Etiologi Osteoporosis
a. Determinan Massa Tulang : 1). Faktor genetik , 2). Faktor
mekanis, 3). Faktor makanan dan hormone
b. Determinan penurunan Massa Tulang : Faktor genetik,
Faktor mekanis, Kalsium , Protein , Estrogen , Rokok dan
kopi , Alkohol
Klasifikasi Osteoporosis
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1). Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat
penyakit yang
lain,yangdibedakan lagi atas :
a) Osteoporosis tipe I (pasca menopouse), yang kehilangan
tulang
terutama dibagian trabekula.
b) Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan
Massa tulang
daerah Korteks.
c) Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda
dengan penyebab
yang tidak diketahui
2). Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada/akibat
penyakit lain,
antaralainhiperparatiroid, gagal jantung kronis, arthritis
rematoid dan lainlain
Manifestasi Klinis Osteoporosis
Klasifikasi Lansia
Menurut (Depkes RI, 2017) klasifikasi lansia terdiri dari : a. Pra lansia yaitu
seorang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia ialah seorang yang berusia
60 tahun atau lebih c. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun
ataulebihdengan masalah kesehatan d. Lansia potensial adalah lansia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau
jasa e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidup nya bergantung pada bantuan orang lain
Osteoporosis pada Lansia
Persoalan osteoporosis pada lansia erat sekali hubungannya dengan
kemunduran produksi beberapa hormone pengendali remodeling tulang,
seperti Kalsitonim dan hormone seks. Dengan bertambahnya usia,
produksi beberapa hormone tersebut akan merosot, hanya saja penurunan
produksi beberapa osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya
pembentukan tulang, akan mengendur aktivitasnya setelah seseorang
menginjak usia ke 50 disusul tahun terakhir adalah testosterone pada
kurun waktu usia 48 – 52. Persoalan besar akan muncul juga jika terjadi
gangguan dalam keseimbangan kedua proses itu, seperti yang terjadi pada
osteoporosis. Dalam osteoporosis proses demineralisasi lebih cepat
danlebih tinggi dibandingkan dengan proses meneralisasi. Resikonya
terjadilah pengeroposan tulang. Tulang akan kehilangan masa dalam
jumlah besar sehingga kekuatannya pun merosot drastis. Kondisi ini tentu
tidak bisa diabaikan begitu saja penurunan sepersepuluh kepadatan tulang
saja menimbulkan resiko patah tulang 2 – 3 kali lebih sering, jika kondisi
ini dibiarkan resiko terjadi patah tulang sulit dihindari. Proses
tidakseimbang bisa muncul secara alamiah seperti akibat pengaruh usia
lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak aktifan tubuh. (Ningsih&Lukman, 2017).
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan pengumpulan data
yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu, pengkajian yang benar,
akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dari dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rspon individu,
sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan (Sudoyo et al., 2010).
Hal yang perlu dikaji, yaitu:
a. Informasi biografi
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan dahulu
2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
actual maupun potensial
Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada pasien osteoporosis,yaitu : 1). Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri. 2). Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal
kronis. 3). Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh. 4). Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. 5). Risiko cedera berhubungan
dengan kurang perubahan fungsi psikomotor (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi Observasi
mobilitas keperawatan selama 5 x 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
kunjungan, maka Mobilitas lainnya
fisik
Fisik meningkat,dengan 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
berhubunga kriteria hasil : pergerakan
n dengan 1. Pergerakan ekstremitas 3. Monitor kondisi umum selama melakukan
nyeri meningkat mobilisasi Terapeutik
2. Kekuatan otot meningkat 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
3. Nyeri menurun (misalnya tongkat)
4. Kecemasan menurun 5. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
5. Kaku sendi menurun Edukasi
6. Gerakan tidak 6. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
terkoordinasi menurun 7. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
7. Gerakan terbatas 8. Informasikan kepada keluarga untuk memberi
menurun dukungan kepada klien.
4. Implementasi Keperawataan
Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan.Berdasarkan terminology
NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan
dan respons pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan
yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi berjalan kontinu,
evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah mengimplementasikan
program keperawatan memungkinkan perawat segera memodifikasi
intervensi (Kozier et al., 2010). Evaluasi keperawatan terhadap pasien
osteoporosis dengan masalah gangguan mobilitas fisik diantaranya:
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 5. Gerakan tidak terkoordinasi menurun
2. Kekuatan otot meningkat 6. Gerakan terbatas menurun
3. Nyeri menurun 7. Kelemahan fisik menurun
4. Kaku sendi menurun
. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
1). Tanggal Pengkajian : 04 Maret 2021
2). Tanggal Masuk : 04 Maret 2021
3). Ruang/Kelas : 431/kelas 1
4). Nomor Register : 311574
5). Diagnosa Medis : Osteoporosis
6). Nama Klien : Tn. A
7). Jenis Kelamin : Laki-laki
8). Usia : 69 tahun
9). Status Perkawinan : menikah
10). Agama : Islam
11). Suku Bangsa :-
12). Pendidikan :sarjana
13). Bahasa yang digunakan: bahasa indonesia
14). Pekerjaan : pegawai swasta
15). Alamat : komplek kejaksaan agung, pasar minggu,
Jakarta selatan
16). Sumber biaya : perusahaan
17). Sumber informasi : klien, keluarga klien, rekam medis klien
2. Riwayat kesehatan sekarang
1) Alasan masuk rumah sakit : klien mengeluh nyeri dipunggung dan
Kaki kanan, klien tampak sulit berjalan, saat beraktifitasberlebih
2) Keluhan utama : klien mengatakan sering
merasakannyeri punggung dan sulit berjalan.
3) Kronologis keluhan
• Faktor pencetus : Faktor umur dan gaya hidup
• Timbulnya keluhan : hilang timbul
• Upaya mengatasi : beristirahat dan meminumresepdari
Dokter