Disusun oleh :
3 A / S1 Keperawatan
2020/2021
Lembar Pernyataan
Kami mempunyai salinan atau kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang
telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk
kami.
Jika di kemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang “SINDROMA NEUROLEPTIKA MALIGNA” tepat pada waktunya.
Makalah ini kelompok kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Kegawat Daruratan Psikiatrik.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Dan kami berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik atau saran untuk
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN UMUM
C. TUJUAN KHUSUS
D. MANFAAT
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. TANDA DAN GEJALA
D. PATHWAY
E. PATOFISIOLOGI
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
G. PENGOBATAN / TERAPI
H. ANALISA DATA
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
K. EVALUASI KEPERAWATAN
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of
reality ). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan
pada perasaan,pikiran, kemauan, motorik, dst. sedemikian berat sehingga perilaku
penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat
dimengerti oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang
gila. (Maramis, 2005)
Efek samping obat anti-psikosis sangat penting kita ketahui, mengingat
pengguanaan oabat ini kemungkinan diberikan dalam jangka panjang. Efek samping
dapat berupa :
Sedasi dan Inhibisi Psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
Gangguan Otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik :mulut kering,
kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intreokuler
yang tinggi, gangguan irama jantung).
Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson : tremor,
bradikinesia, rigiditas).
Gangguan Endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia) metabolik (jaundice),
hematologik (agranulositosis), biasanya pada pemakaian panjang.
Syndrome neuroleptik maligna.
Sindrom Neuroleptik Maligna (SNM) adalah suatu sindrom yang terjadi akibat
komplikasi serius dari penggunaan obat anti psikotik (Sholevar, 2002). Karekteristik dari
SNM adalah hipertermi, rigiditas, disregulasi otonom dan perubahan kesadaran.
Morbiditas dan mortalitas pada SNM sering akibat sekunder dari komplikasi kardio
pulmo dan ginjal (Khan, 2011).
B. Tujuan Umum
Memahami konsep dasar asuhan keperawatan gawat darurat psikiatrik dengan sindroma
neuroleptika maligna.
C. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi sindroma neuroleptika maligna.
2. Mengetahui tanda dan gejala pada sindroma neuroleptika maligna.
3. Memahami etiologi sindroma neuroleptika maligna.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai bentuk pemenuhan tugas dalam mata kuliah Keperawatan Kegawat
Daruratan II sebagai indikator untuk mengukur kemampuan penulis.
2. Bagi Institusi
Sebagai referensi untuk mengukur kemampuan mahasiswa.
3. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penanganan kegawatdaruratan
dengan sindroma neuroleptika maligna.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sindroma neuroleptik maligna (SNM) merupakan suatu sindroma yang jarang
terjadi namun termasuk sindroma kegawatdaruratan neurologi yang berpotensi
mengancam nyawa dan berkaitan dengan penggunaan obat-obatan neuroleptik
(antipsikotik).
Neuroleptic malignant syndrome ( NMS ) adalah reaksi yang mengancam jiwa
yang dapat terjadi sebagai respons terhadap pengobatan neuroleptik atau
antipsikotik. Gejalanya meliputi demam tinggi , kebingungan, otot kaku, tekanan
darah bervariasi, berkeringat, dan detak jantung yang cepat. Komplikasi mungkin
termasuk rhabdomyolysis , kalium darah tinggi , gagal ginjal , atau kejang.
Sindrom ganas neuroleptik.
B. ETIOLOGI
NMS biasanya disebabkan oleh penggunaan obat antipsikotik dan berbagai
macam obat yang dapat menyebabkan NMS. Individu yang menggunakan
butyrophenone (seperti haloperidol dan droperidol ) atau phenothiazine (seperti
promethazine dan chlorpromazine ) dilaporkan memiliki risiko terbesar. Namun,
berbagai antipsikotik atipikal seperti clozapine, olanzapine, risperidone,
quetiapine , dan ziprasidone juga terlibat dalam beberapa kasus.
NMS juga dapat terjadi pada orang yang menggunakan obat dopaminergik
(seperti levodopa ) untuk penyakit Parkinson, paling sering ketika dosis obat
berkurang secara tiba-tiba. Selain itu, obat lain dengan aktivitas anti-
dopaminergik, seperti metoclopramide antiemetik , dapat menginduksi NMS.
Tetrasiklik dengan aktivitas anti-dopaminergik telah dikaitkan dengan NMS
dalam laporan kasus, seperti amoxapine.
Selain itu, desipramine, dothiepin, phenelzine, tetrabenazine, dan reserpin
telah diketahui memicu NMS. Apakah lithium dapat menyebabkan NMS tidak
jelas. Pada tingkat molekuler, NMS disebabkan oleh penurunan aktivitas dopamin
secara tiba-tiba yang ditandai, baik dari penarikan agen dopaminergik atau dari
blokade reseptor dopamin.
D. PATHWAY
SNM / L DOPA
Menyerang Hipotalamus
Peningkatan aktivitas otot dan
penghancuran otot
(rhabdomyolisis)
Hipertermia
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Rigiditas dan hipertermi pada SNM disebabkan karena kerusakan otot dan
nekrosis. Kerusakan otot dan nekrosis ini dapat menyebabkan :
Peningkatan kadar Creatin Kinase (CK) darah mencapai 2000 – 15.000 U/ L
Pengingkatan kadar CK ini tingkat sensitifitasnya tinggi untuk SNM3.
Peningkatan Aminotransferases (aspartate aminotransferase [AST], alanine
aminotransferase [ALT]), and lactate dehydrogenase (LDH )1.
Pemeriksaan laboratorium lain terdapat leukositosis (15. 000 – 30.000 x 103/
mm3), trombositosis dan dehidrasi. Protein serebrospinal dapat meningkat.
Konsentrasi serum besi dapat menurun.
G. PENGOBATAN / TERAPI
1. Terapi suportif
Penatalaksaan yang paling penting adalah menghentikan semua anti
psikotik dan terapi suportif. Pada sebagian besar kasus, gejala akan mereda
dalam 1-2 minggu. SNM yang dipercepat dengan depot injeksi anti psikotik
long action dapat bertahan selama sebulan.
Terapi suportif bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan
memelihara fungsi organ yaitu :
Manajemen jalan nafas : intubasi, oksigenasi adekuat, oxymetri.
Manajemen sirkulasi : monitoring jantung, resulsitasi cairan,
hemodinamik.
Untuk mengendalikan temperatur dapat dengan antipiretik.
Skrening infeksi dengan cara melakukan CT scan kepala, thorak, analisis
cairan serebrospinal, kultur urin dan darah.
2. Terapi farmakologik
Terapi farmakologik masih dalam perdebatan. Agonis dopamin seperti
bromokriptin dan amantadin diperkirakan berguna untuk mengobati SNM
berdasarkan hipotesis defisiensi dopamin. Dantrolene dipakai untuk
mengurangi rigiditas otot, metabolisme dan peningkatan panas. Beberapa ahli
melaporkan bahwa agonis dopamin, clantralene maupun kombinasi keduanya
dapat mengurangi mortalitas atau memperpendek durasi sakit. Peneliti lain
melaporkan tidak ada manfaat dan setelah diamati ternyata meningkatkan
komplikasi dan pemanjangan gejala karena pemakaian obat-obat tersebut.
Terapi tunggal dengan benzodiazepin dilaporkan berhasil dalam beberapa
kasus. Penelitian Francis et all menyatakan benzodiazepin efektif dalam
penanganan SNM dengan mengurangi durasi menjadi 2 – 3 hari.
H. ANALISA DATA
DO :
- Suhu tubuh Blockade reseptor
Dominan
diatas nilai
normal
- Kulit merah
- Kejang Menyerang Hipotalamus
- Takikardi
- takipnea
2. DS : SNM / L DOPA Perfusi perifer tidak
- nyeri efektif
ekstermitas
Peningkatan jumlah sel
DO : darah putih dan konsentrasi
- akral teraba plasma creatine
dingin phosphokinase (CPK)
- warna kulit
pucat
Peningkatan aktivitas otot
- edema
dan penghancuran otot
- turgor kulit
(rhabdomyolisis)
menurun
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermia
b. Perfusi perifer tidak efektif
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.15506
2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi
efektif keperawatan dalam waktu - periksa
1 x 24 jam diharapkan sirkulasi
warna kulit pucat menurun, perifer (mis.
nyeri ekstermitas menurun, nadi perifer,
akral cukup membaik, edema,
turgor kulit cukup pengisian
membaik. kapiler,
warna, suhu,
L.02011 ankle brachial
index)
- identifikasi
faktor risiko
gangguan
sirkulasi (mis.
diabetes,
perokok,
orangtua,
hipertensi dan
kadar
kolesterol
tinggi)
- monitor
panas,
kemerahan,
nyeri, atau
bengkak pada
ekstermitas
Terapeutik
- hindari
pemasangan
infus atau
pengambilan
darah di area
keterbatasan
perfusi
- hindari
pengukuran
tekanan darah
pada
ekstermitas
dengan
keterbatasan
perfusi
- hindari
penekanan
dan
pemasangan
tourniquet
pada area
yang cedera
- lakukan
pencegahan
infeksi
- lakukan
perawatan
kaki dan kuku
- lakukan
hidrasi
Edukasi
- anjurkan
berhenti
merokok
- anjurkan
berolahraga
rutin
- anjurkan
mengecek air
mandi untuk
menghindari
kulit terbakar
- anjurkan
menggunakan
obat penurun
tekana darah,
antikoagulan
dan penurun
kolesterol,
jika perlu
- anjurkan
program
rehabilitasi
vaskuler
1.02079
K. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Hipertermia menurun
b. Perfusi perifer tidak efektif meembaik
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sindrom Neuroleptik Maligna (SNM) adalah sindrom yang dapat mengancam
kehidupan dan kedarurat neurologis dengan menggunakan agen antipsikotik dan ditandai
dengan sindrom klinis yang khas.Diagnosis harus dicurigai bila ada dua dari empat fitur
utama klinis, perubahan status mental, kekakuan, demam, atau dysautonomia, muncul
dalam pengaturan penggunaan antipsikotik atau penarikan dopamin.Pertimbangan
penting
dalam diagnosis diferensial termasuk meningitis, ensefalitis, infeksi sistemik, heat stroke,
dan dysautonomias obat-induced lainnya. Tes diagnostik meliputi tes untuk
menyingkirkan kondisi dan evaluasi laboratorium gejala umum ganguan metabolisme
umum SNM, dan terutama peningkatan kadar CK.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya teman-teman mahasiswa
agar mencari reverensi lain selain dari makalah ini. Dan penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dapat kami jadikan pedoman dalam membuat makalah yang
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
https://pdfcoffee.com/asuhan-keperawatan-kegawatdaruratan-psikiatrik-sindrom-neuroleptik-
maligna-pdf-free.html (Diakses pada tanggal 5 April 2021, pukul 22.30 WIB)