Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian intekgral dari

pembangunan nasional. Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang

kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari jasmani,

rohani dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara

sosial dan ekonomis. untuk mewujudkan kesehatan tersebut maka

dirumuskan visi pembangunan kesehatan yaitu indonesia sehat tahun 20016

( Dep.Kes.RI, 1999). upaya untuk mencapai kondisi tersebut hanya dapat

dilakukan oleh sumber daya manusia yang sehat pula, terbatas dari penyakit

yang dapat menghambatnya untuk dapat melakukan aktivitas pembangunan.

Salah satu penyakit yang dapat menghambat aktivitas seseorang adalah

penyakit gastritis

Angka kejadian di indonesia pada tahun 2007 penyakit gastritis

menepati urutan yangk 9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di

seluruh rumah sakit di indonesia dengan jumlah kasus 218.500. sedangkan

menurut Profil Pembangunan Kesehatan Kabupaten Pasaman barat tahun

2010 melalui kepala dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. Berdasarkan

pelayanan kesehatan masyakat melalui pengobatan dasar masyakat ke

puskesmas. Pustu dan polindes. maka selama tahun 2015 ditemukan 10

(sepuluh) macam jenis penyakit terbanyak di antara ISPA 338 kasus


2

( 21,2% ). Rheumatik 12.864 kasus (21,03%) Gastritis 9.933 kasus.(10.2%).

(Indra, 2010).

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari Puskesmas Kinali

Kabupaten Pasaman Barat 10 penyakit terbanyak pada pelayanan kesehatan

rawat jalan Puskesmas pada awal tahun 2015 diantaranya, infeksi saluran

pernapasan Akut (ISPA) jumlah kasus 1074, Gastritis 255 kasus, penyakit

kulit infeksi 221 kasus.

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paliang sering di

akibatkan oleh ketidak teraturan diet,misalnya sering telat makan makan

terlalu banyak dan cepat atau suka makan makanan yang pedas makanan

yang terlalu berbumbu (brunner & suddarth2001).

Gastritis atau lebih lazim kita menyebutnya sebagai penyakit maag

merupakan penyakit yang sangat menganggu aktifitas dan bila tidak di

tangani dengan baik dapat juga akibat fatal. biasanya penyakit gastritis terjadi

pada orang-orang yang mempunyai pola makan tidak teratur dan merangsang

produksi asam lambung. beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat

menyebabkan terjadinya gastritis.gejala-gejala penyakit gastritis selain nyeri

di daerah ulu hati adalah mual, muntah, lemas, kembung dan terasa sesak,

nafsu makan menurun wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin,

pusing, atau selalu bersendawa pada posisi yang lebih parah, bisa muntah

darah (wijoyo, 2009).


3

Penyebab asam lambung tinggi antara lain, aktivitas padat sehingga

telat makan, stres tinggi yang berimbas pada sekresi asam lambung berlebih,

dan makanan dan minuman yang memicu tingginya sekresi asam lambung.

Ada beberapa faktor lain yaitu infeksi kuman (e colli, salmonella atau virus),

pengaruh obat-obatan, dan konsumsi alkohol berlebihan (purnomo,2009).


Gastritis biasanya di awali oleh pola makan yang tidak teratur

sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola

makan adalah berbagi informasi yang memberikan gambaran dan model

bahan makanan yang di konsumsi setiap hari, pola makan terdiri dari

frekuensi makan dan jenis makanan. dengan menu seimbang perlu dimulai

dan di kenal dengan baik sehingga akan bentuk kebiasaan makan-makanan

seimbang di kemudian hari.pola makan yang baik dan teratur merupakan

salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan

preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis

membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki

pencernaan. Pola makan atau pola konsumsi pangan susunan jenis dan jumlah

makanan yang di konsumsi seseorang kelompok orang pada kelompok

tertentu (Baliwati, Y .F 2004)


Menurut beberapa kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali

sehari. Ini berarti makan pagi(sarapan) hendaknya jangan ditinggalkan.

Sering kali orang mengabaikan sarapan karena di buru oleh waktu yang

sempit sebagian orang harus meninggalkan rumah sejak pagi-pagi untuk

dimulai aktifitasnya di tempat kerja. secara kuantitas dan kualitas rasanya

sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi apabila kita hanya makan 1 kali atau 2
4

kali sehari. keterbatasan volume lambung menyebabkan kita tidak bisa makan

sekaligus dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya makan dilakukan secara

frenkuentif yakni tiga kali sehari termasuk sarapan pagi. Tidak sarapan pagi

menyebabkan kekosongan lambung selama 10-11 jam karena makanan

terakhir yang masuk ke tubuh kita adalah makan malam pukul 19.00 dengan

berpuasa selama itu akan menyebabkan berisiko terkena penyakit gastritis

(khomsan, A 2002)
Penyakit gastritis sering kita abaikan dengan cara minum obat tanpa

konsul kedokter karena dianggap gangguan kecil. gastritis kebanyakan

disebabkan dari pola makan yang tidak teratur maupun jenis makan, frekuensi

makan dan jumblah makanya. Untuk mengurangi penyakit gastritis,

minumlah air putih hangat pada saat bangun tidur, lebih baik 3sampai 6 kali

sehari dalam porsi kecil dari pada satu kali dalam satu porsi yang berlebihan

dan pertimbangan keterbatasan daya tampung lambung, biasakan makan pagi

dan jangan menahan lapar hanya karena kesibukan dan karena bukan pada

saat jam makan, dan jangan tergesa-gesa beri jarak antara menyantap satu

makanan ke makanan berikut nya (wijoyo , 2009).


