Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gastritis


2.1.1 Definisi
Gastritis adalah kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi,
peradangan atau pengikisan. Pada lapisan lambung terdapat kelenjar yang
fungsinya untuk menghasilkan asam lambung dan juga enzim pencernaan.
Lapisan lambung dilindungi oleh lendir yang tebal sehingga tidak terjadi
iritasi pada lapisan tersebut. Saat lendir tersebut hilang, iritasi bisa terjadi
pada lambung. Pada orang awam sering menyebutnya dengan penyakit
maag ( Priyoto, 2015).
Gastritis adalah proses inflamasi atau peradangan lapisan mukosa
dan submukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus, atau lokal dan
secara histopatologi terdapat infitrasi sel radang. Gastritis adalah penyakit
akibat peradangan di dinding lambung. Kondisi ini umumnya ditandai
dengan nyeri di bagian ulu hati. Jika dibiarkan, gastritis bisa berlangsung
bertahun-tahun dan menimbulkan komplikasi yang serius (Kowalak, Welsh,
& Mayer,2011).
Gastritis bukan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang mengakibatkan peradangan lambung. Peradangan terjadi
akibat infeksi yang sama dengan bakteri yang mengakibatkan borok di
lambung. Peradangan mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding
lambung sebagai respons terjadi kelainan bagian tersebut (Barret 2015).

2.1.2 Etiologi Gastritis


Banyak penyebabkan gastritis seperti berikut (Muttaqin, 2013).
1. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid/OAINS (indometasin,
ibuprofen dan asam salisilat), agen kemoterapi (mitosimin), salisilat dan
digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol
3. Infeksi bakteri seperti H.pylory, H. Heilmanii.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
5. Infeksi jamur seperti candidiasis.
6. Stres psikologis dan fisik suatu peristiwa sangat bergantung pada
bagaimana individu bereaksi terhadap stres tersebut.
7. Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat.
8. Makanan dan minuman bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen penyebab
iritasi mukosa lambung.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Menurut Kasron (2018) penyakit gastritis (maag) biasa
mengalami mual, perih pada perut, mules, kembung, mengeluarkan
keringat dingin, dan muka menjadi pucat jika penyakit tersebut
kambuh. Bahkan, banyak penderita gastritis (maag) bisa pingsan
karena tak tahan terhadap rasa sakit yang ditimbulkan oleh serangan
penyakit.
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga
muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa
pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut
dan kronis hampir sama.
Yaitu :
1. Anoreksia
2. Rasa penuh
3. Pusing
4. Nyeri pada epigastrium
5. Mual dan muntah
6. Sendawa
2.1.4 Patofisiologi
Proses perjalanan terjadinya gastritis adalah lambung yang
terkena paparan baik oleh bakteri, obat obatan anti nyeri ynag
berlebihan, infeki bakteri atau virus, maka akan merusak epitel epitel
pada lambung. Ketika asam berdifusi ke mukosa, dengan keadaan
epitel yang di hancurkan tadi maka akan terjadi penghancuran sel
mukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini mengakibatkan fungsi
dari mukosa tidak berfungsi yang akibatnya asam tidak bisa di kontrok
sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida di lambung dan ke
ketika mengenai dinding lambung akan menimbulkan nyeri lambung
(perih) karena di dinding lambung yang di inflamsi tersebut, masalah
keperawatan yang muncul adalah nyeri akut (Ode, 2012).
Dalam pengancuran sel mukosa tadi oleh asam maka
mengakibatkan pengingkatan histamine sehingga meningkatkan
permeabilitas terhadap protein meningkat kemudian plasma bocor ke
intestinum terjadi edema dan akhirnya plasma bocor ke dalam
lambung sehingga terjadi pendarahan (hematemesis dan melena) (ode,
2012).

2.1.5 Pencegahan
Pencegahan lebih penting dari pada pengobatan. Berikut
beberapa untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis
(Priyoto,2015)
1. Makan secara teratur. Hindari makanan yang dapat mengiritasi
terutama makanan yang pedas, asam gorengan atau berlemak.
Makanlah dengan jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat.
2. Hindari alkohol. Pengunaan alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan
peradangan dan pendarahan.
3. Hindari merokok. Merokok juga dapat meningkatkan asam
lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan
merupakan penyabab utama terjadinya kanker lambung.
4. Lakukan olahraga teratur.
5. Kendalikan stress. Stres dapat meningkatkan produksi asam
lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan.
6. Ganti obat penghilang nyeri. Jika di mungkinkan, hindari
pengunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebab
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah.
7. Ikuti rekomendasi dokter. Ternyata penanganan gastritis tidak
melalui harus dengan obat medis. Dengan pola hidup sehat kita
bisa mencegah terjadinya gastritis.

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Diyono (2013) Dalam 1-3 hari pada umumnya


lambung dapat memperbaiki mukosa yang rusak secara asupan
makanan iritatif seperti rokok, alkohol, kopi dan sejenisnya. Bila ada
perdarahan maka sebaiknya pasien di puaskan.obat-obat untuk
mentralkan asam lambung seperti alumuniun hidroksida atau antaeid
di butuhkan bila penyebab gastritis sangat iritatif .Terapi suportif
seperti pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) analetik sedatif, antacid
dan terapi intra vena perlu dilakukan bila ada indikasi terjadi kondisi
yang lebih buruk seperti dehidrasi, perdarahan hebat, dan syok.

Pada gastritis kronis modifikasi hidup yang kurang Sehat adalah


hal utama. Menghentikan kebiasaan minum alkohol, merokok, kopi
sangat penting dilakukan selain Juga mengatur diet dan mencukupi
kebutuhan istirahat. Bila ditemukan adanya kontaminasi oleh bakteri
Helicobakter Pylory maka dapat dilakukan eradikasi dengan
pemberian antibiotik.
2.1.7 Diagnosis
Menurut Murtaqib (2019) Uji diagnostik yang paling umum
untuk gastritis adalah endoskopi dengan biopsi lambung. Sebelum
pelaksanaan akan diberikan obat untuk mengurangi ketidak nyamanan
dan kecemasan kemudian disisipkan, sebuah tabung tipis dengan
kamera kecil di akhirnya, melalui mulut pasien atau hidung dan
kedalam perut. Endoskopi digunakan untuk memeriksa lapisan
kerongkongan, perut, bagian pertama dari intestinum. Tes lain yang
digunakan untuk mengidentifiasi penyebab gastritis atau komplikasi
adalah sebagai berikut :
1. Upper gastrointestinal (GI) seri. Para pasien menelan barium,
bahan cair kontras yang membuat saluran pencernaan terlihat
dalam sinar X. X-ray gambar mungkin menunjukkan perubahan
pada lapisan perut, seperti erosi atau borok.
2. Tes darah. Dokter dapat memeriksa anemia, suatu kondisi di mana
darah yang kaya besi substansi, hemoglobin, juga berkurang.
Anemia mungkin merupakan tanda pendarahan di perut.
3. Tes untuk Helicobacter pylori infeksi. Tes napas pasien, darah,
atau tinja untuk tanda-tanda infeksi. Helicobacterpyloti juga dapat
dikonfirmasi dengan biopsi diambil dari perut selama endoskopi.

2.1.8 Pengobatan
Menurut Priyoto (2015) pengobatan umum terhadap gastritis
adalah menghentikan atau menghindari faktor penyebab iritasi,
pemberian antasid.jika penyebabnya adalah infeksi oleh helicobacter
pylori, maka diberikan bismuth, antibiotik (misalnya amoksisilin dan
klaritromisin) dan obat anti tukak (omeprazol). Penderita gastritis
karena stres akut banyak yang mengalami penyembuhan setelah
penyebabnya (penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi.
Tetapi sekitar 25 penderita gastritis karena stres akut mengalami
perdarahan yang sering berakibat fatal.
Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan antasid
(untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat
(untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung).
Perdarahan hebat karena gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan
menutup sumber perdarahan pada tindakan endoskopi. Jika
perdarahan berlanjut makan seluruh lambuh harus diangkat.

2.1.9 Komplikasi
Menurut Sya`diyah (2018) komplikasi gastritis adalah :
1. Gastritis akut
Terdapat pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik,
khusus untuk pendarahan SCBA perlu di bedakan dengan tukan
peptic. Gambaran klinis ynag di perlihatkan hampir sama, namun
pada tuka peptic penyebab utamanya adalahl infeksi. Helicobakteri
poluri sebesar 100% pada tukak lambung.
2. Gastritis kronik
Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia
karena gangguan absorsi vitamin B12.

2.1.10 Teori Kekambuhan


1. Teori Kekambuhan
Menurut Misnadiarly (2013) kekambuhan gastritis
merupakan timbul kembali gejala yang dirasakan sebagai nyeri
terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya
sering mual, muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman. Pada
umumnya ada beberapa hal yang berpengaruh pada timbulnya
kekambuhan gastritis antara lain :
a. Infeksi Helicobacter pylori
Helicobacter pylori sejenis bakteri yang hidup di dalam
lambung, dalam jumlah kecil. Ketika asam lambung yang
dihasilkan lebih banyak kemudian pertahanan dinding lambung
menjadi lemah, bakteri ini bisa bertambah banyak jumlahnya,
apalagi disertai kebersihan makanan yang kurang.
b. Konsumsi Obat-obatan Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs
(NSAIDs)
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit
gastritis antara lain adalah pemakaian obat Nonsteroidal
Antiinflammatory Drugs (NSAIDs) antara lain seperti Aspirin
Ibuprofen, Naproxen dan Piroxicam dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaianya sekali kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara
terus menerus atau pemakaiannya berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis.
c. Pola makan
Perubahan pola makan meliputi tidak teraturnya waktu makan,
frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makanan yang
dikonsumsi dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis.
d. Minuman beralkohol dan merokok
e. Stres
Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin
terhadap saluran pencernaan sehingga berisiko untuk mengalami
gastritis. Efek stres pada saluran pencernaan menyebabkan
penurunan aliran darah pada sel epitel lambung dan
mempengaruhi fungsi sel epitel dalam melindungi mukosa
lambung.
2.2 Konsumsi Obat
Menurut Jan Tambayong. (2014) Obat-obatan yang mengurangi
jumlah asam di lambung dapat mengurangi gejala yang mungkin menyertai
gastritis dan memajukan penyembuhan lapisan perut. Pengobatan ini
meliputi:
1. Antasida yang berisi aluminum dan magnesium, dapat meredakan mulas
ringan atau dispepsia dengan cara menetralisasi asam di perut. Ion H*
merupakan struktur utama asam lambung. Dengan pemberian aluminium
hidroksida atau magnesium hidroksida maka suasana asam dalam lambung
dapat dikurangi. Obat-obatan ini dapat menghasilkan efek smaping seperti
diare atau sembelit karena dampak penurunan H* adalah penurunan
rangsangan peristaltik usus.
2. Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitin. H2 blocker
mempunyai dampak penurunan produksi asam dengan memengaruhi
langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara menghambat
rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.
3. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprasole,
pantoprazole, rabeprazole, esomeprazole, dan dexlansoprazole. Obat ini
bekerja menghambat produksi asam melalui penghambatan terhadap
elektron yang menimbulkan potensial aksi pada saraf otonom vagus. PPI
diyakini lebih efektif menurunkan produksi asam lambung dari pada H2
blocker.

