Anda di halaman 1dari 115

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI PONDOK PESANTREN STIKES SURYA GLOBAL


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Stase Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh :

Saifullah Tani, S.Kep (24191349) Fikry Hafizi, S.Kep (24191355)


Papri Atmawati, S.Kep (24191350) Erika Putri Desya, S.Kep (24191356)
Naelatur Rizqiyah, S.Kep (24191351) Yati Wulandari, S.Kep (24191357)
Dwi Mustika Wati, S.Kep (24191352) Fildzah Khalishatul K, S.Kep (24191358)
Nursantri Ms. Sanatu, S.Kep (24191353) Siti Sofiyani, S.Kep (24191359)
Refika Sahara Dewi, S.Kep (24191354) Putri Rizki Hariani, S.Kep (24191360)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
TAHUN 2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN
XXIV

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Disahkan “Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus


di Maskan Darul Jannah Pondok Pesantren STIKes Surya Global Yogyakarta”
Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Komunitas Program Pendidikan
Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta Tahun 2021.

Yogyakarta, 1 Maret 2021

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Penanggung Jawab Pondok Pesantren

(Dr. Hj. Arita Murwani, S.Kep., Ns., M.Kes.) (Nunik Nuraini)

Pengasuh Pondok Pesantren

(Ust. Sugiono Al Munawwari S.IP., MM., M.PH)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan program profesi
ners stase komunitas pada kelompok khusus di Pondok Pesantren STIKes Surya
Global Yogyakarta. Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini dibuat sebagai
syarat menyelesaikan tugas Stase Keperawatan Komunitas Program Pendidikan
Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta Angkatan XXV.
Dalam proses penyelesaian laporan ini banyak pihak yang telah membantu,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu penyusunan laporan ini :
1. Dwi Suharyanta, ST., MM., M.Kes selaku Ketua Yayasan STIKes
Surya Global Yogyakarta
2. Ust. Sugiono Al Munawwari S.IP., MM., M.PH, Selaku Pengasuh
Pondok Pesantren STIKes Surya Global Yogyakarta
3. Dr. Hj. Arita Murwani, S.Kep., Ns., M.Kep., Selaku Pembimbing
Akademik Stase Keperawatan Komunitas Program Studi Pendidikan
Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta
4. Ustadzah Nunik Nuraini, Selaku Penanggung Jawab Maskan Darul
Jannah Pondok Pesantres STIKes Surya Global Yogyakarta
5. Para Ustadzah dan MPKD Pondok Pesantren STIKes Surya Global
6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan dalam
penyusunan laporan ini.
Dengan motivasi, bantuan dan bimbingan penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan komunitas. Penulis menyadari dalam penulisan laporan
komunitas masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon
maaf dan mohon saran serta kritik yang membangun demi tercapainya
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 14 Februari 2021
Kelompok 1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah
Pada masa pandemi Covid 19, peran asuhan keperawatan
komunitas sangat penting. Sesuai Astana Global Conference (ASC) on
primary health care tingkat komunitas merupakan yang tidak terpisah bagi
pelayanan kesehatan primer, kunci bagi pemberian layanan dan fungsi
kesehatan masyarakat essentsial dan bagi keterlibatan serta pemberdayaan
masyarakar mengenai kesehatan mereka. Platform berbasis komunitas
dengan kapasitas pemberian pelayanan kesehatan dan keterlibatan sosial
ini memiliki peran penting dalam penanggulangan covid 19 dan penting
dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan yang ada terutama bagi orang
orang yang rentan (WHO, 2019).
Pada tahun 2015 telah ditetapkan program Sustainable Devel
opment Goals (SDGs) yang diinisiasikan oleh World Health Organization
(WHO) yang diikuti oleh 182 negara termasuk Indonesia. SDGs
merupakan pembaharuan dari program MDGs (Millenium Development
Goals). Program SDGs ini berupa 17 tujuan pembangunan berkelanjutan
(Leiwakabessy, 2015) Era Sustainable Development Goals (SDGs) atau
tujuan Pembangunan Berkelanjutan telah dimulai saat negara-negara
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),  termasuk Indonesia,
menyepakati Outcome Document SDGs. Dokumen ini berisi tentang
deklarasi, tujuan, target dan cara pelaksanaan SDGs hingga tahun 2030.
Dokumen ini adalah kerangka kerja pembangunan global baru pengganti
Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir tahun 2015, dengan
17 tujuan dan 169 target seperti yang dijelaskan diatas.
Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun
2005-2025 atau “Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku
masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku
yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman
penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan
masyarakat sehat dan aman (safe community).
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta
meningkatkan kemampuan bekerja sama dengan kelompok khusus. Maka
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Angkatan XXV Kelompok I melaksanakan
praktik klinik keperawatan komunitas di Pondok Pesantren STIKes Surya
Global Yogyakarta dengan menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan individu dan masyarakat kelompok khusus.
Pendekatan individu dilakukan dengan cara setiap mahasiswa
mengkaji setiap setiap santri yang ada pada pondok pesantren. Pendekatan
kelompok khusus dilakukan dengan cara memberdayakan pengurus
maskan. Dengan pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan
dapat memberikan hasil yang lebih nyata kepada mashasiswa santri.
Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerjasama
yang baik dengan seluruh komponen pondok pesantren untuk
mengikutsertakan mahasiswa santri dalam upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan. Mahasiswa santri diharapkan dapat mengenal
masalah kesehatan yang terjadi diwilayahnya, membuat keputusan
tindakan kesehatan bagi diri sendiri dan teman sekamarnya, serta mampu
memberikan perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di pondok pesantren.
Pendekatan ini diterapkan oleh Mahasiswa Ilmu Keperawatan
STIKES Surya Global Yogyakarta Angkatan XXV Kelompok I Stase
Keperawatan Komunitas dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada kelompok khusus di Pondok Pesantren STIKes Surya Global
Yogyakarta dengan pemberdayaan mahasiswa santri melalui pengasuh
pondok pesantren dan pengurus pondok pesantren. Sehingga melalui
pendekatan tersebut dapat meningkatkan derajat kesehatan mashasiswa
santri seperti pola perilaku hidup bersih, menurunkan angka kesakitan dan
kematian, yang merupakan salah satu program pemerintah untuk
mewujudkan visi Indonesia Sehat 2025. Keperawatan komunitas di
kelompok khusus pesantren darul jannah
Hasil SMD dan survey kepatuhan protokol covid di pondok
pesantren darul jannah didapatkan masalah di komunitas pesantren darul
jannah berupa kurangnya pemantauan dari satgas covid pesantren terkait
penerapan protokol Covid-19 di lingkungan pondok pesantren, kurangnya
perhatian terhadap keberisihan lingkungan di pondok pesantren, serta
banyaknya hama tomcat yang terdapat pada lingkungan pesatren.
Oleh karena itu kami bermaksud untuk melakukan kegiatan Stase
Keperawatan komunitas kelompok khusus yang tujuannya tak lain adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan komunitas kelompok khusus di
pondok pesantren STIKes Surya Global Yogyakarta, dimana dalam
menjalankan program pendidikan profesi ners stase keperawatan
komunitas ini, pelaksanakan kegiatan komunitas berfokus pada upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan diri dari penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (rehabilitative).

B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan keperawatan komunitas ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata mengenai keperawatan
kesehatan komunitas pada kelompok khusus yang mempunyai masalah
kesehatan di Maskan Darul Jannah Ponpes STIKes Surya Global
Yogyakarta
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik lapangan keperawatan komunitas,
mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas di
Maskan Darul Jannah Pondok Pesantren STIKes Surya Global
Yogyakarta bersama semua santri yang meliputi:
a. Mengkaji status kesehatan masyarakat keseluruhan melalui
wawancara, observasi maupun membaca literature yang ada
b. Merumuskan masalah kesehatan yang terdapat di Maskan Darul
Jannah berdasarkan hasil pengkajian
c. Merencanakan tindakan keperawatan untuk kelompok khusus
yaitu mahasiswa santri
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah dirumuskan
e. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan
C. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa Santri Asrama Darul Jannah
a. Mampu mengaplikasi konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada mahasiswa santri di Asrama Darul Jannah
b. Mampu belajar menjadi model profesional dalam menerapkan
asuhan keperawatan komunitas
c. Mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan
bijaksana dalam menghadapi dinamika mahasiswa santri di
Asrama Darul Jannah
d. Mampu meningkatkan ketrampilan komunikasi, kemandirian dan
hubungan interpersonal
2. Untuk Mahasiswa Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta
Mampu mengaplikasikan teori keperawatan komunitas yang telah
dipelajari selama proses perkuliahan
3. Untuk Institusi Pendidikan STIKes Surya Global Yogyakarta
Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktek keperawatan komunitas selanjutnya
D. Sasaran
Mahasiswa santri di Pondok Pesantren Maskan Darul Jannah STIKes
Surya Global
E. Strategi
Strategi yang digunakan dalam penerapan asuhan keperawatan yaitu:
1. Penjajakan Umum
Pendekatan dan penjelasan program kepada pengurus Pondok
Pesantren Maskan Darul Jannah serta mahasiswa santri Pondok
Pesantren Maskan Darul Jannah
2. Pengumpulan Data
a. Pengkajian melalui wawancara dan observasi terhadap santri
Pondok Pesantren Maskan Darul Jannah STIKes Surya Global
Yogyakarta
b. Pengumpulan data melalui metode google form untuk mahasiswa
santri yang berada dirumah
3. Observasi Lingkungan
Observasi lingkungan Pondok Pesantren Maskan Darul Jannah
4. Identifikasi dan Prioritas Masalah
5. Perencanaan Plant of Action
6. Pelaksanaan
7. Evaluasi
F. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan praktek keperawatan kesehatan komunitas yang
dilaksanakan selama 3 minggu yaitu dari tanggal 8 Februari-27 Februari
2021dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:
1. 8 Februari 2021 (Mengkonfirmasi dengan pihak ponpes STIKes Surya
Global Yogyakarta)
2. 9 Februari 2021 (Pelaksanaan MMD I)
3. 10-13 Februari 2021 (Pengkajian dan observasi)
4. 16 Februari 2021 (Pelaksanaan MMD II)
5. 17-23Februari 2021 (Implementasi keperawatan)
6. 24-25 Februari 2021 (Evaluasi keperawatan)
7. 26 Februari 2021 (MMD III)
8. 27 Februari 2021 (Penarikan mahasiswa profesi ners XXV pada stase
komunitas)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Keperawatan Komunitas


Komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-
batas wilayah, nilai-nilai, keyakinan dan minat yang sama serta ada rasa
saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dan
yang lainnya (WHO dalam Harnilawati, 2013). Komunitas adalah kelompok
sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain,
saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
dengan di bawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama
dimana mereka tinggal dan kelompok sosial yang mempunyai interest yang
sama (Riya dalam Harnilawati, 2013). Komunitas (community) adalah
sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values),
perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas
geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk dalam Harnilawati, 2013).
Keperawatan komunitas merupakan suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan lainnya
dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat lebih tinggi. Keperawatan komunitas yaitu pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok risiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan yang penyakit dan peningkatan
kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan (Pradley dalam Harnilawati, 2013).
Keperawatan komunitas menurut ANA dalam Wijayaningsih (2013)
adalah suatu sintesa dari praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik
keperawatan kesehatan komunitas bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perawatan
kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan
terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

B. Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri atas empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &
Dawkins dalam Wijayaningsih, 2013). Sebagai sasaran praktek keperawatan
klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat
secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan
lingkup kebutuhan manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan
nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa
alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus
pelayanan keperawatan yaitu:
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan di dalam
kelompoknya sendiri
c. Masalah kesehatan di dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota kluarga tersebut.
3. Masyarakat sebagai klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antara warga, diatur oleh
adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki
identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam
keperawatan kesehatan komunitas didefinisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses
yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif.
Menurut Hendrik L. Blum, ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik
seperti air, udara, sampah, tanah, iklim dan perumahan. Contoh di suatu
daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air
bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia
yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor
tersebut saling berkaitan dan salng menunjang satu dengan yang lainnya
dala menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Keperawatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial
yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan meggunakan proses
keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi,
sosial, dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit, mencakup siklus
hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus
pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi
status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik,
psikologi, sosial, budaya dan lingkungan spiritual.

C. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction)
terhadap individu, keluarga, dan kelompok didalam konteks komunitas serta
perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat (Jaji, 2012).
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian
bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia
dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan
k. Mahasiswa santri mampu memahami lingkungan bersih dan sehat
l. Meningkatnya kemampuan mahasiswa santri untuk melaksanakan
upaya perawatan lingkungan kesehatan dalam rangka mengatasi
masalah kesehatan lingkungan di pondok pesantren maskan Darul
Jannah.
m. Tertanganinya kelompok khusus mahasiswa yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan tentang kesehatan lingkungan di
pondok pesantren maskan Darul Jannah.
n. Tertanganinya kelompok khusus mahasiswa santri yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di pondok pesantren maskan
Darul Jannah.
o. Tertanganinya kasus-kasus lingkungan kesehatan yang memerlukan
penanganan tindak lanjut dan asuhan keperawatan di pondok
pesantren maskan Darul Jannah.
p. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan pondok pesantren
maskan Darul Jannah untuk menuju keadaan lingkungan sehat yang
optimal.

D. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga dan kelompok yang berisiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau, termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson dalam Wijayaningsih (2013), sasaran keperawatan komunitas
terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1) Tingkat individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil, dan
lain-lain) yang dijumpai di poli klinik, puskesmas dengan sasaran dan
pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu.
2) Tingkat keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungn yang sehat dan memanfaatkan sumber
daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat difokuskan pada
keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu
dengan penyakit kronis yang tidak bisa diintervensi oleh program,
penyakit endemis, penyakit krons tidak menular atau keluarga
dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (Hb<8 gr%) ataupun
kurang energi kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil risiko tinggi
seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita BGM,
keluarga dengan neonatus BBLR, keluarga dengan usia lanjut,
jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

3) Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya seperti:
1. Ibu hamil
2. Bayi baru lahir
3. Balita
4. Anak usia sekolah
5. Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan diantaranya adalah:
1. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyakit
lainnya.
2. Penderita dengan penyakit tak menular seperti: penyakit DM,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya
b. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit diantaranya:
1. Wanita tunasusila
2. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3. Kelompok-kelompok pekerja tertentu dan lain-lain
c. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi diantaranya adalah
1. Panti wredha
2. Panti asuhan
3. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4. Penitipan balita
5. Pondok pesantren
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat
merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
bergantung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam
berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak
permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian,
politik maupun kesehatan khususnya.

E. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas (sumber//)


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan
yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1. Penyuluhan kesehatan masyarakat
2. Peningkatan gizi
3. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5. Olahraga secara teratur
6. Rekreasi
7. Pendidikan seks.
b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
1. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas maupun kunjungan rumah
3. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah.
4. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
3. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin dan nifas
4. Perawatan payudara
5. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui
kegiatan:
1. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
2. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga
dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya
adalah kelompokkelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena
menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan
masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah
kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan
penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat
dimengerti.

F. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)


Menurut Wijayaningsih (2016), banyak peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah:
1. Sebagai Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang
memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan
autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah
proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang, di dalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.
2. Sebagai Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara
untuk dirinya. Tugas perawat sebagai pembela klien adalah
bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan
dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit
dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan.
3. Sebagai Manajemen Kasus (Case Manager)
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi
fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien. Perawat
kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban
tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
4. Sebagai Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan
yang optimal. Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan
dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan
dokter, ahli gizi, ahli radiologi dan lain-lain dalam kaitanya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan.
5. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat mejadi pautan bagi
setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan
peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani
dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
6. Sebagai Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang
merupakan dasar dari praktik keperawatan.
7. Pembawa Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen
pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya
dengan peningkatan dan pemeliharan kesehatan. Pembawa perubahan
adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang
membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada
sistem. Marriner Torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah
yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimibing klien melalui fase-fase ini.

G. Konsep Model Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh
faktor lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, sosial dan kultural
serta spiritual terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas
terhadap strategi pencegahan, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
dalam upaya mencapai tujuan.
Adapun model-model keperawatan komunitas adalah sebagai berikut
(Makhfudli, 2009):
1. Model Sistem Imogene M. King (1971)
Komunitas merupakan suatu sistem dari subsistem keluarga dan supra
sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau
stressor pada salah satu subsistem akan mempengaruhi komunitas,
misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan,
dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.
2. Model Adaptasi C. Roy (1976)
Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya
adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku
maladaptif pada komunitas. Adapun upaya pelayanan keperawatan yang
dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan dengan cara
mempertahankan perilaku adaptif.

3. Model “Self Care” D. E. Orem (1971)


Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan
akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam
melakukan upaya kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah,
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, merawat anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi
lingkungan yang dapat menunjang kesehatan dan menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan secara cepat
a. Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus
dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu
itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit
(Orem dalam Wijayaningsih, 2013).
b. Sasaran
1) Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri
secara terapeutik.
2) Menolong klien bergerak ke arah tindakan asuhan mandiri.
3) Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan.
c. Fokus Asuhan Keperawatan
1) Aspek interpersonal: hubungan di dalam keluarga.
2) Aspek sosial: hubungan keluarga dengan masyarakat yang
berada disekitarnya.
3) Aspek prosedural: melatih keterampilan dasar keluarga
sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi.
4) Aspek teknis: mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang
mampu dilakukan keluarga di rumah misalnya: mengompres
dengan bak dan benar.
4. Model “Health Care System” Betty Neuman
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu model health
care system. Model konsep ini merupakan model konsep yang
menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada
penekanan penurunan stres dengan cara memperkuat garis pertahannan
diri baik yang bersifat fleksibel, normal maupun resisten dengan
sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009 dalam
Makhfudli, 2009).
Menurut Betty Neuman, tujuan dari asuhan keperawatan adalah
tercapainya keseimbangan sistem klien. Adapun klien sendiri adalah
sistem terbuka (baik individu, keluarga, kelompok dan komunitas) yang
terdiri dari struktur dasar atau faktor kehidupan.
Peran perawat menurut Newman adalah mengidentifikasi stressor yang
meliputi stressor interpersonal dan ekstrapersonal dan membantu klien
untuk berespon terhadap stresor. Kesulitan yang biasanya dialami
bersumber dari stresor intersonal, intrapersonal dan ekstrapersonal yang
ada di lingkungan internal maupun eksternal. Evaluasi dari Betty
Newma adalah pergeseran dari status kesehatan ketingkat kesehatan
yang diharapkan dan adanya kestabilan sistem klien (Akhmadi, 2014).
Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama dari
paradigma keperawatan yang terkait keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
a. Manusia
Manusia merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari
variabel-variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual.
b. Lingkungan
Lingkungan meliputi semua faktor internal dan eksternal atau
pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien
c. Sehat
Sehat merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan
kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.
d. Keperawatan
Sehat menurut model Newman adalah suatu keseimbangan
biopsiko-sosio-kultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan
klien yaitu fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan
untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus
pada empat intervensi yaitu intervensi yang bersifat promosi
dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan
normal yang terganggu, sedangkan intervensi yang bersifat kurasi
atau rehabilitasi dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang
terganggu. Intervensi yang dilakukan terhadap klien ditujukan pada
garis pertahanan yang mengalami gangguan seperti:
1) Intervensi bersifat promosi untuk gangguan pada garis
pertahanan fleksibel berupa pendidikan kesehatan,
mendemonstrasikan ketrampilan keperawatan dasar yang
dapat dilakukan klien di rumah atau komunitas yang
bertujuan meningkatkan kesehatan.
2) Intervensi bersifat kurasi untuk gangguan pada garis
pertahanan normal.
3) Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan
pada garis pertahanan resisten.
Untuk mempertahankan sistem klien dalam keadaan stabil
melalui pengkajian yang aktual, potensial stressor dilanjutkan
dengan melakukan tindakan yang tepat seperti:
1) Prevensi primer: memperkuat garis pertahanan dengan
menekan faktor risiko & cegah stres.
2) Prevensi sekunder: dimulai setelah timbul tanda dan gejala,
untuk memperkuat garis pertahanan normal melalui tujuan
dan intervensi sesuai.
3) Prevensi tersier: dilakukan setelah terapi, memobilisasi klien
untuk cegah penyulit lebih lanjut
Aplikasi model Neuman pada komunitas yaitu sesuai dengan
teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang
merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai
pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Sehat menurut Nueman diklasifikasikan dalam delapan
tahapan (Nurhayati, 2014), yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan
sosial.
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak
mengandung harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu
akan kesehatannya dll).
3) Social ill, yaitu secara psikologis dan media baik, tetapi
kurang mampu secara sosial, baik ekonomi maupun interaksi
sosial dengan masyarakat.
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan
kesedihan tanpa alasan.
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa
dan diukur.
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal
daripada menyerah karena mempertahankan agama/
kepercayaan.
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan sosial sakit,
tetapi mempunyai harapan baik.
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psiklogis,
medis dan sosial.
5. Philosophy of Caring dari Jean Watson
Akhmadi (2014), menjelaskan tujuan asuhan keperawatan menurut
Watson adalah memperlakukan klien melalui penggunaan 10 faktor
karatif dan berlandaskan pada aspek spiritual transpersonal-
interpersonal. Faktor karatif tersebut adalah:
a. Formasi sistem nilai humanistik dan altruistik.
b. Adanya pengharapan dan keyakinan.
c. Pengembangan kepekaan diri dan orang lain.
d. Pengembangan hubungan kepercayaan dan saling
membantu.
e. Peningkatan dan penerimaan ekspresi perasaan positif maupun
negatif.
f. Penggunaan metode pemecahan masalah ilmiah secara sistematik
dalam mengambil keputusan.
g. Peningkatan proses belajar mengajar secara internasional.
h. Penyediaan lingkungan yang kondusif.
i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
j. Penghargaan terhadap eksistensial fenomenologis.
Pengertian klien sendiri adalah bentuk yang terintegrasi dan menyatu
yang terdiri dari energi psikis yang prima dan universal (Akhmadi,
2014). Setiap klien memiliki pikiran dan emosi yang mencerminkan
keadaan jiwa pada saat itu dan dapat berubah sesuai dengan rentang
waktu. Peran perawat adalah memberikan bimbingan pada klien dengan
mengajarkan klien tentang perubahan personal untuk meningkatkan
kesehatan, memberi dukungan situasional, mengajari pemecahan
masalah serta mengeditentifikasi koping dan adaptasi klien.
Fokus dari tindakan adalah adanya masalah interpersonaltranspersonal
yang dialami oleh klien. Intervensi yang diberikan adalah dengan
memberikan respon bahwa klien sebagai individu yang unik,
mempersiapkan perasaannya dan mampu mengenali keunikan orang
lain. Di samping itu juga dapat memberikan bantuan yang membuat
klien mencapai dan mempertahankan kesehatan atau meninggal secara
tenang. Evaluasinya adalah kemampuan klien untuk membina
hubungan interpersonal-transpersonal yang harmonis, dinamik dan
positif (Akhmadi, 2014).

H. Asuhan Keperawatan Komunitas


Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktek
kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta
masyarakat dalam melakukan upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan
mempertahankan kesehatan. Dalam konteks ini, keperawatan komunitas
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dimana
sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih banyak
tidak langsung dan diberikan secara terus-menerus melalui kerja sama
(Nurhayati, 2014).
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas
adalah pendekatan keluarga binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi
yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan
kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan
pemerintah (Wijayaningsih, 2016).

