Anda di halaman 1dari 9

Sistem Imun

pada Pasien
Tuberkulosis
Oleh : Afranisa Fisabella
NIM : P17111211010
Kelas : 2A/Sarjana Terapan Gizi
Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
merupakan bakteri bentuk basil dengan ukuran kecil yang bersifat tahan asam. M. tuberculosis ditularkan secara droplet saat
penderita TBC melakukan aktivitas seperti bernyanyi, berbicara, batuk, atau bersin. Gejala yang umum terjadi pada penderita
TBC biasanya berupa batuk kronik yang tidak kunjung mereda selama lebih dari 3 minggu, turunya nafsu makan, pembentukan
sputum, berat badan menurun, keringat berlebih saat malah hati disertai demam, dan hemoptisis. Dari beberapa gejala, batuk
merupakan gejala yang sangat umum terjadi pada pasien TBC (Nasution, 2015).
Patofisiologis Tuberkulosis

Bakteri M. tuberculosis yang terhirup oleh tubuh akan ke saluran pernafasan, karena ukuran bakteri
yang sangat kecil yaitu sekitar 5-10 mikrometer menyebabkan bakteri penyebab TBC dapat lolos dari
penyaringan udara di bagian pernafasan atas dan masuk ke jaringan paru-paru.

Dengan ukuran yang sangat kecil, bakteri TBC dapat menembus hingga alveolus. Di dalam alveolus
bakteri segera difagostosis oleh magkofag paru, namun beberapa bakteri TBC tidak dapat hancur karena
adanya kandungan lipoarabinomannan yang ada di dinding M. tuberculosis sehingga bakteri M.
tuberculosis dapat bertahan di magkofag paru dan membentuk koloni di dalamnya.

M. tuberculosis akan menempati lokasi pertama yang disebut fokus primer dan kemudian
menyebar ke bagian limfe dan mengakibatkan inflamasi yang terjadi di saluran limfe atau disebut
limfangitis. Masa inkubasi penderita TBC akan terjadi selama 4 - 8 minggu dan kemudian terjadi kompleks
primer. Setelah kompleks primer, imunitas pada tubuh terhadap TBC akan terbentuk (Ramadanti, dkk
(2091)).
Respon Imunitas pada Penderita Tuberkulosis
Bagaimana imun tubuh menghadapai bakteri tuberkulosis?
Ketika terjadi invasi pada bakteri TBC, magkofag sebagai sistem
pertahanan tubuh di paru-paru akan melakukan fagositosis terhadap
bakteri TBC di dalamnya dengan proses pengenalan yang melibatkan
adanya aktivitas C3b. Namun, karena adanya kandungan
lipoarabinomannan dalam dinding bakteri TBC mampu menghambat
peningkatan ion Ca2+ yang dapat menyebabkan gangguan pada jalur
calmodulin dan akan menyebabkan fagosom dan lisosom fusi sehingga
tidak ada percampuran antara bakteri dan lisosom yang menyebabkan
bakteri dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag.
Respon Imunitas pada Penderita Tuberkulosis
Makrofag yang terinfeksi bakteri TBC akan menerima respon dan melakukan
pelepasan sitokin proinflamasi termasuk TNF-α dan IL-1 untuk merangsang monosit dan
limfosit T, terutama CD4+ yang akan membentuk IFN-γ yang mengaktifkan makrofag lainnya.
Proses ini dikenal sebagai respon makrofag mengaktivasi sel Th2 yang kemudian
menyebabkan CD4+ akan menghasilkan IL4, IL 5, IL 10 dan IL 13 dan menstimulasi sistem
kekebalan humoral.

Dalam jaringan paru- paru, makrofag yang terinfeksi akan membentuk sel berinti
besar dan membentuk granuloma yang dikelilingi oleh limfosit dan makrofag teraktivasi.
Sel ini biasanya disebut sel raksasa berinti banyak yang histopatologinya berbentuk seperti
tapal kuda. Pada granuloma, pertumbuhan bakteri TBC dapat dicegah yang disebabkan
lingkungan oksigen rendah dan keasaman rendah.
Respon Imunitas pada Penderita Tuberkulosis
Ketika masa penyembuhan akan membentuk fibrosis. Proses ini disebut
sebagai Respons Jaringan Rusak. Dalam periode lama, granuloma dapat
mengembang dan membentuk klasifikasi dan akan muncul dalam fitur radiologis
sebagai kepadatan radioaktif di bidang paru-paru bagian atas, apeks paru, atau
limfoma perihilar. Fokus granuloma juga dapat ditemukan di jaringan lain
tergantung pada seberapa luas penyebaran bakteri TBC. Dalam beberapa kasus di
pusat lesi, bahan caseous dapat meleleh, dinding bronkial dan pembuluh darah
menjadi rusak dan rongga terbentuk. Hal ini menyebabkan penyebaran bakteri TBC
ke jaringan paru- paru lain dan dapat melewati saluran pernafasan, keluar saat
batuk dan berbicara. Jika setelah proses infeksi ini tidak muncul, telah terjadi
keseimbangan antara sistem kekebalan tubuh dan reaksi patologis bakteri TBC
Pencegahan dan Pengobatan
Tuberkulosis
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar
dari penyakit tuberkulosis seperti membiasakan pola hidup
bersih dan sehat. Selain itu, batuk dengan menutup mulut dan
tidak meludah disembarang tempat, mengisolasikan peralatan
makan dan minum penderita, mengurangi hubungan atau
komunikasi dengan penderita dan membuka pintu dan jendela
setiap pagi.

Pengobatan TBC dapat dilakukan di fasilitas atau sarana


kesehatan, kemudian rutin mengkonsumsi obat dan menjaga
kebersihan.
Daftar Pustaka
Sudre, P., Ten Dam, G., & Kochi, A. (1992). Tuberculosis: a global overview of the situation today. Bulletin of the World
Health Organization, 70(2), 149.

Ramadanti, R., Soleha, T. U., & Maulana, M. (2019). Pengaruh Euphorbia milii Terhadap Respon Imunitas pada Infeksi
Tuberkulosis. Jurnal Majority, 8(1), 226-231.

Hermayanti, D. (2011). Respons imun dan pemeriksaan serologi pada tuberkulosis. Saintika Medika, 7(1).

Mursyaf, N. A. S., Nurdiyanah, N., & Ibrahim, H. (2018). Keberhasilan pengobatan tuberkulosis (tb) paru di wilayah
kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar. HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4(1), 32-40.

Sari, M. T., Haflin, H., & Rahmaniyah, D. (2020). Karakteristik dan Upaya Pencegahan Penularan Pada Penderita
Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 692-696.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai