Anda di halaman 1dari 17

Departemen Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOPOROSIS

Oleh :

Dea Gita Septianingsih


70900119016

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTORINSTITUSI

(…………………….……..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020

1 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang paling pantas penulis panjatkan selain puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak
terhingga sehingga penulis masih diberi kesempatan dan nikmat kesehatan untuk
menyelesaikan suatu hasil karya berupa “laporan pendahuluan osteoporosis”
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah
Muhammad SAW sebagai Sang Rahmatan Lil Alamin dan para sahabat, yang
telah berjuang untuk menyempurnakan akhlak manusia di atas bumi ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada kelemahan dan kekurangan

dalam laporan pendahuluan ini, baik dalam hal sistematika, pola penyampaian,

bahasa, materi dan sebagai akumulasi pengalaman penyusun dalam membaca,

mengamati, mendengar dan berbicara isi laporan kasus ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, dari segenap pembaca, penyusun mengharapkan

kritik dan saran untuk lebih meningkatkan mutu penulisan selanjutnya.

Makassar, Maret 2020

Nurul Annisa Saing

2 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Konsep dasar Medis ..........................................................................
A. Pengertian osteoporosis...................................................................4
B. Klasifikasi osteoporosisi..................................................................4
C. Etiologi ............................................................................................5
D. Patofisiologi ....................................................................................7
E. Tanda dan gejala..............................................................................7
F. Pemeriksaan penunjang...................................................................7
G. Penatalaksanaan ..............................................................................8
BAB II Konsep Keperawatan........................................................................
A. Pengkajian........................................................................................9
B. Diagnosa........................................................................................10
C. Intervensi........................................................................................10
Daftar Pustaka......................................................................................14
Lampran Patway.........................................................................................

BAB II

3 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian

Osteoporosis merupakan kondisi tulang menjadi keropos, yang

memiliki sifat yang khas berupa berkurangnya massa tulang. Osteoporosis

merupakan salah satu masalah kesehatan karena dapat mengakibatkan

berkurangnya kualitas hidup dan kematian (Ristati, dkk, 2017).

Osteoporosis merupakan penurunan kepadatan tulang dan

kerusakan mikro-arsitektur tulang yang menyebabkan tulang menjadi

rapuh sehingga seringkali baru disadari apabila telah terjadi perubahan

bentuk tulang ataupun fraktur, terutama fraktur leher femur dan panggul

karena trauma (Taradita, dkk,2018).

B. Klasifikasi Osteoporosis

Menurut Limbong (2015), klasifikasi osteoporosis yaitu sebagai beriku:

1. Osteoporosis primer terbagi menjadi dua yakni osteoporosis tipe 1

(postmonopausal) tipe 2( senile). Terjadinya osteoporosis tipe 1 erat

kaitannya dengan hormon estrogen dan kejadiaan monopouse pada

wanita. Sedangkan osteoporosis tipe 2 terjadi karena kekurangan

kalsium dan sel-sel perangsang pembentuk vitamin D.

2. Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit aatau kelainan tertentu,

atau bisa pula sebagai akibat tindakan pembedahan atau pemberian obat

yang efeknya mempercepat pengeroposan tulang.

4 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
C. Etiologi

Menurut Sain (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan

massa tulang pada usia lanjut terbagi menjadi dua bagian yakni :

1. Determinan Massa Tulang


Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh
berbagai factor antara lain :
a. Faktor genetic
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap
kepadatan tulang
b. Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang,
bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata
antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut
menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang
berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang
yang besar
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi
yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang
bersangkutan
2. Determinan pengurangan Massa Tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa
tulang pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur
osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang
mempengaruhi massa tulang.

a. Faktor genetic

5 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
Faktor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya
fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah
mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.
b. Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan
bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan fungsi beban
mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
c. Faktor lain
1) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan
kalsium yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan
mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif begitu
sebaliknya.
2) Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan
kecenderungan keseimbangan kalsium yang negatif
3) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium,
karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan
juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.
4) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak
cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-
lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui,
akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui
urin maupun tinja.
5) Alkohol

6 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan
masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin
yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.
D. Patofisilogi

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan


massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidup
(merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa
tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya
massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause
mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama
tahun-tahun pasca menopause. Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan
osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk
mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D
harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi
tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama
bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan
pertumbuhan osteoporosis (Putra,2011).
E. Tanda dan gejala
Menurut Sain (2013) tanda dan gejala Osteoporosis adalah:
1. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
2. Nyeri timbul secara mendadadak
3. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau
pekerjaan sehari-hari atau karena pergerakan yang salah
5. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
6. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra
7. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
8. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di
tempat tidur

7 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif,AH dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang bagi
pasien osteoporosis adalah:
1. Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x
rutin bila sudah terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak
radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis
menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
2. Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat,
serum, fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi
prolin urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (missal ;
osteomalasia, hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang
terjadinya kehilangan tulang.
3. Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk
memantau massa tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan
tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray
absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi
menganai massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat
berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji
respon terhadap terapi.
G. Penalataksanaan
Menurut (Widyanti, 2017) salah satu pelaksanaan bagi pasien
osteoporosis adalah dengan diet kaya kalsium dan vitamin D yang
mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan
kalsium paa permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap
demineralisasi skeletal. Pada menopause, terapi penggantian hormon
dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat
kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang
diakibatkannya. Selain itu lemak dalam tubuh dapat membantu

8 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
memproduksi hormon estrogen. Estrogen merupakan hormon seks steroid
yang berfungsi penting untuknmetabolisme tulang.
Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat.
Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara
injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping (missal : gangguan
gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya
kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas
osteoblastik dan pembentukan tulang.

9 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Adapun pengkajian menurut Ode,SL (2012) adalah sebagai berikut:

1. Kemunduran musculoskeletal
Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system
musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan
otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara
periodik dapat digunakan untuk memantau perubahan dan keefektifan
intervensi.
2. Kemunduran kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardivaskuler tidak memberikan bukti langsung
atau meyaknkan tentang perkembangan komplikasi imobilitas. Hanya
sedikit petunjuk diagnostic yang dapat diandalkan pada pembentukan
trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema, nyeri
tekan dan tanda homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan
suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut
jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat,
kesulitandalam mengikuti perintah dan sinkop
3. Kemunduran Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala
atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal meliputi peningkatan
temperature dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam pergerakan
dada, perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya
perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi.
4. Perubahan-perubahan integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah
reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai
daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat buruk di atas

10 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan
dihilangkan
5. Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-
tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian
bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba. Gejala-gejala
kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih dan
tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah
6. Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada
abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang
tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental, iritabilitas,
kelemahan, dan sakit kepala. Pemeriksaan fisik kadang menemukan
adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis atau pemendekan tinggi
badan. Masalah mobilitas dan pernafasan dapat terjadi akibat perubahan
postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.
B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Ode,SL (2012) adapun diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada pasien osteoporosis adalah:

1. Nyeri akut b.d spasme otot, fraktur


2. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
3. Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi ileus
4. Resiko terhadap cidera : farktur b.d osteoporosis
C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut

Intervensi Keperawatan (Manajemen Nyeri ) (PPNI, 2018):


1) Observasi

11 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

b) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

c) Monitor efek samping penggunaan analgetik

2) Terapeutik

a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

( mis.hipnosis, akupresur, terapi musik,terapi pijat,

aromaterapi,terknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau

dingin).

b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan)

3) Edukasi

a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian analgetik

2. Kurang pengetahuan
Intervensi keperawatan
1) Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
2) Terapeutik
a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
12 Dea Gita Septianingsih 70900119016
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
3) Edukasi
a. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
b. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
c. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Konstipasi
Intervensi keperawatan (PPNI,2018)

1) Observasi

d. Periksa tanda dan gejala konstipasi

e. Periksa pergerakan usus, karatreristik feses

f.Identifikasi faktor resiko konstipasi

g. Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan atau peritonitis

2) Terapeutik

a. Anjurkan diet tinggi serat

b. Lakukan massase abdome, jika perlu

c. Lakukan evaluasi fese secara manual,jika perlu

d. Berikan enema atau irigasi

3) Edukasi

a. Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan

b. Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika perlu

c. Latih buang air besar secara teratur

d. Ajarkan cara mengatasi konstipasi

13 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
4) Kolaborasi

a. Konsultasi dengan ti medis tentang penurunan/peningkatan

frekuensi suara usus

b. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu

4. Resiko cedera
Intervensi keperawatan (PPNI,2018)
1) Observasi
a. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan
cedera
b. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
c. Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada
ekstremitas bawah
2) Terapeutik
a. Sediakan pencahayaan yang memadai
b. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
c. Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
ruang rawat
d. Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cedera serius
e. Sediakan alas kaki antislip
f. Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi ditempat tidur,
jika perlu
g. Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
h. Pastikan barang-barang pribadi mudah ijangkau
i. Pertahankan posisi tempat tidur atau kursi roda dalam
kondisi terkunsi
j. Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang
diperlukan

14 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
k. Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA

15 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
Limbong, Elsa adina & Fariani Sharul. 2015. Jurnal berkala epidemologi. Vol. 3

No.2 Jawa Timur

Nurarif.AH. dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan. Jogjakarta:

Mediagtion

Ode. SL. 2012. Asuhan keperawatan Gerontik Berstandar Nanda Nic Noc.

Jakarta: Nuha Medika

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) . 2018. Standar Intervensi

Keperawtan Indonesia (SIKI) Definisi dan Tindakan Keperawatan.Edisi 1

Cetakan II.

Putra. 2011. Epidemologi Osteoporosis.http//repository.usu.ac.id/bitstream.pdf 17

maret 2016.

Ristati Laras, Dkk. 2017. Hubungan Komposisi Tubuh Dengan Kepadatan Tulang

Wanitas Usia Subur. Bandung: Indonesian Journal Of Human Nutrition.

Vol. 4 No.1

Sain,iwan. 2013. Askep pada Klien Dengan gangguan Metabolisme Tulang

Osteoporosis. Medikal Bedah III

Taradita, Wulandari. Dkk. 2018. Jurnal Kesehatan Andalas.

http//jurnal.fk.inand.ac.id

Widyanti, L.R.E.dkk. 2017. Hubungan Komposisi Tulang Dengan Kepadatan

Tulang Wanita Usia Subur Di Kota Bandung. Bandung: Indonesian

Journal of Human Nutrition Vol.4. No.1

16 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
Penyimpangan KDM

Normal

Genetik, gaya hidup, alcohol Penurunan produksi hormon

Penurunan massa tulang

Osteoporosis

Kiposis/Gibbus

Pengaruh pada fisik

Pengaruh psikososial

Fungsi tubuh (pembatasan gerak, ileus) keterbatasan gerak

konsep diri menurun

Fraktur Spasme
Kurang
Konstipasi
otot pengetahuan

Reseptor
Resiko cedera
nyeri
Nyeri akut

Sumber : Ode,SL (2012)

17 Dea Gita Septianingsih 70900119016


Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar

Anda mungkin juga menyukai