Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN PENYAKIT TB-MDR


Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas praktek klinik mata kuliah Keperawatan
Keluarga V

Dosen Pembimbing: Erni, Amd., Kep


Dosen Pengampu: Anih Kurnia, S.Kep .,Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Aida Rafidah
10118050
3B Keperawatan

PRODI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS (TBC)
A. Pengertian TB dan TB-MDR
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang yang mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam. Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Bakteri ini juga dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab namun cepat mati jika terpapar sinar matahari
langsung (Muttaqin A, 2014)
TB-MDR didefinisikan sebagai penyakit tuberculosis yang resisten
setidaknya terhadap 2 OAT yaitu Rifampisin (RMF) dan isoniazid (INH),
penyakit ini membutuhkan waktu setidaknya 2 tahun dalam pengobatannya
(Kelly et al., 2016)
Tuberculosis Multidrug Resistant merupakan penyakit Tuberkulosis
(TB) yang telah mengalami resistensi terhadap isoniazid (INH) dan rifampicin
serta satu atau lebih obat anti tuberkulosis (OAT) berdasarkan pemeriksaan
laboratorium yang terstandar(Tirtana, 2011). TB-MDR terjadi karena
kegagalan pengobatan, putus pengobatan, atau pengobatan yang tidak benar
sehingga terjadinya resistensi primer (WHO, 2015).
Terdapat 5 jenis kategori resistensi terhaap OAT yaitu:
1. Mono-resistance : kebal terhadap salah satu OAT
2. Poly-reistane : kebal terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi
isoniazid dan rifampisin
3. Multidrug-resistance : kebal terhadap sekurang kuragnya isoniazid dan
rifampisin secara bersamaan
4. Extensive drug-resistance : TB-MDR ditambah kekebalan terhadap salah
satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT
injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin, dan amikasin)
5. Total drug-resistance: kebal terhadap semua OAT (lini pertama dan kedua)
yang sudah dipakai saat ini
B. Etiologi
Penyebab dari multidrug resistance tuberculosis (TB-MDR) ini sama
dengan etiologi infeksi tuberculosis yaitu akibat mycobacterium tuberculosis.
Pada TB-MDR, kuman mycobacterium tuberculosis menjadi resisten terhadap
paling tidak dua daripengobatan tuberculosis yaitu isoniazid dan rifampisin.
Ada berbagai factor yang bisa menyebabkan berkembangnya resisten
kuman penyebab tuberculosis menjadi TB-MDR, seperti:
1. Seorang penderita TB tidak menyelesaikan pengobatan hingga tuntas
2. Pemberian obat yang salah, meliputi jenis obat, dosis, dan lama
pengobatan
3. Kualitas obat yang buruk
4. Kurangnya ketersediaan OAT
TB-MDR juga berisiko terjadi kembali pada orang yang memiliki
riwayat penyakit TB pada masa lalunya, memiliki kelemasan system imun,
kontak dengan penderita TB-MDR, dan seseorang yang berasal dari daerah
dengan kasus TB-MDR yang tinggi
C. Maifestasi klinis
1. Gejala Respiratorik
a. Batuk kering yang berangsur-angsur menjadi produktif lebih dari 3
minggu, kadang bercampur dengan darah
b. Sesak napas dan nyeri pada bagian dada
2. Gejala sistemik
a. Demam terutama di malam hari bisa mencapai 40-41oC
b. Berkeringat dingin pada malam hari tanpa melakukan aktivitas yang
berarti
c. Penurunan napsu makan
d. Penurunan berat badan
D. Patofisiologi TBC
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung
dari penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian,
penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara
penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam
ruangan tidur atau ruang kerja yang sama, penggunaan alat makan yang sama,
dan tidak menggunakan masker saat kontak langsung dengan pederita TBC.
Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan dari
batuk dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada
atau tidaknya sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban.
Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-
hari bahkan berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat,
maka droplet akan masuk ke system pernapasan dan terdampar pada dinding
system pernapasan. Droplet besar akan terdampar pada saluran pernapasan
bagian atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus
manapun, tidak ada predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil.
Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk suatu
focus infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut dan
tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut
akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase
yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, sehingga
berkurang atau tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrophage.
Karena fungsi dari macrofage adalah membunuh kuman atau basil apabila
prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan
daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun
pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan paruparu
yang menyebabkan klien terinfeksi penyakit TBC
Multidrug-resitance tuberculosis lebih banyak didahului dengan
adanya infeksi dari kuman mycobacterium tuberculosis yang kemudian
mengalami kekebalan OAT akibat 2 faktor yaitu :
1. Factor mikroorganisme
Virulensi kuman menjadi lebih tinggi dengan adanya daya tahan yang
tinggi. Keadaan yang menimbulkan tingginya factor virulensi ini adalah
sifat kuman yang dapat menginfeksi tubuh pejamu walaupun dalam
jumlah yang kecil dan kemampuan kuman mycobacterium tuberculosis
yang dapat bermutasi sehingga dapat menahan diri terhadap reaksi
peradangan oleh makrofag pada tubuh pejamu. Kuman mycobacterium
tuberculosis memiliki protein yang dapat menimbulkan apoptosis
makrofag yang harusnya memfagosit kuman. Hal ini akan menimbulkan
kerusakan jaringan yang semakin luas. Kuman ini juga data mensintesis
protein dan menimbulkan perubahan struktur kuman sehingga kuman
menjadi lebih resisten terhadap pemberian antibiotic yang sebelumnya
sudah digunakan
2. Factor klinis
Mekanisme terjadinya TB-MDR terjadi akibat factor penyelenggara
kesehatan, factor obat dan factor pasien.
a. Factor peyelenggara kesehatan
Factor penyelenggara kesehatan ini antara lain disebabkan oleh
keterlambatan diagnosis, petugas yang kurang terlatih, pemantauan
pengobatan yang tidak sesuai serta adanya fenomena addition
syndrome yaitu suatu obat yang ditambahkan pada satu pandan yang
telah gagal. Jika kegagalan ini terjadi akibat kuman yang telah resisten
pada panduan yang pertama maka penambahan obat ini akan
meningkatkan resistensi.
b. Factor obat
Factor obat antara lain panduan, dosis, dan lama pengobatan yang
tidak sesuai, serta toksisitan dan efek samping yang mungkin terjadi .
c. Factor pasien
Factor pasien yang berperan dalam terjadinya TB-MDR ini adalah
ketidaktaatan pasien dalam pengobatan, ketidaktaatan PMO (Pengawas
Menelan Obat), kurangnya pengetahuan pasien terhadap tuberculosis
dan adanya gangguan penyerapan obat. Pada beberapa keadaan, TB-
MDR sering terjadi pada pasien dengan HIV-AIDS.
E. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya TBC
Kondisi social ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor
toksis pada manusia merupakan faktor penting dari penyebab penyakit
tuberculosis yaitu sebagai berikut (Naga, 2014) :
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam penularan penyakit
Tuberkulosis yaitu kaitannya dengan kondisi rumah, kepadatan hunian,
lingkungan perumahan, serta lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang
buruk. Semua faktor tersebut dapat memudahkan penularan penyakit
tuberculosis.
2. Faktor social ekonomi
Pendapatan keluarga juga sangat mempengaruhi penularan
penyakit tuberculosis karena dengan pendapatan yang kecil membuat
orang tidak dapat hidup dengan layak seperti tidak mampu mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
3. Status gizi
Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan lain-lain
(malnutrisi), akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, sehingga
rentan terhadap berbagai penyakit termasuk tertular penyakit tuberculosis
paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara
miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
4. Umur
Penyakit tuberculosis paru ditemukan pada usia muda atau usia
produktif, dewasa, maupun lansia. Pada usia produktif orang yang
melakukan kegiatan aktif tanpa menjaga kesehatan berisiko lebih mudah
terserang tuberkulosis. Pada usia lanjut atau lebih dari 55 tahun, system
imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai
penyakit termasuk penularan penyakit tuberculosis.
5. Jenis kelamin
Menurut WHO penyakit tuberculosis lebih banyak di derita oleh
laki-laki dari pada perempuan, hal ini dikarenakan pada laki-laki lebih
banyak merokok dan minum alcohol yang dapat menurunkan system
pertahanan tubuh, sehingga wajar jika perokok dan peminum beralkohol
sering disebut agen dari penyakit tuberculosis paru
F. Cara pencegahan
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit
tuberculosis paru. Pencegahan-pencegahan berikut dapat dilakukan oleh
penderitaa, masyarakat, maupun petuhas kesehatan (Naga, 2014)
1. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup
mulut saat batuk, dan tidak membuang dahak di sembarangan tempat dan
meminum OAT secara teratur
2. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi yaitu dengan memberikan
vaksinasi BCG.
3. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melakukan desinfeksi,
seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatiah khusus
terhadapmuntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit
tuberculosis (piring, tempat tidur, pakaian) dan menyediakan ventilasi
rumah dan sinar matahari yang cukup.
G. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Riwayat Keperawatan, Kemungkinan Data Fokus
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
2. Pengkajian keperawatan keluarga dengan menggunakan tingkat
kemandirian keluarga
a. Tingkat kemandirian 1
1) Menerima petugas
2) Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan
b. Tingkat kemandirian 2
1) Menerima petugas
2) Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya dengan
benar
4) Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat
5) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
c. Tingkat kemandirian 3
1) Menerima petugas
2) Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya dengan
benar
4) Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat
5) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
6) Melakukan tindakan pencegahan sesuai asertif
d. Tingkat kemandirian 4
1) Menerima petugas
2) Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya dengan
benar
4) Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat
5) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
6) Melakukan tindakan pencegahan sesuai asertif
7) Melakukan tindakan peningkatan/promotive secara asertif
3. Kemungkinan data focus hasil pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
b. Antropometri : biasanya terjdi penurunan berat badan
c. Tanda vital
1) TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
2) Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
3) Pernafasan: biasanya nafas pasien meningkat (normal: 16- 24x
/menit)
4) Suhu: Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu
mungkin tinggi atau tidak teratur.
d. Kepala
1) Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis,
mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.
e. Dada
1) Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding
dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
2) Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah Perkusi :
Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
3) Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
f. Abdomen
1) Inspeksi : biasanya tampak simetris
2) Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
3) Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
4) Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
g. Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak
pucat, tidak ada edema
h. Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak
pucat, tidak ada edema
i. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak
(nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada
malam hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak
sub kutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris
(effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung
4. Kemungkinan data fokus hasil pemeriksaan diagnostic
a. Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
c. Photo torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f. Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menuru
H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Risiko tinggi infeksi (penyebaran/aktivasi ulang)
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Nyeri akut
5. Resiko terjadi konflik pada keluarga
I. Perenacanaan Keperawatan
1. Diagnose keperawatan : Risiko tinggi infeksi (penyebaran/aktivasi ulang
Tujuan : tidak terjadi penyebaran penyakit kepada anggota keluarga atau
orang lain
Kriteria hasil :
Keadaan kesehatan keluarga baik
Intervensi :
a. Berikan penyuluhan kesehatan tentang TBC (pengertian, tanda gejala,
cara penularan, cara pencegahan, dan cara pengobatan TBC)
b. Anjurkan keluarga untuk memisahkan peralatan makan dan peralatan
rumah tangga lainnya dengan penderita
c. Ajarkan pasien etika batuk
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan masker saat berinteraksi dengan
orang lain
2. Diagnosa keperawatan : bersihan jalan napas tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan jalan napas
kembali bersih
kriteria hasil :
a. Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
b. Irama pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
c. Kemampuan untuk mengeluarkan secret tidak ada deviasi dari kisaran
normal
d. Suara nafas tambahan tidak ada
e. Dispnea dengan aktifitas ringan tidak ada
f. Penggunaan otot bantu pernafasan tidak ada
Intervensi :
a. Kaji frekuensi napas, irama, dan kedalaman pernapasan
b. Berikan tindakan postural drainage
c. Berikan inhalasi sederhana
d. Ajarkan cara batuk efektif
e. Ajarkan etika batuk
3. Diagnose keperawatan : gangguan pertukaran gas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
pernapasan dan tanda vital kembali normal
Kriteria hasil :
a. Tekanan parsial oksigen di darah arteri (PaO2) tidak ada deviasi dari
kisaran normal
b. Tekanan parsial karbondioksisa di darah arteri (PaCO2) tidak ada
deviasi dari kisaran normal
c. Saturasi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran normal d)
Keseimbangan ventilasi dan perfusi tidak ada deviasi dari kisaran
normal
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda tanda hipoventilasi
b. Berikan posisi untuk membuat jalan napas dengan teknih chin lift atau
jaw thrust
c. Keluarkan secret dengan batuk efektif
d. Berikan pelembab udara
4. Diagnose keperawatan : Nyeri Akut
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
a. Wajah pasien berseri
b. Pasien mengatakan nyer berkurang
c. Pasien mengatakn lebih nyaman
Intervensi :
a. Kaji nyeri
b. Ajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam
c. Ajarkan keluarga tentang titik akupresur untuk mengurangi nyeri
J. Skoring
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah
a. Aktual 3
b. Potensial 2 1
c. Sejahteraan 1
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Mudah 2 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
a. Masalah berat, harus 2
segera ditangani
b. Ada masalah tetapi tidak 1 1
perlu segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah

SKOR
xBOBOT =NILAI AKHIR
NILAI TERTINGGI

K. Evaluasi Keperawatan Keluarga dengan Menggunakan Tingkat


Kemandirian Keluarga
Tingkat kemandirian 1 2 3 4
Menerima petugas v v v v
Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana v v v v
keperawatan
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan v v v
secara benar
Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat v v v
Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai v v v
anjuran
Melakukan tindakan pencegahan sesuai asertif v v
Melakukan tindakan peningkatan / promotif secara asertif v

L. Buku Sumber
Kelly, A. M., Smith, B., Luo, Z., Given, B., Wehrwein, T., Master, I., & Farley, J.
E. (2016). Discordance between patient and clinician reports of adverse
reactions to MDR-TB treatment. International Journal of Tuberculosis and
Lung Disease, 20(4), 442–447. https://doi.org/10.5588/ijtld.15.0318

Anda mungkin juga menyukai