Anda di halaman 1dari 10

GASTRITIS

I. PENDAHULUAN
Makanan sangat penting bagi tubuh kita. Tubuh kita membutuhkan asupan nutrisi
berupa karbohidrat, lemak, protein dan senyawa-senyawa gizi penting lainnya.
Asupan makanan ini harus didukung dengan pengaturan pola makan yang sesuai. Pola
makan yang teratur sangat penting bagi kesehatan tubuh kita, sedangkan pola makan
yang tidak teratur dapat menyebabkan gangguan di sistem pencernaan. Permasalahan
dalam sistem pencernaan tidak boleh dibiarkan. Ada berbagai gangguan sistem
pencernaan atau penyakit yang mungkin terjadi dan sering dibiarkan oleh banyak
orang, salah satunya adalah penyakit gastritis atau biasa kita sebut penyakit maag.
Penyakit gastritis ini jika dibiarkan akan semakin parah, terlebih jika tidak ada
pengaturan pola makan yang baik dan benar, maka akan menimbulkan kekambuhan
yang akan mengganggu aktifitas penderita (Sulastri, 2012).
Gastritis merupakan peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi
lambung, gejala yang khas pada gastritis berupa nyeri atau perih pada uluh hati
meskipun baru saja makan. Peradangan pada lambung tidak hanya disebabkan oleh
konsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi asam lambung, tetapi juga
dapat dikarenakan infeksi sejumlah bakteri. Jika kondisinya sudah parah maka infeksi
bakteri akan menyebabkan tukak lambung (Yuliarti, 2009).
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun ini bisa menyerang semua
jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol
dan merokok. Penyakit gastritis ini lebih menyerang kepada usia remaja sampai
dewasa sehingga butuh perawatan khusus karena akan mengganggu masa tua,
dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi ntuk mencegah
terjadinya penyakit ini sejak dini (Tati, 2011).
Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian dan
pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di
beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, di
beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung
32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan
oleh pola makan yang kurang sehat. Karena tingginya angka kejadian gastritis akibat
pola makan yang tidak teratur dan tidak sesuai, maka petugas kesehatan hendaknya
1
menjelaskan tentang bagaimana jumlah makan, frekuensi makan dan jenis makanan
yang baik dan tepat bagi penderita gastritis agar pasien dapat merubah perilaku pola
makannya menjadi lebih baik sehingga tidak terjadi kekambuhan pada penderita
gastritis dan penyakit gastritisnya tidak semakin parah (Gustin, 2011).
Asetosal atau aspirin merupakan obat OAINS, memiliki efek sebagai analgesik,
antipiretik, antiinflamasi, dan antiagregasi platelet yang saat ini penggunaannya sudah
digantikan oleh OAINS yang baru. Namun sampai saat ini aspirin dengan dosis rendah
merupakan antiplatelet yang sering digunakan untuk pasien dengan penyakit jantung
koroner maupun pada hipertensi berat untuk mencegah stroke. Aspirin sebagai
antiplatelet digunakan jangka panjang yang sering menimbulkan gastritis. Kondisi ini
akhirnya dapat menurunkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Frust, Ulrich,
2007).
Pengobatan gastritis meliputi terapi konservatif dan medikamentosa. Terapi
konservatif meliputi perubahan pola hidup, mengatasi stres, tidak merokok, berhenti
minum alkohol, atau kopi. Terapi medikamentosa atau terapi farmakologis adalah
terapi yang menggunakan obat-obatan. Terapi farmakologis meliputi obat-obatan yang
menetralisir keasaman lambung seperti antasida, obat yang dapat mengurangi
produksi asam lambung (McQuaid, 2007).
Karya tulis ini menjelaskan beberapa hal tentang gastritis , diantaranya definisi
gastritis , patofisiologi gastritis, faktor resiko gastritis , gejala gastritis , pencegahan
serta pengobatan gastritis. Tujuan dari dibuatnya karya tulis ini adalah agar
masyarakat lebih mengenal penyebab gastritis dan dapat mengetahui gejala gastritis
sehingga masyarakat yang mengalami gejala-gejala tersebut dapat melakukan
pencegahan dan penanganan yang tepat. Baik berupa penanganan dengan terapi
farmakologi maupun dengan terapi non farmakologi.

