Tuberculosis
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit
Definisi menular kronis yang masih menjadi isu global.
Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme
Tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya
ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),
dari satu individu ke individu lainnya, dan
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi
inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak
02
menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
03
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal,
atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam
04
sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.
Manifestasi Klinis
Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
3
Diawasi oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk
meminum obat secara teratur
TAHAP PENGOBATAN
TUBERKULOSIS
Tahap Awal
Tahap awal : diberikan pengobatan setiap hari.
Panduan pengobatan efektif untuk menurunkan jumlah
kuman didalam tubuh pasien dan menimalisir dari
pengaruh kuman kecil yang sudah resistant sebelum
mendapatkan pengobatan. Pengobatan awal diberikan
selama 2 bulan, pengobatan secara teratur pada
umunya tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah
sangat menurun selama 2 minggu setelah pengobatan.
Tahap Lanjut:
Tahap lanjut : pengobatan tahap lanjut merupakan
pengobatan yang paling penting untuk membunuh
kuman yang tersisa didalam tubuh khususnya kuman
persister sehingga mencegah kekambuhan dan pasien
dapat sembuh.
Terapi
Nonfarmakologi
TBC
- Komsumsi Makanan Begizi
- Tinggal di lingkungan sehat
- Berolahraga secara rutin
- Mengurangi komsumsi bernatrium dan cafein
- Sering berjemur dibawah sinar matahari (6-8
pagi)
- Istirahat yang cukup
Kondisi KEHAMILAN:
Khusus Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB
pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali
Kasus TBC streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat
permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap
pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan
pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar
dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB.
MENYUSUI:
Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda
dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk
ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus
mendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat
merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB
kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi
tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH
diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.
Anak-Anak
Anak-anak diberi INH, rifampisin dan pirazinamid
untuk 2 bulan fase intensif dilanjutkan dengan INH
dan rifampisin selama 4 bulan. Jika pirazinamid
tidak diberikan selama fase intensif, maka
pemberian INH dan rifampisin dilanjutkan selama 9
bulan. Untuk anak resiko tinggi infeksi resisten,
etambutol harus termasuk dalam pengobatan 2
bulan fase intensif. Akan tetapi diperlukan perhatian
khusus pada anak yang kurang dari 6 tahun, karena
sulitnya menilai fungsi penglihatan. Jenis dan dosis
obat TB pada anak: berat badan <10 kg: isoniazid
50 mg, rifampisin 75 mg, pirazinamid 150 mg; berat
badan 10-20 kg: isoniazid 100 mg, rifampisin 150
mg, pirazinamid 300 mg; berat badan 20-33 kg:
isoniazid 200 mg, rifampisin 300 mg, pirazinamid
600 mg..
LOREM IPSUM
DOLOR SIT AMET
Gangguan Hati
Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal
hati sebelum pengobatan Tb. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih
dari 3 kali OAT tidak diberikan dan bila telah dalam pengobatan, harus
dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat
dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Pasien
dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan
OAT yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.
Gangguan Ginjal
Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi
melalui empedu dan dapat dicerna menjadi senyawa-senyawa yang
tidak toksik. OAT jenis ini dapat diberikan dengan dosis standar pada
pasien-pasien dengan gangguan ginjal. Streptomisin dan Etambutol
diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu hindari penggunaannya pada
pasien dengan gangguan ginjal. Apabila fasilitas pemantauan faal ginjal
tersedia, Etambutol dan Streptomisin tetap dapat diberikan dengan
dosis yang sesuai faal ginjal. Paduan OAT yang paling aman untuk
pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.
DAFTAR PUSTAKA