DOSEN PENGAMPU :
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK IV
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul " MAKALAH DIABETES MELITUS TIPE 1"
Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi
dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran demi perbaikan dan sempurnahnya makalah ini
sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
Kelompok IV
BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh keadaan absolute
insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang
disebabkan oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya
respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme(Brunner & Suddarth, 2008).
Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat.
Penderita diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan diabetes mellitus
menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker Sedangkan di Indonesia penderita diabetes
mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes mellitus tercantum
dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul
penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini
dapat menimbulkan berbagai komplikasi. (Donna D. ignativius, 2013).
Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul komplikasi baik akut maupun kronik
komplikasi akut dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non
ketotik koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah beberapa tahun seperti
mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati dan makro angiopati kardiovaskuler dan peripheral
vaskuler (Brunner & Suddarth, 2008).
Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olah raga, atau latihan fisik dan obat
hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau latihan fisik yang dianjurkan pada penderita diabetes
mellitus itu meliputi latihan ringan yang dapat dilakukan ditempat tidur untuk. penderita di rumah sakit
latihan ini tidak memerlukan persiapan khusus cukup gerak ringan diatas tempat tidur kurang lebih 5
sampai 10 menit misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung jari, kaki dan kepala. Selain itu bisa
dilakukan senam, senam ini harus disertai dengan kemampuan yang harus disesuaikan dengan kemampuan
kondisi penyakit penyerta (Brunner & Suddarth, 2008).
Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah
satu peran penting seorang perawat adalah sebagai Educator, dimana pembelajaran merupakan dasar dari
Health Education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat dapat menekankan pada tindakan keperawatan
yang berorientasi pada upaya promotif dan preventif.
Maka dari itu, peranan perawat dalam penanggulangan Diabetes Melitus yaitu perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan
dari penyakit, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan seperti diet untuk penderita Diabetes
Melitus. Manfaat pendidikan kesehatan bagi keluarga antara lain meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang sakitnya hingga pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013).
1.3 Tujuan
TINJAUAN TEORI
2.2 ETIOLOGI
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu : 1. Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI) tipe 1 Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2.3 PATOFIOLOGI
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang orang dengan
sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat
yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B
meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus
coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis
oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan
replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah
infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus
diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun tertentu yang
menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel
pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila
tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah
insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa
menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa),
terjadinya glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino ,
laktat , dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa
insulin , sintesis dan pengambilan protein, trigliserida , asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu.
Aseharusnya terjadi lipogenesis namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan
keton.Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel.
Kadar glukosa lebih dari 180mg/dl ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga
timbul glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan poliuria.
Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urine, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat
merangsang rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell
starvation ) pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi pada
orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak
pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir
tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon
semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki
katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa
darah.(Tandra,2007)
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada.
Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering ditemukan :
a) Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal
terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b) Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga
untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
Yang harus diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis, dosis, kapan pemberian, dan cara
penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat berbagai jenis insulin berdasarkan asal maupun lama kerjanya,
menjadi kerja cepat/rapid acting, kerja pendek(regular/soluble), menengah, panjang, dan campuran.
Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin. Tujuan terapi ini terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal.
Keberhasilan terapi insulin juga tergantung terhadap gaya hidup seperti program diet dan olahraga secara
teratur
- Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel
Enam tipe insulin berdasarkan mulai kerja, puncak, dan lama kerja insulin tersebut, yakni :
4. Mixed Insulin
Saat awal pengobatan insulin diberikan 3-4 kali injeksi. Bila dosis optimal dapat diperoleh, diusahakan
untuk mengurangi jumlah suntikan menjadi 2 kali dengan menggunakan insulin kerja mengengah atau
kombinasi kerja pendekb dan menengah (split-mix regimen). Penyuntikan setiap hari secara subkutan
dipaha, lengan atas, sekitar umbilicus secara bergantian. Insulin sebaiknya disimpan dalam lemari es pada
suhu 4-80C.
o Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan usia pubertas dapat juga ditentukan
dengan rumus sebagai berikut :
o Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55% karbohidrat, 10-15% protein (semakin
menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak.
o Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut :
Dari sisi makanan penderita diabetes atau kencing manis lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat
berserat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel, tomat, salak,
semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian,
nangka, anggur, tidak dianjurkan.
Menurut peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro,
menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20% lemak,
dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan dengan diet A yang terdiri atas 40 – 50%
karbohidrat, 30 – 35% lemak dan 20 – 25% protein. Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan
tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks
dalam dosis terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.
- Serat makanan
Tipe diet ini berperan dalam penurunan kadar total kolesterol dan LDL (low-density lipoprotein) kolesterol
dalm darah. Peningkatan kandungan serat dalam diet dapat pula memperbaiki kadar glukosa darah
sehingga kebutuhan insulin dari luar dapat dikurangi. Mekanisme kerja serat terlarut diperkirakan
berhubungan dengan pembentukan gel dalam traktus gastrointestinal. Gel ini akan memperlambat
pengosongan lambung dan gerakan
makanan yang melalui saluran cerna bagian atas. Efek penurunan glukosa yang potensial oleh serat
makanan tersebut mungkin disebabkan oleh kecepatan absorpsi glukosa yang lebih lambat.
Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu
siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, taoge,
ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan
kolesterol darah. Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah) serta buncis baik sekali jika
ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan
glukosa darah.
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Dianjurkan untuk pasien gemuk.
Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
5. Edukasi
Kegiatan edukasi meliputi pemahaman dan pengertian penyakit dan komplikasinya, memotivasi penderita
dan keluarga agar patuh berobat.
Pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar glukosa darah dan penyakitnya di rumah.
Halini sangat diperlukan karenasangat menunjang upaya pencapaian normoglikemia. Pamantauan dapat
dilakukan secara langsung (darah) dan secara tidak langsung (urin).
- Alkohol
Alkohol dapat menurunkan reaksi fisiologi normal dalam tubuh yang memproduksi glukosa
(glukoneogenesis). Jadi, jika seorang penderita diabetes minum minuman beralkohol pada saat lambung
kosong, maka kemungkinan terjadinya hipoglikemia akan meningkat. Konsumsi alcohol yang berlebihan
dapat menggganggu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi serta mengatasi keadaan hipoglikemia
dengan tepat dan mengikuti rencana makan yang sudah diresepkan untuk mencegah hipoglikemian.
3. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selam kurang lebih 30 menit yang sifatnya sesuai
CRIPE (Continous Rytmical Interval Progressive Endurance Training). Latihan yang dapa dijadikan
pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, dan bersepeda.
Jika pasien telah melakukan pengturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur, tetapi kadar glukosa
darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berhasiat hipoglikemik.
a. Sulfonilurea
Berfungsi untuk menstimulasin pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin,
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
b. Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Dianjurkan untuk pasien gemuk.
Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
5. Edukasi
Kegiatan edukasi meliputi pemahaman dan pengertian penyakit dan komplikasinya, memotivasi penderita
dan keluarga agar patuh berobat.
Pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar glukosa darah dan penyakitnya di rumah.
Halini sangat diperlukan karenasangat menunjang upaya pencapaian normoglikemia. Pamantauan dapat
dilakukan secara langsung (darah) dan secara tidak langsung (urin).
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut
dan komplikasi menahun.
a. Komplikasi Metabolik Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan
glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan
benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan
asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir
dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat
koma dan meninggal
2) Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa darah
kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita
mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori
tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi,
gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala
yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan
gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan
kesadaran dan koma.
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi memasuki tahun ke 5)
1. Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty
diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-
syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa
mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan,
neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty
berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita
insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa
—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak
dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar
mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf
kranial atau sistem syaraf otonom.
2. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis
penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
b) Hiperlipoproteinemia
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-
arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten
dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat
mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan
metabolisme glukosa secara keseluruhan.
BAB III
ASKEP TEORI DIABETES MELITUS TIPE 1
3.1 PENGKAJIAN
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur /
istirahat.
2. Sirkulasi
Klaudiliasi, liebas dan kesemutan pada ekstremitas ulkus pada liali, penyembuhan yang
lama
Tanda : a.Takikardi
d.Disritmia
4. Eliminasi
d. Diare lancar
b.Urine berkabut
b.Mual/muntah
d.Penurunan BB
c.Pembesaran tiroid
6. Neurosensori
b.Sakit kepala
d.Gangguan pengelihatan
8. Pernafasan
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
10. Seksualitas :
3.3 INTERVENSI
1. Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder
terhadap DM
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti panas, kemerahan, keluar nanah
Rasional : membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total, adanya proses infeksi yang
mengakibatkan demam dan hipermetabolik cairan hilang meningkat.
Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia, perkiraan berat atau ringannya
hipovolemia dapat diukur ketika TD sistolik turun > 10 mmHg/ posisi duduki / berbaring.
3. Monitor nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi / volume sirkulasi yang adekuat.
4. Berikan cairan yang paling sedikit 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi
5. Monitor intake dan output cairan, catat berat jenis urine
Rasional : Memperkirakan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang
diberikan.
Rasional : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motabilitas lambung yang seringkali menimbulkan
muntah dan secara potensial menimbulkan cairan menurun.
7. Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai indikasi pemasangan kateter, monitor pemeriksaan
laboratorium (Ht, BUN, Kreatinin, Natrium dan Kalium)
Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekuangan cairan, memberikan pengukuran yang
tepat / akurat terhdap pengukuran haluaran urine, mengkaji tingkat dehidrasi dan seringkali meningkat
akibat hemikonsentrasi yang terjadi setelah osmotic.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral
ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot
menurun (Doengoes Mariyln E, 1999 ; 374).
Intervensi :
b. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien dapat
mentoleransinya melalui pemberian makanan melalui oral
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
c. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, sakit
kepala dan pandangan berkurang-kunang.
Rasional : Karena metabolisme KH mulai terjadi gula darah akan berkurang dan sementara tetap diberikan
insulin maka hipoglikemia dapat terjadi, jika pasien dalam keadaan koma hipoglikemia mungkin terjadi
tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran.
d. Kolaborasi pemeriksaan glukosa test, glukosa serum, aseton, pH, dan HCO3, kelola pemberian insulin,
konsul dengan ahli gizi.
Rasional : Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat, gula darah akan menurun perlahan dengan
penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol, dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa
kekemudian masuk ke dalam sel untuk sumber kalori
e. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode I.V secara intermiten atau secara kontinue
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi
darah (Doengoes, 1999; 734)
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti panas, kemerahan, keluar nanah
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau
dapat mengalami infeksi nosokomial.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan cuci tangan dan anjurkan kepada klien untuk cuci tangan.
Rasional : kadar glukosa darah yang tinggi akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
d. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan
Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya
kerusakan pada kulit atau iritasi kulit dan infeksi.
Intervensi :
Rasional : sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang meningkat dapat
mempengaruhi fungsi mental.
b. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien.
Rasional : meningkatkan tidur, menurunkan letih dan dapat memperbaiki daya pikir
c. Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran terganggu
Rasioal : pasien mengalami disorientasi merupakan awal timbulnya cidera, terutama malam hari dan perlu
pencegahan sesuai indikasi.
Rasional : edema / lepasnya retina, hemoragi, katarak atau paralysis otot extraokuler sementara mengganggu
pengelihatan yang memerlukan terapi korektif atau perawatan penyokong.
5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan
peningkatan kebutuhan energi
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktifitas, buat jadwal perencanaan dengan klien dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lelah.
b. Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa diganggu
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan.
c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
e. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi atau berpindah tempat
Rasional : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada
setiap kegiatan.
f. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi
3.4 EVALUASI
1. Resiko penyebaran-penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder
terhadap DM.
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Resiko penyebaran-penyebaran
infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder terhadap DM dalam pengobatan
masalah ini teratasi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai
dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah,
intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun dalam pengobatan masalah ini
teratasi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi
darah
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Resiko infeksi berhubungan
dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi darah dalam pengobatan
masalah ini teratasi
4. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen,
ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Resiko tinggi perubahan persepsi
sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan
insulin dalam pengobatan masalah ini teratasi
5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan
peningkatan kebutuhan energi
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Kelemahan berhubungan dengan
penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi dalam
pengobatan masalah ini teratasi
1. Identitas
a. Pasien
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SD
8) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
1) Nama : Bp. R
2) Umur : 69 tahun
3) Pendidikan : SD
4) Pekerjaan : Buruh
5) Alamat : Cokrokusuman Yogyakarta
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
Pasien mengeluhkan badan lemas, pusing dan buang air besar cair 5 kali
pusing sejak 3 hari yang lalu, buang air besar cair 5 kali dalam
di bangsal Kirana.
glimipirid
rutinnya.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gambar 3 Pathway
Keterangan :
2) : laki-laki
3) : perempuan
: sudah meninggal
: pasien
DM seperti pasien.
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum sakit
b) Selama sakit
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna
b) Selama sakit
Untuk buang air kecil pasien lancarr sehari 5-6 kali sehari. Urine
3) Pola Aktivitas
a) Sebelum sakit
b) Selama sakit
teratur.
melakukan aktivitas.
(4) SkalaKetergantungan
5 kan 0 ak mampu
1 rlu ditolong memotong makanan
2 ndiri 2 2 2
6 rubah sikap dari 0 ak mampu
berbaring 1 rlu banyak bantuan untuk bisa
keduduk duduk (>2orang)
2 ntuan (2 orang)
3 ndiri 3 3 3
7 rpindah / berjalan 0 ak mampu
1 a (pindah) dengan kursi roda
2 rjalan dengan bantuan 1 orang
3 ndiri 3 3 3
8 makai baju 0 ak mampu
1 bagian dibantu (missal
mengancingkan baju)
2 ndiri 2 2 2
9 ik turun tangga 0 ak mampu
1 tuh pertolongan
2 ndiri 2 2 2
10 ndi 0 rgantung orang lain
1 ndiri 1 1 1
tal Skor 19 19 19
Keterangan
Andiri
- 19 etergantungan ringan
11 etrgantungan sedang
8 etrgantungan berat
4 etergantungan total
4) Kebutuhan Istirahat-tidur
a) Sebelum sakit
b) Selama sakit
b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
tentang penyakitnya.
2) Pola hubungan
(sadar penuh)
1) Konsep diri
a) Gambaran diri
b) Harga diri
hidupnya
c) Peran diri
keluarga.
d) Ideal diri
e) Identitas diri
2) Seksual
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status Gizi :
TB = 155cm
BB = 60 kg
3) Tanda Vital
1) Kulit
1) Kepala
cairan
2) Leher
3) Tengkuk
4) Thorax
kulit merata
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat
3) Genetalia
a) Pada Perempuan
4) Ekstremitas
b. Terapi pengobatan
Pasien mengatakan, untuk mandi, makan, minum danke kamar mandi dibantu
oleh anaknya
TD 100/70 mmHg
dari diet RS
DS : -
DO :Terpasang infus NaCl 0,9% dipunggung tangan kiri pasien sejak tanggal 2
69
1. Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
14.00 WIB 14.00 WIB 14.00 WIB 14.00 WIB
Risiko gangguan Setelah dilakukan asuhan a. Monitor tingkat kepatuhan pasien a. Pasien patuh dalam pengobatan.
ketidakseimbangan kadar keperawatan selama 3 x dalam pengobatan b. Pasien mengetahui pengobatan
glukosa darah dengan 24 jam, risiko b. Pendidikan Kesehatan tentang DM
factor risiko ketidakstabilan kadar pengobatan DM c. Pasien dan keluarga dapat
ketidakpatuhan dalam glukosa darah teratasi c. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengelola pengobatan DM
pengobatan dengan kriteria : penggunaan injeksi novorapid selama di rumah
a. Pasien mengatakan selama dirumah d. Novorapid injeksi sebagai
bersedia patuh dalam d. Kolaborasi dengan dokter pengganti fungsi insulin dalam
pengobatan pemberian injeksi novorapid 3x12 tubuh untuk menstabilkan kadar
b. GDS <200 unit/SC glukosa dalam darah
c. Pasien dapat merubah
pola hidup DM
d. Pasien dan keluarga
dapat mengelola terapi
pengobatan DM selama
dirumah
2 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
14.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Risiko Infeksi telah dilakukan asuhan a. Pantau tanda-tanda vital. a. Mengidentifikasi tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 peradangan terutama bila suhu
procedure invasive jam infeksi tidak terjadi tubuh meningkat.
dengan kriteria: b. Lakukan perawatan terhadap b. Mengendalikan penyebaran
a. Tidak ada tanda-tanda prosedur invasif seperti infus, mikroorganisme patogen.
infeksi (dolor, kalor, kateter, drainase luka c. Untuk mengurangi risiko infeksi
rubor, tumor, fungtio nosokomial.
laesa) c. Jika ditemukan tanda infeksi
b. Luka bersih, tidak kolaborasi untuk pemeriksaan d. Penurunan Hb dan peningkatan
lembab dan tidak kotor. darah, seperti Hb dan leukosit jumlah leukosit dari normal bisa
c. Balutan infus bersih, terjadi akibat terjadinya proses
tidak, lembab, dan d. Kelola untuk pemberian antibiotik infeksi
tidak kotor ceftriaxone 1 gr/24 jam e. Antibiotik mencegah
d. Tanda-tanda vital perkembangan mikroorganisme
dalam batas normal. patogen.
(TD: 110-120/60-80
mmHg, N: 60-100
x/mnt, RR: 16-
20x/mnt, S :36-
36,5°C).
3 Defisit perawatan diri Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
berhubungan dengan 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
nyeri, kelemahan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tingkat kemandirian 1. Mengetahui keadekuatan pasien
keperawatan selama 3x24 pasien dalam melakukan personal dalam melakukan personal
jam, diharapkan kebutuhan hygiene hygiene
personal hygiene pasien 2. Berikan Air hangat 2. Sebagai upaya menjaga
dapat terpenuhi dengan 3. Motivasi pasien untuk personal kebersihan tubuh pasien
kriteria hasil hygiene 2 kali sehari pagi dan sore 3. Menekankan pentingnya
- kebersihan pasien terjaga 4. Motivasi keluarga untuk menjaga kebersihan tubuh agar tidak
- pasien tidak bau kebersihan diri dan lingkungan terjadi komplikasi atau infeksii
ketika membesuk nosokomial
I. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien :Ny.N
Nomor CM 009973
Ruang :Kirana
Diagnosa keperawatan : Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan ketidakpatuhan
dalam pengobatan
(Muji Raharjo)
(Muji Raharjo)
(Muji Raharjo)
(Muji Raharjo)
(Muji Raharjo)
(Muji Raharjo)
(Muji Raharjo)
Nomor CM 009973
Ruang :Kirana
(Muji Raharjo)
Selasa, 3 Juli Jam 08.00 Jam 08.10
2018 Melakukan dressing infus S : Pasien mengatakan infusnya tidak terasa gatal
O : Tidak nampak tanda-tanda infeksi pada pemasangan
infus ditangan kiri pasien
Jam 09.00 Jam 09.10
Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
antibiotic ceftriaxone 1 gram/12jam/ IV O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan infusnya tidak terasa gatal
O : Tidak Nampak tanda-tanda infeksi pada pemasangan
infus ditangan kiri pasien, Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil
disuntikkan melalui kateter infus pasien ditangan kiri
A : Risiko infeksi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
(Muji Raharjo)
Rabu, 4 Juli Jam 09.00 Jam 09.10
2018 Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
antibiotic ceftriaxone 1 gram/12jam/ IV O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
Jam 1300 Jam.13.20
Melakukan aff infus S : Pasien mengatakan terasa lega setelah infus dilepas
O : infus NaCl 0,9% tpm berhasil diaff
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan,
Pasien mengatakan terasa lega setelah infus dan kateter
dilepas
O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri, Kateter infus berhasil diaff
A : Risiko infeksi teratasi
P : Hentikan intervensi, pasien BLPL
(Muji Raharjo)
Nomor CM 009973
Ruang :Kirana
(Muji Raharjo)
Selasa, 3 Juli Jam 07.00 Jam 07.10
2018 Mengobservasi tingkat kemandirian pasien S : Pasien mengatakan masih agak lemas
dalam melakukan personal hygiene O : TTD 110/70 mmHg
Jam 07.10 Jam 07.20
Memotivasi pasien untuk personal hygiene S : Pasien mengatakan sudah mandi, dan bersedia mandi 2 kali
2 kali sehari, pagi dan sore sehari pagi ini sama nanti sore
O : Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi
Jam 16.20
S:
Pasien mengatakan masih agak lemas Pasien mengatakan sudah
mandi, dan bersedia mandi 2 kali sehari pagi ini sama nanti sore
O:
Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi
Terpasang verban ransel di bahu kanan pasien
: Defisit perawatan diri belum teratasi
Lanjutkan intervensi
(Muji Raharjo)
Jam 16.00 Jam 16.10
Mengobservasi tingkat kemandirian pasien S : Pasien belajar mandi sendiri
dalam melakukan personal hygiene O : Pasien tampak lebih bugar
Jam 16.10 Jam 16.20
Memotivasi pasien untuk personal hygiene S : Pasien mengatakan sudah mandi,
2 kali sehari, pagi dan sore O : Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi
Jam 16.20
S:
Pasien belajar mandi sendiri
Pasien mengatakan sudah mandi,
O:
Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi
Pasien tampak lebih bugar
: Defisit perawatan teratasi
Hentikan intervensi
(Muji Raharjo)
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Dari kasus yang saya angkat pada bab empat tentang asuhan
keperawatan, diagnosa yang muncul hanya tiga dari lima diagnosa yang
terdapat di bab tiga tentang asuhan keperawatan teori hal ini bisa di lihat di
analisa data yang terdapat pada asuhan keperawatan pasien Ny. N Di Ruang
A. Kesimpulan
keperawatan.
B. Saran
dengan Diabetes Mellitus, maka penulis ingin memberikan saran antara lain :
2. Bagi institusi
a. RS dr. Soetarto
tindakan lanjut.
b. Institusi pendidikan
1) Meningkatkan proses bimbingan belajar, seperti bimbingan kepada
belajar.
3. Bagi penulis
Suryani N, Pramono, Septiana H. Diet dan olahraga sebagai upaya pengendalian kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 1 di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015. Jurkessia. 2016;6(8):1–10.
Adib, M., 2018. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling Sering
Menyerang Kita. Jogjakarta: BukuBiru
Albers A. R., Krichavsky M. Z. & Balady G. J., 2016. Stress Testing in Patients With
Diabetes Mellitus Diagnostic and Prognostic Value. Circulation is availablevol
pp.583-59