Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa

lambung. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di

klinik penyakit dalam pada umumnya (Slamet Suyono, 2001). Menurut data dari

WHO (World Health Organization) kematian akibat gastritis dan duodenitis di

berbagai negara pada tahun 2004 sebanyak 3840 kematian dengan rata-rata 71,1

kematian (Sistem Informasi Statistik WHO, 2004).

Dalam tubuh manusia banyak terdap system yang saling kerja sama dalam

mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salah satu system yang

penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi  yang sangat pentinng dalam

proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh. Dalam system

pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah lambung..

Lambung merupakan organ pencernaan di dalam tubuh manusia yang berfungsi

menyimpan makanan, mencernakan makanan menjadi partikel yang lebih kecil untuk

diteruskan ke duodenum. Fungsi lambung adalah menerima makanan dan bekerja

sebagai penampung untuk jangka waktu pendek, semua makanan dicairkan dan

dicampurkan dengan asam hidrokiorida dan dengan cara ini disiapkan untuk dicemakan

oleh usus.

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya

diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan

mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan,

gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga
1
mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk

makan.(Fahrur, 2009).

Penyebab lain dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori(H.

pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat

menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung kronis.

Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak kecil.

Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup.

Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman

pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas

sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti

terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika

makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam,

menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)

Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan

akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak

lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah. Gastritis yang tidak ditangani

dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu

kanker lambung dan peptic ulcer.

B. RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan gastritis ?

2.      Bagaimana penyebab dari gastritis ?

3.      Apa gejala yang ditimbulkan dari gastritis ?

4.      Bagaimana patofisiologis gastritis akut dan gastritis kronik ?

5.      Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit gastritis ?

6.      Pencegahan yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai tindakan preventif ?

2
C. TUJUAN PENULISAN

1.   Tujuan umum

Tujuan umum dari makalah ini yaitu menggambarkan proses Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan Gastritis.

2. Tujuan khusus

a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gastritis.

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gastritis.

c. Dapat merumuskan Asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis.

d. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan gastritis.

e. Dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan

pada pasien dengan Gastritis.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Gastritis adalah peradangan pada lambung dan merupakan gangguan yang

sering terjadi dengan karakteristik adanya anoreksia, rasa penuh dan tidak enak

pada epigastrium, mual dan muntah.(Erfandi, 2009)

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai

terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam

gangguan dalam saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya

proses inflamasi pada lambung ( Sukarmin, 2012).

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan gastritis merupakan suatu

peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut maupun

kronis.

B. ETIOLOGI

Beberapa penyebab dapat mengakibatkan seseorang menderita gastritis

(suratun, 2010):

1. Mengkonsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen (aspirin), digitalis

asetaminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa

lambung, NSAIDS (nonsteroid anti inflammation drug) dan kostikosteroid

mnghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat  dan

menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbukan

iritasi mukosa lambung.


4
2. Konsumsi alcohol: alcohol dapat menyebabkan kerusakan gaster.

3. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka,lada) menyebabkan

kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.

4. Kondisi yang stressfull (trauma, luka bakar, kemotherapi, dan kerusakan

susunan saraf pusat) merangsang peningkatan poduksi HCL lambung.

5. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschcicia coli, salmonella dan

lain-lain.

C. KLASIFIKASI

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Gastritis akut

Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat

menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi

menjadi dua garis besar yaitu :

a. Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar,

seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid ,

mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin

(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa

lambung).

b. Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan

badan ).

2. Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau

maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory(H.

Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe

B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.

5
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.

Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia

pernisiosa berkembang pada proses ini.  Gastritis kronik tipe B lebih lazim.

Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus

pada dinding lambung.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Gastritis akut erosive sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan

asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus

yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :

a. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai

terjadi renjatan karena kehilangan darah.

b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.

Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan

dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.

c. Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.

d. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.

e. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah

samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia

defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.

f. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka

yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan

gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat

dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

6
2. Gastritis kronis

a. Bervariasi dan tidak jelas

b. Perasaan penuh, anoreksia

c. Distress epigastrik yang tidak nyata

d. Cepat kenyang.

E. PATHWAY

Helicobacter pylori Zat-zat korosif Sterss

Infeksi mukosa lambung Gangguan difus barrier mukosa Stimulan nervus vagus

Refleks enteric dinding lambung

Hormon gastrin
Peningkatan asam lambung

Iritasi mukosa lambung Stimulan sel parietal

Peradangan mukosa lambung

Hiperemis Ansietas Nyeri Hipotalamus

Atrofi gaster Kurang informasi Aktivitas lambung meningkat

Kehilangan fungsi Kurang pengetahuan Asam lambung meningkat


Kelenjar fundus

Faktor intrinsic Kontraksi otot lambung

Penurunan absorbsi Masukan nutrisi indekuat Anoreksia, mual, muntah


Vitamin B12

Penurunan volume Perubahan nutrisi : kurang Masukan cairan tidak adekuat/


Darah merah dari kebutuhan kehilangan cairan

Penurunan suplai O2 Risiko kekurangan


Ke jaringan volume cairan

Kelemahan fisik

Intoleransi aktifitas

Konstipasi

7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah

Tes ini untuk memeriksa adanya antibody H. pylory dalam darah. Hasil tesyang

positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu

waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut

terkena infeksi, tes darah dapat digunakan untuk memeriksa anemiayang terjadi

akibat perdarahan lambung akibat gastritis.

2. Pemeriksaan pernafasan

Tes ini dapat dmenentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.Pylory atau

tidak.

3. Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylory dalam feces atau tidak. Hasil yang

positif dapat menindikasikan terjaidnya infeksi.

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknyamanan pada saluran cerna

bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x.

5. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan

lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum

dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat

lebih jelas ketika di rontgen.

G. PENATALAKSANAAN

Secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet

lambung dengan porsi kecil dan sering, serta obat-obatan.

8
Secara spesifik dibedakan :

1. Gastritis Akut :

a. Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah

menjadi diet yang tidak mengiritasi.

b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.

c. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie

yang terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.

d.  Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau

perforasi.

e. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan

netralkan asam dengan antasida umum.

f. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang

encer atau cuka yang di encerkan.

g. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya

perforasi.

2. Gastritis Kronis :

a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.

b. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau

amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol).

II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat

tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.

9
2. Keluhan utama

Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan

gejala pada pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat

makan, mual, muntah?

3. Riwayat penyakit sekarang

Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah

makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna

obat tertentu atau alkohol?

4. Riwayat penyakit dahulu

Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau

minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji adakah riwayat penyakit

lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?

5. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis,

kelebihan diet atau diet sembarang.

6. Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan

membantu.

7. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan

Tanda : Takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)

8. Sirkulasi

Gejala :

a. Hipotensi (termasuk postural)

b. Takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)

10
c. Kelemahan / nadi perifer lemah

d. Pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)

e. Warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)

f. Kelembaban kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok,

nyeri akut, respons psikologik)

9. Integritas ego

Gejala : Faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak

berdaya.

Tanda : Tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,

gemetar, suara gemetar.

10. Eliminasi

Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro

interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik /

gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi /

karakteristik feses.

Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi

Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.

Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang

merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan

diet, penggunaan antasida).

Haluaran urine : menurun, pekat.

11. Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi

pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).

Masalah menelan : cegukan

11
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah

Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan

darah.

Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk

(perdarahan kronis).

12. Neurosensi

Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.

Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung

tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume

sirkulasi / oksigenasi).

13. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri

hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-

samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri

epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah

makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai /

atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung

kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri

(varises esofegeal atau gastritis).

Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu

(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.

Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,

perhatian menyempit.

14. Keamanan

Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA

12
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /

hipertensi portal)

15. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,

alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat

diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal :

trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama

misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.

2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrien yang tidak adekuat.

3. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat

dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah.

4. Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi pelaksanaan diet dan faktor

pencetus iritan pada mukosa lambung.

5. Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai dengan klien tampak

gelisah.

D. INTERVENSI

1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung yang ditandai dengan klien

mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan nyeri.

Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol.

Intervensi :

a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).

13
R/ : Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala

nyeri pasien sebelumnya.

b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan nyeri.

R/ : Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.

c. Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.

R/: Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan

kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.

d. Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan iritasi lambung.

R/ : Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri

meningkat.

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik dan antasida.

R/ : Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan

keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.

2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan klien mengeluh tidak mau

makan.

Tujuan : Menghindari makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung kafein

dan alkohol.

Intervensi :

a. Catat masukan nutrisi.

R/ : Mengidentifikasi kebutuhan diet.

b. Berikan perawatan oral teratur.

R/ : Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.

14
c. Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.

R/ : Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai makanan

yang lain.

d. Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.

R/ : Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan

kebutuhan nutrisi.

e. Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.

R/ : Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.

3. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat

dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah

Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan oleh membran

mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi :

a. Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.

R/ : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.

b. Kaji tanda-tanda vital.

R/ : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.

c. Ukur berat badan tiap hari.

R/ : Indikator cairan status nutrisi.

d. Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.

