Anda di halaman 1dari 18

Departemen Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN
GERONTIK

Oleh :
DEA GITA SEPTIANINGSIH
70900119016

PRESEPTOR LAHAN
PRESEPTOR INSTITUSI

(…………………….……..)
(…………………………... .)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan atas kehadirat


Allah SWT berkat taufik, rahmat dan hidayah-Nya yang telah
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan
pendahuluan yang berjudul “Gerontik”. Teriring pula salam dan
salawat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Dalam usaha menyelesaikan laporan pendahuluan ini, penulis
dihadapkan dengan berbagai hambatan dan tantangan, namun atas
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, doa restu
orangtua serta izin Allah SWT akhirnya hambatan dan tantangan
tersebut dapat diatasi serta mencapai tahap penyelesaian.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada
kelemahan dan kekurangan dalam laporan pendahuluan ini, oleh
karena itu, dari segenap pembaca, penyusun mengharapkan kritik
dan saran untuk lebih meningkatkan mutu penulisan
selanjutnya.Semoga laporan pendhuluanini dapat bermanfaat bagi
kita semua, Amin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, April 2020


Penyusun

2
DEA GITA SEPTIANINGSIH

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................iii
BAB 1PROSES PENUAAN.................................................1
A. Definisi Lansia.............................................................................4
B. Batasan Usia Lansia....................................................................4
C. Teori Penuaan.............................................................................5
D. Tahap Proses Penuaaan..............................................................6
E. Perubahan Fisik, Mental. Dan Psikososial pada lansia.................6
F. Tugas Perkembangan lansia.......................................................13
G. Masalah Nutrisi...........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................
15

3
BAB I
PROSES PENUAAN

A.Definisi Lansia
Menurut WHO (2019) Istilah lansia (lanjut usia) umumnya
digunakan untuk pria dan wanita yang telah berusia lanjut.
Berdasarkan pengertian secara umum, seseorang disebut lansia
apabila usianya 65 tahun ke atas. Terdapat batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur orang yang masuk dalam
kategori lansia, diantaranya adalah 60 tahun (UU No. 13 Tahun
1998) dan 60-74 tahun (WHO). Lansia adalah suatu keadaan
yang ditandai oleh gagalnya seorang dalam mempertahankan
kesetimbangan terhadap kesehatan dan kondisi stres
fisiologis.Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual.Selain pengertian lansia secara umum diatas, terdapat
juga beberapa pengertian lansia menurut para ahli.

4
Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi
menjadi tiga, yaitu: young old (65-74 tahun); middle old (75-84
tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun). Pengertian Lansia
Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih
dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young
old); 75-80 tahun (old); dan lebih dari 80 tahun (very old).
Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Berbeda dengan
pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita
yang telah mencapai usia 60-74 tahun. Kemudian Lansia Menurut
Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia jika usianya
telah mencapai 65 tahun ke atas (WHO, 2019).

B.Batas Usia Lansia


WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke
dalam empat kategori, yaitu (Handoyono, 2018):
1. Usia pertengahan (middle age): 45-59 tahun
2. Lansia (elderly): 60-74 tahun
3. Usia tua (old): 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old): lebih dari 90 tahun

C.Teori Penuaan
Ada empat teori pokok dari penuaan menurut Klatz dan
Goldman, (2007), yaitu:
1. Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak
digunakan (overuse) dan disalahgunakan (abuse).
2. Teori Neuroendokrin

5
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi
fungsi organ tubuh yaitu dimana hormon yang dikeluarkan
oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus telah
menurun.
3. Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram genetik DNA,
dimana kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, dimana
penuaan dan usia hidup kita telah ditentukan secara genetik.
4. Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua
karena terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam
sel sepanjang waktu.Radikal bebas sendiri merupakan suatu
molekul yang memiliki electron yang tidak berpasangan.
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena
kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu
molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau
bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Handoyono,
2018).

D. Tahap Proses Penuaaan


Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap
sebagai berikut (Pangkahila, 2007):
1. Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh
mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormon dan
hormon estrogen.Pembentukan radikal bebas dapat merusak

6
sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini
biasanya tidak tampak dari luar, karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal.
2. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa
otot berkurang sebanyak satu kilogram tiap tahunnya.Pada
tahap ini orang mulai merasa tidak muda lagi dan tampak lebih
tua.Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak ekspresi
genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker,
radang sendi, berkurangnya memori, penyakit jantung koroner
dan diabetes.
3. Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut
yang meliputi
DHEA, melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan
juga hormone tiroid.Terjadi penurunan bahkan hilangnya
kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin dan
mineral.Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem organ
tubuh mulai mengalami kegagalan (Handoyono, 2018).

E. Perubahan Fisik, Mental dan Psikososial pada Lansia


1. Perubahan Fisik pada Lansia
Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan fisik yang
terjadi pada lanjut usia adalah :
a. Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi: terjadinya
penurunan jumlah sel, terjadi perubahan ukuran sel,
berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan berkurangnya

7
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak,
otot, ginjal, darah, dan hati, penurunan jumlah sel pada otak,
terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi
atrofis beratnya berkurang 5-10%.
b. Sistem Persyarafan
Perubahan persyarafan meliputi : berat otak yang
menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf otaknya
dalam setiap harinya), cepat menurunnya hubungan
persyarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi
khususnya dengan stress, mengecilnya syaraf panca indra,
berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan ketahanan terhadap
sentuhan, serta kurang sensitif terhadap sentuan.
c. Sistem Pendengaran
Perubahan pada sistem pendengaran meliputi:
terjadinya presbiakusis (gangguan dalam pendengaran)
yaitu gangguan dalam pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kta,50% terjadi
pada umur diatas 65 tahun. Terjadinya otosklerosis akibat
atropi membran timpani.Terjadinya pengumpulan serumen
dapat mengeras karena meningkatnya keratinin.Terjadinya
perubahan penurunan pendengaran pada lansia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stress.
d. Sistem Penglihatan
Perubahan pada sistem penglihatan meliputi: timbulnya
sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih

8
berbentuk sferis (bola), terjadi kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan
sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan
susah melihat pada cahaya gelap, hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang, serta menurunnya
daya untuk membedakan warna biru atau hijau. Pada mata
bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil
menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga
terhadap akomodasi, lensa menguning dan berangsur-
angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak,
sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima dan
membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti
coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan dalam
area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan
berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan
lansia pada risiko cedera.Sementara cahaya menyilaukan
dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan
untuk membedakan objek-objek dengan jelas, semua hal itu
dapat mempengaruhi kemampuan fungsional para lansia
sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.
e. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi:
terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, menurunnya kemampuan
jantung untuk memompadarah yang menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi yang dapat

9
mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk
dan dari duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi
pembuluh darah perifer.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh
meliputi: pada pengaturan sistem tubuh, hipotalamus
dianggap bekerja sebagai thermostat, yaitu menetapkan
suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor
yang mempengaruhinya, perubahan yang sering ditemui
antara lain temperatur suhu tubuh menurun (hipotermia)
secara fisiologik kurang lebih 35°C, ini akan mengakibatkan
metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks mengigil
dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
g. Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi: otot pernapasan
mengalami kelemahan akibat atropi, aktivitas silia menurun,
paru kehilangan elastisitas, berkurangnya elastisitas
bronkus, oksigen pada arteri menurun, karbon dioksida pada
arteri tidak berganti, reflek dan kemampuan batuk
berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia
menurun, sering terjadi emfisema senilis, kemampuan pegas
dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun seiring
pertambahan usia.
h. Sistem Pencernaan
Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi: kehilangan
gigi, penyebab utama periodontal disease yang bisa terjadi
setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya

10
sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan
pahit, esofagus melebar, rasa lapar nenurun, asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan tempat
penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
i. Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal
yang merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh melalui urine, darah masuk keginjal disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron
(tempatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan nefron
menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%
sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan
mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun.
Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, sehingga
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
buang air seni meningkat.Vesika urinaria sulit dikosongkan
sehingga terkadang menyebabkan retensi urine.

j. Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi:
produksi semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal
metabolic rate), dan daya pertukaran zat menurun. Produksi
aldosteron menurun, Sekresi hormone kelamin, misalnya
progesterone, estrogen, dan testoteron menurun.
k. Sistem Integumen

11
Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit
mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisi.
Timbul bercak pigmentasi, kulit kepala dan rambut menipis
dan berwarna kelabu,berkurangnya elestisitas akibat
menurunnya cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi
keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar keringat
berkurang.
l. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi: tulang
kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan
dan stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya
berjalan, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi
serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor, aliran darah
ke otot berkurang sejalan dengan proses menua. Semua
perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan
dalam gerak, langkah kaki yang pendek, penurunan irama.
Kaki yang tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih
cenderung gampang goyah, perlambatan reaksi
mengakibatkan seorang lansia susah atau
terlambatmengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset,
tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh
(Handoyono, 2018).
2. Perubahan mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi
kognitifdan psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat
sekali kaitannyadengan perubahan fisik, keadaan kesehatan,

12
tingkat pendidikan ataupengetahuan serta situasi
lingkungan.Intelegensi diduga secara umummakin mundur
terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa
terhadapkejadian baru, masih terekam baik kejadian masa
lalu.Dari segi mental emosional sering muncul perasaan
pesimis,timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, merasa
terancam akantimbulnya suatu penyakit atau takut
ditelantarkan karena tidak bergunalagi. Munculnya perasaan
kurang mampu untuk mandiri serta cenderungbersifat
entrovert (Fitriani, 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari
yang lalu
b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan
psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan,
karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan Psikologis

13
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya
akan sangat beragam, tergantung pada kepribadian individu
yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani
kehidupan nya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk
menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.Bila ia cukup
beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa
pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai
bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa
pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati
sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti
terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab
dandisingkirkan untuk duduk-duduk dirumah atau bermain
domino di klub pria lanjut usia. Perubahan mendadak dalam
kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa kurang
melakukan kegiatan yang berguna (Fitriani, 2016).
a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah
dalam kuantitas maupun kualitas pada masa lanjut usia.
Lazimnya minat dalam aktifitas fisik cendrung menurun
dengan bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada
usia lanjut jelas berhubungan dengan menurunnya
kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan Kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang
lanjut usia terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka
kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan
usaha.Makin menurunnya kualitas organ indera yang

14
mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan
sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa
terputus dari hubungan dengan orang-orang lain. Faktor lain
yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah lagi adalah
perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan
kekeluargaan. Bila orang usia lanjut tinggal bersama sanak
saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya,
tetapi jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi orang
lanjut usia menjadi terisolasi dalam arti kata yang
sebenarnya, karena ia hidup sendiri.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan
mengendalikan perasaan dengan akal melemah dan orang
cendrung kurang dapat mengekang dari dalam prilakunya.
Frustasi kecil yang pada tahap usia yang lebih muda tidak
menimbulkan masalah, pada tahap ini membangkitkan
luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi dengan ledakan
amarah atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-
peristiwa yang menurut kita tampaknya sepele.
c. Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut
memungkinkan orang yang sudah tua tidak begitu
membenci dan merasa kuatir dalam memandang akhir
kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun
demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa iman
yang teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk
melawan rasa takut terhadap kematian.Usia lanjut memang
merupakan masa dimana kesadaran religius dibangkitkan
dan diperkuat. Keyakinan iman bahwa kematian bukanlah

15
akhir tetapi merupakan permulaan yang baru
memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan
dengan tenang dan tentram.
d. Perubahan Spritual.
1). Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupan (Maslow,1970)
2). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari
(Murray dan Zentner,1970).
3). Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut
Folwer (1978), Universalizing, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencinta keadilan
(Fitriani, 2016).

F. Tugas Perkembangan Lansia


1. Mempersiapkan diri dengan adanya penurunan kondisi.
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membina hubungan yang baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian
pasangan.
G. Masalah Nutrisi
1. Pengertian (Fitriani, 2016).
Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun
makro
2. Penyebab (Fitriani, 2016).

16
a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap
&penciuman
b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau
kehilangan gigi
c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan
d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan
e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang
f. Gangguan kemampuan motorik
g. Kurang bersosialisasi, kesepian
h. Pendapatan yang menurun (pensiun)
i.Penyakit infeksi kronis
j. Penyakit keganasan
3. Patofisiologi
Akibat :
Proses menua : a. Anorexia
a. Penurunan/kehilanganindra b. Kesulitan makan
pengecap dan penciuman c. Mengganggu
b. Penyakitperiodentaldan
kehilangan gigi penyerapan Ca, Fe,
c. Penurunan sekresi asam Protein, lemak, dan
lambung Vitamin
dan enzim pencernaan d. Susah BAB, wasir
d. Gangguan kemampuan e. Nafsu kaman
motorik menurun
e. Tulang kehilangan
densitasnyadan f. Kerusakan kartilago
rapuh dan
f. Tendon mengkerut dan tulang
atropi
serabut otot Asupan makan
g. Penurunanmobilitassaluran kurang
Osteoporosis
Subluksasi/dislokasi
Diagnosa Keperawatan :
a. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
b. Resiko tinggi infeksi
c. Kerusakan mobilitas fisik
d. Nyeri
e. ResikoDAFTAR
cedera PUSTAKA

17
WHO (2019).“Lansia yang Tangguh dan Sehat ’’Kompasiana.com
www.kompasiana.com › Gaya Hidup › Gayahidup.12 Agu 2019.

Lukman Handoyono (2018) “Laporan PendahuluanAsuhan Keperawatan


Pada Klien Lanjut Usia (Lansia)Dengan Masalah
Impecunity/Poverty(Penurunan/Tiada Penghasilan)”. Program
Studi Pendidikan Profesi Ners (P3n): Fakultas
KeperawatanUniversitas AirlanggaSurabaya2018.

Wahyudi Nugroho ( 2012), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta

Fitriani (2016) “Laporan Pendahuluan Gerontik”.Program Studi Pendidikan


Profesi Ners IX Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar 2016.

18

Anda mungkin juga menyukai