Disusun Oleh :
DIAN NURAHMAT
14901200
2. Klasifikasi
Gastritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis
akut erosive. Gastritis akut erosive adalah suatu peradangan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosive. Disebut erosive apabila
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang manahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang
disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori (Brunner dan Suddart)
Gastritis kronis diklasifikasikan lagi berdasarkan gambaran hispatologi dan
distribusi anatomi:
a. Gambaran hispatology
1. Gastritis kronik superficial
2. Gastritis kronik atropik
3. Atrofi lambung
4. Metaplasia intestinal
5. Perubahan histology kelenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar
mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
b. Distribusi anatomi
1. Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A) sering dihubungkan dengan
proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa kerena terjadi
gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut
disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam
lambung menurun.
2. Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) paling sering dijumpai dan
berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori.
3. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut:
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan
kimia misal : lisol, alcohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti
inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan
mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis
(Mansjoer, Arif, 1999, hal :492)
b. Gastritis Kronik
Penyebab dan pathogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi diduga pada peminum alcohol,
dan merokok. Penyebab lain adalah :
Diet yang sembrono, makan terlalu banyak, dan makan yang terlalu cepat
dan makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme. Faktor psikologi stress baik primer maupun sekunder
dapat merangsang peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik
lambung. Stress juga akan mendorong gerakan antara makanan dan
dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka
pada lambung.
Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun
pembedahan sering pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi
bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab
bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau
infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh
penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit
yang telah ada sebelumnya.
a. Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
b. Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya
menutupi gejala-gejala lambung tetapi perut sebelah atas terasa tidak
enak. Segera setelah cidera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung,
dalam beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan
Gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari
cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai
mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2-5 hari setelah terjadinya
cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal,
cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah
bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
c. Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri di perut sebelah atas. Tetapi
banyak penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak
merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus,
yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan
dan ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman seperti
aspal ( Melena ), muntah darah (Hematemesis) atau makanan yang sudah
dicerna yang menyerupai endapan kopi.
d. Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan
dan penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju ke usus dua belas
jari.
e. Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya
nafsu makan, mual, muntah, dan penurunan berat badan, lebih jarang
terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan
pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya
protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini
bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
f. Gastritis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan
timbulnya ruam di kulit dan diare.
g. Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar
dibelakang tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan
kadang karena adanya tukak di lambung. Tukak bisa menembus dinding
lambung sehingga isi lambung tumpah ke dalam rongga perut,
menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar
biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan
darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut yang
menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju ke usus dua
belas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa
merusak lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk ke
dalam dinding lambung dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul
secara tiba-tiba.
b. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
Intervensi (NIC) Rasional
1. Penuhi kebutuhan individual. 1. Intake cairan yang adekuat akan
Anjurkan klien untuk minum mengurangi resiko dehidrasi pasien
(dewasa : 40-60 cc/kg/jam)
2. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi 2. Menunjukkan status dehidrasi atau
turgor kulit, pengisian kapiler dan kemungkinan peningkatan kebutuhan
membrane mukosa penggantian cairan
3. Pertahankan tirah baring, mencegah 3. Aktivitas muntah meningkatkan
muntah dan tegangan pada defekasi tekanan intra abdominal dan dapat
mencetuskan perdarahan lanjut.
4. Berikan terapi IV line sesuai 4. Mengganti kehilangan cairan yang
indikasi hilang dan memperbaiki keseimbangan
cairan segera
5. Kolaborasi pemberian cimetidine 5. Cimetidine dan ranitidine berfungsi
dan ranitidine untuk menghambat sekresi asam
lambung