R/ : Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut..

4. Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi pelaksanaan diet dan faktor

pencetus iritan pada mukosa lambung

Tujuan :Dalam waktu 1x24 jam pasien mampu melaksanakan apa yang telah

diinformasikan.

15
Intervensi :

a. Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat

kecemasan,kelemahan umun,pengetahuan pasien sebelumnya,dan suasana yang

tepat).

R/ : Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik,dan

lingkungan yang kondusif.

b. Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis akut sampai menimbulkan keluhan

pada pasien.

R/ : Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana

penyuluhan dapat bersifat individual.Diet diberikan dan disesuaikan dengan

jumlah kebutuhan kalori harian,makanan yang disukai serta pola makan.

c. Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan.

R/ : Meningkatkan partisipasi pasien dalam program pengobatan dan mencegah

klien untuk kontak kembali dengan agen iritan lambung.

d. Hindari dan beri daftar agen-agen iritan yang menjadi predisposisi timbulnya

keluhan.

R/ : Pasien diberi daftar agen-agen iritan untuk dihindari (misal: kafein, nikotin,

bumbu pedas, pengiritasi atau makanan sangat merangsang,dan alcohol.

e. Tekankan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang mengandung protein

dan kalori yang tinggi,serta intake cairan yang cukup setiap hari.

R/ : Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi peningkatan kebutuhan

metabolik tubuh.Pendidikan kesehatan tentang hal tersebut meningkatan

kemandirian pasien dalam perawatan penyakitnya.

5. Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai dengan klien tampak

gelisah

16
Tujuan : Ansietas teratasi/berkurang.

Intervensi :

a. Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang.

R/ : Indikator derajat ansietas.

b. Motivasi menyatakan pernyataan, berikan umpan balik.

R/ : Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien/orang terdekat dalam

mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.

c. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang dipersepsikan orang lain.

R/ : Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stress.

d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang digunakan pada

masa lalu.

R/ : Perilaku yang berhasil dapat diikutkan pada penerimaan masalah saat ini,

meningkatkan rasa kontrol dingin pasien.

e. Bantu pasien belajar mekanisme koping yang efektif.

R/ : Belajar cara memecahkan masalah dapat membantu dalam menurunkan

stress dan ansietas.

E. EVALUASI

1. Nyeri epigastrium berkurang atau teradaptasi.

2. Asupan nutrisi terpenuhi.

3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi.

4. Aktivitas telah kembali normal.

5. Informasi terpenuhi.

6. Tingkat kecemasan berkurang.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu

gastro, yang berarti perut / lambung dan itis yang berarti inflamasi / peradangan.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi

yang kesemuanya itu menimbulkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan

tersebut merupakan akhir dari infeksi oleh basil yang sama dengan basil yang sanggup

menimbulkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.

Gastritis biasanya terjadi ketika prosedur pelindung ini kewalahan dan

menimbulkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Gastritis yang terjadi tiba-tiba

(akut) biasanya memiliki tanda-tanda mual dan sakit pada perut pecahan atas,

sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara sedikit demi sedikit biasanya

memiliki tanda-tanda menyerupai sakit yang ringan pada perut pecahan atas dan terasa

penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak

mengakibatkan apapun.

Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi

mukosa lambung. Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh basil gram negatif

Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh

seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada

penampakan tanda-tanda (asimptomatik).

18
B. SARAN

1. Diharapkan kita sanggup menjaga lambung kita dari masakan dan minuman yang

masuk ke tubuh biar tidak terinfeksi oleh basil Helicobacter pylori. Penyebab yang

lain yang sanggup menimbulkan gastritis ialah stres fisik, bila stres meningkat

maka produksi HCL (asam lambung) yang menimbulkan pH dalam lambung

menjadi asam sehingga sanggup merusak lapisan lambung, oleh lantaran itu

disarankan untuk tidak menyepelekan stres tersebut.

2. Dengan penjabaran mengenai pencegahan gastritis, dibutuhkan kita lebih berhati-

hati terhadap masakan maupun faktor lain yang mengakibatkan resiko infeksi pada

lapisan lambung.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC,
Jakarta

Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah volume 2,


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan


Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Mansjoer Arif, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edidi 3 Jilid 2, Jakarta: Media
Aesculapius.

Nanda, International, 2005, Nursing Diagnosis : Definition & Classification, Philadelphia

Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Price, Sylvia A dan Wilson, lorraine, 2005, Patofisiologi, edisi 6, EGC, Jakarta.

Underwood, J. C. E., 1996, Patologi Umum Dan Sistemik, edisi 2, EGC, Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai