PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini memiliki bentuk batang dan memiliki sifat
tahan asam yang membuatnya juga dikenal sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Penemuan bakteri ini dilakukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 dan seringkali
menyerang organ paru-paru lebih sering daripada bagian tubuh lainnya pada manusia.
Pemeriksaan radiologi pada area dada merupakan suatu prosedur yang sangat penting.
Perkembangan pesat dalam teknik pemeriksaan radiologi dada selama dekade terakhir
dan pemahaman dalam mengevaluasi hasil radiografi dada telah menjadikan
pemeriksaan sinar-X dada sebagai suatu rutinitas yang tidak dapat diabaikan. Saat ini,
pemeriksaan paru tanpa sinar-X dianggap tidak lengkap dan diagnosis penyakit paru
belum dapat dipastikan secara pasti tanpa adanya pemeriksaan radiologi. Selain itu,
berbagai kelainan paru dapat terlihat jelas pada foto sinar-X sebelum gejala klinis
muncul, sehingga pemeriksaan rutin pada individu tanpa keluhan (pemindaian dada
massal) telah menjadi prosedur umum dalam upaya pemantauan kesehatan
masyarakat, seperti yang dilakukan pada mahasiswa, murid sekolah, anggota
pemerintahan, karyawan perusahaan, dan lainnya. Misalnya, suatu lesi tuberkulosis
dengan diameter hanya 2 mm mungkin dapat terdeteksi pada foto sinar-X, sementara
pemeriksaan fisik secara klinis tentu tidak akan berhasil menemukan lesi sekecil itu.
Tidak ada metode lain yang memiliki tingkat penting yang sebanding dengan
pemeriksaan radiologi dalam hal dokumentasi dan evaluasi berkala yang objektif.
Foto sinar-X yang diambil pada waktu tertentu dapat menjadi dokumen abadi dari
kondisi penyakit seorang pasien, dan dapat digunakan dan dibandingkan dengan foto
yang diambil pada waktu lainnya.
Maka dari itu, pemahaman yang baik tentang modalitas radiologi terutama foto sinar-
X sangat penting bagi seorang dokter dalam penanganan kasus Tuberkulosis. Dengan
memiliki pengetahuan dasar tentang citra radiologi pada pasien dengan Tuberkulosis,
dokter dapat mendiagnosis masalah yang terjadi pada pasien dengan akurat dan
melakukan terapi yang sesuai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi TB
Ada lima jenis bakteri yang terkait dengan infeksi Tuberkulosis (TB), yaitu
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum,
Mycobacterium microti, dan Mycobacterium canettii. M.tuberculosis (M.TB) adalah
bakteri yang paling umum ditemukan dan menular antara manusia melalui udara.
Tidak ada hewan yang berperan sebagai penyebar M.TB. Namun, M. bovis dapat
bertahan dalam susu sapi yang terinfeksi dan dapat menginfeksi saluran pencernaan
dan jaringan limfatik pada manusia melalui konsumsi susu sapi yang terinfeksi
tersebut. Insiden infeksi M.bovis pada manusia telah menurun secara signifikan di
negara-negara berkembang karena adanya proses pasteurisasi susu dan strategi
pengendalian TB yang efektif pada hewan ternak. Infeksi oleh jenis organisme
lainnya jarang ditemukan.
Tuberkulosis dapat menular melalui udara saat seseorang yang terinfeksi TB paru
atau TB laring batuk, bersin, atau bicara, melepaskan percikan kecil bernama droplet
nucleus (<5 mikron). Percikan ini juga dapat terjadi selama prosedur medis seperti
induksi sputum, bronkoskopi, dan manipulasi jaringan di laboratorium. Partikel kecil
tersebut dapat mengandung 1-5 basili TB dan tetap infeksius dalam udara selama 4
jam, mampu mencapai ruang alveoli dalam paru-paru untuk melakukan replikasi.
Ada beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit TB,
antara lain:
2.4 Patogenesis TB
1. TB primer
2. TB pasca primer
Manifestasi klinis penyakit TB bervariasi tergantung pada lokasi lesi. Gejala yang
mungkin timbul antara lain:
Di wilayah dengan laboratorium yang dipantau mutunya, TB Paru BTA positif dapat
didiagnosis berdasarkan hasil positif BTA minimal dari satu spesimen. Namun, di
daerah tanpa pemantauan mutu laboratorium, kasus TB Paru BTA positif
membutuhkan minimal dua spesimen dengan hasil BTA positif.
Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan obat dapat dilakukan dengan dua metode:
metode konvensional dan metode cepat.
Jika tidak dapat memperoleh sputum secara spontan, tindakan induksi sputum atau
prosedur invasif seperti bronkoskopi atau torakoskopi dapat dilakukan. Pemeriksaan
tambahan pada semua pasien TB yang dikonfirmasi bakteriologis atau terdiagnosis
secara klinis meliputi pemeriksaan HIV dan gula darah. Pemeriksaan lainnya
dilakukan sesuai indikasi seperti fungsi hati, fungsi ginjal, dan lain-lain.
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus menggunakan pemeriksaan
bakteriologis seperti mikroskopis, tes cepat molekuler TB, dan biakan. Pemeriksaan
TCM digunakan untuk penegakan diagnosis, sementara pemantauan pengobatan tetap
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis. Diagnosis TB tidak boleh hanya
berdasarkan foto toraks karena tidak spesifik dan dapat menyebabkan over diagnosis
atau under diagnosis. Pemeriksaan serologis tidak boleh digunakan untuk
mendiagnosis TB.
2.7 Pengobatan tuberkulosis paru
*) Pasien usia di atas 60 tahun memiliki batasan dosis harian sekitar 500-700 mg.
Pedoman merekomendasikan dosis sekitar 10 mg/kg BB untuk kelompok usia ini.
Pasien dengan berat badan di bawah 50 kg memiliki batasan dosis harian sekitar 500-
750 mg.
Resistensi kuman M.tuberculosis terhadap OAT terjadi ketika kuman tersebut tidak
lagi dapat dibunuh oleh OAT. TB resistan obat (TB-RO) dapat disebabkan oleh
pengobatan yang tidak adekuat atau penularan dari pasien TB-RO.
Terduga TB-RO termasuk orang dengan gejala TB dan salah satu atau lebih kriteria
berikut:
*) Pada pasien usia >59 tahun, dosis maksimum kanamisin adalah 0,75 g. Jika
kanamisin tidak dapat diberikan, dapat diganti dengan kapreomisin dengan dosis yang
sama.
**) Untuk INH, dosisnya adalah 450 mg untuk pasien dengan berat badan 33-40 kg
dan 600 mg untuk pasien dengan berat badan >40 kg.
#) Mengingat ketersediaan obat Clofazimin saat ini, pasien dengan berat badan <33
kg diberikan Clofazimin 100 mg setiap dua hari.
Tanpa pengobatan, angka kematian akibat tuberkulosis dapat mencapai 50% dalam 7
tahun. Namun, kesembuhan dari tuberkulosis setelah menjalani pengobatan lengkap
dinilai sangat baik, terutama pada kasus-kasus TB non-MDR dan non-XDR dengan
recovery penuh atau komplikasi minimal. Pasien dengan MDR dan XDR memiliki
kemungkinan kesembuhan yang lebih rendah, tergantung pada jenis obat yang
resisten dan tingkat kerusakan paru yang sudah terjadi.
PENUTUP
Joo Jeong, Yeon dan Lee Kyung Soo. 2008. Pulmonary Tuberculosis: Up-to-Date
Imaging Management.