AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI PRODI D-III TEKHNOLOGI LABORATORIUM MEDIK BANJARBARU 2022 1.1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kim et al., 2009). Tuberkulosis pada umumnya terjadi di paru-paru tetapi kadang-kadang dapat juga mempengaruhi organ tubuh lainnya, termasuk kulit, tulang, kelenjar getah bening, hati, saluran pencernaan dan sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap pewarnaan asam, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), bakteri tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat dorman, selama beberapa tahun (Anonimus, 2006a). Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian didunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat ini tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menginfeksi sepertiga populasi dunia, setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang aktif yang menyebabkan orang menjadi sakit. Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi penderita yang tidak menular. Hal ini menggambarkan setiap tahun di dunia akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru,dan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga kesehatan. Untuk memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati perhatian lintas sektoral karena berkaitan dengan faktor sosial budaya dan tempat hunian. Namun pada dasarnya penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain itu diperlukan juga kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan untuk mengawal perkembangan terapi pasien. Penyebab TBC memang bukan bakteri biasa, karena itu diperlukan konsistensi dan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi untuk mencapai hasilterapi yang optimal. Berangkat dari hal tersebut di atas maka dianggap perlu untuk mengetahui apa itu Tuberkulosis dan apa penyebabnya. Menyangkut dengan penyebabbya sendiri (M. Tuberkulosis) kita juga harus mengetahui hal-hal yang bersangkutan dengan bakteri tersebut agar pencegahan ataupun pengobatan terhadap penyakit yang di hasilkan oleh bakteri tersebut dapat di tangani secara tepat. Tuberkulosis paru yang sering dikenal dengan TBC paru disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) dan termasuk penyakit menular. TBC paru mudah menginfeksi pengidap HIV AIDS, orang dengan status gizi buruk dan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang. Penularan TBC paru terjadi ketika penderita TBC paru BTA positif bicara, bersin atau batuk dan secara tidak langsung penderita mengeluarkan percikan dahak di udara dan terdapat ±3000 percikan dahak yang mengandung kuman. Kuman TBC paru menyebar kepada orang lain melalui transmisi atau aliran udara (droplet dahak pasien TBC paru BTA positif) ketika penderita batuk atau bersin. TBC paru dapat menyebabkan kematian apabila tidak mengkonsumsi obat secara teratur hingga 6 bulan. Selain berdampak pada individu juga berdampak pada keluarga penderita, yaitu dampak psikologis berupa kecemasan, penurunan dukungan dan kepercayaan diri yang rendah.
1.2. Cara terinfeksi
TBC paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium Tuberculosi Humanis). Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TBC ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TBC dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TBC. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TBC dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TBC dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TBC di jaringan paru disebut Fokus Primer. Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TBC hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TBC. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TBC biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler. TBC primer adalah TBC yang terjadi pada seseorang yang belum pernah kemasukan basil TBC. Bila orang ini mengalami infeksi oleh basil TBC, walaupun segera difagositosis oleh makrofag, basil TBC tidak akan mati. Dengan semikian basil TBC ini lalu dapat berkembang biak secara leluasa dalam 2 minggu pertama di alveolus paru dengan kecepatan 1 basil menjadi 2 basil setiap 9 20 jam, sehingga pada infeksi oleh satu basil saja, setelah 2 minggu akan menjadi 100.000 basil. TBC sekunder adalah penyakit TBC yang baru timbul setelah lewat 5 tahun sejak terjadinya infeksi primer. Kemungkinan suatu TBC primes yang telah sembuh akan berkelanjutan menjadi TBC sekunder tidaklah besar, diperkirakan hanya sekitar 10%. Sebaliknya juga suati reinfeksi endogen dan eksogen, walaupun semula berhasil menyebabkan seseorang menderita penyakit TBC sekunder, tidak selalu penyakitnya akan berkelanjutan terus secara progresif dan berakhir dengan kematian.hal ini terutama ditentukan oleh efektivitas sistem imunitas seluler di satu pihak dan jumlah serta virulensi basil TBC di pihak lain. Walaupun sudah sampai timbul TBC selama masih minimal, masih ada kemungkinan bagi tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri bila sistem imunitas seluler masih berfungsi dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa TBC pada anak- anak umumnya adalah TBC primer sedangkan TBC pada orang dewasa adalah TBC sekunder. 1.3. Respon imun pada TB Obat-obat antituberkulosis tidak dapat mengeradikasi kuman Mycobacterium tanpa bantuan sistem imun yang efektif. infeksi tuberkulosis memperlihatkan perjalanan penyakit, gejala klinik dan dampak yang sangat berbeda pada masing-masing pasien. Keadaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dari virulensi kuman dan perbedaan dari respons imun hospes. Mekanisme virulensi kuman Mycobacterium masih merupakan suatu misteri, tetapi belakangan ini diketahui bahwa virulensi terjadi bukan akibat sintesis zat-zat toksik melainkan akibat kemampuannya untuk tetap mempertahankan diri terhadap mekanisme respons imun. Pada infeksi tuberkulosis respons imun hospes dapat diumpamakan seperti pedang bermata dua karena selain memperlihatkan respons proteksi dapat juga mengakibatkan destruksi jaringan sehingga mempermudah berkembangnya penyakit. Respons imun pada infeksi tuberkulosis dapat dibagi dalam 4 tahap : A. Innate (natural) immunity 4 Merupakan imunitas bawaan / alamiah dimana variabel utama yang berperan secara imunologi adalah sel-sel makrofag alveoli dan sel NK. Mekanisme utama yang berperan pada tahap ini adalah fagositosis. Tetapi kuman tuberkulosis yang bersifat intraseluler relatif resisten terhadap proses degradasi yang dilakukan oleh makrofag pada tahap ini, sehingga innate immunity umumnya tidak efektif dalam mengontrol penyebaran infeksi. Innate immunity berperan pada tahap awal infeksi sebelum timbulnya respon imun yang spesifik. B. Adaptive / Acquired immunity Merupakan bentuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi primer yang dalam perkembangannya diawali oleh proses immune recognition yang terjadi pada kelenjar getah bening. Immune recognition yang terjadi akan menghasilkan respon imun dalam bentuk respon imun MHC class II pathway, terutama dalam bentuk Th1-cytokine profile yang berperan untuk menekan bakteriemia. C. Immune surveillance Merupakan pertahanan tubuh untuk mengendalikan kuman tuberkulosis yang dorman dalam set-sel fagosit dimana sel CD8+ merupakan variabel utama sedangkan set CD4+ sebagai variable pendukung. D. Macrophage activation Merupakan permasalahan utama dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi tuberkulosis pasca primer dimana sel CD4+ merupakan variabel yang memegang peranan utama DAFTAR PUSTAKA Crofton, J., Horne, N., Miller, F. 2002. Tuberkulosis Klinis. Edisi II. Jakarta. Widya Medika. Evin Kenedyanti1 , Lilis Sulistyorini2. 2016. ANALISIS MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS DAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU. FKM Universitas Airlangga, Tri Dewi Kristini1,2, Rana Hamidah1,. 2020. Potensi Penularan Tuberculosis Paru pada Anggota Keluarga Penderita. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang. Ahmad S. Pathogenesis, immunology and diagnosis of Latent Mycobacterium tuberculosis infection. Clinical and Developmental Immunology. 2011 ; 1-16. Mortaz E, Varahram M, Farnia P, Bahadori M, Masjedi MR. New aspect in immunopathology of Mycobacterium tuberculosis. ISRN Immunology. 2012: 1- 11