Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN GASTRITIS


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
DIAN NURAHMAT
14901200

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS AKUT

1. Definisi Gastritis Akut


Gastritis adalah (inflamasi mukosa lambung) sering akibat diet yang tidak
teratur dan terkontrol (Suzanne C. Smeltzer, 2001).
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, atau local (Silvia A. Price, 2005).
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Arif Muttaqin, 2011:384)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas jadi dapat disimpulkan gastritis itu
adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa, bentuk berat
dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan
mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.

2. Klasifikasi
Gastritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis
akut erosive. Gastritis akut erosive adalah suatu peradangan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosive. Disebut erosive apabila
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang manahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang
disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori (Brunner dan Suddart)
Gastritis kronis diklasifikasikan lagi berdasarkan gambaran hispatologi dan
distribusi anatomi:
a. Gambaran hispatology
1. Gastritis kronik superficial
2. Gastritis kronik atropik
3. Atrofi lambung
4. Metaplasia intestinal
5. Perubahan histology kelenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar
mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
b. Distribusi anatomi
1. Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A) sering dihubungkan dengan
proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa kerena terjadi
gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut
disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam
lambung menurun.
2. Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) paling sering dijumpai dan
berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori.

3. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut:
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan
kimia misal : lisol, alcohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti
inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan
mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis
(Mansjoer, Arif, 1999, hal :492)
b. Gastritis Kronik
Penyebab dan pathogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi diduga pada peminum alcohol,
dan merokok. Penyebab lain adalah :
 Diet yang sembrono, makan terlalu banyak, dan makan yang terlalu cepat
dan makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme. Faktor psikologi stress baik primer maupun sekunder
dapat merangsang peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik
lambung. Stress juga akan mendorong gerakan antara makanan dan
dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka
pada lambung.
 Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun
pembedahan sering pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi
bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab
bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau
infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh
penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit
yang telah ada sebelumnya.

4. Tanda dan gejala

Gejala bermacam-macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya.


Biasanya penderita Gastritis mengalami gangguan pencernaan (Indigesti) dan
rasa tidak nyaman di perut sebelah atas.

a. Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
b. Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya
menutupi gejala-gejala lambung tetapi perut sebelah atas terasa tidak
enak. Segera setelah cidera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung,
dalam beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan
Gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari
cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai
mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2-5 hari setelah terjadinya
cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal,
cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah
bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
c. Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri di perut sebelah atas. Tetapi
banyak penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak
merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus,
yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan
dan ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman seperti
aspal ( Melena ), muntah darah (Hematemesis) atau makanan yang sudah
dicerna yang menyerupai endapan kopi.
d. Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan
dan penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju ke usus dua belas
jari.
e. Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya
nafsu makan, mual, muntah, dan penurunan berat badan, lebih jarang
terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan
pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya
protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini
bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
f. Gastritis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan
timbulnya ruam di kulit dan diare.
g. Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar
dibelakang tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan
kadang karena adanya tukak di lambung. Tukak bisa menembus dinding
lambung sehingga isi lambung tumpah ke dalam rongga perut,
menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar
biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan
darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut yang
menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju ke usus dua
belas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa
merusak lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk ke
dalam dinding lambung dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul
secara tiba-tiba.

Gejala Gastritis secara umum

a. Hilangnya nafsu makan


b. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah
c. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat
menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
d. Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
e. Kehilangan berat badan.
5. Patofisiologi
6. Pemeriksaan Penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
a. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
b. Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh Bakteri H. Pylori
atau tidak.
c. Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan
pada lambung.
d. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. tes ini dilakukan
dengan cara memasukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus
kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes
ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika selesai tes ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hamper tidak ada resiko
akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Medis
Gastritis akut biasanya mereda bila agen-agen penyebabnya dapat dihilangkan.
Intervensi medis yang dilakukan apabila keluhan tetap tidak hilang dengan
menghindari agen penyebab adalah dengan terapi farmakologis, meliputi terapi
cairan dan terapi obat (Wehbi, 2008)
a. Terapi cairan, hal ini diberikan pada fase akut untuk hidrasi pasca muntah
yang berlebihan
b. Terapi obat
Prinsip pemberian terapi adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada obat spesifik untuk menyembuhkan kecuali pada infeksi H
Pylori (Santacrose, 2008)
2. Pemberian terapi sesuai dengan faktor penyebab yang diketahui, seperti
pada tuberculosis maka akan mendapatkan OAT (Obat Anti Tuberkulosa)
yang disesuaikan dengan protokol pemberian dari Depkes RI.
3. Pemberian obat farmakologis disesuaikan dengan kondisi dan toleransi
pasien. Obat-obat farmakologis, antara lain:
 Antasida, digunakan untuk profilaksis secara umum. Antasida
mengandung aluminium dan magnesium yang dapat membantu
penurunan keluhan gastritis dengan menetralkan asam lambung.
 Penghambat H2, agen ini mempunyai mekanisme sebagai
penghambat reseptor histamine. Histamine dipercaya mempunyai
peran penting dalam sekresi asam lambung. Penghambat H2 secara
efektif akan menekan pengeluaran asam lambung dan stimulasi
pengeluaran asam oleh makanan dari system saraf. Beberapa obat
dari agen ini meliputi Cimetidin, melalui inravena, sedangkan
Ranitidine lebih efektif bila digunakan per oral pada saat perut
kosong dengan efek menurunkan sekresi produksi asam,
mempercepat pengosongan lambung dan menyeimbangkan
konsentrasi hydrogen.
 Penghambat pompa proton, agen ini menghambat pompa proton
seperti H+, K+, dan ATP-ase yang berlokasi di dalam sekretori
membrane apical dari sel-sel sekresi asam lambung (sel peritel).
Agen ini mempunyai kemampuan menghambat produksi asam
dengan durasi panjang. Jenis obat agen ini diantaranya adalah
Omeprazole (Kee, 1996).
 Antibiotic, agen ini digunakan pada gastritis dengan infeksi bakteri
seperti H. Pylori. Beberapa agen antibiotic yang dianjurkan adalah
Amoksisilin oral, Tetrasiklin oral, atau Metronidazol oral.
Keperawatan
a. Istirahat baring.
b. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak. Hindari
bahan makanan yang merangsang.
c. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetic seperti dimenhidrinat 50-100
mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kuman-
kuman, berikan antibiotic yang sesuai.
d. Bila nyeri tidak hilang dengan antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit
sebelum makan.
e. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.

8. Masalah keperawatan dan data pendukung


DS :
a. Pasien mengeluh nyeri pada ulu hatinya
b. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
c. Pasien mengatakan mual dan muntah
d. Pasien mengatakan sulit untuk menghabiskan diet yang diberikan
DO :
a. Pasien terlihat meringis menahan nyeri
b. Pasien tampak memegangi bagian bawah perutnya
c. Pasien tampak tidak bisa menghabiskan diet yang diberikan
d. Pasien tampak gelisah

9. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul


a. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung
b. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
d. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
e. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit

10. Tujuan Rencana Keperawatan dan Kriteria hasil


No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC)

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan


inflamasi mukosa lambung selama 1 x 24 jam.
- Nyeri pasien berkurang atau hilang
- Skala nyeri 0
- Pasien dapat rileks
- Keadaan umum pasien baik
2. Volume cairan kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1
kebutuhan tubuh berhubungan x 24 jam, masalah kekurangan volume
dengan intake yang tidak adekuat cairan pasien dapat teratasi.
dan output cair yang berlebih Kriteria hasil : Mempertahankan volume
(mual dan muntah) cairan adekuat dengan dibuktikan oleh
mukosa bibir lembab, turgor kulit baik,
pengisian kapiler berwarna merah muda,
input dan output seimbang.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
tubuh b/d anorexia 3x24 jam, kebutuhan nutrisi pasien dapat
terpenuhi.
Kriteria hasil : keadaan umum cukup
- Turgor kulit baik
- BB meningkat
- Kesulitan menelan berkurang
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan Klien dapat beraktivitas.
fisik Kriteria hasil : Klien dapat beraktivitas
tanpa bantuan,
Skala aktivitas 0-1
5. Ansietas b/d perubahan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kesehatan, ancaman kematian dan 1x24 jam pasien
nyeri Kriteria hasil :
- Mengungkapkan perasaan dan
pikirannya secara terbuka
- Melaporkan berkurangnya cemas dan
takut
- Mengungkapkan mengerti tentang
proses penyakit
- Mengemukakan menyadari terhadap
apa yang diinginkannya yaitu
menyesuaikan diri terhadap
perubahan fisiknya

11. Intervensi Keperawatan dan Rasional per diagnose keperawatan


a. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung
Intervensi (NIC) Rasional
1. Puasakan pasien di 6 jam pertama 1. Mengurangi inflamasi pada mukosa
lambung
2. Berikan makanan lunak sedikit demi 2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila
sedikit dan berikan minuman hangat pemberian makanan setelah puasa
terlalu cepat
3. Atur posisi yang nyaman bagi pasien 3. Posisi yang tepat dan dirasa nyaman
oleh pasien dapat mengurangi resiko
pasien terhadap nyeri
4. Ajarkan teknik distraksi dan 4. Dapat membuat klien jadi lebih baik
reklasasi dan melupakan nyeri
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Analgetik dapat memblok reseptor
analgetik nyeri pada susunan saraf pusat

b. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
Intervensi (NIC) Rasional
1. Penuhi kebutuhan individual. 1. Intake cairan yang adekuat akan
Anjurkan klien untuk minum mengurangi resiko dehidrasi pasien
(dewasa : 40-60 cc/kg/jam)
2. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi 2. Menunjukkan status dehidrasi atau
turgor kulit, pengisian kapiler dan kemungkinan peningkatan kebutuhan
membrane mukosa penggantian cairan
3. Pertahankan tirah baring, mencegah 3. Aktivitas muntah meningkatkan
muntah dan tegangan pada defekasi tekanan intra abdominal dan dapat
mencetuskan perdarahan lanjut.
4. Berikan terapi IV line sesuai 4. Mengganti kehilangan cairan yang
indikasi hilang dan memperbaiki keseimbangan
cairan segera
5. Kolaborasi pemberian cimetidine 5. Cimetidine dan ranitidine berfungsi
dan ranitidine untuk menghambat sekresi asam
lambung

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia


Intervensi (NIC) Rasional
1. Anjurkan pasien untuk makan 1. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi dan
sedikit demi sedikit dengan porsi mencegah terjadinya mual dan muntah
kecil namun sering yang berlanjut.
2. Berikan makanan yang lunak dan 2. Untuk mempermudah pasien dalam
makanan yang disukai pasien/ mengunyah makanan
digemari

3. Lakukan oral higyne 2x sehari 3. Kebersihan mulut akan merangsang


nafsu makan pasien
4. Timbang BB pasien setiap hari dan 4. Mengetahui status nutrisi pasien
pantau turgor kulit, mukosa bibir dll
5. Konsultasi dengan tim ahli gizi 5. Mempercepat pemenuhan kebutuhan
dalam pemberian menu nutrisi dengan pemberian menu yang
tepat sasaran.

d. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik


Intervensi (NIC) Rasional
1. Observasi sejauhmana klien dapat 1. Mengetahui aktivitas yang dapat
melakukan aktivitas dilakukan klien
2. Berikan lingkungan yang tenang 2. Meningkatkan istirahat klien
3. Berikan bantuan dalam aktivitas 3. Membantu bila perlu, harga diri
ditingkatkan bila klien melakukan
sesuatu sendiri
4. Jelaskan pentingnya beraktivitas 4. Klien mengetahui pentingnya
bagi klien beraktivitas
5. Tingkatkan tirah baring atau duduk 5. Tirah baring dapat meningkatkan
dan berikan obat sesuai dengan stamina tubuh pasien sehingga pasien
indikasi dapat beraktivitas kembali

e. Ansietas b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian dan nyeri


Intervensi (NIC) Rasional
1. Awasi respon fisiologi misalnya : 1. Dapat menjadi indikator derajat takut
takipnea, palpitasi, pusing, sakit yang dialami pasien, tetapi dapat juga
kepala, sensasi kesemutan berhubungan dengan kondisi fisik atau
status syok
2. Dorong pernyataan takut dan 2. Membuat hubungan terapeutik
ansietas, berikan umpan balik
3. Berikan informasi yang akurat 3. Melibatkan pasien dalam rencana
asuhan dan menurunkan ansietas yang
tak perlu tentang ketidaktahuan
4. Berikan lingkungan yang tenang 4. Memindahkan pasien dari stressor luar,
untuk istirahat meningkatkan relaksasi, dapat
meningkatkan keterampilan koping.
5. Dorong orang terdekat untuk tinggal 5. Membantu menurunkan takut melalui
dengan pasien pengalaman menakutkan menjadi
seorang diri
6. Tunjukan teknik relaksasi 6. Belajar cara untuk rileks dapat
membantu menurunkan takut dan
ansietas
DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta


Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2006. Diagnosa KeperawatanAplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7.
EGC. Jakarta.
Markum.AH. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Suryanah. 2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai