Anda di halaman 1dari 21

Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN
KOLIK ABDOMEN

OLEH:

MUH. IRFAN ARDIANSYAH


(14420191076)

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS

KESEHATAAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2019
Keperawatan Medikal Bedah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M


DENGAN DIAGNOSA KOLIK ABDOMEN
DI RUANGAN KASUARI RS. BHAYANGKARA MAKASSAR

OLEH:

MUH. IRFAN ARDIANSYAH


(14420191076)

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2019

3
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI

Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang

traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang

menyebabkan terhambatnya aliran isi usus tetapi peristaltiknya normal (Reeves,

2013).

Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan

kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang

bersifat fatal (Ilmu Penyakit Dalam, 2013).

Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan

dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena

sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang

terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik.

Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu (Mahadevan, 2005):

1. Nyeri Abdomen Visera

Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau penegangan


kapsul dari organ padat. Penyebab yang jarang berupa iskemi atau inflamasi

ketika jaringan mengalami kongesti sehingga mensensitisasi ujung saraf nyeri

visera dan menurunkan ambang batas nyerinya. Nyeri inisering merupakan

manifestasi awal dari beberapa penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang

samar-samar hingga kolik. Jika organ yang terlibat dipengaruhi oleh gerakan

peristaltik, maka nyeri sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau

kolik.Pada nyeri ini, karena serabut saraf nyeri bilateral, tidak bermielin dan

4
memasuki korda spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri abdomen

visera ini biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan dirasakan dibagian

tengah tubuh. Nyeri visera berasal dari regio abdomen yang merujuk pada asal

organ secara embrionik. Struktur foregut seperti lambung, duodenum, liver,

traktus biliaris dan pankreas menghasilkan nyeri abdomen atas, sering

dirasakan sebagai nyeri regio epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum,

ileum, apendiks, dan kolon asenden menyebabkan nyeri periumbilikus.

Sedangkan struktur hindgut seperti kolon transversal, kolondesendens dan

sistem genitourinary menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah.

2. Nyeri Abdomen Parietal (Somatik)

Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia,

inflamasi atau penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf aferen

yang bermielinisasi mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion

dorsal pada sisi dan dermatomal yang sama dari asal nyeri. Karena alasan

inilah nyeri parietal berlawanan dengan nyeri visera, sering dapat dilokalisasi

terhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini dipersepsikan berupa tajam,

seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk dan pergerakan dapat memicu nyeri
tersebut. Kondisi ini mengakibatkan dalam pemeriksaan fisik dapatdicari

tanda berupa rasa lembut, guarding, nyeri pantul dan kaku pada abdomen yang

dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis dapat berupa nyeri visera dan

somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa nyeri periumbilikus

(visera) tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan bawah ketika inflamasi

menyebar ke peritoneum (parietal).

5
3. Nyeri Alih

Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang

sakit. Nyeri ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang berasal

dari lokasi yang berbeda. Contohnya adalah pasien dengan pneumonia mungkin

merasakan nyeri abdomen karena distribusi neuron T9 terbagi oleh paru-paru dan

abdomen. Contoh lainnya yaitu nyeri epigastrium yang berhubungan dengan

Infark miokard, nyeri di bahu yang berhubungan dengan iritasi diafragma

(contoh, rupture limpa), nyeri infrascapular yang berhubungan dengan

penyakit biliar dan nyeri testicular yang berhubungan dengan obstruksi uretra.

B. ETIOLOGI

1. Mekanis

a. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)

b. Karsinoma

c. Volvulus

d. Intususepsi

e. Obstipasi

f. Polip
g. Striktur

2. Fungsional (non mekanik)

a. Ileus paralitik

b. Lesi medula spinalis

c. Enteritis regional

d. Ketidakseimbangan elektrolit

e. Uremia

6
3. Etiologi yang lain yaitu

a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti

kulitis, pankreanitis, kolesistitis.

b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis

infeksi, esofagitis.

c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.

d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis

e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.

f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.

g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan

paru dan lainnya

C. PATOFISIOLOGI

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,

tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab

mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik

dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula

diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.


Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas.

Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak

obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan

peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan

penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus

dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan

bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan

7
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan

terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika

terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.

Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi

karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus

sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut

menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen

usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang

menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).

Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya

hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas

makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat

sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal

sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat

(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti

peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen

D. TANDADANGEJALA
a. Mekanika sederhana – usus halus atas

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah

empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi

terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

8
b. Mekanika sederhana – usus halus bawah

Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau

tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”

meningkat, nyeri tekan difus minimal.

c. Mekanika sederhana – kolon

Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,

kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus

minimal.

d. Mekanika obstruksi parsial

Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya

kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.

e. Strangulasi

Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir;

distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri

tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau

berdarah atau mengandung darah samar.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus

2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan

sigmoid yang tertutup.

3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;

peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan

peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.

4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan radiologi

- USG Abdomen

2. Pemeriksaan rektal

3. Laboratorium :

- Leukosit

Menghitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan

- HB

Nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya

perdarahan atau dehidrasi.

- Trombosit

Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk

persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang

lainnya.

G. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis
Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Terapi Na+, K+, komponen darah

Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area

penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan

pasien berbaring miring ke kanan.

10
Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.

Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi

kronik, ileus paralitik atau infeksi.

Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu

beresiko.

Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi

usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

2. Tindakan KEPERAWATAN

Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1

Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer

Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin

(inj) ; jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik

kalau penyebab tidak jelas

Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap

30 menit

Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)


Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj),

Cortison inj 3 cc atau Deksametason 2 amp

Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD

H. PENCEGAHAN

1. Mengurangi mengkonsumsi makanan yang pedas

2. Tidak mengkonsumsi makanan yang asem

3. Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi

11
4. Menghindari melakukan aktivitas yang berat

12
I. PATHWAYS

Obstruksi usus Akumulasi gas cairan Kehilangan H2O


didalam lumen sebelah Distensi
dan elektrolit
proksimal dari letak
absorpsi

Pelepasan bakteri dan toksin dari Kehilangan Tekanan


usus yang nekotrik ke dalam cairan menuju infralumen
peritoneum dan sirkulasi sistemik ruang
peritoneum

Syok hipovolemik Gangguan Pola


Tidur Peradangan

hipotalamus
Peningkatan
suhu tubuh
Mediator
Nyeri
Mual,
Anoreksia muntah
Nyeri akut

Defisit Nutrisi

Pembengkakan Lesi pada Tukak Tersebar


mukosa usus Terbentuk Pecahnya
abses abses
Stadium Lanjut

Ansietas Defisit Kurang


Pengetahuan Informasi

13
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PengkajianKeperawatan

Fokus Pengakajian Keperwatan, meliputi :

a. Identitas klien

b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien

mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.

c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi,

kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan

sehingga dibawa ke Rumah Sakit.

2. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti

yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit

keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.

3. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga

dan adakah penyakit keturunan atau menular.


d. Pola- pola fungsi kesehatan

1. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan

dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.

2. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien

merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien

selalu ingin muntah.

14
3. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap

makanan sehingga terjadi konstipasi.

4. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.

5. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam

diri klien.

6. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan

collic abdomen yang berulang.

7. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola

reproduksi dan seksual.

8. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama

klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.

9. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi

masalahnya.

10. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata

nilai dan kepercayaan.

e. Pemeriksaan fisik

1. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat
proses penyakitnya.

2. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan

kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat /

meninggi akan terjadi sesak.

3. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia

atau penyakit jantung lainnya.

4. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.

15
5. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran

terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah.

6. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi

terhadap makanan.

B. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri Akut

2. Gangguan Pola Tidur

3. Defisit Nutrisi

4. Ansietas

5. Defisit Pengetahuan

16
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosis Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Luaran Keperawatan Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan:  Nyeri Berkurang NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
jaringan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
DS:  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DO: menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
- Tingkah laku berhati-hati nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau kebisingan
gerakan kacau, menyeringai)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, intervensi
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
orang dan lingkungan) dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)  Tingkatkan istirahat
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
pupil) antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dalam rentang dari lemah ke kaku) pemberian analgesik pertama kali
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Diagnosis Keperawatan Rencana keperawatan

Luaran Keperawatan Intervensi

Defisit Nutrisi  Nutrisi Seimbang  Kaji adanya alergi makanan


Berhubungan dengan :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
ekonomi. serat untuk mencegah konstipasi
DS:  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
- Nyeri abdomen makanan harian.
- Muntah  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Kejang perut  Monitor lingkungan selama makan
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
DO: jam makan
- Diare  Monitor turgor kulit
- Rontok rambut yang berlebih  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,
- Kurang nafsu makan Hb dan kadar Ht
- Bising usus berlebih  Monitor mual dan muntah
- Konjungtiva pucat  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
- Denyut nadi lemah jaringan konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

18
Diagnosis Keperawatan Rencana keperawatan

Luaran Keperawatan Intervensi

Gangguan pola tidur berhubungan dengan: Pola tidur membaik NIC :


- Psikologis : usia tua, kecemasan, agen biokimia, suhu Sleep Enhancement
tubuh, pola aktivitas, depresi, kelelahan, takut, - Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola
kesendirian. tidur
- Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
tidur, pencahayaan, medikasi (depresan, - Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
stimulan),kebisingan. sebelum tidur (membaca)
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin. - Ciptakan lingkungan yang nyaman
DS: - Kolaburasi pemberian obat tidur
- Bangun lebih awal/lebih lambat
- Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur
DO :
- Penurunan kemempuan fungsi
- Penurunan proporsi tidur REM
- Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia

19
Diagnosis Keperawatan Rencana keperawatan

Luaran Keperatwatan Intervensi

Kecemasan berhubungan dengan  Kecemasan Membaik NIC :


Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan  Gunakan pendekatan yang menenangkan
status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi pelaku pasien
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
DO/DS:  Temani pasien untuk memberikan keamanan
dan mengurangi takut
- Insomnia  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
- Kontak mata kurang tindakan prognosis
- Kurang istirahat  Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Berfokus pada diri sendiri
 Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
- Iritabilitas
tehnik relaksasi
- Takut
 Dengarkan dengan penuh perhatian
- Nyeri perut
- Penurunan TD dan denyut nadi  Identifikasi tingkat kecemasan
- Diare, mual, kelelahan  Bantu pasien mengenal situasi yang
- Gangguan tidur menimbulkan kecemasan
- Gemetar  Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Anoreksia, mulut kering perasaan, ketakutan, persepsi
- Peningkatan TD, denyut nadi, RR  Kelola pemberian obat anti cemas:........
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

20
Diagnosis Keperawatan Rencana keperawatan

Luaran Keperawatan Intervensi

Defisit Pengetahuan  Pengetahauan Bertamba atau NIC :


Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi menjadi baik  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber- bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
sumber informasi. dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara yang tepat
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak tepat
sesuai  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
cara yang tepat
 Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat

21
DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk.
Ed. 1. Jakarta : EGC

Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono.
Ed. I. Jakarta : Salemba Medika

Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC.

Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD.
KE., FKUI Jakarta.

Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC

Syaifuddin Drs. B.Ac, 2013. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.PPNI.
Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai