Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT

USIA DENGAN OSTEOPOROSIS DAN


FRAILTY SYNDROME DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN UTAMA
IMMOBILITY
Kelompok 5
LANSIA

Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia adalah


seseorang yang telah memasuki usia 60 keatas. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan.
Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, bahwa
yang disebut dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Nugroho, 2014).
Pendapat para ahli tentang batasan usia

Organisasi Kesehatan Dunia


Kementerian Kesehatan RI (2015)
(WHO)
▪ Usia pertengahan (middle age) ▪ Usia lanjut(60-69 tahun)
usia 45-59 tahun
▪ Usia lanjut dengan risiko tinggi
▪ Lanjut usia (elderly) usia 60-74 (lebih dari 70 tahun atau lebih
tahun dengan masalah kesehatan).
▪ Lanjut usia tua (old) usia 75-90
tahun
▪ Usia sangat tua (very old) usia >
90 tahun
Menurut Potter & Perry (2013)
Depkes RI (2019) klasifikasi banyak perubahan pada lansia
lansia terdiri dari : antara lain :

▪ Pra lansia ▪ Perubahan fisiologis


▪ Lansia ▪ Perubahan fungsional
▪ Lansia risiko tinggi ▪ Perubahan kognitif
▪ Lansia potensial ▪ Perubahan psikososial
▪ Lansia tidak potensial
OSTEOPOROSIS

Osteoporosis adalah kelainan tulang yang umum, terjadi akibat


ketidakseimbangan antar tulang resorpsi dan pembentukan tulang,
dengan kerusakan tulang melebihi pembentukan tulang. Resorpsi
tulang inhibitor, misalnya bifosfonat, telah dirancang untuk mengobati
osteoporosis, sedangkan agen anabolik seperti teriparatide
merangsang pembentukan tulang dan mengoreksi perubahan
karakteristik pada trabekuler mikroarsitektur (Lowery, 2018).
Menurut (Lowery, 2018), beberapa faktor yang berperan dalam
timbulnya penyakit ini yaitu:

A. Determinan Massa Tulang


• Faktor genetic
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain
kecil.
• Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor
genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
▪ Faktor makanan dan hormone
Seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein
dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan
pengaruh genetik yang bersangkutan.
B. Determinan penurunan Massa Tulang
• Faktor genetic
Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya
serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang
besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis)
sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih
mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama.
▪ Faktor mekanis
Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan
karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut
pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
▪ Kalsium
Wanita-wanita pada masa fase menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah
dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya
juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif.
▪ Protein
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium
▪ Esterogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnyakonservasi kalsium di ginjal.
▪ Rokok dan kopi
dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang,
lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Kafein dalam rokok dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja
▪ Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium
rendah.
Menurut (Sunaryati, 2018) Ada 2 macam osteoporosis ,
yaitu :

Osteoporosis Primer Osteoporosis Sekunder

Jenis osteoporosis ini faktor Penyebabnya meliputi akses


pemicunya adalah merokok, kortiosklerosis, hipertirodisme,
aktivitas, pubertas tertunda, multiple mieloma, faktor genetis,
berat badan rendah, alcohol, ras dan obat-obatan. Osteoporosis
kulit putih/asia, Riwayat keluarga, sekunder dialami kurang dari 5%
postur tubuh, dan asupan kalsium penderita osteoporosis yang
rendah. disebabkan oleh keadaan medis
lainnya atau oleh obat-obatan.
Penderita osteoporosis umumnya tidak mempunyai keluhan sama
sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis
mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan
gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada
daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebrata 14 dan kolumna
femoris). Korpus vertebrata menunjukkan adanya perubahan bentuk,
pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan
pasien menurun dan terdapat lengkung vertebrata abnormal (kiposis).
Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi
terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang
sering terjadi pada pasien lanjut usia.
Masa total tulang yang terkena mengalami penurunan dan
menunjukkan penipisan korteks serta trabekula. Pada kasus ringan,
diagnosis sulit ditegakkan karena adanya variasi ketebalan trabekular
pada individu “normal” yang berbeda. Diagnosis mungkin dapat
ditegakkan dengan radiologis maupun histologis jika osteoporosis
dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara
analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukkan adanya kelainan.
Pasien osteoporosis mempunyai kalsium, fosfat, dan alkali fosfatase
yang normal dalam serum. Osteoporosis terjadi karena adanya
interaksi yang menahun antara faktor genetik (Usia, jenis kelamin, ras
keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan) dan faktor
lingkungan (Merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya
hidup, mobilitas, anoreksia nervosa, dan pemakaian obat-obatan).
Manifestasi Klinis : Komplikasi

▪ Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang Osteoporosis mengakibatkan tulang


nyata secara progresif menjadi panas,
▪ Nyeri timbul mendadak rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis sering mengakibatkan
▪ Sakit hebat dan terlokalisasi pada fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra yg terserang vertebra torakalis dan lumbalis,
fraktur daerah kolum femoris dan
▪ Nyeri berkurang pada saat istirahat di daerah trokhanter, dan frakturcolles
tempat tidur pada pergelangan tangan.
▪ Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan
akan bertambah jika melakukan aktivitas
▪ Deformitas vertebra thorakalis
(Penurunan tinggi badan)
Pemeriksaan Penunjang

▪ Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran
radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah
trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang
memberikan gambaran picture-frame vertebra
▪ Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
untuk menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita
osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan
dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai
BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -
1. Metode yang digunakan: Single-Photon Absortiometry (SPA), Dual-Photon
Absorptiometry (DPA), Quantitative Computer Tomography (QCT),
▪ Sonodensitometri
Untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa
adanya resiko radiasi
▪ Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2
sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang
trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.
▪ Biopsi tulang dan Histomorfometri.
Untuk memeriksa kelainan metabolisme tulang.
▪ Radiologis
▪ CT-Scan
▪ Pemeriksaan laboratorium
Pengobatan:

a. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat


meningkatkan pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid
anabolic
b. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat
resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
Penatalaksanaan keperawatan:
▪ Membantu klien mengatasi nyeri
▪ Membantu klien dalam mobilitas
▪ Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien
▪ Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera
c. Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda,
hal ini bertujuan:
▪ Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
▪ Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar
seperti:
1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2.Latihan teratur setiap hari
3. Hindari :
– Makanan tinggi protein
– Minum alcohol
– Merokok
– Minum kopi
– Minum antasida yang mengandung aluminium
FRAILTY SINDROM

▪ Frailty adalah suatu sindroma pada geriatri dengan karakteristik


berkurangnya kemampuan fungsional dan fungsi adaptasi yang
diakibatkan oleh degradasi fungsi berbagai sistem dalam tubuh,
serta meningkatnya kerentanan terhadap berbagai macam tekanan
(stressor) dan akhirnya menurunkan performa fungsional seseorang.
▪ Terdapat beberapa penyakit dan masalah medis yang memegang
peranan penting dalam terjadinya frailty serta berbagai prediktor
yang juga turut dianggap berperan: Sarkopenia, Imobilisasi,
Aterosklerosis, Gangguan Keseimbangan, Depresi, dan Gangguan
Kognitif
▪ Satu hipotesis mengatakan disregulasi sistem tersebut tersembunyi
dalam keadaan tanpa stres dan menjadi nyata dalam keadaan stres
seperti temperatur tinggi, infeksi atau kecelakaan. Hipotesis tersebut
menjelaskan gambaran klinis pasien usia lanjut yang rapuh dan
rentan terhadap stressor baik endogen maupun eksogen dan melalui
kerentanan ini sampai timbulnya masalah kesehatan memberikan
gambaran klinis yang berhubungan dengan FS. Tingginya frailty pada
perempuan dikarenakan perempuan memiliki massa tubuh yang
lebih kecil sehingga kehilangan massa otot dengan bertambahnya
usia akan mengarahkan mereka pada peningkatan frailty yang lebih
cepat daripada laki-laki.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

▪ Identitas klien ▪ Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal

▪ Keluhan utama ▪ Pola Fungsi Kesehatan (Pola Nutrisi,


Pola Eliminasi, Pola Tidur dan Istirahat,
▪ Riwayat Penyakit Sekarang Pola Aktivitas dan Istirahat, Pola
Hubungan dan Peran, Pola Sensori dan
▪ Riwayat Penyakit Dahulu Kognitif, Pola Persepsi dan Konsep Diri,
▪ Riwayat Penyakit Keluarga Pola Seksual dan Reproduksi, Pola
Mekanisme/Penanggulangan Stress dan
▪ Pemeriksaan Fisik (Keadaan Koping, Pola Tata Nilai dan
umun dan Kesadaran klien) Kepercayaan)
DIAGNOSA KEPERAWATAN: Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan musculoskeletal

Tanda Dan Gejala Mayor Tanda Dan Gejala Minor

▪ Subjektif: ▪ Subjektif:
▪ Nyeri saat bergerak
Mengeluh sulit menggerakan
ekstremitas ▪ Enggan melakukan pergerakan

▪ Objektif : ▪ Merasa cemas saat bergerak


Objektif:
Kekuatan otot menurun
▪ Sendi kaku
Rentang gerak (ROM) menurun
▪ Gerakan tidak terkoordinasi
▪ Gerakan terbatas
▪ Fisik lemah
INTERVENSI

Tujuan/kriteria hasil: Intervensi


Setelah dilakukan 3x24 jam intervensi SIKI: Dukungan Ambulasi
keperawatan diharapkan:
Observasi:
SLKI: Mobilitas fisik
▪ Identifikasi adannya nyeri atau keluhan fisik
Ekspetasi: Meningkat lainnya
Dengan kriteria hasil: ▪ Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
▪ Pergerakan ektremitas meningkat ▪ Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi
▪ Kekuatan otot meningkat
▪ Monitor kondisi umum selama melakukan
▪ Rentang gerak (ROM) meningkat ambulasi
Terapeutik: ▪ Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis, berjalan dari tempat
▪ Fasilitasi aktivitas dengan alat bantu tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat
(mis, tongkat atau kruk) tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
▪ Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika toleransi)
perlu Rasional
▪ Libatkan keluarga untuk membantu ▪ Fasilitasi aktivitas dengan alat bantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi. (mis, tongkat atau kruk)
Edukasi: ▪ Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
▪ Jelaskan tujuan dari prosedur melakukan perlu
ambulasi ▪ Libatkan keluarga untuk membantu
▪ Anjurkan melakukan ambulasi dini pasien dalam meningkatkan ambulasi
IMPLEMENTASI

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi


keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Kozier, 2017).
EVALUASI
Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan
kriteria hasil pada tahap perencanaan digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut:
▪ S : Data subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
▪ O : Data objektif Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
▪ A : Analisa Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga
dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan
pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
▪ P : Planning Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau
ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan
yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak memerlukan tindakan ulang pada
umumnya dihentikan.
TERIMA KASIH
Title and Content Layout with Chart

Chart Title
6

0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Series 1 Series 2 Series 3


Two Content Layout with Table

▪ First bullet point here Class Group A Group B

▪ Second bullet point here Class 1 82 95

▪ Third bullet point here Class 2 76 88

Class 3 84 90
Two Content Layout with SmartArt

▪ First bullet point here


Group A
• Task 1 ▪ Second bullet point here
• Task 2 ▪ Third bullet point here
Group B
• Task 1
• Task 2

Group C
• Task 1
Add a Slide Title - 1
Add a Slide Title - 2
Add a Slide Title - 3
Add a Slide Title - 4
Add a Slide Title - 5

Click icon to add picture

Anda mungkin juga menyukai