Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH DIABETES MELITUS TIPE 1

DOSEN PENGAMPU :

Ns, Rahmat H. Djalil, S.Kep,M.Kep

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK IV

Hendra Ayuba (1901005)


Anggelia Van Gobel (1901012)
Abd Wahid siokona (1901026)
Frischa Ellyanti Djenaan (1901019)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH


MANADO PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul " MAKALAH DIABETES MELITUS TIPE 1"

Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi
dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran demi perbaikan dan sempurnahnya makalah ini
sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis
Kelompok IV
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh keadaan absolute
insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang
disebabkan oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya
respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme(Brunner & Suddarth, 2008).
Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat.

Penderita diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan diabetes mellitus
menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker Sedangkan di Indonesia penderita diabetes
mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes mellitus tercantum
dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul
penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini
dapat menimbulkan berbagai komplikasi. (Donna D. ignativius, 2013).

Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul komplikasi baik akut maupun kronik
komplikasi akut dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non
ketotik koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah beberapa tahun seperti
mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati dan makro angiopati kardiovaskuler dan peripheral
vaskuler (Brunner & Suddarth, 2008).

Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olah raga, atau latihan fisik dan obat
hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau latihan fisik yang dianjurkan pada penderita diabetes
mellitus itu meliputi latihan ringan yang dapat dilakukan ditempat tidur untuk. penderita di rumah sakit
latihan ini tidak memerlukan persiapan khusus cukup gerak ringan diatas tempat tidur kurang lebih 5
sampai 10 menit misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung jari, kaki dan kepala. Selain itu bisa
dilakukan senam, senam ini harus disertai dengan kemampuan yang harus disesuaikan dengan kemampuan
kondisi penyakit penyerta (Brunner & Suddarth, 2008).

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah
satu peran penting seorang perawat adalah sebagai Educator, dimana pembelajaran merupakan dasar dari
Health Education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat dapat menekankan pada tindakan keperawatan
yang berorientasi pada upaya promotif dan preventif.

Maka dari itu, peranan perawat dalam penanggulangan Diabetes Melitus yaitu perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan
dari penyakit, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan seperti diet untuk penderita Diabetes
Melitus. Manfaat pendidikan kesehatan bagi keluarga antara lain meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang sakitnya hingga pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan isi Tinjauan Pustaka

2. menjelasakan asuhan keperawatan teori

3. menjelaskan asuhan keperawatan

4. menjelaskan pembahasan antara kasus dan askep teori

1.3 Tujuan

1. mengetahui isi Tinjauan Pustaka

2. . mengetahui asuhan keperawatan teori

3. . mengetahui asuhan keperawatan

4. . mengetahui pembahasan antara kasus dan askep teori


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN DIABETES MELITUS TIPE 1


Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, diabetes yang
bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa.
Sampai saat ini diabetes tipe1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita diabetes tipe1 memiliki
kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun
respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap
awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas
yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi
pada tubuh.

2.2 ETIOLOGI
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu : 1. Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI) tipe 1 Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b) Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c) Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2.3 PATOFIOLOGI
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang orang dengan
sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat
yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B
meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus
coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis
oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan
replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah
infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus
diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun tertentu yang
menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel
pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila
tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah
insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa
menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa),
terjadinya glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino ,
laktat , dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa
insulin , sintesis dan pengambilan protein, trigliserida , asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu.
Aseharusnya terjadi lipogenesis namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan
keton.Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel.
Kadar glukosa lebih dari 180mg/dl ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga
timbul glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan poliuria.
Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urine, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat
merangsang rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell
starvation ) pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi pada
orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak
pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir
tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon
semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki
katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa
darah.(Tandra,2007)
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada.
Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf.

Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering ditemukan :
a)       Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal
terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b)       Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga
untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

c)       Polifagia (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk
memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d)       Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat
peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar,
maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e)       Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena
insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
f)         Ketoasidosis.
Anak dengan DMtipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa
koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh berbeda.
a)      Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b)      Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c)      Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d)      Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e)      Elektrolit :
·        Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
·        Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
·        Fosfor : lebih sering menurun
f)        Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM
yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis,
ISK baru)
g)      Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic)
dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h)      Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan
respon terhadap stress atau infeksi.
i)        Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
j)        Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab
dari DKA.
k)      Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi
( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .
( autoantibody)
l)        Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
m)    Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n)      Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi
pada luka.

2.6     PENATALAKSAAN

Ada enam cara dalam penatalaksanaan DM tipe 1 meliputi:

1.      Pemberian insulin

Yang harus diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis, dosis, kapan pemberian, dan cara
penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat berbagai jenis insulin berdasarkan asal maupun lama kerjanya,
menjadi kerja cepat/rapid acting, kerja pendek(regular/soluble), menengah, panjang, dan campuran.

Penatalaksanaan Terapi Insulin.

·        Cara pemberian /penyuntikan hormone insulin


·        Indikasi dan kontra indikasi pemberian /penyuntikan hormone insulin.
·        Efek samping pemberian / penyuntikan hormone insulin.dll

Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin. Tujuan terapi ini terutama untuk :

1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal.

2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.

Keberhasilan terapi insulin juga tergantung terhadap gaya hidup seperti program diet dan olahraga secara
teratur

Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah ini :

-         Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari

-         Kadar glukosa darah sering tidak teratur

-         Ingin mengurangi resiko hipoglikemi

-         Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan

-         Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel

Enam tipe insulin berdasarkan mulai kerja, puncak, dan lama kerja insulin tersebut, yakni :

1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)

2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)

3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)

4. Mixed Insulin

5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)

6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)

Cara Pemberian Insulin


Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga insulin tidak bisa diberikan
melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di
bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau suntukan ke dalam pembuluh
vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau
sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).
Dosis anak bervariasi berkisar antara 0,7-1,0 U/kg per hari. Dosis insulin ini berkurang sedikit pada
adanya fase remisi yang dikenal sebagai honeymoon periode dan kemudian meningkat pada saat pubertas.

Saat awal pengobatan insulin diberikan 3-4 kali injeksi. Bila dosis optimal dapat diperoleh, diusahakan
untuk mengurangi jumlah suntikan menjadi 2 kali dengan menggunakan insulin kerja mengengah atau
kombinasi kerja pendekb dan menengah (split-mix regimen). Penyuntikan setiap hari secara subkutan
dipaha, lengan atas, sekitar umbilicus secara bergantian. Insulin sebaiknya disimpan dalam lemari es pada
suhu 4-80C.

2.      Pengaturan makan/diet

o       Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan usia pubertas dapat juga ditentukan
dengan rumus sebagai berikut :

1000 + (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari

o      Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55% karbohidrat, 10-15% protein (semakin
menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak.

o      Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut :

a.       20% berupa makan pagi.

b.      10% berupa makanan kecil.

c.       25% berupa makan siang.

d.      10% berupa makanan kecil.

e.       25% berupa makan malam.

f.        10% berupa makanan kecil.

Dari sisi makanan penderita diabetes atau kencing manis lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat
berserat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel, tomat, salak,
semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian,
nangka, anggur, tidak dianjurkan.
Menurut peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro,
menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20% lemak,
dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan dengan diet A yang terdiri atas 40 – 50%
karbohidrat, 30 – 35% lemak dan 20 – 25% protein. Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan
tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks
dalam dosis terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.
-          Serat makanan
Tipe diet ini berperan dalam penurunan kadar total kolesterol dan LDL (low-density lipoprotein) kolesterol
dalm darah. Peningkatan kandungan serat dalam diet dapat pula memperbaiki kadar glukosa darah
sehingga kebutuhan insulin dari luar dapat dikurangi. Mekanisme kerja serat terlarut diperkirakan
berhubungan dengan pembentukan gel dalam traktus gastrointestinal. Gel ini akan memperlambat
pengosongan lambung dan gerakan
makanan yang melalui saluran cerna bagian atas. Efek penurunan glukosa yang potensial oleh serat
makanan tersebut mungkin disebabkan oleh kecepatan absorpsi glukosa yang lebih lambat.
Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu
siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, taoge,
ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan
kolesterol darah. Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah) serta buncis baik sekali jika
ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan
glukosa darah.

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Dianjurkan untuk pasien gemuk.

c.       Inhibitor α glukosidase

Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pascaprandial.

d.      Insulin sentizing agent

Berfungsi meningkatkan sensitifitas insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

5.      Edukasi

Kegiatan edukasi meliputi pemahaman dan pengertian penyakit dan komplikasinya, memotivasi penderita
dan keluarga agar patuh berobat.

6.      Pemantauan mandiri/home monitoring

Pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar glukosa darah dan penyakitnya di rumah.
Halini sangat diperlukan karenasangat menunjang upaya pencapaian normoglikemia. Pamantauan dapat
dilakukan secara langsung (darah) dan secara tidak langsung (urin).

-          Alkohol
Alkohol dapat menurunkan reaksi fisiologi normal dalam tubuh yang memproduksi glukosa
(glukoneogenesis). Jadi, jika seorang penderita diabetes minum minuman beralkohol pada saat lambung
kosong, maka kemungkinan terjadinya hipoglikemia akan meningkat. Konsumsi alcohol yang berlebihan
dapat menggganggu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi serta mengatasi keadaan hipoglikemia
dengan tepat dan mengikuti rencana makan yang sudah diresepkan untuk mencegah hipoglikemian.

3.      Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selam kurang lebih 30 menit yang sifatnya sesuai
CRIPE (Continous Rytmical Interval Progressive Endurance Training). Latihan yang dapa dijadikan
pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, dan bersepeda.

4.      Obat hipoglikemik oral (OHO)

Jika pasien telah melakukan pengturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur, tetapi kadar glukosa
darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berhasiat hipoglikemik.

a.       Sulfonilurea

Berfungsi untuk menstimulasin pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin,
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

b.      Biguanid

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Dianjurkan untuk pasien gemuk.

c.       Inhibitor α glukosidase

Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pascaprandial.

d.      Insulin sentizing agent

Berfungsi meningkatkan sensitifitas insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

5.      Edukasi

Kegiatan edukasi meliputi pemahaman dan pengertian penyakit dan komplikasinya, memotivasi penderita
dan keluarga agar patuh berobat.

6.      Pemantauan mandiri/home monitoring

Pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar glukosa darah dan penyakitnya di rumah.
Halini sangat diperlukan karenasangat menunjang upaya pencapaian normoglikemia. Pamantauan dapat
dilakukan secara langsung (darah) dan secara tidak langsung (urin).
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut
dan komplikasi menahun.
a.    Komplikasi Metabolik Akut
1)      Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan
glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan
benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan
asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir
dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat
koma dan meninggal

2)     Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa darah
kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita
mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori
tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi,
gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala
yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan
gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan
kesadaran dan koma.

b.   Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi memasuki tahun ke 5)

1.    Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty
diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-
syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa
mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan,
neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty
berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita
insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa
—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak
dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar
mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf
kranial atau sistem syaraf otonom.
2.     Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis
penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :

a)      Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.

b)      Hiperlipoproteinemia

c)      Kelainan pembekun darah

Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-
arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten
dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat
mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan
metabolisme glukosa secara keseluruhan.
BAB III
ASKEP TEORI DIABETES MELITUS TIPE 1

3.1 PENGKAJIAN

1.         Aktivitas / istirahat (Doengoes, 1993)

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur /
istirahat.

Tanda : a.Takikardi dan takipnea Pada keadaan istirahat / dengan aktivitas

b.Letargi / disorientasi, koma

c.Penurunan kekuatan otot

2.         Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi : IM akut.

Klaudiliasi, liebas dan kesemutan pada ekstremitas ulkus pada liali, penyembuhan yang
lama

Tanda : a.Takikardi

b.Perubahan tekanan darah postural, hipertensi

c.Nadi yang menurun

d.Disritmia

3.    Integritas ego

Gejala : a.Stress, tergantung pada orang lain.

b.Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda : Ansietas peka rangsang

4.    Eliminasi

Gejala : a. Perubahan pola kemih (poliuria) nokturia.

b. Rasa nyeri / terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang


c. Nyeri tekan

d. Diare lancar

Tanda : a.Urine encer, pucat, kuning, poliuri

b.Urine berkabut

c.Abdomen keras, adanya asites

5.    Makanan / cairan

Gejala : a.Hilang nafsu makan.

b.Mual/muntah

c.Tidak mengikuti diet

d.Penurunan BB

Tanda : a.Kulit bersisik, turgor jelek

b.Keluarkan / distensi abdomen, muntah

c.Pembesaran tiroid

6.    Neurosensori

Gejala : a.Pusing / pening

b.Sakit kepala

c.Kesemutan, kebas kelemahan pada otot

d.Gangguan pengelihatan

Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor / koma.