2.3 Konsep Stress


2.3.1 Definisi
Stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan
emosional.Secara teknis psikologik,stress didefinisikan sebagai suatu
respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsikan
menantang atau mengancam kesejahteraan orang yang bersangkutan
(Sultan Agung, 2014).
Stres merupakan perasaan tegang dan tidak nyaman yang
disebabkan karena individu merasa tidak mampu menangani tuntutan-
tuntutan. Hal tersebut menunjukan ketidak nyamanan dan ketegangan
perasaan atau hati mulai merasa sulit untuk menyelesaikan masalah
atau persoalan yang di titik beratkan pada individu tersebut sehingga
meninmbulkan stres (Sarafino dan Smith 2012).
Pendekatan teoritis lainnya mendefinisikan stres sebagai suatu
stimulus atau penyebab adanya respons. Dalam konteks ini, stres
dipandang sebagai suatu hal di luar individu. Dalam model psikososial
ini, masa kehidupan diukur sebagai prediktor adanya suatu penyakit.
(Smeltzer, 2015).

2.3.2 Penyebab Stres


Ada tiga tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres Lazarur
(2012) yaitu :
1. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang
setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
2. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat
atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level
individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.

2.3.3 Macam-Macam Stres


Menurut Lestari (2015) kondisi stres seseorang dapat
dikelompokkan menjadi dua macam :
1. Kondisi eustres (tidak stres) : seseorang yang dapat mengatasi stres
dan tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh.
2. Kondisi distress (stres) : pada saat seseorang menghadapi stres
terjadi gangguan pada 1 atau lebih organ tubuh sehingga pada
tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Menurut Nasir (2011) ada dua jenis stres, yaitu “baik” dan
“buruk” stres melibatkan perubahan fisiologis yang kemungkinan
dapat dialami sebagai perasaan yang baik enxiousness (distress) atau
pleasure (eustres).
Stresor dapat juga digolongkan sesuai dengan durasi terjadinya.
Bisa digolongkan sebagai akut, stresor dengan durasi yang terbatas,
seperti menunggu operasi atau ujian akhir. Stresor dapat juga
merupakan urutan yang terdiri atas serangkaian kejadian pada suatu
waktu tertentu akibat suatu kejadian pembuka seperti kehilangan
pekerjaan atau perceraian. Dapat juga kronik intermiten (kerepotan
hidup termasuk dalam kategori ini), atau dapat juga sumber stres
kronik terus-menerus yang masih terjadi dari waktu ke waktu
(Smeltzer, 2015).

2.3.4 Sumber Stress


Selain sumber stressor menurut Nasir (2013), yang biasa terjadi
dalam kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Stress dari individu
Terkadang sumber stres berasal dari individu sendiri. Salah satu
yang dapat menimbulkan stres dari pribadi sendiri adalah melalui
penyakit yang di derita oleh seseorang. Menjadi sakit
menempatkan demamnds pada sistem biologis dan psikologis.
2. Stres di Dalam Keluarga
Perilaku kebutuhan, dan kepribadian dari tiap anggota keluarga
yang mempunyai pengaruh dan berinteraksi dengan anggota
lainnya, kadang menimbulkan gesekan.
3. Stres dalam komunitas dan lingkungan
Jika kita terlepas dari stres akibat pekerjaan, sangatlah penting
untuk mengevaluasi gaya pekerja. Kepuasan kerja dn kecocokan
antara kita dengan atasan dan bawahan, serta organisasi.
2.3.5 Faktor Penyebab Stres
Menurut Lestari (2015), beberapa faktor yang dianggap sebagai
pemicu timbulnya stres (stresor) yang biasa disebut sebagai berikut:
1. Faktor Fisik dan Biologis
Berikut ini adalah beberapa faktor fisik dan psikologis yang dapat
menyebabkan stres salah satunya adalah :
a. Genetika. Banyak ahli beranggapan bahwa mempunyai
keakraban dengan kemungkinan kerentanan stres.
b. Case history. Beberapa riwayat penyakit di masa lalu yang
mempunyai efek psikologis di masa depan, dapat berupa
penyakit di masa kecil seperti demam tinggi yang memengaruhi
kerusakan gendang telinga, kecelakaan yang mengakibatkan
kehilangan organ atau bagian tubuh (cacat), patah tulang, dan
sebagainya.
c. Pengalaman hidup. Mencakup case history dan pengalaman-
pengalaman hidup yang memengaruhi perasaan independen
yang menyangkut kematangan organ-organ yang ada.

2. Faktor Psikologis
Salah satu faktor psikologis yang dapat memicu terjadinya stres.
a. Persepsi. Kadar stres dalam suatu peristiwa sangat bergantung
pada bagaimana individu bereaksi terhadap stres tersebut.
b. Emosi. Merupakan hal yang sangat penting dan kompleks dalam
diri individu.
c. Situasi psikologis. Hal-hal yang mempengaruhi konsep berfikir
(kognitif) dan penilaian terhadap situasi-situasi yang
memengaruhinya.
d. Pengalaman hidup. Merupakan keseluruhan kejadian yang
memberikan pengaruh psikologis bagi individu.
3. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan fisik. Kondisi atau kejadian yang berhubungan
dengan keadaan sekeliling individu dapat memicu terjadinya
stres.
b. Lingkungan biotik. Gangguan yang berasal dari makhluk
mikroskopik berupa virus dan bakteri.
c. Lingkungan sosial. Hubungan yang buruk dengan orang tua,
bos, atau rekan kerja adalah sebagai hal-hal yang berhubungan
dengan orang lain, yang apabila tidak berjalan dengan baik akan
menjadi stresor bagi individu jika tidak dapat memperbaiki
hubungannya.
2.3.6 Jenis Stres
Menurut Lestari (2015) dintinjau dari penyebabnya, stres dapat
dibedakan ke dalam beberapa jenis berikut :
1. Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik,
seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising,
sinar matahari yang terlalu menyengat, dan lain-lain.
2. Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh
kimia yang terdapat pada obat-obata, zat beracun asam, basa, faktor
hormon atau gas, dan lain-lain.
3. Stres mikrobiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh
gangguan fungsi organ tubuh, antara lain gangguan struktur tubuh,
fungsi jaringan, organ, dan lain-lain.
4. Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan
fungsi organ tubuh, antara lain gangguan struktur tubuh, fungsi
jaringan, organ, dan lain-lain.
5. Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebabkan
oleh proses tumbuh kembang seperti pernikahan, dan penambahan
usia.
6. Stres psikologis dan emosional, merupakan stres yang disebabkan
oleh gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi
psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan
interpersonal, sosial budaya, atau keagamaan.

2.3.7 Tahapan Stres


Setiap tahapan memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang
dirasakan oleh yang bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang
dalam rangka mengenali gejala stres sebelum memeriksa ke tenaga
pelayanan kesehatan. Petunjuk-petunjuk tahap stres tersebut
dikemukakan oleh Robert J. Van Ambrg (Yosep, 2016).
1. Stres tahap pertama
Tahap ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
a. Semangat besar
b. Penglihatan tajam, tidak sebagaimana biasanya
c. Energi dan gugup berlebihan kemampuan menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya
Tahap ini biasanya menyanangkan dan orang lalu bertambah
semangat, tapi tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energi
sedang menipis.
2. Stres tahap kedua
Dalam tahap ini dampak stres yang menyenangkan mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan
energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang
sering dimkemukakan sebagai berikut :
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi
b. Merasa lelah setelah makan siang
c. Merasa lelah menjelang sore
d. Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan
usus,perut kembung), kadang pula jantung berdebar-debar.
e. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang
leher)
f. Perasaan tidak bisa santai
3. Stres Tahap Ketiga
Pada tahap ini keluhan keletihan semakin Nampak disertai dengan
gejala-gejala :
a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mules sering ingin
kebelakang)
b. Otot-otot terasa lebih tegang
c. Gangguan tidur (sukar tidur, sering kebangun malam dan sukar
tidur kembali atau bangun terlalu pagi)
d. Badan terasa oyog, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh
pingsan)
Pada tahap ini penderita sudah harus berkonsultasi ke
tenaga kesehatan, kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan
dikurangi, dan tubuh dapat kesempatan istirahat atau relaksasi guna
memulihkan suplai energi.
4. Stres Tahap Keempat
Tahap ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk
yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Untuk bisa bertahan sepanjang hari sangat sulit
b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit
c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi,pergaulan
sosial, dan kegiatan-kegiatan rutin lainya terasa berat
d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menengangkan dan
seringkali terbangun dini hari
e. Perasaan negatif
f. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti
mengapa
5. Stres Tahap Kelima
Tahap ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahap IV
diatas yaitu
a. Keletihan yang mendalam
b. Untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana saja kurang mampu
c. Gangguan sistem pencernaan(sakit maag dan usus) lebih sukar
buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering kebelakang
d. Perasaan takut dan semakin menjadi mirip panik
6. Stres Tahap Keenam
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan
gawat darurat.Tidak jarang penderita dalam tahap ini dibawa ke
ICCU. Gejala-gejala pada tahap ini cukup mengerikan, yaitu:
a. Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat
adrenalin dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi dalam
peradaran darah
b. Nafas sesak dan mengap-mengap
c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
d. Tenaga untuk hal-halyang ringan sekalipun tidak kuasa lagi
(pingsan)

2.3.10 Skala Pengukuran DASS


Skala pengukuran DASS (Depression Anxiety Stress Scale) yang
dipelopori oleh lovibond (2015) merupakan alat uji instrument yang
telah baku dan tidak perlu di uji validitasnya lagi. DASS terdiri dari
42 item pernyataan yang menggambarkan tingkat stress dan
kecemasan.
DASS adalah satu set tiga laporan diri skala yang dirancang
untu mengukur keadaan emosional negatif dari depresi, kecemasan
dan stress. Para DASS dibangun tidak hanya sebagai satu set
timbangan untuk mengukur keadaan emosional konvensional
didefinisikan, tetapi untu memajukan proses mendefinisikan,
memahami dan mengukur keadaan emosional di mana-mana dan
klinis signifikan biasanya digambarkan sebagai depresi, kecemasan
dan stress.
2.3.11 Manajemen tingkat Stress
Menurut Kemenkes RI (2016) Stres merupakan sumber dari
berbagai penyakit pada manusia. Apabila stres tidak cepat
ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampak lebih
lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk
mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling
berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam
mengurangi atau mengatasi stres melalui makan yang teratur dan
menu bervariasi.
2. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan
keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang
cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki
sel-sel yang rusak.
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk
meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah
raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua
kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting
menghasilkan keringat.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres
karena dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan
ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat
mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi
minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik.
6. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya
tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan
meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi
dan menanggulangi stres.
8. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres
yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro
dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak
mempengaruhi fungsi kognitif, afektif atau psikomotor yang dapat
mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang biasanya
digunakan adalah anti cemas dan anti depresi terapi somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat
stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu
sistem tubuh yang lain.
9. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan
dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi
suportif dan psikoterapi reedukatif di mana psikoterapi suportif ini
memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami
percaya diri.
10. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam
mengatasi permasalahan psikologis .
2.4 Kerangka Teori

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Penyebab Gastritis

1. Komsumsi Obat
2. Minuman beralkohol
3. Infeksi bakteri seperti H.pylory
4. Infeksi virus
5. Infeksi jamur Kekambuhan
6. Stress Gastritis
7. Makanan dan minuman bersifat iritan
8. Pola makan
a. Frekuensi
b. Jenis
c. Jumlah Makanan

Dimodifikasi dari : Suratun (2010) dan Hidayah (2011) dan Lestari (2015)

Anda mungkin juga menyukai