Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN TB DOTS

RSIA ANUGRAH
Jl. Sungai Raya Dalam No 43. Telp (0561) 721176
Kubu Raya
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Tuberkolosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuaman TB
menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta
pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan
95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia terjadi pada Negara-
negara Berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih
namyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, pasienmenyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapatmenghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimanapercikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan,sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selamabeberapa jam dalam keadaan yang gelap
dan lembab. Daya penularan seorang pasienditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajatkepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor
yangmemungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalamudara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan
strategipenanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS(Directly
observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi
penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Strategi
ini dikembangkan dari berbagi studi,clinical trials, best practices dan hasil
implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade.
Penerapanstrategi DOTS secara baik, disamping secara cepat merubah
kasus menular menjadi tidakmenular, juga mencegah berkembangnya MDR-
TB.
Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien,
prioritas diberikankepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan
memutuskan penularan TB dan dengandemkian menurunkan insidens TB di
masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasienmerupakan cara terbaik
dalam upaya pencegahan penularan TB.Pada tahun 1995, WHO telah
merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalampenanggulangan
TB. Bank Dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu
intervensikesehatan yang paling efektif. Integrasi strategi DOTS ke dalam
pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan
efektifitasnya. Satu studi cost benefit  yang dilakukan olehWHO di Indonesia
menggambarkan bahwa dengan menggunakan strategi DOTS, setiap
dolar yang digunakan untuk membiayai program penanggulangan TB, akan
menghemat sebesar US$55 selama 20 tahun.Sejak tahun 1995, program
nasional penanggulangan TB mulai melaksanakan strategiDOTS dan
menerapkannya pada Puskesmas secara bertahap. Sampai tahun 2000,
hampir seluruh Puskesmas telah komitmen dan melaksanakan strategi
DOTS yang diintegrasikandalam pelayanan kesehatan dasar.
Sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan
kedaruratan global bagikemanusiaan. Walaupun strategi DOTS telah terbukti
sangat efektif untuk pengendalian TB,tetapi beban penyakit TB di
masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yangdicapai
sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB,
dansekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia (WHO, 2009).
Selain itu,pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi
TB/HIV, TB yang resisten obatdan tantangan lainnya dengan tingkat
kompleksitas yang makin tinggi.
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan
beban TB tertinggi didunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah
sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasiinsidensi berjumlah 430,000
kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan61,000
kematian per tahunnya.Indonesia merupakan negara dengan percepatan
peningkatan epidemi HIV yangtertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV
dinyatakan sebagai epidemik terkonsentrasi ( aconcentrated epidemic ), dengan
perkecualian di provinsi Papua yang prevalensi HIVnya sudahmencapai
2,5% generalized epidemic ). Secara nasional, angka estimasi prevalensi HIV
padapopulasi dewasa adalah 0,2%.
Sejumlah 12 provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk
intervensi HIV danestimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia
sekitar 190.000-400.000. Estimasinasional prevalensi HIV pada pasien TB
baru adalah 2.8%. Angka MDR-TB diperkirakansebesar 2% dari seluruh
kasus TB baru (lebih rendah dari estimasi di tingkat regional sebesar 4%)
dan 20% dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat
sekitar 6.300kasus MDR TB setiap tahunnya.Meskipun memiliki beban
penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan negarapertama diantaraHigh
Burden Country (HBC) di wilayahWHO South-East Asianyang mampumencapai
target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada
tahun 2006.Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB
telah ditemukan dan diobati(data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213
diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian,Case Notification Rateuntuk
TB BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case Detection Rate 73%).Rerata pencapaian
angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar
90%dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global
tersebut merupakantonggak pencapaian program pengendalian TB nasional
yang utama.
BAB II

RUANG LINGKUP

Panduan ini diterapkan kepada semua pasien-pasien yang doperkiirakan tersangka


penderita TB yang dating kerumah sakit baik di IGD, Poliklinik, kamar bersalinan .

1. Petugas
a. Petugas yang melakukan pelayanan non TB DOTS yaitu: dokter,
perawat, petugas farmasi, petugas laboratorium, dan petugas rekam
medik.
b. Petugas yang melakukan pelayanan TB DOTS yaitu: perawat, dokter,
petugas farmasi, petugas laboratorium, dan petugas rekam medic yang
telah mempunyai sertifikat.
2. Area pelaksanaan
a. Poliklinik IGD
Bagi pasien-pasien IGD dan poliklinik yang diperkirakan tersangka
penderita TB harus dilakukan anamneses dan pemeriksaan fisik yang
cermat untuk memastikan adanya:
1) Pasien yang batuk lama (>2 minggu)
2) Berat badan pasien turun drastic dalam waktu beberapa bulan
terakhir.
3) Berkeringat pada malam hari
4) Adanya benjolan di leher.
5) Adanya riwayat TB dalam keluarga atau sekitar rumah.
6) Ada riwayat kontak dengan penderita tb.
b. Penunjang Medis
1) Skrining pasien-pasien yang dicurigai TB dilakukan dengan cara:
 pemeriksaan laboratorium: pemeriksanaan darah (Led, darah
tepi, dan lain-lain)
 pemeriksaan radiologi: foto toraks
 pemeriksaan PPD test atau mantoux test.

Dari hasil skrining, pasien yang telah terdiagnosa TB oleh dokter akan
diberikan informed conset tentang pentingnya pemeriksaan dahak,
bila pasien setuju diberikan pengantar pemeriksaan sputum
mikroskopik yang dilakukan untuk menentukan adanya atau tidak
BTA.
BAB III

TATALAKSANA

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang


dikelola denganmenggunakan strategi DOTS.Tujuan utama pengobatan pasien TB
adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan
dengan cara menyembuhkan pasien.Penatalaksanaan penyakit TB merupakan
bagian dari surveilans penyakit; tidak sekedar memastikan pasien menelan obat
sampai dinyatakan sembuh, tetapi juga berkaitan denganpengelolaan sarana bantu
yang dibutuhkan, petugas yang terkait, pencatatan, pelaporan,evaluasi kegiatan dan
rencana tindak lanjutnya.

Kegiatan untuk meemeriksa pasien yang TB di RSIA Anugrah terdiri dari


menskrininga awal, d i a g n o s i p e n e n t u a n klasifikasi penyakit dan tipe pasien
tersebut, jika hasil pasien tersebut positif TB, maka akan di rujuk ke Rumah Sakit
yang memiliki ketersediaan pengobatan yang berkelanjutan.

1. Menskrining awal pasien


Yang termasuk suspek TB
a. Semua orang yang dating ke RSIA Anugrah dengan keluhan batuk
berdahak 2 minggu atau lebih, dianggap sebagai seorang penderita
(suspek TB) dan perlu dilakukan pemerikasaan dahak secara mikroskopi.
b. Semua kontak dengan pasien TB paru BTA positi( yang menunjukkan
gejala yang sama harus dianggap sebagai seorang suspek TB
dandilakukan pemeriksaan dahak.
c. Semua keluarga pada penderita TB anak yang menunjukkan gejala sama
harus dianggap sebagai seorang suspek TB dan dilakukan
pemeriksaandahak

Untuk anak-anak dimana batuk bukanlah gejala dominan untuk terinfeksi TB, berikut
adalah hal-hal yang dapat dipakai untuk menjaring suspek TB anak:

a. Kontak erat dengan penderita TB BTA Positif


b. Reaksi cepat BCG (timbul kemerahan di lokasi suntikkan dalam 2 – 7 hari
setelah imunisasi BCG.
c. Anoreksia atau nafsu makan menurun disertai gagal tumbuh, berat badan
turun tanpa sebeb yang jelas atau berat badan kurang yang tidak naik dalam
1 bulan, meskipun sudah dengan penanganan gizi.
d. Demem lama dalam >2 minggu atau berulang tanpa sebab yang jelas .
e. Batuk lama >3 minggu dengan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain.
f. Pembesaran kelenjar limfe superficial yang spesifik
g. Skrofuloderma
Pasien yang curiga tb telah di skrining awal dan dinyatakan TB, maka petugas
melakuan rujukkan pasien tersebut agar mendapatkan pelayanan yang terbaik
BAB IV

DOKUMENTASI

1. form pengambilan darah


2. SPO TB
3. Bukti rujukan jika ditemukan TB

Raya, 12 Oktober 2018


Direktur

dr. Hilmi K. Riskawa, Sp. A., M.Kes

Anda mungkin juga menyukai