I. Proses Keperawatan Komunitas


Setelah klien (individu, keluarga dan masyarakat) kontak dengan
pelayanan kesehatan (di rumah atau di puskesmas), perawat melakukan
praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses keperawatan. Sesuai
dengan teori Neuman dalam Wijayaningsih (2016), kelompok atau
komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan yaitu:
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang
bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien, yang
perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah:
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri dari umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya atau kelompok
komunitas.
b. 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) yaitu:
1) Perumahan: rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan,
sirkulasi dan kepadatan.
2) Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan.
3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal:
apakah tidak menimbulkan stres.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan:
apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas
mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi
dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan
sudah terjadi.
6) Sistem komunikasi: sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya
televisi, radio, koran atau leaflet yang diberikan kepada
komunitas.
7) Ekonomi: tingkat sosial ekonomi komunitas secara
keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum
Regional), di bawah UMR atau di atas UMR sehingga upaya
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau,
misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status
ekonomi tersebut.
8) Rekreasi: apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka dan
apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini
hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi
stres.
c. Status Kesehatan Komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari bostatistik dan vital
statistik, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR,
MMR serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa Keperawatan Komunitas atau Kelompok dan Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari,
maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stresor
yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul
pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal di atas dapat disusun
diagnosa keperawatan komunitas dimana terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan karakteristik lingkungan (Wijayaningsih,
2016).
Contoh: risiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada
komunitas di RW 01 Kelurahan Potorono berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan
nutrisi bagi tubuh. Masalah kesehatan yang ditemukan masyarakat
disampaikan pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya
musyawarah masyarakat desa (RW). Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, tabel atau melalui sosio darma.

J. Perencanaan Intervensi
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan
menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam
tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan, maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan
dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/ potensi masyarakat seperti dana, sarana dan tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan
cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan
bekerjasama dengan masyarakat.
b. Tahap Pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukkan kelompok kerja kesehatan untuk
menemukan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan
yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk
menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan dan
masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperan serta dalam pembangunan kesehatan
di wilayahnya.
c. Tahap Pendidikan dan Latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat.
2) Melakukan pengkajian.
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnosa keperawatan.
4) Melatih kader.
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga atau masyarakat.
d. Tahap Formasi Kepemimpinan
e. Tahap Koordinasi Intersektoral
f. Tahap Akhir
g. Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk
mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan
kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya,
perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi.
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik.
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda kekurangan gizi.
4) Bekerjasama dengan aparat desa setempat untuk mengamankan
lingkungan.
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.

K. Pelaksanaan Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya yaitu :
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan.
b. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang
gizi.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus memfasilitasi
terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktek keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan yaitu:
a. Pencegahan primer, yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan
pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan
gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder, yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan tindakan untuk menghambat proses penyakit, contoh:
mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, seperti: mata, gigi, telinga
dan lain-lain.
c. Pencegahan tersier, yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga, contoh: membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan risiko gangguan kurang gizi untuk melakukan
pemeriksaan secara teratur ke posyandu.

L. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah
dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk
memodifikasi rencana berikutnya. Fokus dari evaluasi asuhan keperawatan
komunitas adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan,
peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya, bagaimanakah pencarian sumber dan penggunaannya
serta keuntungan program.
d. Efektifitas kerja, apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak, apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

M. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas


1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan
segala sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan
kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung diduga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme
tersebut. Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan
Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2015),
lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia.
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak
positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula
(Efendi, 1998). Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan,
Pemerintah menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
merupakan program nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang
sanitasi. Program nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan
RI pada Agustus 2015.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu
dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah
kondisi ketika suatu komunitas (Wawan, 2014) sebagai berikut:
a. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
b. Mencuci tangan pakai sabun.
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
d. Mengelola sampah dengan benar.
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Menurut WHO (2015), terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan
yaitu sebagai berikut:
a. Penyediaan air minum.
b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran.
c. Pembuangan sampah padat.
d. Pengendalian vector.
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia.
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu.
g. Pengendalian pencemaran udara.
h. Pengendalian radiasi.
i. Kesehatan kerja.
j. Pengendalian kebisingan.
k. Perumahan dan pemukiman.
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara.
m. Perencanaan daerah dan perkotaan.
n. Pencegahan kecelakaan.
o. Rekreasi umum dan pariwisata.
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi (wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk.
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992,
terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:
a. Penyehatan air dan udara.
b. Pengamanan limbah padat atau sampah.
c. Pengamanan limbah cair.
d. Pengamanan limbah gas.
e. Pengamanan radiasi.
f. Pengamanan kebisingan.
g. Pengamanan vektor penyakit.
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca
bencana.
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2014). Perilaku
kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur
pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap)
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan
(Wawan, 2014).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua
kategori (Wawan, 2014) yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar.
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar.
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa
manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan
sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja berdampak
merugikan kesehatan (Wawan, 2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI PONDOK PASANTREN


