Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN

PADA Ny M.D. DENGAN PENYAKIT GASTRITIS DI


RSUD MAREN KOTA TUAL

Di Susun Oleh :

Kiky Rizkyah Serang

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIkes

MALUKU HUSADA

2022/2023
PENYAKIT GASTRITIS

1. PENGERTIAN
Suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus atau lokal dengan
karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah.
(Suratun SKM, 2010)
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Gastritis merupakn peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difusi
atau local. (patofisologi : 378 )

2. ETIOLOGI
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang
dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum
alkohol, dan merokok.

3. PATOFISIOLOGI
Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang
akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl
yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut
tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang
memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori.
Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral,
dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala
(asimptomatik). Sekali bersarang, bakteri Helicobacter pylori dapat bertahan di
perut selama hidup seseorang. Namun, sekitar 10-15 persen individu yang terinfeksi
kadang-kadang akan mengalami penyakit luka lambung atau usus duabelas jari.
Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus duabelas jari daripada di lambung.
Helicobacter pylori merupakan jenis bakteri Gram negative yang berbentuk
spiral dan sangat cocok hidup pada kondisi kandungan udara sangat minim. Bakteri
Helicobacter pylori berkoloni di dalam lambung dan bergabung dengan luka
lambung atau duodenum (lihat gambar). Infeksi oleh Helicobacter pylori banyak
ditemui pada penduduk di negara-negara berstandar ekonomi rendah dan memiliki
kualitas kesehatan yang buruk. Menempel dan Menginisiasi pembentukan luka.

4. KLASIFIKASI
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis
akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner
dan Suddart, 2000, hal: 188).
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu
menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung
dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi
antibodi. Anemia Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Sedangkan Gastritis tipe
B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

5. MENIFESTASI KLINIS
a. Gastritis akut
Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri dapat timbul
kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat, gelisah, sakit perut dan
mungkin disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi, sianosis, persaan seperti
terbakar pada epigastrium, kejng-kejng dan lemah.
b. Gastritis kronis
Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai dengan penurunan
berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus peptikum dan dapat terjdi
aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknyatersebar.
b. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernahmelewati mukosa muskularis.
c. Biopsi mukosa lambung
d. Analisa cairan lambung :untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL
menurun pada kliendengan gastritis kronik.
e. Pemeriksaan barium
f. Radiologi abdomen
g. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
h. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untukperdarahan GI atas,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
i. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan diganosa
penyebab / sisi lesi..

7. PENATALAKSANAAN
Secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung
dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Secara spesifik dibedakan :
a. Gastritis Akut :
Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang
terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum
b. Gastritis Kronis :
Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin)
dan garam bismuth (pepto bismol)

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastritis

1. PENGKAJIAN
A. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
B. Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada
pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual,
muntah?
C. Riwayat penyakit sekarang
Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu
atau alkohol?
D. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum
terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji adakah riwayat penyakit lambung
sebelumnya atau pembedahan lambung?
E. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis, kelebihan
diet atau diet sembarang.
F. Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan membantu
G. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
H. Sirkulasi
I. Gejala :
o hipotensi (termasuk postural)
o takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
o kelemahan / nadi perifer lemah
o pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
o warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
o kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok,
nyeri akut, respons psikologik)
J. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.
K. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro
interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster,
gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik
feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah
cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida). Haluaran urine : menurun, pekat.
L. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik
bagian luar sehubungan dengan luka duodenal)
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan klien mengeluh tidak mau makan
b. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat
dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
c. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung yang ditandai dengan klien
mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan nyeri
d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi pelaksanaan diet dan faktor
pencetus iritan pada mukosa lambung
f. Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai dengan klien tampak gelisah

3. INTERVENSI
1) Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung yang ditandai dengan klien
mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan nyeri
 Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol.
 Intervensi :
o Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri
pasien sebelumnya.
o Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan nyeri.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
o Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan
kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
o Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan iritasi lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri
meningkat.
o Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik dan antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan
keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.
2) Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan klien mengeluh tidak mau makan
 Tujuan : Menghindari makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung
kafein dan alkohol.
 Intervensi :
o Catat masukan nutrisi.
R/ Mengidentifikasi kebutuhan diet.
o Berikan perawatan oral teratur.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.
o Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai makanan
yang lain.
o Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan
kebutuhan nutrisi.
o Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.
3) Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat dan
kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
 Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan oleh membran
mukosa lembab, turgor kulit baik.
 Intervensi :
o Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
o Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
o Ukur berat badan tiap hari.
R/ Indikator cairan status nutrisi.
o Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut.

4. IMPLEMENTASI
Melaksanakan tindakan yang disesuaikan dengan rencana yang ditentukan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana, tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Evaluasi ada 2 yaitu :
1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan dilaksanakan
2) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan
secara paripurna.
Daftar Pustaka

Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing Process Approach,
4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

ohnson, Marion& Maas, Meidean. 2000. Nursing Outcome Classification. New York :
Mosby.

Mccloskey, Joanne& Bulechek, Gloria. 1996. Nursing Intervention Clasification. New York:
Mosby.

Mosby, NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta, Prima Medika

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai