Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN MEDIKAL GERONTIK

KONSEO ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN


MASALAH OSTEOPOROSIS DAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA IMMOBILITY
Disusun oleh:
1. Tri Siska Bara
2. Dyah Pratina Sari
3. Meilasari
4. Tri Gunti Novitasari
5. Chairun Nisa Nurwahida
6. Lilik Setiowati
7. Anggun Purnama Sari
8. Wahyuningsih
9. Ester Ronauli Bakara
10. Vitriah Andriyani
Definisi Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya
tulang,
danporous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi,
osteoporosis
adalahtulangyang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat
khas berupa
massa tulangnyarendah atau berkurang, disertai gangguan
mikro-arsitektur
tulang dan penurunankualitas jaringan tulang yang dapat
menimbulkan
kerapuhan tulang (Tandra, 2016).

Etiologi Osteoporosis
a. Determinan Massa Tulang : 1). Faktor genetik , 2). Faktor
mekanis, 3). Faktor makanan dan hormone
b. Determinan penurunan Massa Tulang : Faktor genetik,
Faktor mekanis, Kalsium , Protein , Estrogen , Rokok dan
kopi , Alkohol
Klasifikasi Osteoporosis
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1). Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat
penyakit yang
lain,yangdibedakan lagi atas :
a) Osteoporosis tipe I (pasca menopouse), yang kehilangan
tulang
terutama dibagian trabekula.
b) Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan
Massa tulang
daerah Korteks.
c) Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda
dengan penyebab
yang tidak diketahui
2). Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada/akibat
penyakit lain,
antaralainhiperparatiroid, gagal jantung kronis, arthritis
rematoid dan lainlain
Manifestasi Klinis Osteoporosis

Osteoporosis dimanifestasikan dengan :


1). Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
2). Nyeri timbul mendadak.
3). Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg
terserang.
4). Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat
tidur.
5). Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan
bertambah jika melakukan
aktivitas.
6). Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan
tinggi badan)
. Patofisiologi Osteoporosis

Setelah menopause, kadar hormon estrogen semakin menipis


dankemudian tidak diproduksi lagi. Akibatnya, osteoblas pun makin sedikit
diproduksi. Terjadilah ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan
kerusakan tulang. Osteoklas menjadi lebih dominan, kerusakan
tulangtidaklagi bisa diimbangi dengan pembentukan tulang. Untuk diketahui,
osteoklas merusak tulang selama 3 minggu, sedangkan pembentukan tulang
membutuhkan waktu 3 bulan. Dengan demikian, seiring bertambahnyausia,
tulang-tulang semakin keropos (dimulai saat memasuki menopause)
danmudah diserang penyakit osteoporosis.
Proses Osteoporosis sendiri di akibatkan faktor faktor berikut yaitu
Genetik, gaya hidup, alcohol, penurunan produksi hormon akibatnyaproduksi
osteoblas semakin sedikit maka terjadi ketidakseimbangan antara
pembentukan tulang dan kerusakan tulang hal ini menyebabkan osteoklas
menjadi lebih dominan dan tidak lagi bisa diimbangi dengan kerusakan
tulang mengakibatkan penurunan masa tulang Apabila kerusakan tulang sendi
lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi
penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan.
Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi. Setelah terjadi kerusakan
sendi maka tulang juga ikut berubah
Komplikasi Osteoporosis Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis :
Osteoporosis mengakibatkan tulang 1). Pemeriksaan radiologik
secara progresif menjadi panas, 2). Pemeriksaan densitas massa tulang
rapuh dan mudah patah. Osteoporosis (Densitometri) :Beberapa metode yang
sering mengakibatkan fraktur. digunakan untuk menilai densitas massa
Bisaterjadi fraktur kompresi tulang: a) Single-Photon Absortiometry (SPA)
vertebra torakalis dan lumbalis,
b) Dual-Photon Absorptiometry (DPA) , c)
fraktur
daerahkolum femoris dan daerah
Quantitative Computer Tomography (QCT)
trokhanter, dan frakturcolles pada 3). Sonodensitometri
pergelangantangan 4). Magnetic Resonance Imaging (MRI)
5). Biopsi tulang dan Histomorfometri
6). Radiologis
7). CT-Scan
8). Pemeriksaan Laboratorium
Penatalaksanaan Osteoporosis
1). Pengobatan :
a. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat
meningkatkan pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid
anabolic b. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat
mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen
dan difosfonat. Penatalaksanaan keperawatan: a) Membantu klien
mengatasi nyeri. b) Membantu klien dalam mobilitas. c)
Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada
klien. d) Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak
terjadi cedera.
2). Pencegahan Pencegahan sebaiknya dilakukan pada
usiapertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan: a. Mencapai
massa tulang dewasa Proses konsolidasi yang optimal b. Mengatur
makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari) b) Latihan
teratur setiap hari c) Hindari :  Makanan tinggi protein  Minum
alkohol  Merokok  Minum kopi  Minum antasida yang
mengandung aluminium
Konsep Dasar Lansia
Definisi Lansia atau menua Suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
menyebabkanpenyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes
mellitusdan kanker (Nurrahmani, 2016). Menurut WHO lanjut usia (lansia)
adalah kelompok pendudukyang berumur 60 tahun atau lebih. Data WHO
menunjukan pada tahun2000 usia harapan hidup orang didunia adalah 66 tahun,
pada tahun2016naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2017 menjadi 71 tahun.
Jumlahproporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya.

Klasifikasi Lansia
Menurut (Depkes RI, 2017) klasifikasi lansia terdiri dari : a. Pra lansia yaitu
seorang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia ialah seorang yang berusia
60 tahun atau lebih c. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun
ataulebihdengan masalah kesehatan d. Lansia potensial adalah lansia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau
jasa e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidup nya bergantung pada bantuan orang lain
Osteoporosis pada Lansia
Persoalan osteoporosis pada lansia erat sekali hubungannya dengan
kemunduran produksi beberapa hormone pengendali remodeling tulang,
seperti Kalsitonim dan hormone seks. Dengan bertambahnya usia,
produksi beberapa hormone tersebut akan merosot, hanya saja penurunan
produksi beberapa osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya
pembentukan tulang, akan mengendur aktivitasnya setelah seseorang
menginjak usia ke 50 disusul tahun terakhir adalah testosterone pada
kurun waktu usia 48 – 52. Persoalan besar akan muncul juga jika terjadi
gangguan dalam keseimbangan kedua proses itu, seperti yang terjadi pada
osteoporosis. Dalam osteoporosis proses demineralisasi lebih cepat
danlebih tinggi dibandingkan dengan proses meneralisasi. Resikonya
terjadilah pengeroposan tulang. Tulang akan kehilangan masa dalam
jumlah besar sehingga kekuatannya pun merosot drastis. Kondisi ini tentu
tidak bisa diabaikan begitu saja penurunan sepersepuluh kepadatan tulang
saja menimbulkan resiko patah tulang 2 – 3 kali lebih sering, jika kondisi
ini dibiarkan resiko terjadi patah tulang sulit dihindari. Proses
tidakseimbang bisa muncul secara alamiah seperti akibat pengaruh usia
lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak aktifan tubuh. (Ningsih&Lukman, 2017).
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan pengumpulan data
yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu, pengkajian yang benar,
akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dari dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rspon individu,
sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan (Sudoyo et al., 2010).
Hal yang perlu dikaji, yaitu:
a. Informasi biografi
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan dahulu
2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
actual maupun potensial
Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada pasien osteoporosis,yaitu : 1). Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri. 2). Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal
kronis. 3). Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh. 4). Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. 5). Risiko cedera berhubungan
dengan kurang perubahan fungsi psikomotor (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi Observasi
mobilitas keperawatan selama 5 x 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
kunjungan, maka Mobilitas lainnya
fisik
Fisik meningkat,dengan 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
berhubunga kriteria hasil : pergerakan
n dengan 1. Pergerakan ekstremitas 3. Monitor kondisi umum selama melakukan
nyeri meningkat mobilisasi Terapeutik
2. Kekuatan otot meningkat 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
3. Nyeri menurun (misalnya tongkat)
4. Kecemasan menurun 5. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
5. Kaku sendi menurun Edukasi
6. Gerakan tidak 6. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
terkoordinasi menurun 7. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
7. Gerakan terbatas 8. Informasikan kepada keluarga untuk memberi
menurun dukungan kepada klien.
4. Implementasi Keperawataan
Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan.Berdasarkan terminology
NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan
dan respons pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan
yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi berjalan kontinu,
evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah mengimplementasikan
program keperawatan memungkinkan perawat segera memodifikasi
intervensi (Kozier et al., 2010). Evaluasi keperawatan terhadap pasien
osteoporosis dengan masalah gangguan mobilitas fisik diantaranya:
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 5. Gerakan tidak terkoordinasi menurun
2. Kekuatan otot meningkat 6. Gerakan terbatas menurun
3. Nyeri menurun 7. Kelemahan fisik menurun
4. Kaku sendi menurun
. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
1). Tanggal Pengkajian : 04 Maret 2021
2). Tanggal Masuk : 04 Maret 2021
3). Ruang/Kelas : 431/kelas 1
4). Nomor Register : 311574
5). Diagnosa Medis : Osteoporosis
6). Nama Klien : Tn. A
7). Jenis Kelamin : Laki-laki
8). Usia : 69 tahun
9). Status Perkawinan : menikah
10). Agama : Islam
11). Suku Bangsa :-
12). Pendidikan :sarjana
13). Bahasa yang digunakan: bahasa indonesia
14). Pekerjaan : pegawai swasta
15). Alamat : komplek kejaksaan agung, pasar minggu,
Jakarta selatan
16). Sumber biaya : perusahaan
17). Sumber informasi : klien, keluarga klien, rekam medis klien
2. Riwayat kesehatan sekarang
1) Alasan masuk rumah sakit : klien mengeluh nyeri dipunggung dan
Kaki kanan, klien tampak sulit berjalan, saat beraktifitasberlebih
2) Keluhan utama : klien mengatakan sering
merasakannyeri punggung dan sulit berjalan.
3) Kronologis keluhan
• Faktor pencetus : Faktor umur dan gaya hidup
• Timbulnya keluhan : hilang timbul
• Upaya mengatasi : beristirahat dan meminumresepdari
Dokter

3. Riwayat kesehatan masa lalu


1) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) : tidak ada
2) Riwayat kecelakaan : tidak ada
3) Riwayat dirawat di rumah sakit : tidak ada
4) Riwayat pemakaian obat :
meminumobat- obatan dari dokter tapi klien tidak bisa memberi tahu
jenisnya karenasudah habis
4. Riwatan kesehatan keluarga (Genogram)
5. Riwayat psikososial dan spiritual
1) Adakah orng terdekat dengan klien : keluarga
2) Pola komunikasi : komunikasi terbuka
3) Pembuat keputusan : Pasien
4) Kegiatan kemasyarakatan : tidak ada
5) Dampak penyakit klien terhadap keluarga : keluarga mengatakan
cemas terhadap kondisi Tn. A
6) Masalah yang mempengaruhi klien : klien mengatakan
cemas terhadap pekerjaannya
7) Mekanisme koping terhadap stress : tidur

6. Persepsi klien terhadap penyakitnya


1) Hal yang sangat dipikirkan saat ini : klien mengatakan ingin
cepat sembuh agar bisa Kembali bekerja
2) Harapan setelah menjalani perawatan: klien mengatakan sembuh dari
penyakitnya
3) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : klien mengatakan
menjadi sulit beraktivitas, segala ADL nya dibantu keluarga dan
perawat
7. Sistem nilai kepercayaan
1) Nilai-nilai yang bertentangan dengan Kesehatan : tidak ada
2) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : klien tampak sering
berdzikir dan mengucapkan basmallah setiap ingin melakukan
kegiatan (seperti sebelum makan, minum obat dll)
3) Kondisi lingkungan rumah (lingkungan rumah yang mempengaruhi
Kesehatan saat ini) : keluarga mengatakan dirumahnya terdapat
banyak nyamuk
8. Pola kebiasaan
Hal Yang Dikaji Pola kebiasaan

Sebelum sakit Sesudah sakit


1) Pola nutrisi
• Frekuensi makan 3x/hari 3x/hari
• Nafsu makan : baik/tidak (alasan, mual, muntah, sariawan) Baik Kurang baik
• Porsi makanan yang dihabiskan 1 porsi Klien mengatakan
• Makanan yang tidak disukai Tidak ada perutnya terasa
• Makanan yang membuat alergi Tidak ada mual
• Makanan pantangan Tidak ada
• Penggunaan obat-obatan sebelum makan Tidak ada
• Penggunaan
2) alat bantu (NGT, dll)
Pola eliminasi Tidak ada
a. B.a.k
• Frekuensi 4x/hari 5-6x/hari
• Warna Kuning jernih Kuning jernih
• Keluhan Tidak ada Tidak ada
• Penggunaan alat bantu (kateter, dll) Tidak ada Tidak ada
b. B.a.b
• Frekuensi 1x/hari 1x/hari
• Waktu (pagi/siang/malam/tidak tentu) Pagi Tidak tentu
• Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Hal Yang Dikaji Pola kebiasaan
Sebelum sakit Sesudah sakit
3) Pola personal hygiene
a. Mandi 2x/hari 1x/hari
• Frukuensi Pagi dan malam Pagi
• Waktu (pagi/sore/malam)
b. Oral hygiene
• Frekuensi 2x/hari 1x/hari
• Waktu (pagi/siang/setelah makan) Pagi dan malam Pagi
c. Cuci rambut
• Frekuensi 4x/minggu 2x/minggu
4) Pola istirahat dan tidur
• Lama tidur siang Tidak Pernah 1 Jam
• Lama tidur malam 5-6 jam 6-7 jam
• Kebiasaan sebelum tidur Bermasin HP Bermain HP

5) Pola aktivitas dan Latihan


• Waktu bekerja (pagi/siang/malam) Pagi Tidak Bekerja
• Olahraga Ya Tidak
• Jenis olahraga Jogging -
• Frekuensi olahraga 1x/minggu -
• Keluhan saat beraktivitas Tidak ada -
6) Kebiasaan yang mempengaruhi Kesehatan
Merokok Tidak Tidak
• Frekuensi - -
• Jumlah - -
9. Pengkajian fisik 3) Sistem pendengaran
1) Pemeriksaan umum a) Daun telinga : normal
a) Berat badan : 50 KG (sebelum Sakit: 55 KG) b) Karakteristik serumen : kuning, lunak, khas
b) Tinggi badan : 161 cm c) Kondisi telinga tenah : normal
c) Tekanan darah : 120/80 mmHg d) Cairan dari telinga : tidak ada
d) Nadi : 98x/menit e) Perasaan penuh ditelinga : tidak
e) Frekuensi napas : 20x/menit f) Tinitus : tidak
f) Suhu tubuh : 36,1⁰C g) Fungsi pendengaran : normal
g) Keadaan umum : sedang h) Gangguan keseimbangan : tidak
h) Pembesaran kelenjar getah bening : tidak i) Pemakaian alat bantu : tidak

2) Sistem penglihatan 4) Sistem wicara : normal


a) Pupil mata : simetri 5) Sistem pernapasan
b) Kelopak mata : normal a) Jalan napas : bersih
c) Pergerakan bola mata : normal b) Pernapasan : tidak sesak
d) Konjungtiva : anemis c) Menggunakan otot bantu napas: tidak
e) Kornea : normal d) Frekuensi : 20x/menit
f) Sklera : anikterik e) Irama : teratur
g) Pupil : isokor f) Jenis pernapasan : spontan
h) Otot-otot mata : tidak ada kelainan g) Kedalaman : dalam
i) Fungsi penglihatan : baik h) Batuk : tidak
j) Tanda-tanda radang : tidak ada i) Sputum : tidak
k) Pemakaian kaca mata : tidak j) Palpasi dada : normal. Ekspansi dada simetris
l) Pemakaian lensa kontak : tidak k) Perkusi dada : sonor
m) Reaksi terhadap cahaya : (+/+) normal l) Suara napas : vesikuler
m) Nyeri saat bernapas : tidak
n) Penggunaan alat bantu napas : tidak
6) Sistem kardiovaskular
a. Sirkulasi perifer 10) Sistem pencernaan
a) Nadi : 98x/menit a) Gigi : tidak ada caries
b) Irama : teratur b) Penggunaan gigi palsu : tidak
c) Tekanan darah :120/80 mmHg c) Stomatitis : tidak
d) Distensi vena jugularis: tidak d) Lidah kotor : tidak
e) Temperatur kulit : hangat e) Salifa : normal
f) Warna kulit : kemerahan f) Muntah : tidak
g) Pengisian kapiler : <3 detik g) Nyeri daerah perut : tidak
h) Edema : tidak ada h) Bising usus : 8x/menit
b. Sirkulasi jantung i) Diare : tidak
a) Kecepatan denyut apical : 80x/menit j) Konstipasi : tidak
b) Irama : teratur k) Hepar : tak teraba
c) Kelainan bunyi jantung : tidak ada l) Abdomen : lembek
d) Sakit dada : tidak ada
11) Sistem endokrin
7) Sistem hematologi a) Pembesaran kelenjar tiroid: tidak
Gangguan hematologi b) Napas berbau keton : tidak
a) Pucat : ya c) Luka gangren : tidak
b) Perdarahan : ptchie 12) Sistem urogenital
8) Sistem saraf pusat : a) Balance cairan : intake : 1400ml, ouput : 1300ml
a) Keluhan sakit kepala : dibelakang mata b) Perubahan pola kemih : tidak ada
b) Tingkat kesadaran : compos mentis c) B.a.k : kuning jernih
c) GCS : E:4 M:6 V:5 total:15 d) Distensi/ketegangan kandung kemih : tidak
d) Tanda-tanda peningkatan TIK: tidak ada e) Keluhan sakit pinggang : tidak
e) Gangguan system persyarafan: tidak ada
f) Pemeriksaan reflek
a) Reflek fisiologis : normal
13) Sistem integument
a) Turgor kulit : baik
b) Temperatur : 37,1
c) Warna kulit : pucat
d) Keadaan kulit : baik
e) Kelainan kulit : tidka ada
f) Kondisi kulit daerah pemasangan infus: baik
g) Keadaan rambut : baik, bersih

14) Sistem musculoskeletal


a) Kesullitan dalam pergerakan : tidak
b) Sakit pada tulang, sendi, kulit : ya
c) Fraktur : tidak
d) Lokasi : seluruh tubuh atau sendi
e) Kondisi : nyeri
f) Kelainan bentuk tulang sendi : tidk ada
g) Kelainan struktur tulang belakang : tidak ada
h) Keadaan tonus otot : baik
i) Kekuatan otot : 5555, 5555 / 5555, 5554

10. Data tambahan :


Tn. A sedikit pincang saat berjalan dan sulit bergerak karena menahan
11. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. Ds : Agen pencendera fisiologis Nyeri Akut


Tn.A mengatakan Nyeri pada punggung dan kaki kanan P=
Inflamasi Sendi
Q= Tertusuk-tusuk
R= Kaki kanan dan lutut
T= Hilang Timbul
Do :
a. Keadaan Umum : Cukup baik GCS : Composmentis
(E=4, V=5, M=6)
b. Terdapat pembengkakan pada sendi
c. Klien nampak menahan nyeri
d. Klien tampak meringis S= 5 (sedang) TTV:
2, Ds : Nyeri Akut Gangguan
TD:120/80mmhg N:93x/menit R:24x/menit S : 36,7 °C
1) KlienTn. A mengatakan sulit beraktifitas MobilitasFisik
Do :
- Tn. A sedikit pincang saat berjalan dan sulit bergerak
karena menahan nyeri
- TTV : TD : 110/80 mmhg N : 90 x/menit R : 24
x/menit S : 36,8 °C
Diagnosa keperawatan (Prioritas)

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL


DITEMUKAN TERATASI
1 . Nyeri Akut b/d Agen pencendera 24-02-2021 24-02-2021
fisiologis : inflamasi pada sendi

2 Gangguan mobilitas fisik b/d Nyeri 24-02-2021 24-02-2021


Akut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai