Anda di halaman 1dari 28

OSTEOPOROSIS

Adalah suatu keadaan


dimana kepadatan
tulang mulai
berkurang dan
disertai kerusakan
mikroarsitektur
tulang, sehingga
tulang akan menjadi
rapuh dan mudah
patah.
Osteoporosis disebabkan gangguan metabolisme
tulang, yaitu kerja sel penghancur tulang melebihi
kerja sel pembentuk tulang.

Akibatnya lama kelamaan tulang menjadi keropos.


Gangguan ini dapat terjadi secara fisiologis akibat
proses penuaan yang disertai dengan menurunnya
hormon, kurang asupan kalsium dan vitamin D,
disertai dengan faktor-faktor pendukung lainnya.
Osteoporosis dapat terjadi baik pada pria
maupun wanita.

resiko terjadinya osteoporosis pada wanita


lebih tinggi karena mengalami menopause (>
45 tahun). Yaitu masa dimana terjadi
penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh
(= masa berhenti haid).

Sedangkan pada pria osteoporosis terjadi di


usia lanjut ( > 70 th).
Faktor resiko osteoporosis
1. Faktor resiko yg tdak bisa dirubah :
usia
jenis kelamin
Ras / genetika
Riwayat keluarga / turunan
Bentuk tubuh
USIA.
Bertambah usia, produksi hormon
pengendali tlg spt kolestonin dan
hormon seks (ekstrogen & testoteron )
semakin menurun
Kemunduran fs pencernaan shg
mempengaruhi kepadatan struktur
tulang
Semakin lanjut usia, aktivitas fisik
semakin berkurang
JENIS KELAMIN
Pria kehilangan 20 -30 % masa tulang,
wanita 30 40 %
Wanita kehilangan kapadatan tulang
50% pada usia 70 th, pria 25% pd usia
90 th
Wanita mengalami penurunan hormon
estrogen seiring bertambahnya usia
sampai mengalami menopouse
resiko osteoporosis
GENETIKA
Bentuk & kepadatan tlg orang asia lebih
beresiko terkena osteoporosis
Tubuh lebih kecil & ramping lebih
rentan terkena osteoporosis
Keluarga yg mempunyai riwayat
osteoporosis maka anak yg
dilahirkannya cenderung akan
mempunyai penyakit yg sama
2. Faktor resiko yg dapat dirubah :
smoker
alkoholik
defisiensi vit d
kafein
gaya hidup
ggn makanan (anoreksia nervousa)
defisiensi estrogen pd menopouse
alami atau menopouse krn operasi
pengguna obat-obat tertentu spt : diuretik,
anti konvulsan, kortikosteroid
Akibat yang ditimbulkan
dari osteoporosis yaitu
mudah terjadi patah
tulang, meskipun hanya
karena trauma ringan
ataupun saat mengangkat
beban berlebih.
Tubuh makin lama
makin membungkuk.
KLASIFIKASI
Osteoporosis primer: dapat terjadi pada tiap
kelompok umur. Dihubungkan dengan faktor resiko meliputi
merokok, aktifitas, pubertas tertunda, berat badan rendah, alkohol,ras kulit
putih/asia, riwayat keluarga, postur tubuh, dan asupan kalsium yang rendah
(Kaltenborn, 1992)

a. Tipe I (post manopausal):


Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 tahun).
Ditandai oleh fraktur tulang belakang tipe crush,
Colles fraktur, dan berkurangnya gigi geligi (Riggs &
Melton,1986). Hal ini disebabkan luasnya jaringan
trabekular pada tempat tersebut. Dimana jaringan
terabekular > RESPONSIF thd def estrogen.
b. Tipe II (senile):
Terjadi pada pria dan wanita usia 70
tahun. Ditandai oleh fraktur panggul dan
tulang belakang tipe wedge (Riggs &
Melton,1986). Hilangnya massa tulang
kortikal terbesar terjadi pada usia
tersebut.
Osteoporosis dapat bersifat :
1. PRIMER,terutama pd :
Wanita yg terlambat menarche
Menopause lebih cepat
Memiliki riwayat oligomenorea dlm
waktu lama
Smooker, drinker
Herediter (massa tlg puncak dipengaruhi
oleh kontrol genetik yg kuat)
Postur tubuh yg kurus
2. Osteoporosis sekunder: dapat terjadi pada
tiap kelompok umur.
Penyebabnya
meliputi ekses kortikosteroid, hipertirodisme,
multipel mieloma, malnutrisi, defisiensi
estrogen, hiperparatiroidisme, faktor genetik,
dan obat-obatan. (Kaltenborn, 1992)
2. SEKUNDER, tjd pada :
Penyakit endokrin : chusing,
hipogonadisme, hiperparatiroidisme
Penyakit reumatologis : atropati
inflamasi terutama yg diobati dg steroid
Penyakit saluran pencernaan :
malabsorbsi, sirosis
Neoplasma
Penggunaan obat-obatan terutama
kortikosteroid, heparin, dll
Gambaran klinis
Tanda khas dari osteoporosis :
fraktur yg tjd akibat trauma ringan :
(pd tlg radius distal,fr colles, kolum
femur)
fraktur tanpa trauma :
fr pd vertebra daerah torakal yg
menyebabkan kurangnya tinggi
badan, kifosis tlg punggung yg
berlebih
Gejala dan tanda osteoporosis
Nyeri
Kaku dialami pd pg hari ( selama 30 )
Ggn fungsional o.k nyeri ketika
sendi digerakkan
Keterbatasan gerakkan akibat
perubahan stuktural dalam sendi
Usia/ Rekomendasi Kalsium (mg/hari)
Anak 1 3 tahun 500 mg
Anak 4 8 tahun 800 mg
Anak 9 13 tahun1.300 mg
Remaja 14 18 tahun1.300 mg
Dewasa 19 50 tahun1.000 mg
Dewasa 51 70 tahun (pria)1.000 mg
Dewasa 51 70 tahun (wanita)1.200 mg
Gejala yang timbul bervariasi, namun
umumnya terjadi tanpa gejala, sehingga
seringkali seseorang tidak menyadari dirinya
menderita osteoporosis sampai terjadinya
patah tulang.

Untuk mengetahui secara dini terjadinya


osteoporosis, dapat digunakan beberapa
pemeriksaan seperti :
1. Pengukuran kepadatan massa tulang
(Bone Mineral Density/BMD) dengan
Densitometer.
2. Pemeriksaan Laboratorium dengan
mengukur petanda biokimiawi untuk
mengetahui keseimbangan
pembentukan dan penghancuran
tulang.
Diagnosis
1. Foto rontgen polos berguna untuk
memperlihatkan fr yg berhub dg
osteoporosis
2. DEXA (Dual Emission X-ray
Absorptiometry) digunakan untuk
mengukur densitas tulang dan
menghitung derajat osteopenia
(kehilangan tlg ringan sedang) dan
osteoporosis (kehilangan tlg berat)
Tata Laksana
1. Mencegah & menghentikan kebiasaan
merokok dan minum alkohol
2. Mengatur diet yg baik, dgn
mengkonsumsi sayuran, susu tinggi
kalsium
3. Olah raga teratur
Pengkajian
1. Asimtomatik sampai tahap akhir
2. Fraktur stlh trauma minor dpt mjd
indikasi pertama
3. Fr yg paling sering : fr radius distal, fr
vertebra, humerus proksimal, pelvis,
femur proksimal
4. Keluhan dpt tersamar terkait dgn
penuaan ( kekakuan,nyeri, kelemahan)
Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik b.d fraktur,
berkurangnya masa tulang
2. Nyeri b.d diskontinuitas jaringan
tulang
3. Resiko cidera b.d berkurangnya masa
tulang
Manajement kolaboratif
Intervensi terapeutik
1. Manajemen yg dilakukan adalah :
menajemen preventif
2. Mencegah jatuh pd lansia untuk
mencegah fr
3. Latihan menahan beban
4. Asupan vit D yg adekuat
5. Asupan kalsium (1-1,5g/hr) dpt
menjadi pencegahan
Intervensi keperawatan
1. Berikan analgesik sesuai indikasi nyeri yg
akut
2. Bantu pasang brace dan anjurkan pasien
untuk menggunakan sesering mungkin
ketika sdg ambulasi
3. Anjurkan kepatuhan pasien thdp terapi fisik
dan program latihan untuk meningkatkan
latihan otot
4. Pastikan tindakan aman untuk mengatasi
nyeri

Anda mungkin juga menyukai