II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gastritis


Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan
mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan maag
berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang
berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi

2
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung (Iskandar, 2009).
2.2 Patofisiologi Gastritis
Proses terjadinya gastritis awalnya karena obat-obatan, alkohol, empedu, atau
enzim-enzim pankreas yang dapat merusak mukosa lambung dan memungkinkan
difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Hal ini menimbulkan
peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut
adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali
menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi
meradang dan dapat terjadi pendarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat
yang bersifat korosif dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung.
(Priyanto,2008)
Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus
menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan
mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung. Faktor intrinsik
yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau hilang sehingga
cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus. Sementara vitamin B12 ini
berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Selain itu dinding
lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Suratum,2010).
2.3 Faktor Resiko Gastritis
Faktor-faktor yang paling sering menjadi penyebab munculnya sakit maag :

a. Makan tidak teratur atau terlambat makan. Biasanya menunggu lapar dulu,
baru makan dan saat makan langsung makan terlalu banyak (Puspadewi,
2012).
b. Bisa juga disebabkan oleh bakteri bernama Helicobacter pylori. Bakteri
tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir dinding bagian dalam lambung.
Fungsi lapisan lendir sendiri adalah untuk melinudngi kerusakan dinding
lambung akibat produksi asam lambung. Infeksi yang diakibatkan bakteri
Helicobacter menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang disebut
gastritis (Aziz, 2011).
c. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu, orang
yang merokok lebih sensitife terhadap gastritis. Merokok juga akan
3
meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan dan meningkatkan
resiko kanker lambung (Yuliarti, 2009).
d. Stress. Hal ini dimungkinkan karena sistem persarafan di otak berhubungan
dengan lambung, sehingga jika seseorang mengalami stress, bisa muncul
kelainan dalam lambungnya. Stress bisa menyebabkan terjadi perubahan
hormonal di dalam tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam
lambung yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang
berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung. Lama-
kelamaan hali ini dapat menimbulkan luka di dinding lambung (Ekasari, dkk.
2008)
e. Efek samping obat-obatan tertentu. Konsumsi obat penghilangan rasa nyeri,
seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuprofen
(advil, motrin dll), juga naproxen (aleve), yang terlalu sering dapat
menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis (Aziz,
2011).
f. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum minuman yang
mengandung alkohol dan cafein seperti kopi. Hal itu dapat meningkatkan
produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan
menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung (Suratum, 2010).
g. Alkohol, mengkonsumsi olkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan
mengikis permukaan lambung (Suratum, 2010).
h. Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan lemak. Cairan ini
diproduksi di hati dan dialirkan ke kantong empedu. Ketika keluar dari
kantong empedu akan dialirkan ke usus kecil (duodenum). Secara normal,
cincin pylorus (pada bagian bawah lambung) akan mencegah aliran asam
empedu ke dalam lambung setelah dilepaskan ke duodenum. Namun, apabila
cincin tersebut rusak dan tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau
dikeluarkan karena pembedahan maka asam empedu akan mengalir ke
lambung sehingga mengakibatkan peradangan dan gastritis kronis (Suratum,
2010).
2.4 Gejala Klinis Gastritis

4
Gejala gastritis antara lain, tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan
terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung merasa penuh, kembung,
bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka
pada dinding lambung (Misnadiarly, 2009).
2.5 Pencegahan Gastritis
Pencegahan penyakit gastiritis harus dilakukan dengan memperhatikan diet
makanan yang sesuai. Secara umum ada pedoman yang harus diperhatikan yaitu :
a) Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib. Aturlah
tiga kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan ringan.
b) Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan hingga hancur
menjadi butiran lembut untuk meringankan kerja lambung.
c) Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan makan
berlebihan sehingga perut terasa sangat kenyang.
d) Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara direbus,
disemur atau ditim. Sebaiknya hindari makanan yang digoreng karena
biasanya menjadi keras dan sulit untuk dicerna.
e) Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin karena akan
menimbulkan rangsangan termis. Pilih makanan yang hangat (sesuai
temperatur tubuh).
f) Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan bumbu yang
merangsang misalnya cabe, merica dan cuka.
g) Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau teh
kental.
h) Hindari rokok
i) Hindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasi lambung, misalnya
aspirin, vitamin C dan sebagaianya.
j) Hindari makanan yang berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi
lambung (coklat, keju dan lain-lain).
k) Kelola stres psikologi seefisien mungkin
(Misnadiarly, 2009).
2.6 Pengobatan Gastritis
2.6.1 Terapi Non Farmakologi

5
1. Usahakan beristirahat cukup. Pada malam hari usahakan untuk dapat
tidur selama ± 8 jam, dan pada siang hari dapat beristirahat dengan
duduk rileks atau berbaring selama ± 1 jam.
2. Melatih diri untuk bekerja dengan tenang, tidak terburu-buru.
3. Hindari stress, usahakanlah untuk menghilangkan ketegangan dan
kecemasan.
4. Mengatur diet makan yang sesuai, jangan minum alkohol dan hentikan
kebiasaan merokok.
(Ardian Ratu.R,dkk 2013)

2.6.2 Terapi Farmakologi


1. Antasida
Antasida adalah senyawa yang mempuyai kemampuan menetralkan asam
lambung atau mengikat (Anonim, 2008). Kebanyakan kerja antasida bersifat
lokal karena hanya sebagian kecil dari zat aktifnya yang diabsorpsi. Karena
merupakan basa maka jika berikatan dengan asam yang ada di lambung
menyebabkan keasaman lambung berkurang (Priyanto, 2008).
Antasida paling baik diberikan saat muncul atau diperkirakan akan muncul
gejala, lazimnya diantara Waktu makan dan sebelum tidur, 4 kali sehari atau
lebih (Anonim, 2008). Sediaan antasida dapat digolongkan menjadi:
a. Antasida dengan kandungan alumunium dan magnesium
Antasida yang mengandung alumunium dan magnesium yang relatif tidak
larut dalam air seperti magnesium karbonat, hidroksida, dan trisilikat serta
alumunium glisinat dan hidroksida, bekerja lama bila berada dalam
lambung sehingga sebagian besar tujuan pemberian antasida tercapai
(Anonim, 2008). Antasida yang mengandung magnesium dan alumunium
dapat mengurangi efek samping pada usus besar (Anonim, 2008).
Contohnya : Antasida Doen, Magasida.
a. Antasida Doen
Indikasi : Mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis, tukak usus dua

6
belas jari, dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri
ulu hati dan perasaan penuh pada lambung.
Kontra indikasi : Penderita gangguan fungsi ginjal
Efek samping : Sembelit, diare, mual, muntah, dan gejala-gejala
tersebut akan hilang bila pemakaian obat di hentikan.
Dosis : Dewasa:1-2 tablet, sehari 3-4 kali diminum 1-2 jam setelah
makan dan menjelang tidur, sebaiknya tablet dikunyah.
b. Magasida
Indikasi : Untuk mengobati gangguan pada saluran pencernaan
seperti gastritis, perut kembung, maag, dispepsia, hiatus hernia,
tukak lambung dan usus duabelas jari, kepenuhan, dan
ketidaknyamanan akibat adanya kelebihan gas pada saluran
pencernaan.
Kontra Indikasi : Penderita gangguan fungsi ginjal parah.
Efek samping : Berkurangnya kepadatan tinja, diare.
Dosis : 1-2 tab atau 1-2 sendok 5ml susp, setelah makan dan
sebelum tidur.
(ISO, 2016)

III. PENUTUP

Maag atau yang dalam istilah medis dikenal sebagai Gastritis adalah peningkatan
produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung. terjadinya gastritis awalnya
karena obat-obatan, alkohol, empedu, atau enzim-enzim pankreas yang dapat
merusak mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke
dalam jaringan lambung.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan maag/gastritis meliput makan tidak teratur
atau terlambat makan, bakteri Helicobacter pylori, merokok, stress, efek,
mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam, alcohol. Pencegahan penyakit
gastiritis dilakukan dengan cara mengatur pola makan dengan teratur, Jangan minum
minuman beralkohol, minuman keras, kopi atau teh kental, hindari rokok
Pengobatan gastritis secara non farmakologi dilakukan dengan beristirahat yang
cukup, menghindari stress, mengatur pola makan, menghindari minuman beralkohol

7
dan berhenti merokok. Sedangkan pengobatan gastritis secara farmakologi dapat
dilakukan dengan memberikan obat Antasida berdasarkan mekanisme kerjanya,
antasida dapat digolongkan menjadi antasida dengan golongan alumunium dan
magnesium(antasida doen, magasida).

IV. DAFTAR PUSTAKA


Alimul, Aziz H. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data.Jakarta: Salemba Medika
Anonim, 2008. Medicine Plant of Myanmar. Ministry of Health Department of
Traditional Medicine, Myanmar
Ardian Ratu R.,G.Made Adwan.2013.Penyakit Hati,Lambung,Usus dan Ambeien. First
Edition. P. 38-40
Aster, dkk. 2015 Farmakologi Bidang Keahlian Kesehatan. Second Edition. P. 3-5
Ekasari, dkk. 2008. Keperawatan komunitas: upaya memandirikan masyarakat untuk
hidup sehat. Jakarta: Trans Info Media
Furst, D.E., and Ulrich, R.W., 2007. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs, Disease-
Modyfing Antirheumatic Drugs, Nonopioid Analgesics, & Drugs Used In Gout.
In: Katzung, B.G., ed. Basic and Clinical Pharmacology. 10 th ed. Singapore:
The McGraw-Hill Company, 591-592.
Gustin, R. K. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada
pasien yang berobat jalan di puskesmas Gulai Bancah kota Bukittinggi tahun
2011.
Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia Kelly, Gregory. 2010
ISO,2016 Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 50-Tahun 2016. P-382-391.
Misnadiarly 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastritis (Dyspepsia atau
Maag). Jakarta : Pustaka Populer OBDA.
McQuaid , 2007, Alimentary Tract, in: Tierney, L.M., McPhee, S.J., Papadakis, M.A.,
eds., Current Medical Diagnosis & Treatment, 46th edition.,14:548
Priyanto, 2008. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi & Keperawatan, Edisi ;
II. Leskonfi. Jakarta. Hal: 3-10
Puspadewi, V.A dan Endang L (2012). Penyakit Maag dan Gangguan Pencernaan.
Yogyakarta. Kanisius.
Sulastri. 2012. Gambaran pola makan penderita gastritis di wilayah kerja puskesmas
kampar kiri hulu kecamatan kampar kiri hulu
Suratum, Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal.Jakarta : Trans Info Media.
Tati. 2011. Hubungan antara Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa
Semester II Stikes Wira Husada Yogyakarta 2011. Skripsi. Yogyakarta: Stikes
Wira Husada Wijoyo. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta: Bee Media
Indonesia.
Yuliarti, Nurheti 2009. Maag Kenali, Hindari, dan Obati. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

V. LAMPIRAN
1. Kasus Swamedikasi Gastritis

8
Nama Pasien : Vero
Keluhan : Pasien mengeluhkan mual, perut terasa kenyang walaupun belum
terisi, perut kembung dan terasa perih.
Umur : 25 tahun
2. Penanganan
Penanganan penyakit dalam kasus swamedikasi ini dapat dilakukan dengan cara
metode WHAM ( What, Who, How, Long Action, Medication). Metode ini
meliputi:
1. Who ( Siapa yang sakit ?)
Berdasarkan kasus di atas yang mengidap penyakit adalah Ibu Vero
2. What ( Apa gejala yang di timbulkan ?)
Berdasarkan kasus di atas, pasien Ibu Vero mengalami gejala mual, perut
terasa kenyang walaupun belum terisi, perut kembung dan terasa perih.
3. How Long ( Berapa lama keluhan yang di derita ?)
Berdasarkan wawancara Ibu Vero baru merasakannya satu hari yang lalu.
4. Action ( Tindakan yang sudah di lakukan ?)
Berdasarkan kasus diatas, pasien Ibu Vero sebelumnya sudah melakukan
beberapa tindakan seperti meminum air gula dan air hangat.
5. Medication ( Obat apa yang sudah digunakan/konsumsi ?)
Berdasarkan kasus diatas, pasien Ibu Vero mengkonsumsi temu lawak untuk
meredakan rasa sakitnya.

3. Terapi

Tujuan terapi :
a. Untuk mengurangi keluhan yang diderita pasien
Berdasarkan kasus yang dialami pasien, obat yang penulis berikan kepada
pasien yang datang ke Apotek Kimia Farma 07 Sanglah yang beralamat di Jalan
Pulau Nias adalah obat “Magasida”. Selain dengan obat farmakologi, penulis
menganjurkan kepada pasien untuk memperhatikan pola makan yang sehat,
rajin berolahraga serta menghindari stres.
4. KIE ( Komunikasi, Informasi dan Edukasi )

9
Makan secara teratur, hindari makanan yang mengandung minyak terlalu
banyak, hindari makanan yang pedas, menjaga pikiran agar tidak mudah stress.
Berikut informasi tentang obat Magasida :
MAGASIDA
A. GOLONGAN : Obat Bebas
B. KANDUNGAN : Tiap tablet kunyah atau 5 ml suspensi mengandung :
a. Aluminium Hydroxide Gel kering 461mg
b. Simetikon 20 mg
C. INDIKASI
Tukak lambung dan usus 12 jari, gastritis, refluks esofagitis, hiperasiditas
lambung, perut kembung karena gas dalam perut.
D. INTERAKSI OBAT
Penyerapan obat-obat seperti asam folat, zat besi, tetracycline, obat-obat
golongan H2-blocker, warfarin, dan quinidine tergganggu jika digunakan
bersamaan dengan Magasida.
E. EFEK SAMPING
a. Simethicone tidak diserap oleh tubuh ke dalam aliran darah, oleh karena itu
di anggap relatif aman. Efek samping yang bisa terjadi diantaranya
berkurangnya kepadatan tinja.
b. Magnesium hydroxide bisa menyebabkan diare, sedangkan Aluminium
Hydroxide menyebabkan konstipasi. Kombinasi keduanya bias
meminimalisir efek samping tersebut.
c. Magnesium Hydroxide bisa mengganggu penyerapan asam folat dan zat
besi.
F. DOSIS
1-2 tab atau 1-2 sendok 5ml suspensi .Setelah makan dan sebelum tidur.
G. PERHATIAN
Jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal parah.

10

Anda mungkin juga menyukai