissa N. Gambaran Infeksi Mycobacterium
2. WHO. Global Tuberculosis Control. 2020 Tuberculosis Pada Anggota Rumah Tangga Pasien
3. Bili S, Telly M, Tanaem NFD. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tb Paru (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas
dengan Audio Visual terhadap Perilaku Pencegahan Penularan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar). Media
Padakeluarga dengan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Litbangkes. 2014;24(2):89 – 94.
Puskesmas Sikumana. CHMK Heal J [Internet]. 2019;3(2):20–6. 7. Hasina SN. Pencegahan Penyebaran Tuberkulosis
Available from: http:// Paru dengan (BEEB) Batuk Efektif dan Etika Batuk
cyber-chmk.net/ojs/index.php/kesehatan/article/view/511 di RW. VI Sambikerep Surabaya. Communnity Dev
4. Suherni NAD, Maduratna. Analisis Pengelompokan Kecamatan di J. 2020;1(3):322–8.
Kota Surabaya Berdasarkan Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit
Tuberkulosis. J Sains dan Seni Pomits. 2013;2(1):13–8.
5. Mathofani PE, Febriyanti R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Serang Kota Tahun 2019. J Ilm Kesehat Masy.
2020;12(1):1–10.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai