Anda di halaman 1dari 29

1

MAKALAH MIKROPARASITOLOGI

TUBERKULOSIS (TBC)
DOSEN PEMBIMBING : IKA NURSANTI, M.Kes

TINGKAT I B
OLEH
AMALIA PUTRI & MARDIAH

POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI


JURUSAN KEPERAWATAN
20012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama ginjal, tulang, dan
nodus limfe (Suddarth, 2003). Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri
menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam
yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi. Penyakit TB paru bila tidak
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura,
empiema, laryngitis dan TB usus.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis, (Smeltzer,
2002). Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan
klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1.

Tuberkulosis paru

2.

Bekas tuberkulosis paru

3.

Tuberkulosis paru tersangka.

Tuberkulosis tersangka yang terbagi dalam :


a.

TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain
positif)

b.

TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tanda tanda lain
meragukan) (Suyono, 2001)
Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah. Sejauh ini, Asia

termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Setiap 30


detik, ada satu pasien di Asia meninggal dunia akibat penyakit ini. Sebelas dari 22
negara dengan angka kasus TB tertinggi berada di Asia, di antaranya Banglades, China,
India, Indonesia, dan Pakistan. Empat dari lima penderita TB di Asia termasuk
kelompok usia produktif (Kompas, 2007). Di Indonesia, angka kematian akibat TB
mencapai 140.000 orang per tahun atau 8 persen dari korban meninggal di seluruh
dunia. Setiap tahun, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru TB, dan 75 persen penderita

3
termasuk kelompok usia produktif. Jumlah penderita TB di Indonesia merupakan ketiga
terbesar di dunia setelah India dan China.
Mengingat akan bahaya TB paru dan pentingnya memberikan pelayanan pada
masyarakat, terutama untuk mendeteksi dini, memberikan terapi yang tepat serta
pencegahan dan penanganan TB. Oleh karena itu, kami tertarik untuk membahas
menegenai TB dalam makalah ini yang nantinya semoga dapat bermanfaat bagi
masyarakat umumnya dan penulis sendiri khususnya.

1.2 Permasalahan
1. Apa Definisi TB Paru?
2. Mengapa seseorang bisa sampai terkena penyakit TB?
3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit TB?
4. Bagaimana pengobatan pada pasien TB?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan Definisi TB Paru
2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta
patofisiologinya dalam tubuh.
3. Untuk menjelaskan cara pengobatan TBC

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan
melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh
bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya
terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit
aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.

2.2 Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic
tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang
jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.

2.3 Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita


Tipe Penderita
a. Kasus Baru
Penderita TBC yang belum pernah diobatai atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
b. Kambuh (Relaps)
Penderita TBC yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan telah
dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif.
c. Pindahan (Tranfer In)
Penderita dalam pengobatan OAT pindah dari satu kabupaten lain.
d. Setelah Lalai (setlah default)
Penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau
lebih, kemudian datang kemabali berobat.

e. Lain-lain
1. Gagal
- Penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali positif pada
akhir bulan ke 5 atau lebih
- Penderita dengan hasil BTA negatif rontgen positif menjadi BTA positif
pada akhir bulan ke 2 pengobatan
2. Kasus Kronis
- Penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah pengobatan
ulang dengan kategori 2

TUBERKULOSIS

EKSTRA
PARU

PARU

BTA POSITIF
2 atau 3 spesimen dahak SPS
BTA pos
1 spesimen BTA pos & ro
Pos TBC aktif

BTA POSITIF
RONTGEN POSITIF
2 atau 3 spesimen dahak
SPS BTA pos
1 spesimen BTA pos & ro
Pos TBC aktif

2.4 Tanda Dan Gejala


1. Tanda
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu

RINGAN
-TBC kel
linfe-Pleuritis
eksudativa
unilateral
-TBC
tulang
(kecuali
tulang
belakang)
-TBC
sendi
-TBC
kel.Adrena
l

BERAT
-TBC Meningtis
-TBC Miller
-Perikardita
-Peritonitiis
-Pleuritis
eksudativa
duplex
-TBC tulang
belakang
-TBC usus
-TBC sal.kencing
-TBCalat
kelamin

d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.


2. Gejala
a. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.

6
b. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum).
Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
c.Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru.
d. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
e.Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam.

2.5 Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang
aneh di dalam paru-paru meliputi: penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag,
pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang
disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha
otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital,
berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan
kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di
dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.

2.6 Cara Mendiagnosa Penyakit TBC dan Pemeriksaan Penunjang


1.

Anak

Diagnosis TBC pada anak sulit, sehingga sebagian besar didasarkan pada beberapa
kriteria dibawah ini.

7
ALUR DETEKSI DAN RUJUKAN TB
ANAK
Hal-hal yang mencurigakan TBC
1. Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TBC yang BTA positif
2. Terdapat reaksi kemerahan lebih cepat (dalam 3-7 hari) setelah imunisasi BCG
3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik (failure to thrive)
4. Sakit dan demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas
5. Batik-batuk lebih dari 3 minggu
6. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang spesifik
7. Skrofuloderma
8. Konjungtivis fliktenularis
9. Tes tuberkulin yang positif (> 10 mm)
10. Gambaran foto rontgen sugestif TBC

Bila 3 positif

Dianggap TBC
Beri OAT
Observasi 2 bulan

Membaik

TBC

OAT diteruskan

PERHATIAN
Bila terdapat tanda-tanda bahaya
seperti:
-Kejang
Kesadaran menurun
Kaku kuduk
Benjolan dipunggung
Dan kegawatan lain
Segera rujuk ke Rumah Sakit

Memburk//tetap

Bukan TBC

TBC kebal obat (MDR)

Rujukan ke RS

Pemeriksaan lanjut di RS :
Gejala klinis
UJi tuberculin
Doto ronget paru
Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
Pemeriksaan patologi anatomi
Prosedur diagnotik dan tatalaksana sesuai
dengan procedure di RS yang bersangkutan

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk


menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering
digunakan dalam Screening TBC. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan
uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 48
72 jam; dengan hasil positif bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm,
meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberkulin bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak
yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 15 mm ke atas baru dinyatakan positif,
sedangkan pada anak kontrak erat dengan penderita TBC aktif, diameter indurasi 5
mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan oleh keadaan infeksi berat, pemberian
immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia), dapat pula oleh gizi buruk, morbili,
varicella dan penyakit infeksi lain.

2.

Dewasa

Diagnosa TBC pada orang dewasa didasarkan atas pemeriksaan mikroskopis dahak.
Gejala tersangka TBC adalah:
Gejala utama\: batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
Gejala lain:
a.

Dahak bercampur darah

b.

Batuk darah

c.

Sesak nafas dan rasa nyeri dada

d.

Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan

Untuk memastikan diagnosis TBC harus dilakukan pemeriksaan dahak SPS secara
mikroskopis langsung. Bila 2 dari 3 hari spesimen tersebut hasilnya BTA (+), diagnosis
TBC sudah dapat ditegakkan.
Mutu pemeriksaan mikroskopis dahak harus tetap jaga dengan melakukan pemeriksaan
cross check/ uji silang sehingga diketahui kualitas hasil pemeriksaan sediaan dahak
BTA.

ALUR DIAGNOSIS TBC PARU PADA ORANG DEWASA

Gambaran Radiologi
Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus,
paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas dan
gambaran milier. Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari bilasan lambung,
namun memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa diantaranya dengan
cara ELISA (Enzyime Linked Immunoabserben Assay) untuk mendeteksi antibody atau
uji peroxidase anti peroxidase (PAP) untuk menentukan IgG spesifik. Teknik
bromolekuler, merupakan pemeriksaan sensitif dengan mendeteksi DNA spesifik yang
dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Uji serodiagnosis
maupun biomolekular belum dapat membedakan TB aktif atau tidak.

10

Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :


a.

Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi


penyakit.

b.

Menderita tuberkulosis yang masih aktif

c.

Menderita TBC yang sudah sembuh

d.

Pernah mendapatkan vaksinasi BCG

e.

Adanya reaksi silang (cross reaction) karena infeksi mikobakterium atipik.

Diagnosa
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret yang
berlebihan
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efek paru,
kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat sekunder terhadap mual.
4) Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigenasi untuk
aktivitas.
6) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain berhubungan
dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.

2.7 Epidemiologi Dan Penularan TBC


Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah :
1) Reservour, sumber dan penularan
Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang
dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.
2) Masa inkubasi
Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan
waktu empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan
reinfeksi bisa beberapa tahun.
3) Masa dapat menular

11
Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang
dibatukkan atau dibersinkan.
4) Immunitas
Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan
bayi diberi vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.

2.8 Cara Menemukan Penderita


Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan tersangka
penderita yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan meningkatkan
penyuluhan TBC kepada masyarakat.
Bila ditemukan penderita tuberkulosis paru dengan sptum BTA positif, maka
semua orang yang kontak serumah dengan penderita harus diperiksa. Apabila ada
gejala-gejala suspek TBC maka harus diperiksa dahaknya.
Bila ditemukan penderita TBC anak maka dicari sumber penularannya.

2.9 Stadium TBC


1. Kelas 0
Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar, reaksi
terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna).
1. Kelas 1
Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (riwayat pemaparan, reaksi tes
tuberkulosis tidak bermakna)
1. Kelas 2
Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin bermakna,
pemeriksa bakteri negatif, tidak bukti klinik maupun radiografik).
Status kemoterapi (pencegahan) :

Tidak ada

Dalam pengobatan kemoterapi

Komplit (seri pengobatan dalam memakai resep dokter)

Tidak komplit

1. Kelas 3
Tuberkuosis saat ini sedang sakit (Mycobacterium tuberkulosis ada dalam biakan, selain
itu reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau bukti radiografik tentang adanya

12
penyakit). Lokasi penyakit : paru, pleura, limfatik, tulang dan/atau sendi, kemih
kelamin, diseminata (milier), menigeal, peritoneal dan lain-lain.
Status bakteriologis :
a. Positif dengan :

Mikroskop saja

Biakan saja

Mikroskop dan biakan

b. Negatif dengan :

Tidak dikerjakan

Status kemoterapi :
Dalam pengobatan kemoterapi sejak kemoterapi diakhiri, tidak lengkap reaksi tes kulit
tuberkulin :
a. Bermakna
b. Tidak bermakna
1. Kelas 4
Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat mendapat
pengobatan pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang stabil pada
orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya bermakna, pemeriksaan bakteriologis, bila
dilakukan negatif. Tidak ada bukti klinik tentang adanya penyakit pada saat ini).
Status kemoterapi :
a.

Tidak mendapat kemoterapi

b.

Dalam pengobatan kemoterapi

c.

Komplit

d.

Tidak komplit
1. Kelas 5

Orang dicurigai mendapatkan tuberkulosis (diagnosis ditunda)


Kasus kemoterapi :
a.

Tidak ada kemoterapi

b.

Sedang dalam pengobatan kemoterapi.

13
2.10 Komplikasi
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB usus.
Menurut Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru
stadium lanjut: 1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2)
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3) Bronkiectasis dan fribosis pada Paru. 4)
Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru. 5) Penyebaran
infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. 6)
Insufisiensi Kardio Pulmoner

2.11 Pemulihan
1. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi cepat M.
tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :
a.

Isoniazid (H)

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping yang
mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus,
pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek
samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini
pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
b.

Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek samping


rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia. Rifampisin dapat
menyebabkan warnam merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus
diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah
tersebut terjadi karena proses metabolism obat dan tidak berbahaya.
c.

Pirazinamid (P)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana
asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d.

Streptomisin (S)

14
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan kerusakan
nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
e.

Ethambutol (E)

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa


berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun optic
neuritis.
a)

Tujuan Pengobatan
1) Menyembuhkan penderita
2) Mencegah kematian
3) Mencegah kekambuhan
4) Menurunkan tingkat penularan

b) Prinsip Pengobatan
Pengobatan dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis
yang tepat selam 6-8 bulan
Pengobatan penderita TBC terdiri atas 2 fase
1) Fase Intensif
Obat diminum setiap hari dengan pengawasan langsung
2) Fase Lanjutan
Obat diminum seminggu 3 kali, kecuali untuk anak, OAT diminum setiap hari
c)

Panduaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


OAT Kombipak
Dosis kimbipak yang tersedia adalah untuk penderita dengan BB 33-50kg
Untuk penderita dengan BB selain 33-50kg, dosisnya supaya disesuaikan

d) Tindak lanjut pengobatan setelah pemeriksaan ulang dahak


e)

Hasil pengobatan dan Tindak lanjut

Hasil Pengobatan
Sembuh

Keterangan
Bila penderita menyelesaikan

Tindak Lanjut
Diharapkan

pengobatannya secara lengkap, minimal datang bila gejala


pemeriksaan dahak 2 kali bertutut-turut
negatif (pada AP dan/atau sebulan
sebelum AP dan, pada 1 pemeriksaan
follow up sebelumnya)

muncul kembali

15
Pengobatan

Pendeita yang telah menyelesaikan

Lengkap

pengobatannya secara lengkap tapi tidak datang bila gejala


ada pemeriksaan ulang dahak 2 kali

Diharapkan

muncul kembali

berturut-turut NEGATIF
Meninggal

Penderita yang dalam masa pengobatan


diketahui meninggal karen sebab apapun

Pindah

Penderita yang berobat ke kabupaten/

Sertakan OAT

kota lain

dan surat pindah


(TB09). Hasil
pengobatan (TB
10) dikirim ke
UPK asal.

Defaulted/

Penderita yang tidak mengambil obat

Drop out

2bulan berturut-turut atau lebih sebelum ulang dahak:


masa pengobatannya selesai

Dilacak, periksa

-BTA (+) ganti


kat2
-BTA (-)
lanjutkan sisa
kat1

Gagal

Pada pengobatan dengan kat1: hasil

Kat1 ganti

BTA tetap positif atau kembali menjadi

menjadi kat2

positif pada satu bulan sebelum AP atau


pada AP
Pada pengobatan dengan kat2: hasil

Kasus Kronis,

BTA tetap positif atau kembali menjadi

rujuk spesialistik

positif pada satu bulan sebelum AP atau atau INH seumur


pada AP

hidup

Pada pengobatan dengan kat3: hasil

Kat3 ganti

pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan menjadi kat2


k2-2 menjadi positif

16
f)

Tatalaksana Penderita yang berobat tidak teratur

Ikuti bagan ini kemudian sesuaikan dengan kategori penderita (INGAT: hanya untuk
penderita kategori 1 dan kategori 2)
Kategori 1
Lama
Pengobatan
Sebelumnya

Lamanya
Pengobatan
terputus

Kurang dari 1 <2 minggu


bulan
2-8 minggu

>8 minggu

1-2bulan

Perlu
Hasil
Dicatat
Tidaknya
pemeriksaan kembali
pemeriksaan
dahak
sebagai
dahak
Tidak
Tidak

Ya

Positif

Negatif

<2 minggu

Tidak

2-8 minggu

Ya

Positif

Negatif

Positif

>8 minggu

Ya

< 2 minggu

Tidak

...

Pengobat
an
setelah
lalai
Pengobat
an
setelah
lalai
....

2-8 minggu

Ya

Positif
Negatif

...
....

Positif

Pengobat
an
setelah
lalai

Negatif

> 2bulan

>8 minggu

Tidak

Tindakan
Pengobatan
Lanjutkan
kategori 1
Mulai
kategori 1
dari awal
Mulai
kategori 1
awal
Lanjutkan
kategori 1
Lanjutkan
kategori 1
Mulai
kategori 1
awal
Lanjutkan
kategori 1
Mulai
kategori
awal
Lanjutkan
kategori 1

Lanjutkan
kategori 1
Lanjutkan
kategori 1
Mulai
kategori 2
dari awal

17
Negatif

Kategori 2
Lama
Pengobata
n
Sebelumny
a
Kurang dari
1 bulan

1-2bulan

Lamany
a
Pengoba
tan
terputus
<2
minggu
2-8
minggu
>8
minggu

<2
minggu
2-8
minggu

>8
minggu

Perlu Tidaknya
Hasil
pemeriksaan
pemeriksaan
dahak
dahak

<2
minggu
2-8
minggu

>8
minggu

Dicatat
kembali
sebagai

Tidak

Tidak

Ya

Positif

Negatif

Tidak

Ya

Positif

Negatif

Positif

Ya

Tidak

...

Pengobatan
setelah lalai
Pengobatan
setelah lalai
....

Ya

Positif

...

Negatif

....

Positif

Pengobatan
setelah lalai
Pengobatan
setelah lalai

Negatif
> 2bulan

Pengobat
an
setelah
lalai

Ya

Negatif

Lanjutkan
kategori 1

Tindakan
Pengobatan
Lanjutkan
kategori 2
Mulai kategori 2
dari awal
Mulai kategori 2
awal
Lanjutkan
kategori 2
Lanjutkan
kategori 2
Tambahkan
sisipan 1 bulan
Lanjutkan
kategori 2
Mulai kategori
2 dari awal
Lanjutkan
kategori 1
Lanjutkan
kategori 2
Mulai kategori 2
dari awal
Lanjutkan
kategori 2
Mulai kategori 2
dari awal
Lanjutkan
kategori 2

18

g) Pengobatan TBC pada keadaan khusus


Wanita hamil

Semua OAT aman dan boleh diberikan, kecuali streptomycin tidak


boleh diberikan karena menganggu alat keseimbangan dan
pendengaran bayi.

Ibu Menyusui dan

Semua OAT aman

BAYI

Pemberian OAT dapat mencegah penularan ke bayi


Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan, bayi tetap dapat menyusui
Bayi diberi INH sebagai obat pencegahan (5mg/kgBB/hari) selama
6 bulan, kemudian beri BCG, bila bekum pernah mendapat BCG

Wanita Pengguna

Rifampisin menurunkan efektifitas kontrasepsi normal

Kontrasepsi

Sebaiknya menggunakan kontrasepsi non hormonal (Kondom,


IUD) atau kontrasepsi dengan ekstrogen dosis tinggi (50
microgram) mislanya exluton.

Penderita

Pengobatan sama dengan penderita TBC Non HIV/AIDS

HIV/AIDS
Penderita Hepatitis

- OAT ditunda samapi hepatitis sembuh

Akut

- Bila sangat perlu beri streptomycin dan enthambutol maksimal 3 bulan


dan dilanjutkan rifampisin dan INH selam 6 bulan

Penderita Kelainan
Hati Kronik

- Bila SGOT dan SGPT meningkat >3 kali hentikan pengobatan, bila
tidak teruskan pengobatan dengan pengawasan yang ketat
- Regimen 2HRES/6RH atau 2HES/10HE

Penderita dengan

- Berikan Paduan 2RHZ/6HR (rujuk spesialis)

gangguan ginjal

- Boleh diberikan streptomycin dan enthambutol dengan pengawasan


fungsi ginjal

Penderita dengan

- Diabetesnya harus terkontrol

Diabetes Melitus

- Rifampisin menurunkan efektifitas obat oral anti diabetes


- Hati-hati penggunaan ethambutol karena komplikasi pada mata

1. TBC Meningitis

Perlu diberikan KORTIKOSTEROID (misalnya prednison dengan

2. TBC milier dengan

dosis 30-40 mg/hari kemudian diturunkan bertahap)

atau tanpa gejala


3. Pleuritis eksudativa
TBC
4. Perikarditis
konstriktiva

19
2. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat jaringan paru yang
rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk
mengangkat polip granulomatosa tuberculosis atau untuk reseksi bagian paru yang
rusak.

3. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis, mempertahankan
status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum susu yang telah dilakukan
pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan
pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.

2.12 Penyuluhan
1. Tujuan
Agar suspek memeriksakan dirinya di UPK
Agar penderita dan keluarganya mengerti pentingnya berobat secara
teratur sampai sembuh.
2. Apa yang harus dijelaskan pada kunjungan pertama
Jelaskan apa itu penyakit TBC (TBC bukan penyakit keturunan dan
dapat dismebuhkan dengan berobat secara teratur)
Bagaimana Penularannya?
Apakah ada riwayat pengobatan sebelumnya?
pentingnya pemeriksaan dahak
Bagaimana cara pengobatan TBC (tahap-tahapnya, frekuensi, cara
menelan obat,lamanya pengobatan dan pentingnya pengawasan langsung
menelan obat)
Menghilangkan stigmaburuk tentang penyakit TBC, agar penderita tidak
malu untuk berobat.
Bahaya penyakit TBC bila tidak diobati, seperti:
o Kuman TBC dapat menginfeksi organ tubuh lain (TBC tulang,
TBC kelenjar)
o Penderita dapat menulari anggota keluarga yang lain

20
o Dapat mengakibatkan kematian
Pentingnya lingkungan perumahan yang sehat

3. Apa yang perlu ditanyakan pada kunjungan berikutny


Cara menelan OAT
Jumlah obat dan frekuensi menelan OAT
Apakah terjadi efek samping OAT
Pentingnya dan jadwal pemeriksaan ulang dahak
Arti hasil pemeriksaan ulang dahak; negatif atau positif
Apa yang terjadi bila pengobatan tidak teratur atau tidak lengkap

a) Promotif
1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan,
cara pencegahan, faktor resiko
3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.

b) Preventif
1) Vaksinasi BCG
2) Menggunakan isoniazid (INH)
3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara
dini.

c)

Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam

jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya
penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis
dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya
strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid
(hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF).
Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari,
EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek

21
samping etambutol adalah Neuritis retrobulbar disertai penurunan ketajaman
penglihatan. Uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut
dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang paling
berat adalah hepatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20
tahun dan mencapai puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti
terbukti dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada 10-20%
yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konversi
biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi dengan INH
saja selama satu tahun.
Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan
pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita
tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan
dengan resimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya),
dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa komplikasi, misalnya : pasien
tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau kanker didiagnosis TBC setelah batuk
darah, padahal mengalami batu dan mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu.

2.13 Tuberkulosis pada kehamilan


Pengaruh tuberculosis terhadap kehamilan
Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu
hamil. Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil.
Lebih dari 50 persen kasus TB paru adalah perempuan dan data RSCM pada tahun 1989
sampai 1990 diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah pengidap TB paru
(M Iqbal, 2007 dalam http://www.mail-archive.com/)
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak
dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis,
status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan
mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang jelek,
hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas maternal.
Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa
merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan
dengan TB. Jika pengobatan tuberkulosis diberikan awal kehamilan, dijumpai hasil

22
yang sama dengan pasien yang tidak hamil, sedangkan diagnosa dan perewatan
terlambat dikaitkan dengan meningkatnya resiko morbiditas obstetric sebanyak 4x lipat
dan meningkatnya resiko preterm labor sebanyak 9x lipat. Status sosio-ekonomi yang
jelek, hypo-proteinaemia, anemia dihubungkan ke morbiditas ibu.
Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan diafragma
akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps yang
disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan pada
wanita hamil dengan TB.
Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti
usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ
reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang.
Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini
tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau yang pernah mengidap TB,
khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi
wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak
siap menerima hasil konsepsi.
Harold Oster MD,2007 dalam 1mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun
aktif) tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika
kuman menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Tapi tidak
berarti kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup sama sekali, kemungkinan
untuk hamil masih tetap ada. Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita
pengidap TB mengobati TB-nya terlebih dulu sampai tuntas. Namun, jika sudah telanjur
hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.

2.14

Pengaruh tuberkulosis terhadap janin


Menurut Oster, 2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada

sedikit risiko terhadap janin. Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obatobatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan
limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum
melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir.
Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha,
1

http://www.okezone.com/index.php

23
Kushagradhi Ghosh, 1999 dalam http://proquest.umi.com/pqdweb tentang efek TB
ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak
berefek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan
dengan kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil
mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore
rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah (<2500 gram).
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan
janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi
cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa
diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam,
berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini
masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang


disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang
ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi.

TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang


aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis
dan M. Avium.

Tanda dan Gejala:


a. Tanda
1. Penurunan berat badan
2. Anoreksia
3. Dispneu
4. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
b. Gejala
1. Demam
2. Batuk
c. Sesak nafas.
d. Nyeri dada
e. Malaise

Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu
hamil. Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu
hamil. Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa faktor antara lain tipe,
letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan
antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status
imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.

Jika kuman TB menyerang paru, maka risiko juga meningkat pada janin, seperti
abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya

25
penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB
congenital).

Peran bidan dalam menangani klien dengan TB paru adalah dengan memberikan
konseling mengenai definisi, penyebab, cara pencegahan dan penularan serta
terapi TB Paru, juga menjelaskan pada klien tentang dampak yang ditimbulkan
terhadap kehamilan. Di samping itu juga menawarkan alternatif solusi dan
melakukan asuhan kebidanan untuk wanita TB Paru masa prakonsepsi dalam
mempersiapkan kehamilannya.

Tubercolosis (TBC) adalah penyakit paru-paru yang disebabkan kumam


Mikrobaterium tubercolosis. Kuman ini merusak jaringan paru-paru secara pelanpelan.
Tanda-tanda tersangka penderita TBC :

Batuk berdahak 3 minggu atau lebih

Pernah batuh berdahak campur darah

Nafas sesak dan nyeri dada

Deman meriang satu bulan lebih dan nafsu makan berkurang

Tanda-tanda Pasti Penderita TBC

Ditegakkan dengan pemeriksaan kultur

Pemeriksaan kultur lama 6 8 bulan

Pemeriksaan dahak 3x sebagai alat menetapkan diagnosa TBC

26
PERTANYAAN OBJEKTIF
1. Dibawah ini yang bukan merupakan Obat Antai Tuberkulosis (OAT), yakni.......
a. Isoniazid
b. Rifampisin
c. Pirazinamid
d. Streptomisin
e. Sambutamol
2. Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi
seperti, kecuali.........
a. pleuritis,
b. efusi pleura
c. empiema
d. laryngitis
e. apendiksitis
3. Gejala umum yang terjadi pada penderita TBC adalah.............
a. Anoreksia
b. Berkeringat malam walau tanpa kegiatan
c. Batuk berdahak lebih dari 3 minggu
d. Rasa kurang enak badan (malaise)
e. Demam meriang lebih dari satu bulan
4. Tuberkulosis disebabkan oleh........
a. Virus
b. Bakteri
c. Parasit
d. Cacing
e. Plasmodium
5. Tes tuberkulin positif, mempunyai arti, kecuali ...........
a. Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi
penyakit.
b. Menderita tuberkulosis yang masih aktif
c. Menderita TBC yang sudah sembuh
d. Pernah mendapatkan vaksinasi TT
e. Adanya reaksi silang (cross reaction) karena infeksi mikobakterium atipik.

27
6. Penderita TBC yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan telah dinyatakan
sembuh, kemudian kembali lagi berobat dan dinyatakan dahak BTA positif,
termasuk ke dalam klasifikasi tpe penderita....
a. Kasus baru
b. Kambuh (Relaps)
c. Pindahan (Tranfer In)
d. Setelah lalai (setelah default)
e. Salah semua
7. Pengobatan pada penderita TBC biasanya diberikan selama......
a. 6-8 bulan
b. 1 bulan
c. 2 minggu
d. 3 minggu
e. 5 hari
8. Untuk memastikan diagnosis penderita TBC kita harus dilakukan pemeriksaan.....
a. Sputum
b. Pus
c. Darah
d. Urine
e. Fases
9. Pengobatan pada penderita TBC terdiri dari dua fase, yakni.........
a. Fase Preventif dan Inventif
b. Fase Insentif dan lanjutan
c. Fase sementara dan lama
d. Fase Subjektif dan Objektif
e. Salah semua
10. Pada penderita TBC dengan keadaan khusus pemberian OAT yang ditunda sampai
penyakitnya sembuh,. Apabila si penderita dalam keadaan.....
a. HIV/AIDS
b. Diabetes Melitus
c. Hepatitis Akut
d. Ibu Menyusui dan bayi
e. Wanita Hamil

28
11. Pemantauan kemajuan pengobtan pada anak dapat dilihat dari....
a. Perbaikan klinis
b. Naiknya BB
c. Anak menjadi lebih aktif
d. Nafsu makan kembali
e. Benar semua
12. Pewarnaan yang tepat untuk digunakan dalam pemeriksaan kuman TBC, yakni
dengan..........
a. Pewarnaan Negatif
b. Pewarnaan Khusus
c. Pewarnaan Ziehlnelsen
d. Pewarnaan Sederhana
e. Salah semua
13. Mikrobacterium Tuberkulosis memiliki ciri khas....
a. Basil tahan asam
b. Basil tahn basa
c. Seperti biji kopi
d. Coccus bergerombol seperti anggur
e. Coccus membentuk kubus
14. Tujuan pengobatan TBC, antara lain ...........
a. Menyembuhkan penderita
b. Mencegah kematian
c. Mencegah kekambuhan
d. Menurunkan tingkat penularan
e. Benar semua
15. Apabila pada Suspek TBC dilakukan pemeriksaan dahak SPS menunjukan
Hasil (+ - -), maka ..
a. Diagnosa Penderita TBC BTA positif
b. Dilakukan pemeriksaan rotgen dada
c. Diagnosa Penderita TBC BTA negatif
d. A dan b benar
e. Salah semua

29
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.(2006)Buku Saku Petugas Program TBC,Jakarta: Departemen Kesahatan
RI
http://unsilster.com/2010/04/pengertian-dan-tanda-tanda-tubercolosis-tbc/
zumrohhasanah.wordpress.com/2010/12/31/makalah-tb-paru/
http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/tuberculosis-tbc.html

Anda mungkin juga menyukai