Bentuk pola makan pada penderita gastritis adalah makan sedikit-

sedikit, tidak kenyang dan juga tidak lapar. hindari makan makanan yang

merangsang pengeluaran asam lambung. Penderita gastritis tidak boleh

menunda waktu makan, namun jika tidak sempat makan makanlah kue untuk

menetralkan asam lambung. kombinasi obat dokter, keteraturan pola makan

dan olahraga yang tepat dapat mempercepat penyembuhan sakit gastritis

( Baliwati Y.F,2004)
5

Pencegahan penyakit gastritis adalah makan secara teratur, dan benar

hindari makan-makanan yang dapat mengiritasi terutama yang pedas dan ber

asam, mengunyah benar-benar lumat, makan dalam porsi kecil dan sering,

hindari mengkonsumsi obat yang di jual bebas, jangan merokok karna nikotin

dalam rokok merangsang asam lambung keluar lebih banyak, hindari

minuman beralkohol karna alkohol mengiris dan mengikis lapisan mukosa

dalam lambung dan mengakibatkan pendarahan, menjaga kebersihan

lingkungan seperti alat-alat tempat tidur dapur dan lain-lain.

Berdasrkan survey yang telah dilakukan di Puskesmas Kinali

Pasaman Barat pada tanggal 15 Januari 2016 dari 10 orang pasien yang di

wawancarai terdapat 7 orang pasien yang mengalami penyakit gastritis. di

karnakan pasien memiliki pola makan yang kurang sehat seperti telat makan,

suka makan makanan pedas, dan mekomsumsi makanan sembarangan seperti

makanan cepat saji (mie instan). tapi mereka bila sakitnya kambuh, mereka

tidak langsung pergi berobat kedokter,tapi hanya istirahat dirumah dan hanya

minum obat-obatan seperti obat maag yang dijual di warung-warung serta

minum teh mannis hangat atau energen

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui

hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada pasien yang

berkunjung ke puskesmas kinali.

1.2 Rumusan Masalah


6

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut Apakah ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis

pada pasien yang berkunjung ke puskesmas kinali

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian

gastritis pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kinali Kabupaten

Pasaman Barat tahun 2016.


1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui pola makan pada pasien gastritis yang

berkunjung ke Puskesmas Kinali.


1.3.2.2 Untuk mengetahui kejadian gastritis pada pasien yang

berkunjung ke Puskesmas Kinali.


1.3.2.3 Untuk mengetahui Hubungan Polamakan Dengan Kejadian

Gastirits pada pasien yang berkunjung kepuskesmas kinali.


1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini sebaiknya dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :


1.4.1 Bagi Responden
Proses dan hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan responden mengenai pola makan yang baik dan tentang

gastritis dan memahami manfaat dari pola makan yang baik, serta

mampu mengaplikasikannya didalam keseharian tentang bagaimana

cara menjaga pola makan yang benar agar terhindar dari gastritis.
1.4.2 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

peneliti tentang hubungan pola makan dengan kejadian gatritis pada

pasien sebagai bentuk pengaplikasian ilmu yang di dapat di bangku

perkuliahan.
1.4.3 Bagi Intitusi Puskesmas Kinali
7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dalam memberikan pelayanan sebagai upaya meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat khususnya di puskesmas kinali.


1.4.4 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diaharapkan dapat dijadikan sumber

pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar

kejadian gastritis tidak meningkat setiap tahunnya.


1.4.5 Peneliti Berikutnya
Dapat dijadikan data dasar dalam penelitian berikutnya

terutama yang berkaitan dengan gastritis.


1.4.6 Lembaga Pendidikan (STIKes Ceria Buana)
Untuk dapat dijadikan sumber bacaan sebagai penambah

wawasan mahasiswa khususnya mengenai masalah tentang hubungan

pola makan pasien dengan kejadian gastritis.


1.4.7 Perkembangan Ilmu Keperawatan

Dapat memperkuat teori keperawatan, bahwa gastritis

merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan yang dapat

diberikan untuk meningkatkan derajat kesehatan.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 POLA MAKAN


2.1.1 Pengertian Pola Makan

Pola atau pola konsumsi pangan adalah sususnan jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang tua waktu

tertentu (Baliwati, Y.F, 2004).

Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan

tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok

masyarakat tertentu (Santosa, Sdan Ranti A. L, 2004).

Pendapat dua pakar yang berbeda-beda diatas dapat diartikan

secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang

ditempuh seseorang atau kelompok orang dalam memilih,


9

menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan dalam setiap

hari yang meliputi jenis makanan, jumbah makan yang frekuensi

makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial,dimana mereka hidup

2.1.2 Pembagian Pola Makan


1. Frekuensi Makan

Frekuensi makan menurut Hartono (2009) adalah jumlah

makan dalam sehari-hari baik kualitatif maupun kuantitatif. Secara

almiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan

melalui dari mulut sampai usus halus. Lama makan dalam lambung

tergantung dan jenis makanan. jika dirata-rata 3-4 jam, maka

jadwal makan ini pun menyesuaikan denagan kosongnya lambung,

sedangkan pendapat (Khosman A, 2002), frekuensi makan yang

baik adalah tiga kali sehari. Ini berarti makan pagi (sarapan)

hendaknya jangan ditinggalkan. Sering kali orang mengabaikan

sarapan karena diburu oleh waktu yang sempit. sebagian orang

harus meninggalkan rumah sejak pagi-pagi untuk memulai aktifitas

nya ditempat kerja. Secara kuantitas dan kualitas rasanya sulit

untuk memenuhi untuk kebutuhan gizi apabila kita makan 1 kali

atau 2 kali sehari. keterbatasan volume lambung menyebabkan kita

tidak bisa makan sekaligus dalam jumlah banyak. itulah sebabnya

makan dilakukan secara frekuentif yakni 3 kali sehari termasuk

sarapan pagi. Tidak sarapan pagi menyebabkan kekosongan

lambung selama 10-11 jam karena makanan terahir yang masuk

ketubuh kita adalah mkan malam pukul 19.00. dengan dengan


10

berpuasa selama itu akan menyababkan resiko terkena penyakit

gastritis.

2. Porsi Makan

Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran

makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi)

standar bagi masyarakat menurut (Sediaoetama, A. 2004) antara

lain :

1)Makanan pokok

Makanan pokok berupa nasi,roti tawar dan mie instant,

jumlah atau porsi makanan pokok yang lain. nasi 100 gram (1

centong nasi), roti tawar 50 gram, mie instant ukuran besar 100

gram dan ukuran kecil 60 gram.

2) Lauk pauk

Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lauk

hewani jumlah atau porsi makanan antara lain. daging 50

gram, telur 50 gramikan 50 gram, tempe 5o gram (dua potong)

tahu 100 gram (dua potong)

3) Sayur

Sayur merupan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis

masakan sayuran antara lain. sayur satu mangkok setara 100

gram.
11

4) Buah

Buah adalah suatu hidangan yang disajikan setelah

makanan utama fungsinya sebagai pencuci mulut jumblah atau

porsi buah ukuran buah 75 gram setara satu buah pisang.

5) Makanan selingan

Makanan selingan atau kecil biasanya dihidangkan pada

waktu makan pagi, makan siang maupun makan sore. Porsi

atau jumlah untuk makanan selingan tidak terbatas jumlah nya

bisa sedikit atau banyak.

6) Minuman

Minuman mempunyai fungsi membantu metabolisme

tubuh, tiap jenis minuman berbeda-beda pada umumnya

jumlah atau ukurannya untuk air putih dalam sehari enam kali

atau lebih pergelas (2 liter perhari), sedangkan susu 1 gelas

(200 gram).

3. Jenis Makan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang

dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan sedikit

susunan menu sehat dan seibang, menyediakan variasi

makanan merupakan salah cara untuk menghilang rasa bosan,

sehingga mengurangi selera makan, menyusun hidangan sehat

memerlukan keterampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu

yang tersusun oleh kombinasi bahan makanan yang


12

diperhitungkan dengan cepet akan memberikan hidangan sehat

baik secara kualitas maupun kuantitas. teknik pengelolahan

makanan adalah guna memperoleh intake yang baik dan

bervariasi (Hartono, 2009).

Menurut Sediaoetama, A, (2004) jenis makanan yang

dikonsumsi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu makanan

utama dan makanan selingan.

1) Makanan Utama

Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi

seseorang berupa makan pagi, makan siang dan makan malam

yang terdiri dari makanan pokok dan makan selingan.

2) Makanan Pokok

Makanan pokok adalah makanan yang dianggap

memegang peranan penting dalam hidangan. Pada umumnya

makanan pokok berfungsi sebagai sumber energi (Kalori)

dalam tubuh dan memberi rasa kenyang. Makanan pokok yang

bisa dikonsumsi yaitu nasi, roti dan mie bihun.

a. Nasi

Nasi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian

besar rakyat indonesia. Memasak nasi dirumah tangga

dengan cara mencuci dengan air yang mengalir kemudian

diaduk dengan tangan sampai air cuciannya bening,

selanjudnya dapat dilakukan dengan cara meliwet, menanak


13

dan mengukusnya. Makan nasi bisa dikonsumsi dipagi hari,

siang hari atau malam hari. nasi disajikan dengan lauk-pauk

dan sayur. Kalori yang dihasikan adalah 1089-1452 kalori

seseorang perhari.

b. Roti

Roti adalah makanan yang dibuat tepung terigu

ditambah ragi (yeast), lemak, garam dan air proses

pembuatanya dengan fermentasi selama 1-8 jam. roti

berkualitas baik berwarna putih dan mempunyai tektur

seperti spons yang empuk merata diseluruh bagian roti

tersebut. sedangkan roti biasanya dikonsumsi pada pagi

hari berupa roti tawar yang diolesi dengan margarin,

diisi selai mises dan dadar telur sedangkan sore hari

sebagai makanan selingan atau kecil. Bahan dari roti

adalah tepung terigu yang mempunyai protein tinggi

dari glutean yang dihasilkan tepung tersebut. Adonan

roti dapat menghasikan berbagi bentuk roti seperti roti

tawar, roti manis, roti isi daging dan sebagainya. Dalam

tepung terigu mempunyai kadar zat gizi dalam 100

gram.
14

c. Mie

Mie atau bihun adalah makan yang terbuat dari

terigu yang dijadikan adonan tanpa fermentasi,

dilebarkan menjadi lembaran tipis, diiris panjang-

panjang dan dikeringkan. Mie dijual sebagai bahan

makanan setengah jadi yang akan dimasak lebih lanjut.

Biasanya dirumah makan maupun diwarung

menyediakan makanan yang dicampurkan dengan

sayur. Mie atau bihun yang bisa dikomsumsi dipagi hari

atau sebagai makanan selingan dan makan malam hari.

Mie yang sering dimasak dan keringkan serta diremas

dalam bungkus praktis untuk langsung dikonsumsi

setelah direkonstruksikan dengan air panas sebentar

adalah jenis supermie, indomie dan sebagainya.

d. Lauk pauk

Lauk pauk berfungsi sebagai teman makan pokok

yang bisa memberi rasa enak pada menu makanan

sehari-hari. Lauk pauk digolongkan menjadi dua

golongan yaitu lauk pauk hewani dan lauk pauk nabati.

Kedua jenis tersebut berfungsi membangun sel-sel

yang rusak dan membentuk zat yang mengatur seperti

enzim dan hormon. Lauk pauk hewani mencangkup

semua makanan yang berasal dari hewan terutama dari


15

hewan peliaharaan ternak, unggas, ikan, susu dan telur.

Hewan ternak yang dimakan adalah sapi, kerbau dan

kambing. Selanjutnya lauk pauk nabati merupakan

bahan makanan yang bersumber dari protein nabati.

Bahan makanan ini terdiri dari atas golongan kacang-

kacangan dan hasil olahannya. Seperti tempe dan tahu.

e. Jenis sayur

Sayur adalah jenis makan yang berasal dari sayuran

berwarna contohnya kacang-kacangan, kangkung,

bayam, sawi hijau, wortel dan sebagainya dan tidak

berwarna contohnya kubis, sawi putih dan taoge. Sayur

yang dikonsumsi bersama nasi bisa berkuah dan tidak

berkuah. Contoh sayur berkuah antara lain sayur lodeh,

sayur kare, sayur bayam, sayur asem, dan sayur sop.

Sayur yang tidak berkuah contohnya tumis kangkung,

tumis kacang panjang, tumis sawi hijau dan sebagainya.

f. Buah

Buah merupakan jenis hidangan yang dimakan

sebagai cuci mulut yaitu dimakan setelah makan nasi.

Berupa buah masak segar seperti buah semangka,

melon, pisang, dapat juga berupa masakan seperti buah

cocktail, sale, setup, dan sebagainya. Buah-buahan

berfungsi sebagai sumber vitamin dan mineral tetapi


16

pada buah-buahan tertentu yang banyak menghasilkan

energy.

g. Makanan Selingan

Makan selingan adalah jenis makanan yang dibuat

sendiri maupun yang dujual didepan rumah maupun

disekolah, makan selingan menurut bentuknya terdiri

dari makanan selingan berbentuk kering (keripik

pisang, singkong, kacang telur, pop corn dan sebagai),

makanan selingan berbentuk basah (lemper, semar

mendem, tehu isi, pastel, pisang goreng dan

sebagainya), makanan berbentuk kuah (bakso, mie

ayam, empek-empek, mie ketupat) dan makabnan yang

dijual di sekolah (somai, batagor, tempura, hamburger,

hotdog).

2.1.3 Bentuk Pola Makan Yang Baik


Pola makan yang baik merupakan hasil dari sebuah rangkaiyan

proses upaya untuk membentuk pola makan yang baik hendaknya

dilaksanakan secara dini. Lingkungan yang sangat besar peranannya

dalam membentuk pola makan seseorang. Beberapa upaya yang dapat

dilakukan dalam membentuk pola makan yang baik antara lain :


a. Menyediakan makanan yang bervariasi
b. Memberikan pengetahuan gizi
c. Memciptakan suasana yang mengembirakan saat makan
d. Menanamkan norma-norma yang berkaitan dengan

makanan
e. Menanamkan adat sopan, santun saat makan
17

Gastritis diawali dengan pola makan yang tidak teratur

sehingga meningkatkan produksi asam lambung yang memicu

terjadinya nyeri epigastrium (Uripi, 2002).

2.1.4 Cara Pengolahan Makanan


Menurut Sulistyoningsih, (2010) makanan dapat diolah dengan

cara sebagai berikut:


1) Merebus (boiling) adalah mematangkan makanan dengan

cara merebus dengan menggunakan air saja atau air kaldu

dalam panci sampai mencapai titik didih (100 C).


2) Memasak (braising) adalah cara memasak makanan dengan

menggunakan sedikit cairan memasak. Bahan yang diolah

dengan teknik ini biasanya adalah daging.


3) Mengukus (steaming) proses mematangkan makanan dalam

uap air.
4) Bumbu-bumbuan (simmering) hampir sama dengan

mengukus tetapi setelah makanan dikukus makanan

dibumbui dengan bumbu tertentu.

Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak

rusak atau hilang, makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai

berikut :

1) Memasak lebih dekat dengan waktu makan


2) Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat
3) Memasak bahan makanan dalam keadaan utuh lebih baik dari

pada memasak potongan bahan terutama sayuran yang

umumnya mengandung vitamin b dan c yan mudah larut

dalam air.
18

4) Cuci sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tampa

dipotong-potong terlebih dahulu


5) Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu

terlalu lama karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak

yang hilang. (Sediaoetama, A, 2004)

2.2 Gastritis
19

2.2.1 Definisi Gastritis

Gastritis adalah inflamasi (pembengkakan) dari mukosa

lambung inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju

kedinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian ters

ebut (Brunner dan Suddart, 2001).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung klinis yang berupa

dyspepsia atau indigesti berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan

eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregulalitas

mukosa. (Suzanne C Meltzer, 2001)

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau pendarahan

mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus atau lokal.

(Price, Sylivia. E)

2.2.2 Klasifikasi Gastritis

Gastritis terbagi 2 yaitu :

a. Gastritis akut

Merupakan kelainan yang jelas penyebabnya dengan tanda

dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut

dan neurtraflilsi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan

akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi atau

mukosa lambung.

Inflamasi akut mukosa lambung pada bagian besar

merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah

satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya padat


20

dibentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosive atau

gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena

penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam

berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya

kontamitas mukosa lambung tersebut.

b. Gastritis kronik

Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat mistifaktor dengan

perjalanan klinik yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat

dengan infeksi H. Pylor, disebut gastritis kronis apabila

infitrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamira propria dan

darah intra ipirhelia terutama terdiri atas sel-sel radang kronik,

yaitu limfosit dan sel plasma. Kehadirannya granulosit

neutrofit pada daerah tersebut menandakan adanya aktivitas.

2.2.3 Etiologi

A. Gastritis Akut

1) Gastritis stress akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat,

yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang

terjadi secara tiba-tiba.

2) Gastritis erosive kroniks,bias merupakan akibat dari :

Iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti

peradangan lain, infeksi virus atau bakteri

3) Gastritis asinofilik ,terjadi akibat dari reaksi alergi terhadap

infestasi cacing gelang .Eosinofil (sel darah putih )terkumpul


21

didinding lambung. Umumnya yang menjadi penyebab penyakit

ini, antara lain : Obat-obatan, aspirin, obat anti inflamasi

nonsteroid (AINS), Alkohol, Gangguan mikrosirkulasi mukosa

lambung. Trauma, stress, sepsis.

B. Gastritis kronik

1) Gastritis sel plasma, merupakan gastritis yang penyebabnya

tidak diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih)

terkumpul didalam dinding lambung dan organ lainnya.

2) Gastritis meniere, merupakan jenis gastritis yang penyebabnya

tidak diketahui. Dinding Lambung Menjadi Tebal, lipatanya

menebal, kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi

cairan .Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita kanker

lambung .

2.2.4 Manifestasi Klinis


1. Gastritis akut
a) Gastritis stress akut, penyebabnya (misalnya penyakit berat,

luka bakar atau cidera) biasanya menutupi gejalagejala

lambung, tetapi memar kecil dilapisan lambung. dalam

beberapa jam memar ini biasanya berubah menjadi ulkus.

Ulkus dan gastritis biasanya menghilang apabila penderita

sembuh dengan cepat dari cideranya. apabila tidak sembuh

2-5 hari biasanya akan terjadi pendarahan, cairan lambung

akan berwarna kemerahan dan tekanan darah akan turun.


b) Gastritis erosif kronis, berupa mual ringan dan nyeri diperut

sebelah atas. Tetapi banyak penderita (misalnya memakai


22

aspirin jangka panjang) tidak merasa nyeri. Penderita

lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri

ketika perut kosong. jika gastritis menyebabkan perdarahan

dari ulkus lambung. gejala biasa berupa tinja berwaran

kehitaman seperti aspal atau muntah darah dan makanan

yang menyerupai endapan kopi


c) Gastritis esinofilik, nyeri perut atau muntah biasa

disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan ujung

saluran lambung yang menuju ke usus dua belas jari.

Sindrom dyspepsis berupa nyeri epigastrium, mual,

kembung, muntah, merupakan satu keluhan yanga sering

muncul dengan tandatanda anemia pasca perdarahan


2. Gastritis kronik
1) Gastritis sel plasma, nyeri dan muntah biasa terjadi

bersamaan dengan timbulnya ruam dikulit dan diare.


2) Penyakit meniere, nyeri lambung, disertai hilangnya nafsu

makan, mual, muntah dan penurunan berat badan.

penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan biasa

disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung

yang meradang. protein yang hilang ini bercampur dengan

isi lambung yang dibuangan dari tubuh

Kebanyakan pasien pada kasus gastritis kronik tidak

mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil yang mendapat

genjal diatas (Brunner Dan Suddart, 2001)

2.2.5 Komplikasi
a. Hematemesisi dan melena
23

b. Syok lambung
c. Karsinoma intestinal
d. Polip lambung
e. Tumor karsinoid
f. Ulkus, perforasi, anemia akibat gangguan absorbsi Vit B- 12
2.2.6 Faktor-Faktor Resiko Gastritis

Menurut Manjoer (2001), faktor-faktor resiko Gastritis adalah :

a. Pola makan

Orang yang memiliki pola makan yang tidak teratur mudah

terserang penyakit ini. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan

kosong atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan

mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri.

b. Rokok

Akibat negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa

pada orang mulai menghisap rokok, dalam asap rokok yang

membara karena diisap, terdapat kurang lebih 3000 macam zat

kimia, diantaranya aclorein, tar, nikotin, asap rokok, gas CO.

Nikotin itulah yang menghalangi rasa lapar. Itu sebabnya orang

menjadi tidak lapar karena sering merokok. Sehingga akan

meningkatkan asam lambung dan dapat menyebabkan gastritis.

Nikotin juga meransang pengeluaran hormon adrenalin,

meningkatnya tekanan darah, serta kadar kolestrol dalam darah.

c. Kopi

Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein, kafein

ternyata dapat menimbulkan peransangan terhadap susunan

saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh


24

darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap minum kopi

dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar

bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau

mengantuk.

Kafein dapat menyebabkan simulasi sistem saraf pusat

sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi

hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hermon gastrin yang

dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah

lambung yang sangat asam dari bagian fundus lambung sekresi

lambung sehingga menjadi gastritis. orang yang minum kopi 3x/

hari selama 6 bulan dapat menyebabkan gastritis.

d. Helicobacter Pylori

Helicobacter Pylori adalah kuman gram negatif, basil yang

berbentuk kurva tau batang. Helicobacter Pylori (H Pylori)

adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan

lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian bersar

populasi didunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter Pylori

yang hidup dibagian dalam mukosa yang melapisi dinding

lambung. Walaupun sepenuhnya tidak dimengerti bagaimana

bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan

tersebut terjadi melewati jalur oral atau akibat memakan


25

makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.

Infeksi Helicobacter Pylori sering terjadi pada masa kanak-

kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan

perawatan. Infeksi Helicobacter Pylori ini sekarang sudah

diketahui sebagai penyebab utama terjadi ulkus peptikum dan

penyebab tersering terjadinya gastritis.

e. AINS (Anti Inflamasi Non Streoid)

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang

secara kimia heterogen menghambat aktivitas siklogenase,

menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan naproxen,

yang dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara

mengurangi prostagladin yang bertugas melindungi dinding

lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sekali maka

kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika

pemakaiannya dilakukan terus menerus atau berlebihan dapat

mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum pemakaian tiap hari

selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis.

f. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mingikis mukosa pada

dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan

terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi normal.

Berdasarkan penelitian, orang minum alkohol 75 grm (4 gelas

perminggu) selama 6 bulan dapat menyebabkan gastritis.


g. Terlambat makan
26

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam

lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam

sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah sudah

banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasa lapar

dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila

seseorang telah makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung

yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat

mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri

disekitar epigastrium.

h. Makanan pedas

Mekomsumsi makanan pedas secara berkelebihan dan

merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan kontraksi

usus. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri diulu hati

disertai mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita

makin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan

mengkonsumsi makanan pedas 1x dalam seminggu selama

menimal 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan

iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis.

i. Usia
27

Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita

gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan

bahwa sering dengan bertambahnya usia mukosa gaster

cenderung lebih tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi.

helikobaker pylori atau gangguan autoimun dari pada orang

yang lebih muda. Sebaiknya, jika mengenai usia muda biasanya

lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat atau pola

makan yang tidak teratur.

j. Stress psikis

Produksi asam lambung akan miningkat dalam keadaan

stress, misalnya pada beban kerja yang berat, panik dan tergesa-

gesa. Kadar asam lambung yang miningkat dapat mengiritasi

mukosa lambung jika hal ini dibiarkan lama-kelamaan dapat

menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan

stress pada umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,

maka kuncinya adalah mengendalikan secara efektif dengan cara

disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olahraga

yang teratur dan relaksasi yang cukup.

k. Stres fisik

Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka

bakar, refluk empedu asam infeksi berat dapat menyebabkan

gastritis dan juga ulkus serta pembedahan pada lambung.

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat


28

mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang

selanjutnya berkembang menjadi gastritis. Dan ulkus peptikum.

ketika tubuh terkena sejumblah kecil radiasi, kerusakan yang

terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan

mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen. Dan

dapat mengikis lambung serta merusak kalejar-kalejar penghasil

asam lambung.

l. Diagnosis

Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas

disertai mual dokter akan menduganya gastritis. Jika gejalanya

menetap, jarang dilakukan pemeriksaan dan pengobatan

berdasarkan dari penyebab yang mungkin, sedangkan pada

gastritis akibat bakteri biasanya diketahui dengan pemeriksaan

darah .Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema

mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas

mukosa.

m. Pemeriksaan Penunjang

Jika diagnosisnya belum meyakinkan, mungkin perlu

dilakukan pemeriksaan lambung dengan endoskopi dan biopsy

(pengambilan contoh lapisan lambung untuk diperiksa dibawah

mikroskop)

n. Pengobatan dan Terapi


29

Pengobatan yang dilakukan terhadap Gastritis bergantung

pada penyebabnya. pada banyak kasus gastritis, pengurangan

asm lambung dengan bantuan obat sangat bermanfaat

.Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan obat-

obatan yang mengiritasi lambung juga harus dihentikan

pengobatan lain juga harus dihentikan. pengobatan lain juga

diperlukan bila timbul komplikasi atau akibat lain dari gastritis.

Kategori obat pada gastritis adalah

1. Antasid : menetralisir asam lambung dan menghilangkan nyeri


2. Acid bloker : membantu mengurangi jumlah asam lambung

yang diproduksi Ex: Cimetidin, ranitidine, rizandin, famotidine


3. Cytopratectine : melindungi jaringan mukosa lambung dan

usus. Ex : sucraflete dan misoprostol, bismith sobbsalicylate


4. Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung

dan menghambat h. Pillory. Ex : omeprazol, lansoprazole

Terapi yang digunakan berupa terapi eradiksi yang diberikan

selama 1-2 minggu dengan memperhatikan efisiensi biaya.

Regimen terpi dibagi 3 tripel, kuadrupel, dan dual, namun yang

biasa digunakan adalah tripel dan kuadripel (Doengoes,

Marilyn E: 1999

2.2.7 Patofisiologi

Terdapat gangguan keseimbangan factor agresif dan factor devensive

yang berperan menimbulkan lesi pada mukosa .

Factor agresif Factor devensive


30

Asam lambung Mucus

Pepsin bikarbonat mukosa

AINS prostaglandin mikrosirkulasi

Empedu

Infeksi bakteri dan virus

Bahan korosif asam dan basa


Dalam keadaan normal, factor devensive dapat mengatasi factor agresif
sehingga tidak terjadi kerusakan atau kelainan ptologi. Sedangkan pada
gastritis kronik belum diketahui dengan pasti (Long Dan Barbara,
1996)
BAB III
METODE PENELITIAN

1.1 Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif. dengan pendekatan cross

sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari hubungan pola makan

dengan kejadian gastritis pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kinali

Kabupaten Pasaman Barat. Dimana data yang menyangkut variabel bebas

(pola makan) dan variabel terikat (kejadian gastritis) artinya tiap subjek

penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap

suatu karakter atau variabel subjek pada saat bersamaan saat penelitian.

1.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan di Puskesmas Kinali Kabupaten

Pasaman Barat pada bulan desmber - april Tahun 2016.

1.3 Populasi dan Sampel


1.3.1 Populasi
31

Populasi menurut Nursalam (2013) adalah setiap sabjek yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi merupakan subjek

atau objek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulanya (Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua pasien gastritis yang berkunjung ke Puskesmas Kinali yang

berjumlah 250 orang.

1.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti atau

sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi atau sebagian

jumlah dari karekteristik yang dimiliki oleh populasi (Aziz, A, 2009).

Untuk populasi kecil atau lebih dari 10.000, maka untuk

menetapkannya jumlah sampel dapat menggunakan rumus yang

sederhana yaitu :

N
n=
1+ N (d)2

(Nursalam, 2011)

Keterangan :

n = Besarnya sampel

N = Besarnya populasi

d = Tingkat kepercayaan atau tetapan yang diinginkan (0,05) dengan

menggunakan rumus diatas, maka perhitungan sampel adalah :


32

250
n=
1+250 (0.05)2

250
n=
1+0.625

n=154 sampel

Dengan kriteria inklusif sebagai berikut :

1. Bersedia menjadi responden


2. Bersedia mengisi dan mengembalikan koesioner
3. Berada di tempat pada saat penelitian dilakukan
Dengan kriteria inklusif sebagai berikut :
1. Menolak jadi responden
2. Tidak mengalami penyakit gastritis
1.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
1.4.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberi nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). (Soeparto,

Putra dan Haryono, dalam Nursalam 2013). Variabel juga konsep dari

berbagai level abstrak yang didefenisikan sebagai suatu fasilitas untuk

mengukur atau memanipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2013). Pada

penelitian ini variabel yang digunakan ialah variabel independen

(bebas) yang mempengaruhi variabel lain yaitu variabel dependen

(terikat) yaitu pola makan pasien, sedangkan variabel dependen ialah

variabel yang dipengaruhi bariabel lain (variabel independen), yaitu

kejadian gastritis.
33

Defenisi Operasional

Defenisi Alat ukur Cara ukur Skala Hasil ukur


No Variabel
Operasional ukur
1 Pola Semua cara Kusioner Dengan Ordin Buruk :<

makan pasien cara al median


Baik :
makan yang menyebark
median
berkaitan an

dengan koesioner

frekuensi kepada

makan, jenis responden

dan porsi

makan yang

dikonsumsi

sehari-hari

yang relatif

tetap

2. Gastriti Merupakan Tabel Dengan ordina Terjadi : >

s munculnya observasi cara l median


Tidak
tanda dan menyebark
terjadi:
gejala an

gastritis koesioner

pada kepada

responden responden
34

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis


1.5.1 Kerangka Pemikiran

Menurut Notoadmodjo (2005), kerangka konsep penelitian adalah

hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang

akan diamati (diukur) melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka

ini mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi hubungan pola

makan dengan kejadian gastritis pada pasien yang berkunjung ke

Puskesmas Kinali pada tahun 2015.

Kerangka konsep penelitian

Variabel independen Variabel dependen

Pola makan sehari-hari


Kejadian gastritis
1. Frekuensi makan
2. Jenis makan
3. waktu makan

Keterangan :

= Area yang diteliti

= Dihubungkan

3.5.2 Hipotesis penelitian

Ha : adakah hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada

pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kinali

3.6 Instrumen Penelitian


35

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan

kuesioner. Cara mengumpulkan data yaitu dengan wawancara, dengan

memberikan kuesioner yang telah berisi pertanyaan untuk responden dan

menuntun responden dalam mengisi kuesioner. Instrumen kuesioner dipilih

karena dapat mengungkap hal-hal yang bersifat rahasia dan digunakan pada

jumlah responden besar ( Hidayat.A.A, 2002).


Kuisioner terdiri dari tiga bagian. Pertama berisi biodata subjek, kedua

berisi pertanyaan untuk mengetahui kebiasaan pola makan, ketiga berisi

pertanyaan untuk mengetahui kejadian gastritis, kuisioner ini diisi oleh

responden, jika responden kesulitan peneliti akan menjelaskan tampa

mengarahkan jawaban.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.7.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan oleh peneliti sendiri

dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur pola makan dengan

kejadian gastritis.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari institusi yaitu

tentang jumlah kunjungan pasien gastritis di Puskesmas Kinali.

3.8 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner diberikan pada responden melalui


36

pengisian langsung di hadapan peneliti. Sebelum kuesioner diberikan kepada

responden peneliti juga menjelaskan terlebih dahulu maksut dan tujuan dari

pengisian kuesioner.
3.9 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer dengan langkah

sebagai berikut (Notoatmojo, 2007) :

3.9.1 Editing Data (Pemeriksaan Data)

Setelah kuisioner diisi dan dikembalikan oleh responden, peneliti

memeriksa kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab semua,

sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

3.9.2 Coding Data (Kode Data)

Setelah data dikumpulkan kemudian selanjutnya adalah memberikan

kode pada setiap jawaban yang telah terkumpul pada setiap jawaban

pertanyaan dalam kuisioner.

3.9.3 Transferring (Memindahkan Data)

Memindahkan jawaban dengan kode jawaban kedalam master tabel.

Proses ini dilakukan secara komputerisasi.

3.9.4 Tabulating Data (Tabulasi data)

Menyusun data setelah kuesioner diberikan tanda, kemudian data

ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

dengan bantuan komputerisasi.


37

3.9.5 Cleaning

Melakukan pembersihan data dari kesalahan, apabila terjadi kesalahan

maka dilakukan pembetulan.

3.10 Analisa Data

Analisa data yang digunakan ialah dengan univariat yang dilakukan

pada setiap variabel dari hasil penelitian dan analisa bivariat yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi (Notoadmodjo

, 2005).

3.10.1 Analisa Univariat


Analisa univariat yaitu seluruh variabel diolah berdasarkan

distribusi frekuensi untuk melihat frekuensi variabel kebiasaan pola

makan yang terdiri dari frekuensi makan, jenis makan, dan porsi

makan dan kejadian gastritis, peneliti telah menetapkan nilai untuk

setiap pertanyaan yang dipilih oleh responden. Pernyataan untuk

kejadian gastritis melalui tabel observasi apabial responden

menjawab 50% dari tanda dan gejala maka terjadi gastritis, dan jika

responden menjawab <50% dari tanda gejala maka tidak terjadi

gastritis. setelah melakukan tabulating data, kemudian dilanjutkan

dengan analisa data secara univariat dan bivariat.


Seluruh variabel yang digunakan dilakukan tabulasi frekuensi

baik untuk variabel independent maupun variabel dependen

berdasarkan hasil kuesioner dengan rumus :

f
P x100%
n
38

Keterangan :

P = Persentase yang dicari

f = Frekuensi kejadian

n = Jumlah sampel

(Sutanto, 2001)

3.10.2 Analisa Bivariat


Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen melalui uji chi-

square. Uji ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen yaitu pola makan dengan variabel dependen yaitu

kejadian gastritis. Tingkat kemaknaan dan derajat kebebasan yaitu P

= 0.05 nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil uji. Kemudian

dibandingkan dengan nilai alpha.

(0 E ) 2
X 2
E

Keterangan :

X2 =Chi-Square

O = Nilai yang diamati

E = Nilai yang diharapkan

= jumlah total

( Budianto, 2002).
39

Setelah didapatkan nilai dari X2 maka dibandingkan nilai dari X2

tabel maka akan didapatkan kriteria pengujian sebagai berikut :

Ho diterima (H1 ditolak) apabila X2 < X2 tabel

Ho ditolak (H1 diterima) apabila X2 X2 Tabel

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,s (1996). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Rhineka

cipta : Jakarta

Brunner & suddart (2000). Keperawatan medikal bedah buku saku. EGC

Jakarta.
40

Brunner Dan Suddart (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah ,Edisi

8,Vol 1, Jakarta :EGC

Doengoes ,Marilyn E. (1999). I Rencana Keperawatan Edisi Iii,Jakarta ;EGC.

Long Dan Barbara (1996). Perawatan Mediksl Bedah ,Bandung

:Yayasan Iapk

Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat (2002). Profil Kesehatan

Pasaman Barat

Horrison (2000). Prnsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. EGC :

Jakarta.

Notoadmojo,S (2000). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta :

Jakarta.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia (1990). Penuntun Diit. Gramedia Pustaka

Utama : Jakarta

Sugiyono Dr (2000). Statistika Untuk Penelitian. CV alfa beta : Bandung.

Wrong Diagnosis (2005). Statistic about Gastritis.


41

Anda mungkin juga menyukai