7.    Nyeri / kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi: tampak berhati-hati

8.    Pernafasan

Gejala : Merasa kekurangan O2, batuk dengan / tanpa sputum purulen

Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasan

9.    Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : a.Demam, diaforesis

b.Kulit rusak, lesi / ulserasi

10.   Seksualitas :

Gejala : a.Rabas vagina

b.Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder
terhadap DM.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai
dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi
darah
4. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen,
ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin
5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan
peningkatan kebutuhan energi

3.3 INTERVENSI

1.         Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder
terhadap DM

Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infeksi berkurang.

Kriteria Hasil : nyeri berkurang, keadaan luka kering, pus (+)

Intervensi :

1.      Observasi tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti panas, kemerahan, keluar nanah

Rasional : membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total, adanya proses infeksi yang
mengakibatkan demam dan hipermetabolik cairan hilang meningkat.

2.      Monitor tanda-tanda vital

Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia, perkiraan berat atau ringannya
hipovolemia dapat diukur ketika TD sistolik turun > 10 mmHg/ posisi duduki / berbaring.
3.      Monitor nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi / volume sirkulasi yang adekuat.

4.      Berikan cairan yang paling sedikit 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi

Rasional : Mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi

5.      Monitor intake dan output cairan, catat berat jenis urine

Rasional : Memperkirakan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang
diberikan.

6.      Catat adanya muntah, mual, nyeri perut

Rasional : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motabilitas lambung yang seringkali menimbulkan
muntah dan secara potensial menimbulkan cairan menurun.

7.      Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai indikasi pemasangan kateter, monitor pemeriksaan
laboratorium (Ht, BUN, Kreatinin, Natrium dan Kalium)

Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekuangan cairan, memberikan pengukuran yang
tepat / akurat terhdap pengukuran haluaran urine, mengkaji tingkat dehidrasi dan seringkali meningkat
akibat hemikonsentrasi yang terjadi setelah osmotic.

2.         Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral
ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot
menurun (Doengoes Mariyln E, 1999 ; 374).

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria Hasil : Nafsu makan meningkat, pasien menghabiskan porsi makan.

Intervensi :

a.       Timbang berat badan tiap hari

Rasional : Mengkaji masukan makanan yang adekuat.

b.       Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien dapat
mentoleransinya melalui pemberian makanan melalui oral

Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.

c.       Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, sakit
kepala dan pandangan berkurang-kunang.
Rasional : Karena metabolisme KH mulai terjadi gula darah akan berkurang dan sementara tetap diberikan
insulin maka hipoglikemia dapat terjadi, jika pasien dalam keadaan koma hipoglikemia mungkin terjadi
tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran.

d.      Kolaborasi pemeriksaan glukosa test, glukosa serum, aseton, pH, dan HCO3, kelola pemberian insulin,
konsul dengan ahli gizi.

Rasional : Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat, gula darah akan menurun perlahan dengan
penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol, dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa
kekemudian masuk ke dalam sel untuk sumber kalori

e.       Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode I.V secara intermiten atau secara kontinue

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.

3.       Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi
darah (Doengoes, 1999; 734)

Tujuan :klien terhindar dari infeksi silang

Kriteria Hasil :tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, luka kering.

Intervensi :

a.       Observasi tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti panas, kemerahan, keluar nanah

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau
dapat mengalami infeksi nosokomial.

b.      Tingkatkan upaya pencegahan dengan cuci tangan dan anjurkan kepada klien untuk cuci tangan.

Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)

c.       Lakukan perawatan luka secara antiseptik

Rasional : kadar glukosa darah yang tinggi akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman

d.      Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan

Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya
kerusakan pada kulit atau iritasi kulit dan infeksi.

e.       Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi

Rasional : Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsi.


4.       Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen,
ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin

Tujuan : tidak terjadi gangguan perubahan persepsi sensori.

Kriteria Hasil : pasien mampu mengenali perubahan persepsi sensori

Intervensi :

a.       Pantau tanda-tanda vital dan status mental

Rasional : sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang meningkat dapat
mempengaruhi fungsi mental.

b.      Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien.

Rasional : meningkatkan tidur, menurunkan letih dan dapat memperbaiki daya pikir

c.       Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran terganggu

Rasioal : pasien mengalami disorientasi merupakan awal timbulnya cidera, terutama malam hari dan perlu
pencegahan sesuai indikasi.

d.      Evaluasi lapang pandang pengelihatan sesuai indikasi

Rasional : edema / lepasnya retina, hemoragi, katarak atau paralysis otot extraokuler sementara mengganggu
pengelihatan yang memerlukan terapi korektif atau perawatan penyokong.

5.       Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan
peningkatan kebutuhan energi

Tujuan : aktifitas klien tidak terganggu dan tidak mudah lelah.

Kriteria Hasil : pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan

Intervensi :

a.       Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktifitas, buat jadwal perencanaan dengan klien dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.

Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lelah.

b.       Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa diganggu
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan.

c.       Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

Rasional : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

e.       Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi atau berpindah tempat

Rasional : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada
setiap kegiatan.

f.       Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi

3.4 EVALUASI
1. Resiko penyebaran-penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder
terhadap DM.
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Resiko penyebaran-penyebaran
infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder terhadap DM dalam pengobatan
masalah ini teratasi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai
dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah,
intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun dalam pengobatan masalah ini
teratasi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi
darah
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Resiko infeksi berhubungan
dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi darah dalam pengobatan
masalah ini teratasi
4. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen,
ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Resiko tinggi perubahan persepsi
sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan
insulin dalam pengobatan masalah ini teratasi

5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan
peningkatan kebutuhan energi
Dalam asuhan keperawatn yang dilakukan penulis selam 3 hari terdapat Kelemahan berhubungan dengan
penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi dalam
pengobatan masalah ini teratasi

3.5 PATHWAY DM tipe 1


BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018


Jam : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Kirana RS Tk. III Dr. Soetarto Yogyakarta Oleh :Muji Raharjo
Sumber data : Pasien, keluarga pasien, dan status rekam medis pasien
Metode : Wawancara, observasi, dan studi dokumen

1. Identitas
a. Pasien

1) Nama Pasien : Ny. N

2) Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 31 Desember 1960

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Agama : Islam

5) Pendidikan : SD

6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7) Status Perkawinan : Kawin

8) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

9) Alamat : Cokrokusuman Yogyakarta

10) Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus

(11) No.RM : 009973

12) Tanggal Masuk RS : 29 Juni 2018

b. Penanggung Jawab/ Keluarga

1) Nama : Bp. R

2) Umur : 69 tahun

3) Pendidikan : SD

4) Pekerjaan : Buruh
5) Alamat : Cokrokusuman Yogyakarta

6) Hubungan dengan pasien: Suami

7) Status perkawinan : Nikah

2. Riwayat Kesehatan

a. Kesehatan Pasien

1) Keluhan Utama saat Pengkajian

Pasien mengeluhkan badan lemas, pusing dan buang air besar cair 5 kali

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Alasan masuk RS :pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing,

buang air besar cair sudah 5 kali, pasien mempunyai riwayat DM 3

tahun yang lalu.

b) Riwayat kesehatan pasien : pasien mengatakan badan terasa lemas,

pusing sejak 3 hari yang lalu, buang air besar cair 5 kali dalam

sehari. Pada tanggal 29 Juni 2019 pasien berobat di Poli Dalam di

RS Dr. Soetarto Yogyakarta kemudian pasien menjalani rawat inap

di bangsal Kirana.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

a) Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun yang lalu, pasien

berobat rutin di Puskesmas, mendapatkan terapi metformin dan

glimipirid

b) Anak pasien mengatakan terkadang pasien lupa meminum obat

rutinnya.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Genogram Gambar 3. Genogram

Gambar 3 Pathway

Keterangan :

2) : laki-laki

3) : perempuan

: sudah meninggal

: tinggal dalam satu rumah


: garis keturunan
: garis perkawinan

: pasien

2) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari pihak keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit

DM seperti pasien.

3. Kesehatan Fungsional

a. Aspek Fisik-Biologis

1) Nutrisi

a) Sebelum sakit

Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang


dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian pasien

minum 8-10 gelas perhari(1500-2000cc) berupa air putih.Pasien

selalu minum teh manis setiap hari.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, habis setengah

porsi. Makanan yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan

lauk. Kemudian pasien minum 8-10 gelas perhari(1500-2000cc)

berupa air putih

2) Pola Eliminasi

a) Sebelum sakit
BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna

feses lunak berwarna kuning kecoklatan. Buang air kecil lancar

kurang lebih sebanyak 5-6 kali.

b) Selama sakit

Selama dirumah sakit pasien buang air besar cair 5 kali

dalamsehari sekali. Terdapat ampas. Warna kuning bau khas feses.

Untuk buang air kecil pasien lancarr sehari 5-6 kali sehari. Urine

berwarna kuning jernih.

3) Pola Aktivitas

a) Sebelum sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari-hari

Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan,

BAB/ BAK dan berpakaian pasien melakukannya secara

mandiri dan tidak menggunakan alat bantu

(2) Keadaan pernafasan

Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan


teratur.

(3) Keadaan kardiovaskuler

Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung.

b) Selama sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari-hari

Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan,

BAB/ BAK dan berpakaian pasien dibantu oleh anaknya.

(2) Keadaan pernafasan

Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan

teratur.

(3) Keadaan kardiovaskuler

Pasien mengatakan tidak berdebar-debar setelah

melakukan aktivitas.
(4) SkalaKetergantungan

Tabel 2 Penilaian Status Fungsional (Barthel Index)


Pasien Ny. N di ruang Kirana Rumah Sakit Tk III dr. Soetarto Yogyakarta
Tanggal 2 Juli 2018
Nilai skor
o Fungsi kor Uraian Hari 1 Hari 2 Hari 3
1 Mengendalikan 0 terkendali / tak teratur (perlu
rangsangan pencahar)
defekasi (BAB) 1 Kadang – kadang tak terkendali
2 ndiri 2 2 2
2 ngendalikan 0 terkendali / pakai kateter
rangsangan 1 Kadang – kadang tak terkendali (
berkemih 1x 24 jam)
2 Sendiri 2 2 2
3 mbersihkan diri 0 tuh pertolongan orang lain
(cuci muka, sisir 1 Sendiri 1 1 1
rambut, sikat
gigi)
4 nggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang
masuk dan lain
keluar 1 rlu pertolongan pada beberapa 1 1 1
(melapaskan, kegiatan tetapi dapat
memakai mengerjakan sendiri kegiatan
celana, yang lain
membersihkan, 2 ndiri
menyiram)

5 kan 0 ak mampu
1 rlu ditolong memotong makanan
2 ndiri 2 2 2
6 rubah sikap dari 0 ak mampu
berbaring 1 rlu banyak bantuan untuk bisa
keduduk duduk (>2orang)
2 ntuan (2 orang)
3 ndiri 3 3 3
7 rpindah / berjalan 0 ak mampu
1 a (pindah) dengan kursi roda
2 rjalan dengan bantuan 1 orang
3 ndiri 3 3 3
8 makai baju 0 ak mampu
1 bagian dibantu (missal
mengancingkan baju)
2 ndiri 2 2 2
9 ik turun tangga 0 ak mampu
1 tuh pertolongan
2 ndiri 2 2 2
10 ndi 0 rgantung orang lain
1 ndiri 1 1 1
tal Skor 19 19 19
Keterangan

Andiri
- 19 etergantungan ringan
11 etrgantungan sedang
8 etrgantungan berat
4 etergantungan total

(4) Pengkajianrisiko jatuh

Tabel 3 Pengkajian risiko jatuh


Pasien Ny. N di ruang Kirana Rumah Sakit Tk III dr. Soetarto Yogyakarta
Tanggal 2 Juli 2018
koring 1 koring 2 koring 3
No Risiko Skala nggal 2- nggal 3- nggal 4-
7-18 7-18 7-18
1 wayat jatu, yang baru atau dalam Tidak 0 0 0 0
3 bulan terakhir Ya 25
2 agnose medis sekunder > 1 Tidak 0 0 0 0
Ya 15
3 at bantu jalan : 0 0 0 0
d rest / dibantu perawat
nopang/tongkat/walker 15
rniture 30
4 enggunakan infus Tidak 0
Ya 25 25 25 25
5 ra berjalan / berpindah : 0 0 0 0
rmal/bed rest/imobilisasi
mah 15
rganggu 30
6 tus Mental : 0 0 0 0
ientasi sesuai kemampuan diri
pa keterbatasan 15
Jumlah skor 25 25 25
Tingkat risiko jatuh Risiko rendah
Paraf dan nama perawat
Keterangan :
dak berisiko – 24 akukan pearwatan yang baik
siko rendah - 50 akukan intervensi jatuh standar (lanjutkan formulir
pencegahan)
siko tinggi 51 akukan intervensi jatuh risiko tinggi (lanjutkan dengan
pencegahan jatuh pasien dewasa)
(5) Tabel Pengkajian Risiko Luka Dekubitus

Tabel 4 Pengkajian risiko luka decubitus


Pasien Ny. N di ruang Kirana Rumah Sakit Tk III dr. Soetarto Yogyakarta Tanggal 2
Juli 2018
Tanggal PENILAIAN 4 3 2 1
Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar√ Apatis Bingung Stupor
2/7/18
Jalan√ Jalan dengan Ditempat
Aktifitas Kursi roda
sendiri√ bantuan tidur
Bebas Tidak mampu
Mobilitas Agak terbatas√ Sangat terbatas
bergerak brgerak
Kadang- Selalu
Inkontinensia
Inkontensia kadang inkontinensia
Kontinen√ urin & Alvi
intkontinensia urin
Skor 16 3
Total Skor 19 (Risiko rendah terjadi decubitus)
Paraf & Nama Perawat .......
Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar√ Apatis Bingung Stupor
3/7/18 Jalan√ Jalan dengan Di tempat
Aktifitas Kursi roda
sendiri√ bantuan tidur
Bebas Tidak mampu
Mobilitas Agak terbatas√ Sangat terbatas
bergerak brgerak
Kadang- Selalu
Inkontinensia
Inkontensia kadang inkontinensia
Kontinen√ urin & Alvi
intkontinensia urine
Skor 16 3
Total Skor 19 (Risiko rendah terjadi decubitus)
Paraf & Nama Perawat
Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar√ Apatis Bingung Stupor
Jalan√ Jalan dengan Di tempat
Aktifitas Kursi roda
sendiri√ bantuan tidur
4/7/18 Bebas Tidak mampu
Mobilitas Agak terbatas Sangat terbatas
bergerak√ bergerak
Kadang- Selalu
Inkontinensia
Inkontinensia kadang inkontinensia
Kontinen√ urin & Alvi
intkontinensia urine
Skor 20
Total Skor 19 (Risiko rendah terjadi decubitus)
Paraf & Nama Perawat

4) Kebutuhan Istirahat-tidur

a) Sebelum sakit

Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasien tercukupi,

pasien biasanya dalam sehari tidur 6-8 jam.

b) Selama sakit

Selama sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam

pola tidurnya di rumah sakit. Selama di Rumah Sakit pasien lebih

banyak waktunya untuk istirahat.

b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual

1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan

Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di

puskesmas terdekat. Pasien belum mengerti tentang pengobatan rutin

tentang penyakitnya.

2) Pola hubungan

Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama suami

3) Koping atau toleransi stres

Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan

oleh pihak keluarga, terutama suami pasien dan pasien.

4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya

a) adaan mental asien dalam keadaan compos mentis

(sadar penuh)

b) rbicara asien dapat berbicara dengan lancar


c) hasa yang dipakai ahasa Jawa dan Indonesia

d) mampuan bicara idak ada gangguan

e) ngetahuan pasien asien mengatakan paham mengenai

terhadap penyakit penyakit yang dideritanya.

f) rsepsi tentang asien menurut pada apa yang

penyakit disarankan oleh keluarganya.

1) Konsep diri

a) Gambaran diri

Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit terganggu dalam

menjalankan aktivitas karena merasa lemas.

b) Harga diri

Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan terhadap

hidupnya

c) Peran diri

Pasienmengakui perannya sebagai seorang ibu rumah tangga, pasien

mengatakan bahwaingin segera sembuh dan berkumpul dengan

keluarga.

d) Ideal diri

Pasien lebih menurut pada keluarganya

e) Identitas diri

Pasien mengenali siapa dirinya

2) Seksual

Pasientidak memikirkan kebutuhan seksualnya


5) Nilai

Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pasien

memahami hal-hal yang baik dan yang benar

c. Aspek Lingkungan Fisik


Rumah pasien berada di pedesaan.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1) Kesadaran : Composmentis

2) Status Gizi :

TB = 155cm

BB = 60 kg

IMT = 24,97 kg/m2

3) Tanda Vital

TD = 100/70 mmHg Nadi = 88 x/menit

Suhu = 36,2oC RR = 22 x/menit

(6) Skala Nyeri

Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada tubuhnya.

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)

1) Kulit

Kulit lembab berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi,

pertumbuhan rambut merata. Turgor kulit baik.

1) Kepala

a) mbut ambut lurus, rambut hitam terdapat uban, dan

berambut tebal.Rambut tertata rapi.

b) ata onjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil normal,

reflek pupil baik, sklera baik

c) dung ormal dan simetris tidak terdapat lesi.

d) linga edua lubang telinga bersih tidak mengeluarkan

cairan

e) ulut ulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat

berwarna putih kekuningan, mukosa bibir lembab,


tidak berbau mulut

2) Leher

Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)

3) Tengkuk

Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.

4) Thorax

a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna

kulit merata

b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris

c) Perkusi : suara sono

d) Auskultasi : suara trakheal, bronkhial, bronko vesikuler


2) Anus dan rectum

Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat

pembengkakan. Warna merah tua.

3) Genetalia

a) Pada Perempuan

Genetalia pasien normal, tidak ada luka.

4) Ekstremitas

a) as angan kanan dan kiri bisa digerakkan secara

leluasa. Kekuatan otot 5. Tangan kiri terpasang

infus NaCl 0,9 % 20 tpm.

b) wah edua telapak kaki kanan dan kiri tidak terjadi

kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak

terdapat edema,kekuatan otot 5. Kuku pada jari

kaki terlihat bersih


5. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan Patologi Klinik

Tabel 5 Hasil pemeriksaan laboratorium


Ny. N dari Ruang Kirana RS Tk. III dr. Soetarto , Senin, 2 Juli 2018
No nis Pemeriksaan sil (Satuan) Satuan Nilai Rujukan

1 Hemoglobin 12,5 Mg/dL 75-140


2 Eritrosit 3,79 M/uL 3,9 – 5,5
3 GDS 529 Mg/dL <200
4 Leukosit 14.600 K/uL 4.000 – 10.000

b. Terapi pengobatan

Tabel 6 Terapi pengobatan


Ny. N dari Ruang Kirana RS Tk. III dr. Soetarto , Senin, 2 Juli 2018
Hari/Tanggal Obat Dosis dan satuan Rute
nin, 2 Juli 2018 Cl 0,9% tpm
Vorapid 12 ui
Ftriaxone ram/12jam
lasa – Rabu, 3 Cl 0,9% tpm
– 4 Juli 2018 Vorapid 16 ui
Ftriaxone ram/12jam
II. Analisa Data
Tabel 7 Analisa Data

DATA MASALAH PENYEBAB


: siko gangguan tidakpatuhan
Pasien mengatakan lemas dan ketidakseimbangan dalam
pusing kadar glukosa darah pengobatan
Pasien mengatakan nafsumakan
berkurang, pasien hanya habis
setengah porsi dari diet RS
Pasien mengatakan mempunyai
riwayat penyakit DM sejak 3 tahun
yang lalu
Anak pasien mengatakan pasien
kontrol rutin di puskesmas, namun
pasien terkadang lupa untuk
meminum obat rutinnya
O:
GDS 529 mg/dL
Pasien tampak lemas
: fisit perawatan diri lemahan fisik
Pasien mengatakan lemas dan
pusing
Pasien mengatakan, untuk mandi,
makan, minum danke kamar mandi
dibantu oleh anaknya
O:
Pasien tampak lemah
TD 100/70 mmHg
:- siko infeksi osedure invasif
O:
rpasang infus NaCl 0,9% di punggung
tangan kiri pasien sejak tanggal 29
Juni 2018
III. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai

dengan : DS :Pasien mengatakan lemas dan pusing

Pasien mengatakan, untuk mandi, makan, minum danke kamar mandi dibantu

oleh anaknya

DO :Pasien tampak lemah

TD 100/70 mmHg

2. Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah dengan factor

risikoketidakpatuhandalam pengobatan, ditandai dengan :

DS :Pasien mengatakan lemas dan pusing

Pasien mengatakan nafsumakan berkurang, pasien hanya habis setengah porsi

dari diet RS

Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu

Anak pasien mengatakan pasien kontrol rutin di puskesmas, namun pasien

terkadang lupa untuk meminum obat rutinnya

DO :GDS 529 mg/dL

Pasien tampak lemas

3. Risiko infeksi dengan factor risiko procedure invasive

DS : -

DO :Terpasang infus NaCl 0,9% dipunggung tangan kiri pasien sejak tanggal 2
69

IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN


Tabel 8 Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
14.00 WIB 14.00 WIB 14.00 WIB 14.00 WIB
Risiko gangguan Setelah dilakukan asuhan a. Monitor tingkat kepatuhan pasien a. Pasien patuh dalam pengobatan.
ketidakseimbangan kadar keperawatan selama 3 x dalam pengobatan b. Pasien mengetahui pengobatan
glukosa darah dengan 24 jam, risiko b. Pendidikan Kesehatan tentang DM
factor risiko ketidakstabilan kadar pengobatan DM c. Pasien dan keluarga dapat
ketidakpatuhan dalam glukosa darah teratasi c. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengelola pengobatan DM
pengobatan dengan kriteria : penggunaan injeksi novorapid selama di rumah
a. Pasien mengatakan selama dirumah d. Novorapid injeksi sebagai
bersedia patuh dalam d. Kolaborasi dengan dokter pengganti fungsi insulin dalam
pengobatan pemberian injeksi novorapid 3x12 tubuh untuk menstabilkan kadar
b. GDS <200 unit/SC glukosa dalam darah
c. Pasien dapat merubah
pola hidup DM
d. Pasien dan keluarga
dapat mengelola terapi
pengobatan DM selama
dirumah
2 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
14.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Risiko Infeksi telah dilakukan asuhan a. Pantau tanda-tanda vital. a. Mengidentifikasi tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 peradangan terutama bila suhu
procedure invasive jam infeksi tidak terjadi tubuh meningkat.
dengan kriteria: b. Lakukan perawatan terhadap b. Mengendalikan penyebaran
a. Tidak ada tanda-tanda prosedur invasif seperti infus, mikroorganisme patogen.
infeksi (dolor, kalor, kateter, drainase luka c. Untuk mengurangi risiko infeksi
rubor, tumor, fungtio nosokomial.
laesa) c. Jika ditemukan tanda infeksi
b. Luka bersih, tidak kolaborasi untuk pemeriksaan d. Penurunan Hb dan peningkatan
lembab dan tidak kotor. darah, seperti Hb dan leukosit jumlah leukosit dari normal bisa
c. Balutan infus bersih, terjadi akibat terjadinya proses
tidak, lembab, dan d. Kelola untuk pemberian antibiotik infeksi
tidak kotor ceftriaxone 1 gr/24 jam e. Antibiotik mencegah
d. Tanda-tanda vital perkembangan mikroorganisme
dalam batas normal. patogen.
(TD: 110-120/60-80
mmHg, N: 60-100
x/mnt, RR: 16-
20x/mnt, S :36-
36,5°C).
3 Defisit perawatan diri Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
berhubungan dengan 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
nyeri, kelemahan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tingkat kemandirian 1. Mengetahui keadekuatan pasien
keperawatan selama 3x24 pasien dalam melakukan personal dalam melakukan personal
jam, diharapkan kebutuhan hygiene hygiene
personal hygiene pasien 2. Berikan Air hangat 2. Sebagai upaya menjaga
dapat terpenuhi dengan 3. Motivasi pasien untuk personal kebersihan tubuh pasien
kriteria hasil hygiene 2 kali sehari pagi dan sore 3. Menekankan pentingnya
- kebersihan pasien terjaga 4. Motivasi keluarga untuk menjaga kebersihan tubuh agar tidak
- pasien tidak bau kebersihan diri dan lingkungan terjadi komplikasi atau infeksii
ketika membesuk nosokomial
I. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien :Ny.N

Nomor CM 009973

Ruang :Kirana

Diagnosa keperawatan : Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan ketidakpatuhan

dalam pengobatan

Tabel 9 Catatan Perkembangan

Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi


Senin, 2 Juli Jam 10.00 Jam 10.10
2018 Menanyakan tingkat kepatuhan pasien dalam S:
pengobatan Pasien mengatakan selalu kontrol rutin ke puskesmas
Anak pasien mengatakan terkadang pasien lupa meminum
obat rutinnya
O:
Obat rutin metformin dalam sebulan masih tersisa
Jam 10.10 Jam 10.20
Mengajarkan pasien tentang pengobatan DM S:
Pasien mengatakan bersedia untuk berobat rutin
O:
Pasien memahami apabila harus berobat rutin
Jam 11.30 Jam 11.40
Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi novorapid 3x12 unitb Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
O:
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas
pasien
Jam 14.00
S:
Pasien mengatakan selalu kontrol rutin ke puskesmas
Anak pasien mengatakan terkadang pasien lupa meminum
obat rutinnya
Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
O:
Obat rutin metformin dalam sebulan masih tersisa
Pasien memahami apabila harus berobat rutin
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kelola pemberian injeksi novorapid 12 unit/SC

(Muji Raharjo)

Jam 18.00 Jam 18.40


Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi novorapid 3x12 unitb Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
O:
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kelola pemberian injeksi novorapid 12 unit/SC

(Muji Raharjo)

Selasa, 3 Juli Jam 06.00 Jam 06.10


2018 Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi novorapid 3x12 unit dan Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
mengajarkan pasien dan keluarga untuk Keluarga pasien mengatakan belum berani menyuntikkan
memberikan novorapid 12unit/ SC obatnya
O:
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi novorapid 12
unit/SC

(Muji Raharjo)

Jam 11.30 Jam 11.40


Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi novorapid 3x16 unit dan Pasien mengatakan lemas berkurang
mengajarkan pasien dan keluarga untuk Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
memberikan novorapid 16unit/ SC Keluarga pasien mengatakan mau belajar menyuntikkan
obatnya
O:
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi novorapid 12
unit/SC

(Muji Raharjo)

Jam 11.30 Jam 11.40


Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi novorapid 3x16 unit dan Pasien mengatakan lemas berkurang
mengajarkan pasien dan keluarga untuk Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
memberikan novorapid 16unit/ SC Keluarga pasien mengatakan mau belajar menyuntikkan
obatnya
O:
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi novorapid 12
unit/SC

(Muji Raharjo)

Jam 18.00 Jam 18.10


Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi novorapid 3x16 unit dan Pasien mengatakan badan sudah enakan
mengajarkan pasien dan keluarga untuk Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
memberikan novorapid 16unit/ SC Keluarga pasien mengatakan mau belajar menyuntikkan
obatnya
O:
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi novorapid 12
unit/SC

(Muji Raharjo)

Rabu, 4 Juli Jam 11.30 Jam 11.40


2018 Melakukan kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi novorapid 3x16 unit dan Pasien mengatakan lemas berkurang
mengajarkan pasien dan keluarga untuk Pasien mengatakan obat sudah disuntikan
memberikan novorapid 16unit/ SC Keluarga pasien mengatakan sudah bisa menyuntikkan
obatnya.
O:
Injeksi novorapid 12 unit/SC berhasil diberikan di lengan atas
pasien
Keluarga mampu mengelola novorapid injeksi dengan benar
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah teratasi
P : Hentikan intervensi

(Muji Raharjo)

Nama pasien :Ny.N

Nomor CM 009973

Ruang :Kirana

Diagnosa keperawatan : Risiko infeksi dengan factor risiko prosedure invasive

Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi


Senin, 2 Juli Jam 09.00 Jam 09.10
2018 Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
antibiotik ceftriaxone 1 gram/12jam/ IV O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
O : Injeksi ceftriaxone1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
A : Risiko infeksi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
(Muji Raharjo)
Jam 20.50 Jam 21.00
Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
antibiotic ceftriaxone 1 gram/12jam/ IV O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
Jam 21.00
S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
A : Risiko infeksi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

(Muji Raharjo)
Selasa, 3 Juli Jam 08.00 Jam 08.10
2018 Melakukan dressing infus S : Pasien mengatakan infusnya tidak terasa gatal
O : Tidak nampak tanda-tanda infeksi pada pemasangan
infus ditangan kiri pasien
Jam 09.00 Jam 09.10
Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
antibiotic ceftriaxone 1 gram/12jam/ IV O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan infusnya tidak terasa gatal
O : Tidak Nampak tanda-tanda infeksi pada pemasangan
infus ditangan kiri pasien, Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil
disuntikkan melalui kateter infus pasien ditangan kiri
A : Risiko infeksi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

(Muji Raharjo)
Rabu, 4 Juli Jam 09.00 Jam 09.10
2018 Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
antibiotic ceftriaxone 1 gram/12jam/ IV O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
Jam 1300 Jam.13.20
Melakukan aff infus S : Pasien mengatakan terasa lega setelah infus dilepas
O : infus NaCl 0,9% tpm berhasil diaff
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan,
Pasien mengatakan terasa lega setelah infus dan kateter
dilepas
O : Injeksi ceftriaxone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri, Kateter infus berhasil diaff
A : Risiko infeksi teratasi
P : Hentikan intervensi, pasien BLPL

(Muji Raharjo)

Nama pasien :Ny.N

Nomor CM 009973

Ruang :Kirana

Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi


Senin, 2 Juli Jam 16.00 Jam 16.10
2018 Mengobservasi tingkat kemandirian pasien S : Pasien mengatakan mandi dibantu oleh anaknya karena masih
dalam melakukan personal hygiene terasa pusing
O : Pasien tampak lemah dan pucat
Jam 16.10 Jam 16.20
Memotivasi pasien untuk personal hygiene S : Pasien mengatakan mandi sehari sekali pada pagi hari, karena
2 kali sehari, pagi dan sore pasien tidak bisa mandi sendiri, harus dibantu oleh anaknya
O : Wajah pasien nampak berminnyak dan kulitnya terasa lengket
Jam 16.20
S:
Pasien mengatakan mandi dibantu oleh anaknya karena masih
terasa pusing
Pasien mengatakan mandi sehari sekali pada pagi hari, karena
pasien tidak bisa mandi sendiri, harus dibantu oleh anaknya
O:
Pasien tampak lemah dan pucat
Wajah pasien nampak berminnyak dan kulitnya terasa lengket
: Defisit perawatan diri belum teratasi
Lanjutkan intervensi

(Muji Raharjo)
Selasa, 3 Juli Jam 07.00 Jam 07.10
2018 Mengobservasi tingkat kemandirian pasien S : Pasien mengatakan masih agak lemas
dalam melakukan personal hygiene O : TTD 110/70 mmHg
Jam 07.10 Jam 07.20
Memotivasi pasien untuk personal hygiene S : Pasien mengatakan sudah mandi, dan bersedia mandi 2 kali
2 kali sehari, pagi dan sore sehari pagi ini sama nanti sore
O : Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi
Jam 16.20
S:
Pasien mengatakan masih agak lemas Pasien mengatakan sudah
mandi, dan bersedia mandi 2 kali sehari pagi ini sama nanti sore
O:
Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi
Terpasang verban ransel di bahu kanan pasien
: Defisit perawatan diri belum teratasi
Lanjutkan intervensi

(Muji Raharjo)
Jam 16.00 Jam 16.10
Mengobservasi tingkat kemandirian pasien S : Pasien belajar mandi sendiri
dalam melakukan personal hygiene O : Pasien tampak lebih bugar
Jam 16.10 Jam 16.20
Memotivasi pasien untuk personal hygiene S : Pasien mengatakan sudah mandi,
2 kali sehari, pagi dan sore O : Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi
Jam 16.20
S:
Pasien belajar mandi sendiri
Pasien mengatakan sudah mandi,
O:
Pasien tampak bersih dan pakiannya rapi
Pasien tampak lebih bugar
: Defisit perawatan teratasi
Hentikan intervensi

(Muji Raharjo)
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Dari kasus yang saya angkat pada bab empat tentang asuhan

keperawatan, diagnosa yang muncul hanya tiga dari lima diagnosa yang

terdapat di bab tiga tentang asuhan keperawatan teori hal ini bisa di lihat di

analisa data yang terdapat pada asuhan keperawatan pasien Ny. N Di Ruang

Kirana RS Tk. III Dr. Soetarto Yogyakarta

No Data Penyebab Masalah


1. DS : Pasien Tidak patuhan Resiko gangguan
mengataka dalam ketidakseimbangan
n lemas dan pengobatan kadar glukosa
pusing darah
Pasien
mengatakan
nafsumakan
berkurang,
pasien hanya
habis
setengah
porsi dari diet
RS
Pasien
mengatakan
mempunyai
riwayat penyakit
DM sejak 3 tahun
yang lalu
Anak pasien
mengatakan
pasien kontrol
rutin di
puskesmas,
namun pasien
terkadang lupa
untuk meminum
obat rutinnya
DO : GDS 529
mg/dL
 Pasien tampak
lemas
2. DS : Pasien Lemahan fisik Defisit perawatan
mengataka diri
n lemas dan
pusing
Pasien
mengatakan,
untuk mandi,
makan, minum
danke kamar
mandi dibantu
oleh anaknya
DO :
 Pasien tampak
lemah
 TD 100/70
mmHg
3. DS : - Prosedure invasif Resiko infeksi
DO : Terpasang infus
NaCl 0,9% di punggung
tangan kiri pasien sejak
tanggal 29 Juni 2018
.
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN

A. Kesimpulan

1. Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Ny. N yang

terdiagnosa Diabetes Mellitus selama 3 x 24 jam dari tanggal 2 Juli sampai

dengan 4 Juli 2018, penulis memperoleh pengalaman nyata dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. N dengan diagnosa Diabetes

Mellitus dengan menerapkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan

dan evaluasi keperawatan serta mendokumentasikannya dan

mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam setiap proses

keperawatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Diabetes Mellitus, maka penulis ingin memberikan saran antara lain :

1. Bagi profesi keperawatan

Meningkatkan riset dalam bidang keperawatan medikal bedah

agar pada saat menentukan perencananaan sera pelaksanaan dalam

pemberian asuhan keperawatan lebih tepat dan lebih spesifik dengan

melihat respon pasien dan keluarga pasien.

2. Bagi institusi

a. RS dr. Soetarto

1) Menanggapi keluhan pasien dengan segera untuk dilakukan

tindakan lanjut.

2) Memperhatikan dalam pembuatan dokumentasi keperawatan,

dengan maksud pendokumentasian bukan bersifat rutinitas.

b. Institusi pendidikan
1) Meningkatkan proses bimbingan belajar, seperti bimbingan kepada

mahasiswa yang akan melakukan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Dengan adanya bimbingan diharapkan target untuk mencapai

tujuan dalam penyelesaian tugas dapat tercapai.

2) Menambah inventaris laboratorium untuk meningkatkan proses

belajar.

3) Menambah literatur-literatur baru, untuk mempermudah dalam

proses belajar mengajar maupaun penyelesaian tugas.

3. Bagi penulis

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan lebih cermat

dalam mencari literatur dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jog
Fatimah RN. Diabetes melitus tipe 1. Jurnal Majority. 2015;4(5):93–101. 2. Erawantini F,
Farlinda S, Wulandari RA. Perancangan aplikasi penentu faktor risiko diabetes
melitus tipe 1 secara dini berbasis web.

Jurnal Kesehatan. 2017;5(1):1. 3. International Diabetes Federation. 2015. IDF Diabetes


Atlas 7th Edition. Brussels: International Diabetes Federation. http://www.
diabetes atlas. org/ - diakses Desember 2018

Suryani N, Pramono, Septiana H. Diet dan olahraga sebagai upaya pengendalian kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 1 di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015. Jurkessia. 2016;6(8):1–10.

Adib, M., 2018. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling Sering
Menyerang Kita. Jogjakarta: BukuBiru

Albers A. R., Krichavsky M. Z. & Balady G. J., 2016. Stress Testing in Patients With
Diabetes Mellitus Diagnostic and Prognostic Value. Circulation is availablevol
pp.583-59

Anda mungkin juga menyukai