Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK 4

MODEL KEPERAWATAN GERONTIK MENURUT TEORI HENDERSON


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Mata Ajar : Ns. Diana Dayaningsih, M.Kep

Disusun oleh :

1. Fitriana Noor Sabrina ( 20101440119048 )


2. Gabrilia Dian Pertiwi ( 20101440119050 )
3. Helfinta Nisrida Pasaribu ( 20101440119052 )
4. Henri Purba Kusuma ( 20101440119053 )
5. Herliyani Fitri W ( 20101440119055 )
6. Ida Sri Mulyani ( 20101440119057 )
7. Intan Sari Saputri ( 20101440119060 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

TA 2021
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Teori Henderson
1) Latar Belakang Kehidupan
Virginia Henderson lahir pada tahun 1897, ia adalah anak ke kelima dari
delapan bersaudara. Henderson asli dari Kansas City dan menghabiskan masa
pertumbuhannya di Virginia. Henderson memiliki latar belakang pendidikan
keperawatan yang meliputi pendidikan awal keperawatan di Sekolah Perawat
Militer, 1918 di Washington DC yang diselesaikannya pada tahun1921 setelah
itu ia berkarir sebagai staf perawat, mengajar di Rumah Sakit, mengikuti
pendidikan tinggi di Fakultas keguruan. Melalui berbagai pendidikannya ia
banyak mendapat ilmu tentang praktek klinik dan proses analitikal. Pada tahun
1953, ia bekerja dengan Leo Simmon pada Survey nasional tentang penelitian
keparawatan. Pada tahun 1959, ia memimpin proyek The Nursing Studies Index
di Universitas Yale. Sebagai tokoh keperawatan ia pun banyak menulis,
berbagai tulisan yang berupa surat ataupun buku diterbitkan. Dalam tulisannya,
Henderson memberi gambaran tentang fungsi dan pekerjaannya yang unik
berbeda dengan dokter. Ia juga membuat deskripsi keperawatan yang menjadi
acuan profesi keperawatan dalam menjalankan aktifitas profesionalnya. Dan
melalui tulisannya iapun berusaha memberikan arahan bagi para perawat agar
dapat terus menerus mengembangkan dan memperkaya diri dalam seni, ilmu,
dan humanitas yang menjadi ciri utama profesi keperawatan.
Perawat dimanapun sebenarnya perlu memahami apa yang dijelaskan
Henderson tentang keperawatan, karena dari berbagai pengalaman dan
kegiatannya di dunia keperawatan Henderson dapat memberikan arahan dan
bimbingan bagi perawat dalam menjalankan profesinya secara tepat. Melalui
buku teks yang ia tulis, Henderson. menyuarakan pula jati diri profesi
keperawatan pada dunia, baik pada masyarakat umum, profesi kesehatan lain,
bahkan pada perawat atau calon perawat itu sendiri. Sehingga Henderson ini
bukan saja memberikan arahan aplikasi secara nyata pada perawat tetapi juga
landasan bagi kokohnya profesi keperawatan. Tentu hal tersebut sangatlah
berkaitan dengan isi defenisi keperawatan yang dideskripsikannya berkali-kali,
untuk memperjelas fungsi perawat, dimana tugas merawat bukan hanya
ditujukan pada manusia yang sakit namun yang sehat juga, dan aktifitas itu
dilaksanakan dalam rangka terpenuhinya 14 komponen kebutuhan dasar pada
setiap manusia dengan berbagai aktifitas yang ditujukan untuk memandirikan
klien/ manusia, yang didasari akan ditemukannya penyebab gangguan kesehatan
mereka yaitu ketidakmampuan, ketidak-mauan maupun ketidaktahuan. Dan para
anggota profesi keperawatan dapat mempraktekkan ilmu dan seni keperawatan
tanpa menyalahi kaidah utama profesi keperawatan itu sendiri.

2) Konsep Utama Teori Keperawatan Menurut Virginia Henderson


“Tugas unik perawat adalah membantu individu baik dalam keadaan sakit
maupun sehat melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna
mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal
dengan damai, yang dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki
kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untuk itu." Ia
mengemukakan teori tersebut dikarenakan keyakinan dan nilai yang ia percayai
yaitu manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Selain itu la juga
mengatakan dalam mendefinisikan tentang keperawatan harus memikirkan
keseteimbangan fisiologisnya.
Henderson menghubungakan hal-hal tersebut dengan kegiatan sehari-hari
dan la juga memberikan gambaran tentang bagaimana tugas perawat harus bisa
mengkaji. menganalisis dan mengobservasi untuk bisa memberikan dukungan
dalam kesehatan dan proses penyembuhan atau pemulihan dengan demikian
individu tersebut mendapatkan kembali kemandirian dan kebebasan yang
merupakan tujuan mendasar dari teori tersebut. Ia juga berpendapat dalam sudut
Epistemologi karakteristik ilmu keperawatan, manusia adalah makhluk yang
unik, dan tidak ada yang memiliki kebutuha dasar yang sama yang dalam
pemenuhannya memerlukan bantuan orang lain.
Dalam memandang konsep manusia, Henderson memperhatikan unsur fisik,
biologi, sosiologi dan spiritual. Dari 14 unsur fungsi keperawatan dapat
dikategorikan sebagai berikut sembilan unsur pertama mengandung unsur
psikologi.unsur ke 10 dan 14 mengandung unsur komunikasi dan proses belajar,
unsur ke 11 mengandung unsur spiritual dan moral, unsur ke 12 dan ke 13
mengandung unsur sosial yang berorientasi pada pekerjaan dan rekreasi.
Henderson berpandangan bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar
sebagaimana yang terdapat dalam 14 unsur tersebut tidak terbatas dan tidak ada
satupun cara pemuasan kebutuhan tersebut yang sama. Jiwa dan raga merupakan
hal yang tak terpisahkan.
Henderson menekankan beberapa aspek dari konsep sosial / lingkungan. Dia
melihat manusia sebagai individu yang berhubungan dengan keluarga, namun
dia hanya menulis sedikit tentang pengaruh lingkungan dan keluarga terhadap
individu. Dalam bukunya yang ditulis bersama Harmer, Henderson mendukung
peranan pribadi dan masyarakat dalam menjaga kesehatan. Henderson
mengetahui bahwa masyarakat membutuhkan perawat dalam membantu orang
tidak mampu hidup mandiri, dan sebaliknya perawat juga mengaharapkan
masyarakat memberikan sumbangan terhadap pendidikan keperawatan.
a. Manusia
Henderson memandang manusia sebagai mahkluk yang utuh, lengkap, dan
mandiri yang memiliki 14 kebutuhan dasar sebagi berikut :
 Bernafas normal
 Makan dan minum dengan cukup
 Membuang kotoran tubuh (eliminasi)
 Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan
 Tidur dan istirahat
 Memilih pakaian yang sesuai
 Menjaga suhu badan tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan.
 Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik dan melindungi
integument
 Menghindar dari bahaya dalam lingkungan dan yang bisa melukai
 Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut atau pendapat
 Beribadah sesuai dengan keyakinan seseorang
 Bekerja dengan sesuatu cara yang mengandung unsur prestasi 13.
Bermain atau terlibat dalam beragam bentuk rekreasi.
 Belajar, mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun
pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang tersedia. (Marriner Ann, 1986)

Henderson juga memandang manusia (klien) sebagai individu yang


membutuhkan bantuan untuk meraih kemandirian, kesehatan atau kematian
yang damai. Henderson menganggap manusia dan keluarga merupakan satu
kesatuan. Manusia juga harus selalu menjaga keseimbangan fisiologis dan
emosionalnya. (KDIK. 2001)

b. Keperawatan
Henderson mendefinisikan keperawatan dari sisi fungsional sebagai
suatu profesi yang mempunyai fungsi unik yaitu membantu klien baik sehat
atau sakit dalam melaksanakan kegiatan yang mengkontribusi pada
kesehatan, pemulihan atau meninggal dengan damai yang akan mereka
kerjakan tanpa membutuhkan bantuan seandainya mereka memiliki
kekuatan, kehendak dan pengetahuan. Dalam memberikan bantuan
dilakukan dengan suatu cara untuk membantunya meraih kemandirian
secepat mungkin. (KDIK. 2001)
Henderson juga memandang perawat sebagai anggota tim kesehatan,
tetapi tugas perawat tidak tergantung pada dokter, tetapi mengajukan
rencana bila dokter sedang melakukan kunjungan ke pasien. Henderson
menekankan bahwa perawat harus dapat bertugas secara mandiri. Perawat
harus dapat mendiagnosa dan menangani bila situasi menuntut demikian dan
perawat harus mampu menilai kebutuhan dasar manusia. (Marriner Ann,
1986)
c. Kesehatan
Henderson memandang kesehatan sebagai kemampuan individu
untuk memenuhi empat belas komponen kebutuhan dasar manusia tanpa
bantuan. Kesehatan adalah kualitas kehidupan dasar untuk berfungsi dan
memerlukan kemandirian dan saling ketergantungan. Memperoleh kesehatan
lebih penting daripada mengobati penyakit. Individu akan meraih dan
mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki kekuatan, kehendak atau
pengetahuan yang cukup. Jadi Henderson lebih menekankan pada kualitas
kehidupan dari pada kehidupan itu sendiri yang memungkinkan manusia
bekerja secara efektif dan mencapai tingkat kepuasan tertinggi dalam
kehidupan. (Marriner Ann, 1986)
d. Lingkungan
Henderson tidak memberikan definisi sendiri untuk lingkungan ini.
Dalam mendefinisikan lingkungan, Henderson mengambil pengertian
lingkungan dari Webster's New Collegiate Dictionary dimana yang
dimaksud dengan lingkungan adalah kumpulan semua kondisi ekstemal dan
pengaruh-pengaruhnya yang berdampak pada kehidupan dan perkembangan
organisme. Pada individu yang sehat seharusnya memiliki kemampuan
untuk mengontrol lingkunganya, tetapi kondisi sakit dapat mengganggu
kemampuan tersebut. (Marriner Ann, 1986)
3) Hubungan Ners-Klien
Henderson mengidentifikasi tiga tingkat hubungan ners-klien, mulai dari
sangat tergantung sampai hubungan yang agak mandiri seperti sebagai berikut :
a. Perawat sebagai pengganti bagi klien
b. Perawat sebagai perbantuan bagi klien
c. Perawat sebagai mitra klien

Ketika sakit serius, perawat dilihat sebagai pengganti bagi kekurangan klien
untuk menjadikannya lengkap, menyeluruh atau mandiri, karena kurangnya
kekuatan fisik, kemauan atau pengetahuan. Henderson melukiskan pandangan
ini ketika ia mengatakan bahwa perawat adalah kesadaran dari yang tidak sadar,
kehidupn dari yang bunuh diri, kaki dari yang diamputasi, mata bagi yang baru
saja buta, alat bergerak bagi bayi, pengetahuan dan percaya diri bagi ibu muda,
penyambung lidah bagi yang terlalu lemah atau menarik diri untuk bicara
(KDIK. 2001). Selama pemulihan, perawat membantu klien untuk mendapatkan
kembali kemandirian. Ketidakmandirian merupakan istilah yang relatif.

Sebagai mitra, ners dan klien bersama-sama memformulasikan rencana perawatan.


Adapun diagnosisnya selalu ada kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi, tetapi kebutuhan
ini dimodifikasi oleh patologi dan kondisi ini seperti usia. temperamen, status
emosional, status sosial kultur dan kapasitas fisik dan intelektual. Perawat harus mampu
mengkaji tidak saja kebutuhan klien tetapi juga kondisi patologis yang mengubah klien.
Henderson mengatakan, perawat harus masuk ketubuh setiap kliennya untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan kliennya. Kebutuhan ini kemudian divalidasi dengan
kliennya Perawat dapat mengubah lingkungan yang ia anggap perlu untuk kepentingan
kesehatan kliennya. Perawat dan klien harus bekerjasama untuk mencapai tujuan, yaitu
kemandirian atau bahkan kematian yang damai. Tujuan utama perawat yaitu menjaga
agar keseharian klien senormal mungkin. (Marriner Ann, 1986)

4) Hubungan Perawat Dengan Dokter


Henderson menekankan agar perawat tidak mengikuti perintah dokter karena
perawat memiliki tugas yang unik. Perawat harus membuat rencana
keperawatan bersama klien lalu mengusulkan kepada dokter untuk disesuaikan
dengan program pengobatannya. Lebih luas Henderson menegaskan agar para
perawat membantu klien dengan manajemen keperawatannya ketika dokter
tidak ada. (Marriner Ann, 1986)

5) Perawat sebagai Anggota Tim


Pekerjaan perawat saling tergantung dengan pekerjaan profesi lain, sehingga
perawat dan anggota tim lainnya harus saling membantu menjalankan program
masing-masing tetapi sebaiknya tidak melakukan pekerjaan milik orang lain.
Henderson menggambarkan fungsi masing-masing profesi kesehatan dan
keluarga sebagai suatu irisan dalam suatu lingkaran, besarnya ukuran dari irisan
tersebut sangat tergantung pada apa yang dibutuhkan klien, dan karenanya
besarnya ukuran irisan tersebut akan berubah sesuai dengan kemajuan kondisi
klien. Yang menjadi tujuan disini adalah dimana semakin lama, porsi irisan
untuk keluarga dan klien akan semakin besar atau bahkan seluruh lingkaran
tersebut. Yang artinya dengan kondisi yang demikian berarti bahwa klien dan
keluarga akan semakin mandiri dalam membantu dan memelihara kesehatannya
sendiri. (Marriner Ann, 1986)
6) Penjabaran Dalam Praktik
Pendekatan Henderson dalam perawatan pasien sangat berhati-hati terutama
terkait dengan pengambilan keputusan. Meski ia tidak menjelaskan secara
spesifik langkah-langkah dalam proses perawatan, seseorang dapat melihat
bagaimana konsep tersebut saling berhubungan. Henderson meyakini proses
perawatan merupakan proses problem solving dan tidak hanya khusus masalah
keperawatan.
Penjabaran langkah-langkah proses keperawatan Henderson adalah sebagai
berikut :
Ringkasan Proses Keperawatan Menurut Henderson

Proses Keperawatan 14 Unsur dan Definisi Keperawatan


Henderson
Pengkajian Keperawatan Mengetahui kebutuhan dasar manusia berdasar
14 unsur dasar keperawatan :
1. Bernafas normal
2. Makan dan minum dengan cukup
3. Mengurangi buangan tubuh
4. Bergerak dan olahraga untuk menjaga postur
tubuh
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang cocok
7. Menjaga suhu tubuh tetap normal dengan
cara menyesuaikan pemakaian pakaian di
lingkungan
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9. Menghindari bahaya dan hal yang dapat
menyakiti orang lain
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan dan
kekuatan opini
11. Beribadah sesuai dengan kepercayaannya
12. Bekerja dengan baik sehingga dapat
melakukan pencapaian tertentu
13. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai
bentuk rekreasi
14. Belajar, menemukan atau memuaskan rasa
ingin tahu dan menggunakan fasilitas
kesehatan
Analisa :
Membandingkan data dengan pengetahuan tentang
kesehatan dan penyakit
Diagnosa Keperawatan Mengidentifikasi kemampuan individu untuk
memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan
mempertimbangkan kekuatan, kemauan dan
pengetahuan yang dimiliki.
Rencana Keperawatan Pada tahap ini disusun rencana sesuai dengan
kebutuhan individu. Rencana ini diperbaharui
berdasarkan perubahan keadaan atau kondisi
pasien. Rencana harus dapat mengintegrasikan
hasil pekerjaan semua yang ada dalam tim
kesehatan.
Implementasi Melayani individu yang sakit maupun sehat
Keperawatan dalam beraktivitas dalam menjaga kesehatan,
penyembuhan dari sakit, maupun mengantarkan
kematian yang tenang.
Implementasi berdasarkan prinsip psikologi,
umur, latar belakang budaya dan kemampuan
fisik dan mental. Melaksanakan pengobatan
sesuai petunjuk dokter.
Evaluasi Keperawatan Menggunakan definisi keperawatan yang dapat di
terima dan aturan hokum yang berhubungan
dengan keperawatan. Mutu keperawatan lebih
dipengaruhi oleh persiapan dan kemampuan
dasar perawat daripada lama waktu perawatan.
Hasil yang baik didasarkan pada kecepatan
maupun tingkat kemampuan pasien beraktivitas
kembali secara mandiri dalam kehidupan sehari-
hari.
7) Contoh Asuhan Keperawatan Menurut Teori Virginia Henderson
Oma sherly tinggal di panti wreha tua bersama. Beliau tinggal sekamar dengan
seorang temannya, keadaan beliau tidak rapi bau pesing dengan kuku panjang,
beliau sering tidak menhabiskan nasinya supaya bisa dijual dan hasilnya buat
jajan. Beliau memuliki 1 orang anak yang jarang menemuinya karena tinggal di
luar kota. Oma sherly memiliki penyakit hipertensi. Malas untuk mengasumsi
obat karena merasa cape jika minum obat selalu ingin BAK terus. Mandi hanya
sehari sekali. Baju ganti 2 hari sekali. Jendela kamar jarang dibuka. Nenek
sering menambahkan kecap pada makanannya karena tidak berasa katanya.

B. Konsep Lansia
1) Teori Konseptual Lansia
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan
suatu hal yang wajar, dan akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur
panjang, hanya cepat dan lambatnya proses tersebut tergantung pada masing-
masing individu (Mujahidullah, 2012). Proses menua merupakan proses yang
terus-menerus (berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir
sampai tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan
jaringan otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh akan “mati”
sedikit demi sedikit. (Fay, 2018)
2) Batasan-Batasan Lansia
a. Menurut WHO (dalam Mujahidullah, 2012)
 Usia pertengahan (midle age) mulai 45-59 tahun.
 Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun.
 Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun. d. Usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun.

b. Menurut Undang-undang RI No. 13 (1998, dalam Mujahidullah, 2012


Bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas.
c. Menurut Departemen Kesehatan (dalam Mujahidullah, 2012 : 4)
Usia lanjut digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
 Kelompok lansia dini (55-64 tahun).
 Kelompok lansia pertengahan (65 tahun ke atas).
 Kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun keatas).
3) Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan Fisik
 Sel
Jumlah sel pada lanjut usia semakin sedikit, lalu mekanisme perbaikan
sel pada lanjut usia juga mengalami gangguan, serta menurunnya
proporsi protein di otak, darah, ginjal serta di hati (Mujahidullah, 2012).
 Sistem Persyarafan
Pada lanjut usia respon dan waktu dalam bereaksi melambat, serta
sensitifitas berkurang terhadap sentuhan (Mujahidullah, 2012).
 Sistem Pendengaran
Sistem pendengaran pada lanjut usia juga mengalami penurunan atau
bahkan hilang kemampuan terhadap bunyi dan suara dan sulit untuk
mengerti kata-kata (Mujahidullah, 2012).
 Sistem Pengelihatan
Pada lanjut usia pengelihatannya berkurang terkadang juga hilang respon
terhadap cahaya, lanjut usia juga mengalami kekeruhan pada lensa mata,
menurunnya daya membedakan warna antara hijau dan biru, serta lapang
pandang pada lanjut usia megalami penurunan (Mujahidullah, 2012)
 Sistem Pengelihatan
Pada usia lanjut kekuatan otot pernapasan mengalami penurunan
(Mujahidullah, 2012).
 Sistem Gastrointestinal
Menurunnya selera makan dan rasa dahaga (haus) pada usia lanjut,
mudah mengalami konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya
(Mujahidullah, 2012).
 Sistem Integumen
Sistem integument pada lansia juga mengalami penurunan yang cukup
drastic sebagai contoh adalah mengeriputya kulit, permukaan yang kasar
dan biasanya terdapat sisik, elastisitas kulit menurun, kuku menjadi lebih
keras pada usia lanjut serta kelenjar keringat pada lansia berkurang
(Mujahidullah, 2012)
b. Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia bayangan kematian sering mendominasi
perasaan lansia, biasanya pada saat lanjut usia seharusnya lebih banyak
mendekatkan diri kepada sang Pencipta, serta bersyukur atas segala nikmat
yang telah diberikan, selain mendekatkan diri kepada sang Pencipta,
seharusnya juga memperbanyak berkumpul dengan keluarga, tetangga, dan
juga alam agar bayangan kematian tidak terus mendominasi pikiran dan
perasaan lansia (Yusuf et al, 2016).
BAB II

2.1 Ringkasan Hasil Membaca Jurnal Penelitian

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN VIRGINIA HANDERSON


DENGAN PENDEKATAN PERAWAT SAHABAT KELUARGA DI
DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN DANDER BOJONEGORO

2.1.1 ABSTRAK
Perawat Sahabat Keluarga (PerSaga) adalah program pengabdian
masyarakat sekaligus menjadi metode pembelajaran yang menjadikan
keluarga sebagai mitra pelaksana kegiatan. Dalam program ini mahasiswa
bersama dosen melakukan pemdampingan pada keluarga yang telah bersedia
menjad mitra dan menjadi keluarga binaan.
Memberikan sosialisasi terlebih dahulu ke mahasiswa sebagai
pelaksana atau TIM yang akan terlibat dalam program abdimas serta maping
lokasi yang akan menjadi sasaran keluarga binaan. Kemudian akan
dilakukan evaluasi dari kegiatan serta akan dilakukan follow up kegiatan.
Beberapa permasalahan yang telah ditemukan meliputi PHBS dalam rumah
tangga yang kurang, dan kasus kesehatan baik penyakit menular dan tidak
menular. Adapun beberapa program yang telah direncanakan untuk
menangani masalah yang tengah dihadapi oleh keluarga diantaranya
melaksanakan implementasi pencegahan promotif dan preventif.

2.1.2 PENDAHULUAN
Keperawataan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu
keperawatan. Virginia Henderson mendefinisikan keperawatan sebagai
“penolong individu, saat sakit atau sehat, dalam melakukan kegiatan tersebut
yang bertujuan untuk kesehatan, pemulihan , atau kematian yang damai dan
individu akan dapat melakukannya sendiri jika mereka mempunyai
kakuatan, keinginan, atau pengetahuan”(Harmer dan Henderson, 1955;
Henderson, 1996).
Menurut UU No 10 Th 1992 dan GBHN 1993, keluarga sejahtera
adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan (Haryanto, 2016). Perawat Sahabat Keluarga memiliki tujuan
untuk memberikan pengalaman lebih banyak pada mahasiswa dalam
menangani masalah kesehatan di masyarakat melalui pendekatan keluarga,
dan membantu pemerintah dalam mensukseskan program Indonesia sehat.
Dengan aplikasi teori keperawatan virginia handerson dengan
pendekatan kepada keluarga di harapkan mampu menjadi barometer untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan. Pada kegiatan ini, keluarga menjadi mitra yang menjadi
sasaran dari aplikasi teori keperawatan yang di gunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan di tingkat primer, skunder, maupun tersier.
Mengingat besarnya peranan keluarga dalam membangun Indonesia
yang sehat maka pendekatan PERSAGA menjadi fokus pengabdian
masyarakat pada kegiatan ini. Dengan harapan, keluarga menjadi cerdas
dengan mengetahui proses penyakit dan sehat dengan mengaplikasikan
PHBS, serta mampu meodifikasi lingkungan dalam kehidupan keluarganya.

2.1.3 METODE PELAKSANAAN


Metode yang dilakukan adalah: dengan memberikan sosialisasi
terlebih dahulu ke mahasiswa sebagai pelaksana atau TIM yang akan terlibat
dalam program abdimas serta maping lokasi yang akan menjadi sasaran
keluarga binaan. Kemudian mahasiswa akan mengurus surat perijinan ke
Bangkesbangpol yang akan diteruskan ke tenaga kesehatan dan kepala desa
setempat. Kemudian dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan pendampingan
keluarga dengan mengawal status kesehatan keluarga pre-program sampai
post program. Waktu pendampingan dilakukan berdasarkan dengan PoA
yang telah disusun oleh TIM beserta dengan pembimbing akademik.

2.1.4 HASIL GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN KELUARGA


BINAAN
Pada tahun ini merupakan pelaksanaan keluarga binaan yang di
lakukan di beberapa desa di Kabupaten Bojonegoro salah satunya di Desa
Sumberagung yaitu Dusun Parengan dan Glonggong sekaligus sebagai tugas
terintregasi di mata kuliah yang dilaksanakan mulai pada bulan April-Mei
2017. Langkah berikutnya yang dilakukan adalah melakuukan Bina
Hubungan Saling Percaya (BHSP) dengan semua anggota keluarga dan
menjelaskan maksud kedatangan ke keluarga tersebut dan penandatanganan
atau persetujuan.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan kepada keluarga
berikut beberapa permasalahan yang telah ditemukan meliputi PHBS dalam
rumah tangga yang kurang, dan kasus kesehatan baik penyakit menular dan
tidak menular. Adapun beberapa program yang telah direncanakan untuk
menangani masalah yang tengah dihadapi oleh keluarga diantaranya
melaksanakan implementasi pencegahan promotif dan preventif berupa
penyuluhan penyakit yang didapatkan meliputi Hipertensi, Diabetes Melitus,
ISK, Kelemahan Informasi tentang HIV/AIDS, sekaligus mengevaluasi
setiap perubahan kesehatan pada keluarga tersebut melalui pengecekkan
kesehatan berkala setiap kali kunjungan. Waktu pelaksanaan kunjungan
kelompok ke Keluarga binaan, dilaksanakan berdasarkan PoA yang telah
disusun
Untuk mendukung keberhasilan program serta kesesuaian dengan
tujuan penguatan fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam
mengintegrasikan mata kuliah, beberapa teori keperawatan yang gunakan
yaitu Freadman, Florence Nightingle, Dorothe Oream, Calista Roy. Pertama
Freedman menekankan akan sebuah sistem support keluarga yang kuat
dalam mampu untuk saling dukung dalam area kesehatan yang optimal lewat
fungsi perawatan kesehatan keluarga, Kedua Florence Nightingle yang
berarti kita mengarah pada lingkungan sebagai pendukung sekaligus
penunjang kesehatan dalam keluarga. Ketiga teori keperawatan D.Orem
yang mengemukakan tentang self Care yang berarti segala tindakan yang
kami lakukan harus mampu untuk memandirikan keluarga dalam
melaksanakan program yang kami berikan sekaligus untuk mendukung atau
menjamin keberlanjutan program setelah program ini selesai.

2.2 Pembahasan Terkait Jurnal


Kegiatan yang dilaksanakan pada program keluarga binaan pengabdian pada
masyarakat (abdimas) ini terdiri dari program utama berupa PHBS dalam rumah
tangga, penyuluhan kesehatan (Health Education), pemeriksaan kesehatan,
pemberian terapi keperawatan, dan kesehatan reproduksi. Pelaksanaan KaBin ini
tidak lepas dari proses Asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penentuan
Diagnosa keperawatan, menentukan perencanaan (intervensi), implementasi dan
evaluasi. Adapun hasil pelaksanaan kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a) Penyuluhan Kesehatan (Health Education)
Yang merupakan program utama yaitu pemberian pendidikan kesehatan kepada
keluarga berdasarkan masalah yang menjadi hasil temuan TIM selama proses
pengkajian. Kegiatan ini, dilaksanakan oleh TIM ditujukan kepada seluruh
anggota keluarga yang terlibat atau yang ada dan didampingi oleh pembimbing
akademik. Dalam proses penkes ini keluarga akan mendapatkan informasi atau
pengetahuan tentang masalah kesehatannya saat ini. Selain itu keluarga juga
dapat bertukar informasi, bertanya maupun konsultasi terkait kondisi
kesehatannya
b) Pemeriksaan kesehatan berkala Program utama berikutnya
Yaitu pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap kali kunjungan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan terkini dari keluarga binaan,
meliputi cek TD, Asam urat, Gula darah, kolesterol, dan lain sebagainya sesuai
dengan masalah kesehatan dari anggota keluarga. Bagi penderita DM maupun
Hipertensi khsusnya, pemeriksaan berkala ini sangat penting dilakukan sebab
dapat mempengaruhi kesegala sistem tubuh yang ada serta merupakan penyakit
tidak menular yang bisa mengancam nyawa seseorang
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Henderson menghubungakan hal-hal tersebut dengan kegiatan sehari-hari dan la juga
memberikan gambaran tentang bagaimana tugas perawat harus bisa mengkaji.
menganalisis dan mengobservasi untuk bisa memberikan dukungan dalam kesehatan
dan proses penyembuhan atau pemulihan dengan demikian individu tersebut
mendapatkan kembali kemandirian dan kebebasan yang merupakan tujuan mendasar
dari teori tersebut
Dalam memandang konsep manusia, Henderson memperhatikan unsur fisik, biologi,
sosiologi dan spiritual. Henderson menekankan beberapa aspek dari konsep sosial /
lingkungan. Dia melihat manusia sebagai individu yang berhubungan dengan keluarga,
namun dia hanya menulis sedikit tentang pengaruh lingkungan dan keluarga terhadap
individu.

3.2 Saran
Diharapkan bagi mahasiswa makalah ini dapat menjadi pedoman dalam memahami
mengenai Model Keperawatan Gerontik Menurut Teori Henderson sehingga
kedepannya dapat lebih memahami arti dari sebuah Model Keperawatan Gerontik
Menurut Teori Henderson. Bagi perawat diharapkan lebih mengetahui dan memahami
tentang Model Keperawatan Gerontik Menurut Teori Henderson dan diharapkan dapat
diterapkan didalam dunia kerja. Bagi pelayanan kesehatan diharapkan dapat melayani
dan menangani klien menggunakan Model Keperawatan Gerontik Menurut Teori
Henderson.
DAFTAR PUSTAKA

Fay, D. L. (2018). Model Keperawatan Henderson. Angewandte Chemie International


Edition, 6(11), 951–952., 12–23.
Web : diakses pada hari Senin, 5 Juli 2021 Pukul 12.30 WIB
https://id.scribd.com/document/460157236/Konsep-Asuhan-Keperawatan-Gerontik-
Menurut-Teori-Virginia-Henderson

Kasron dkk. (2016). Teori Keperawatan dan tokohnya. Jakarta : CV Trans Info Media

Efendi, Y. (2019). Keluarga binaan (kabi) dengan pendekatan persaga (perawat sahabat
keluarga) di desa sumberagung kecamatan dander kabupaten bojonegoro. Jurnal humanis
(jurnal pengabdian masyarakat stikes icsada bojonegoro), 3(1), 30-35.

Alfaqih, M. R. (2016). Pengaruh Rebusan Daun Alpukat Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Lansia Hipertensi Di Desa Prambatan Kecamatan Balen Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, 3(1), 2227

Anda mungkin juga menyukai