APENDISITIS
A. Defenisi
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai
semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang
paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen
adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai apendiks dan merupakan
antara lain :
1. Apendisitis akut
bawah.
3. Apendisitis perforata
perforasi apendiks.
4. Apendisitis rekuren
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh
terjadi fibrosis dan jaringan parut. Resikonya untuk terjadinya serangan lagi
sekitar 50%.
5. Apendisitis kronis
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel
inflamasi kronik.
B. Etilogi
terjadinya apendisitis ini umumnya karena bakteri. Selain itu, terdapat banyak
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris yang
C. Patofisiologi
oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
pendek dan apendiks lebih panjang, maka dinding apendiks lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer,
2000).
muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah yang
akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise dan demam yang tak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat
menetap namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan
satu titik dengan nyeri maksimal perkusi ringan pada kuadran kanan bawah
akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang
bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan. Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat
dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada antara
umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot
dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya
infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri
tekan terasa di daerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini
menunjukkan ujung apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih
menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda
terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk. Pada pasien lansia,
apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam derajat
2. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan
3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah nueri
5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar;
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan urine
banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai
3. Pemeriksaan radiologi
4. Pemeriksaan USG
pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses.
5. Abdominal X-Ray
F. Penatalaksanaan
terbaru yang sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak
dipilih oleh para ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas
kasus meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak
sebagai berikut:
1. Tindakan medis
darah putih dan hitung jenis di ulangi secara periodik. Perlu dilakukan
foto abdomen dan thorak posisi tegak pada semua kasus apendisitis,
diagnosa dapat jadi jelas dari tanda lokalisasi kuadran kanan bawah
b. Intubasi
terpasang.
c. Antibiotik
2. Terapi bedah
yang tertunda.
sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung
baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien
normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu
dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pasca operasi
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari
G. Komplikasi
adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup
demam dengan suhu 37,7 oC atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri
atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer dan Barre, 2002).
H. Pencegahan
mengeras.
keseluruhan.
I. Prognosis
A. Pengkajian
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
2. Lingkungan
Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka daya tahan tubuh penderita
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan
bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan
perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah, ini
disebut tanda Rovsing (Rovsing sign). Dan apabila tekanan pada perut
kiri dilepas maka juga akan terasa sakit di perut kanan bawah, ini disebut
apendisitis pelvika.
apendisitis pelvika.
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi
c. Eliminasi
d. Makanan / cairan
e. Nyeri / kenyamanan
sebelah ureter)
f. Pernapasan
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP).
b. Radiologi
B. Diagnosa
2. Hipertermi
3. Nyeri akut
6. Ansietas
muncul pada penderita apendisitis akut pre operatif adalah sebagai berikut:
Batasan Karakteristik
Subjektif
Haus
Objektif
e. Hematokrit meningkat
g. Kelemahan
yang adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan adekuat.
dengan :
24 jam.
berkeringat.
Intervensi NIC
misalnya diare
keseimbangan cairan
seimbang
2. Hipertermi
Batasan Karakteristik
Objektif
a. Kulit merah
f. Takikardi
g. Takipneu
a. Dehidrasi
Intervensi NIC
a. Pantau TTV
lingkungan
akibat panas)
saja
3. Nyeri akut
Batasan Karakteristik
Subjektif
Objektif
sampai kaku
i. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, atau tidak
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada):
5) Gelisah
SKALA NYERI
0 Tidak nyeri
3 Seperti perih
4 Seperti keram
10 (Sangat nyeri)
Intervensi NIC
aktivitas keperawatan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui TV, radion, dan
Batasan Karakteristik
Objektif
samping)
e. Pergerakan menyentak
kasar
halus
kehidupan sehari-hari)
k. Melambatnya pergerakan
c. Gangguan kognitif
g. Keterlambatan perkembangan
h. Ketidaknyamanan
o. Medikasi
p. Gangguan muskuloskeletal
q. Gangguan neuromuskular
r. Nyeri
Keseimbangan
Berjalan
Aktivitas Keperawatan
Tingkat 1
untuk berjalan
Tingkat 2
c. Ajarkan dan dukungpasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk
ekstremitas atas
benar
h. Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk
meningkatkan mobilitas
perpindahan.
Tingkat 3dan 4
realistis
2) Posisi pasien
fraktur)
6) Jadwal aktivitas
Batasan Karakteristik
Subjektif
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen
c. Menolak makan
Objektif
b. Intoleransi makanan
c. Faktor ekonomi
pasien terpenuhi dengan kriteria hasil: asupan makanan dan cairan adekuat,
Intervensi NIC
e. Ajarkan orang tua dan anak tentang makanan yang bergizi dan tidak
mahal
memenuhinya
yang bervariasi
6. Ansietas
Batasana Karakteristik
Perilaku
a. Penurunan produktivitas
hidup
d. Gelisah
e. Memandang sekilas
f. Insomnia
h. Resah
Afektif
a. Gelisah
c. Distres
d. Ketakutan
g. Peningkatan kekhawatiran
h. Iritabilitas
i. Gugup
j. Gembira berlebihan
l. Marah
m. Menyesal
n. Perasaan takut
o. Ketidakpastian
p. Khawatir
Fisiologis
a. Wajah tegang
c. Peningkatan keringat
d. Peningkatan ketegangan
e. Terguncang
g. Suara bergetar
Parasimpatis
a. Nyeri abdomen
c. Penurunan nadi
d. Diare
e. Pingsan
f. Keletihan
g. Mual
h. Gangguan tidur
j. Sering berkemih
l. Urgensi berkemih
Simpatis
a. Anoreksia
b. Eksitasi kardiovaskuler
c. Diare
d. Mulut kering
e. Wajah kemerahan
f. Jantung berdebar-debar
h. Peningkatan nadi
i. Peningkatan refleks
j. Peningkatan pernapasan
k. Dilatasi pupil
l. Kesulitan bernapas
m. Vasokontriksi superfisial
n. Kedutan otot
o. Kelemahan
Kognitif
b. Blocking pikiran
c. Konfusi
j. Mudah lupa
k. Gangguan perhatian
m. Melamun
a. Terpajan toksin
e. Stres
f. Penyalahgunaan zat
g. Ancaman kematian
j. Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup yang esensial
a. Ansietas berkurang
kecemasan
Intervensi NIC
tersinggung.
konsentrasi.
7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
kategori:
5) Skor 42 – 56 = panik.
b. Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
g. Bermain dengan anak atau bawa anak ke tempat bermain anak di rumah
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.
Jakarta: EGC.