0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
136 tayangan28 halaman
Osteoporosis adalah penyakit keroposnya tulang yang disebabkan gangguan metabolisme tulang dimana kerja sel penghancur tulang melebihi kerja sel pembentuk tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis dapat terjadi pada pria dan wanita dengan resiko lebih tinggi pada wanita pasca menopause. Penyakit ini ditandai dengan mudah terjadinya patah tulang akibat trauma ringan
Osteoporosis adalah penyakit keroposnya tulang yang disebabkan gangguan metabolisme tulang dimana kerja sel penghancur tulang melebihi kerja sel pembentuk tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis dapat terjadi pada pria dan wanita dengan resiko lebih tinggi pada wanita pasca menopause. Penyakit ini ditandai dengan mudah terjadinya patah tulang akibat trauma ringan
Osteoporosis adalah penyakit keroposnya tulang yang disebabkan gangguan metabolisme tulang dimana kerja sel penghancur tulang melebihi kerja sel pembentuk tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis dapat terjadi pada pria dan wanita dengan resiko lebih tinggi pada wanita pasca menopause. Penyakit ini ditandai dengan mudah terjadinya patah tulang akibat trauma ringan
dimana kepadatan tulang mulai berkurang dan disertai kerusakan mikroarsitektur tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis disebabkan gangguan metabolisme tulang, yaitu kerja sel penghancur tulang melebihi kerja sel pembentuk tulang.
Akibatnya lama kelamaan tulang menjadi keropos.
Gangguan ini dapat terjadi secara fisiologis akibat proses penuaan yang disertai dengan menurunnya hormon, kurang asupan kalsium dan vitamin D, disertai dengan faktor-faktor pendukung lainnya. Osteoporosis dapat terjadi baik pada pria maupun wanita.
resiko terjadinya osteoporosis pada wanita
lebih tinggi karena mengalami menopause (> 45 tahun). Yaitu masa dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh (= masa berhenti haid).
Sedangkan pada pria osteoporosis terjadi di
usia lanjut ( > 70 th). Faktor resiko osteoporosis 1. Faktor resiko yg tdak bisa dirubah : usia jenis kelamin Ras / genetika Riwayat keluarga / turunan Bentuk tubuh USIA. Bertambah usia, produksi hormon pengendali tlg spt kolestonin dan hormon seks (ekstrogen & testoteron ) semakin menurun Kemunduran fs pencernaan shg mempengaruhi kepadatan struktur tulang Semakin lanjut usia, aktivitas fisik semakin berkurang JENIS KELAMIN Pria kehilangan 20 -30 % masa tulang, wanita 30 40 % Wanita kehilangan kapadatan tulang 50% pada usia 70 th, pria 25% pd usia 90 th Wanita mengalami penurunan hormon estrogen seiring bertambahnya usia sampai mengalami menopouse resiko osteoporosis GENETIKA Bentuk & kepadatan tlg orang asia lebih beresiko terkena osteoporosis Tubuh lebih kecil & ramping lebih rentan terkena osteoporosis Keluarga yg mempunyai riwayat osteoporosis maka anak yg dilahirkannya cenderung akan mempunyai penyakit yg sama 2. Faktor resiko yg dapat dirubah : smoker alkoholik defisiensi vit d kafein gaya hidup ggn makanan (anoreksia nervousa) defisiensi estrogen pd menopouse alami atau menopouse krn operasi pengguna obat-obat tertentu spt : diuretik, anti konvulsan, kortikosteroid Akibat yang ditimbulkan dari osteoporosis yaitu mudah terjadi patah tulang, meskipun hanya karena trauma ringan ataupun saat mengangkat beban berlebih. Tubuh makin lama makin membungkuk. KLASIFIKASI Osteoporosis primer: dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Dihubungkan dengan faktor resiko meliputi merokok, aktifitas, pubertas tertunda, berat badan rendah, alkohol,ras kulit putih/asia, riwayat keluarga, postur tubuh, dan asupan kalsium yang rendah (Kaltenborn, 1992)
a. Tipe I (post manopausal):
Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh fraktur tulang belakang tipe crush, Colles fraktur, dan berkurangnya gigi geligi (Riggs & Melton,1986). Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut. Dimana jaringan terabekular > RESPONSIF thd def estrogen. b. Tipe II (senile): Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun. Ditandai oleh fraktur panggul dan tulang belakang tipe wedge (Riggs & Melton,1986). Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut. Osteoporosis dapat bersifat : 1. PRIMER,terutama pd : Wanita yg terlambat menarche Menopause lebih cepat Memiliki riwayat oligomenorea dlm waktu lama Smooker, drinker Herediter (massa tlg puncak dipengaruhi oleh kontrol genetik yg kuat) Postur tubuh yg kurus 2. Osteoporosis sekunder: dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Penyebabnya meliputi ekses kortikosteroid, hipertirodisme, multipel mieloma, malnutrisi, defisiensi estrogen, hiperparatiroidisme, faktor genetik, dan obat-obatan. (Kaltenborn, 1992) 2. SEKUNDER, tjd pada : Penyakit endokrin : chusing, hipogonadisme, hiperparatiroidisme Penyakit reumatologis : atropati inflamasi terutama yg diobati dg steroid Penyakit saluran pencernaan : malabsorbsi, sirosis Neoplasma Penggunaan obat-obatan terutama kortikosteroid, heparin, dll Gambaran klinis Tanda khas dari osteoporosis : fraktur yg tjd akibat trauma ringan : (pd tlg radius distal,fr colles, kolum femur) fraktur tanpa trauma : fr pd vertebra daerah torakal yg menyebabkan kurangnya tinggi badan, kifosis tlg punggung yg berlebih Gejala dan tanda osteoporosis Nyeri Kaku dialami pd pg hari ( selama 30 ) Ggn fungsional o.k nyeri ketika sendi digerakkan Keterbatasan gerakkan akibat perubahan stuktural dalam sendi Usia/ Rekomendasi Kalsium (mg/hari) Anak 1 3 tahun 500 mg Anak 4 8 tahun 800 mg Anak 9 13 tahun1.300 mg Remaja 14 18 tahun1.300 mg Dewasa 19 50 tahun1.000 mg Dewasa 51 70 tahun (pria)1.000 mg Dewasa 51 70 tahun (wanita)1.200 mg Gejala yang timbul bervariasi, namun umumnya terjadi tanpa gejala, sehingga seringkali seseorang tidak menyadari dirinya menderita osteoporosis sampai terjadinya patah tulang.
Untuk mengetahui secara dini terjadinya
osteoporosis, dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti : 1. Pengukuran kepadatan massa tulang (Bone Mineral Density/BMD) dengan Densitometer. 2. Pemeriksaan Laboratorium dengan mengukur petanda biokimiawi untuk mengetahui keseimbangan pembentukan dan penghancuran tulang. Diagnosis 1. Foto rontgen polos berguna untuk memperlihatkan fr yg berhub dg osteoporosis 2. DEXA (Dual Emission X-ray Absorptiometry) digunakan untuk mengukur densitas tulang dan menghitung derajat osteopenia (kehilangan tlg ringan sedang) dan osteoporosis (kehilangan tlg berat) Tata Laksana 1. Mencegah & menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol 2. Mengatur diet yg baik, dgn mengkonsumsi sayuran, susu tinggi kalsium 3. Olah raga teratur Pengkajian 1. Asimtomatik sampai tahap akhir 2. Fraktur stlh trauma minor dpt mjd indikasi pertama 3. Fr yg paling sering : fr radius distal, fr vertebra, humerus proksimal, pelvis, femur proksimal 4. Keluhan dpt tersamar terkait dgn penuaan ( kekakuan,nyeri, kelemahan) Diagnosa Keperawatan 1. Hambatan mobilitas fisik b.d fraktur, berkurangnya masa tulang 2. Nyeri b.d diskontinuitas jaringan tulang 3. Resiko cidera b.d berkurangnya masa tulang Manajement kolaboratif Intervensi terapeutik 1. Manajemen yg dilakukan adalah : menajemen preventif 2. Mencegah jatuh pd lansia untuk mencegah fr 3. Latihan menahan beban 4. Asupan vit D yg adekuat 5. Asupan kalsium (1-1,5g/hr) dpt menjadi pencegahan Intervensi keperawatan 1. Berikan analgesik sesuai indikasi nyeri yg akut 2. Bantu pasang brace dan anjurkan pasien untuk menggunakan sesering mungkin ketika sdg ambulasi 3. Anjurkan kepatuhan pasien thdp terapi fisik dan program latihan untuk meningkatkan latihan otot 4. Pastikan tindakan aman untuk mengatasi nyeri