MASKAN DARUL JANNAH KAMPUS STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA

Mahasiswa keperawatan program pendidikan profesi Ners STIKes Surya


Global Yogyakarta XXV Kelompok 1 dalam praktek di mahasiswa santri STIKes
surya Global Yogyakarta berlangsung pada tanggal 8 februari sampai 27 februari
2021 di masakan darul jannah pesantren stikes surya global yogyakarta.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 februari sampai 13 februari 2021 dengan
responden 74 responden dari 208 santri wati. Pengkajian dilakukan dengan
observasi berkeliling tempat tinggal pondok pesantren maskan darul jannah untuk
melakukan pengamatan dan door to door untuk pengkajian yang menggunkan
kuesioner Survey Mawas Diri (SMD).
A. PENGKAJIAN KOMUNITAS INTI CORE DAN 8 SUBSITEM
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
INTI CORE
1 Sejarah berdirinya pondok Pondok Pesantren yang saat ini
pesantren dikenal dengan Pondok Pesantren
STIKes Surya Global Yogyakarrta
memilik peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan
pendidikan yang merupakan
sebuah pengabdian warga negara
terhadap bangsa dalam upaya
untuk mencerdaskan kehidupan
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
bangsa yang bukan hanya
tanggung jawab pemerintah.
Masyarakat mendapat kesempatan
untuk menyelenggarakan suatu
pendidikan formal melalui suatu
lembaga yang berbadan hukum
sejalan dengan Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal
54 yang menyatakan bahwa
masyarakat dapat berperan serta
sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan.
Pendidikan tenaga kesehatan
sebagai bagian integral dari
pembangunan kesehatan,
merupakan salah satu elemen
yang penting dalam menunjang
terwujudnya visi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
yaitu Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan.
Karenanya ditetapkan visi
pendidikan tenaga kesehatan yaitu
dihasilkannya tenaga kesehatan
yang profesional sesuai dengan
kebutuhan program pelayanan
kesehatan dan menuju masyarakat
sehat yang mandiri dan
berkeadilan. Misi pendidikan
tenaga kesehatan untuk
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
mewujudkan visi tersebut adalah
meningkatkan mutu lulusan,
meningkatkan mutu institusi
pendidikan tenaga kesehatan,
termasuk pendidikan tenaga
kesehatan yang didirikan dan
diselenggarakan oleh pihak
masyarakat, serta meningkatkan
kemitraan dan kemandirian
institusi, pemerintah, masyarakat
termasuk swasta dalam
pelaksanaan diknakes.
Perwujudan misi ini perlu sejalan
kondisi nyata perkembangan
internasional antara lain
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan pemberlakuan
pasar bebas, maka tujuan
pendidikan tenaga kesehatan
diarahkan untuk menghasilkan
tenaga kesehatan yang kompeten,
profesional, dan berdaya saing
yang jumlah dan jenisnya sesuai
dengan kebutuhan pasar kerja
dalam tatanan pelayanan
kesehatan di tingkat nasional dan
global.
Penyediaan tenaga kesehatan juga
perlu didasarkan atas proyeksi
kebutuhan tenaga tersebut yang
sejalan dengan tuntutan dan
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
permintaan pasar (demand-driven)
serta perkembangan epidemiologi
penyakit dan perubahan
demografi. Transisi demografi
dan epidemiologi penyakit telah
mendorong perubahan perilaku
dan gaya hidup masyarakat dan
perubahan ini sudah barang tentu
mendorong perkembangan
teknologi kesehatan atau
kedokteran terutama dalam bidang
instrumentasi diagnostik, terapi,
dan rehabilitasi medis. Sejalan
dengan hal tersebut maka
keberadaan tenaga kesehatan,
khususnya tenaga farmasi,
kesehatan masyarakat dan perawat
profesional sangat strategis dalam
upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Berawal
dari niatan tulus untuk turut
berkiprah di dunia pendidikan
dalam usaha mencerdasakan anak
bangsa, maka Yayasan Surya
Global Yogyakarta mengambil
peran aktif dalam bidang
pendidikan tinggi kesehatan
sebagai sarana konkrit dalam
usaha mencerdaskan anak bangsa.
Dengan komitmen tersebut
Yayasan Surya Global mendirikan
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
dan meresmikan Perguruan Tinggi
yang bergerak di bidang Ilmu
Kesehatan yang diberi nama
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Surya Global Yogyakarta.
Tepatnya pada tanggal 13 Maret
2003 dengan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 35/D/O/2003
tanggal 23 Maret 2003 dengan
resmi STIKES Surya Global
berdiri.
Dalam perjalanannya setelah 2
(dua) tahun berjalan, STIKes
Surya Global Yogyakarta telah
mendapatkan Ijin Perpanjangan
Program Studi dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia dengan No.
2202/D/T/2005 untuk Program
Studi Kesehatan Masyarakat serta
Perpanjangan Ulang Ijin
Penyelenggarakan Program Studi
Kesehatan Masyarakat dari
Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia dengan
No 2970/D/T/K-V/2009 dan Surat
Keputusan No. 2203/D/T/2005
untuk Program Studi Ilmu
Keperawatan serta Perpanjangan
Ulang Ijin Penyelenggarakan
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
Program Studi Ilmu Keperawatan
dari Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia dengan
No 2971/D/T/K-V/2009.
Pada bulan Juni 2007 STIKes
Surya Global Yogyakarta
mengikuti proses visitasi
(Akreditasi) yang diselenggarakan
oleh Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN PT) dan
berdasarkan SK BAN PT nomor :
015/BAN-PT/Ak.-X/S1/VII/2007
Program Studi Ilmu Keperawatan
dinyatakan telah Terakreditasi dan
untuk Program Studi Kesehatan
Masyarakat juga teah dinyatakan
Terakreditasi sesuai dengan
nomor BAN PT yaitu : SK.
No.020/BAN-PT/Ak.-
X/S1/IX/2007.
Pada bulan Desember 2008,
STIKES Surya Global menambah
satu lagi program studi yaitu
Program Studi Profesi Ners
dengan ijin penyelenggaraan Surat
Keputusan Dirjen Dikti
Depdiknas RI No. 267/D/O/2008.
Pada tahun 2011, Program Studi
Profesi Ners mendapatkan
Perpanjangan Ulang Ijin
Penyelenggaraan Program Studi
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
Profesi Ners dari Kementerian
Pendidikan Nasional Kopertis
Wilayah V DIY  No. 6972/D/T/K-
V/2011.
Tahun 2011, STIKES Surya
Global menambah 1 (satu)
program studi yaitu Program
Studi Diploma III yaitu Program
Studi Farmasi dengan ijin
penyelenggaraan Surat Keputusan
No 224/E/O/2013. Tahun 2014
STIKES Surya Global
mengajukan proses Akreditasi
Institusi Perguruan Tinggi (AIPT)
dan pada tahun 2015 STIKES
Surya Global telah Terakreditasi
BAN PT dengan Surat Keputusan
BAN PT Nomor: 152/SK/BAN-
PT/Akred/PT/IV/2015. Kampus
STIKes Surya Global Yogyakarta
yang terletak di Ringroad Selatan,
Blado, Potorono, Banguntapan,
Bantul dengan beberapa ruangan
dan asrama yang dibangun untuk
menampung kegiatan perkuliahan,
praktikum, asrama , perpustakaan
dan klinik kesehatan, sebagai
Kampus Terpadu STIKes Surya
Global. Oleh karena kepercayaan
dari seluruh civitas akademika,
saat ini STIKes Surya Global
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
mengelola 4 (empat) Program
Studi dan beberapa konsentrasi
peminatan studi di masing-masing
program studi.
Dalam rangka untuk
mencapai visi dan misi dari
STIKES Surga yang terdiri dari 3
(tiga) pilar utama yaitu Agamis,
Humanis dan Kompeten. Visi
agamis akan kita capai melalui
program-program yang ada di
Pondok Pesantren Mahasiswa
STIKES SURGA untuk
mahasiswa muslim dan untuk
mahasiswa non muslim melaui
kegiatan-kegiatan yang telah
disusun oleh lembaga keagamaan
terkait yang telah bekerjasama
dengan STIKES SURGA. Untuk
visi Humanis akan dicapai
melalui kegiatan-kegiatan dalam
payung kepanduan pramuka
surge. Dan visi kompeten melalui
kegiatan-kegiatan tri dharma
yang dilakukan di kampus
STIKES SURGA.
2 Demografi Mahasiswa Santri Pondok
a. Geografis (wilayah, luas, Pesantren STIKes Surya Global
jumlah, batas wilayah, Yogyakarta khususnya Maskan
iklim) Darul Jannah 1 dan Darul Jannah
b. Demografi 2 berjumlah 208 mahasiswa santri
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
1) Remaja (jenis dengan jenis kelamin perempuan.
kelamin, usia, Data paling banyak dalam
jumlah santriwan, kategori usia santriwati yaitu 17 –
jumlah santriwati, 18 tahun sebanyak 180 santriwati,
pendidikan, usia 19 – 20 sebanyak 24
semester, sex ratio) santriwati, dan 21 – 22 sebanyak 4
2) Pengelola pondok santriwati yang merupakan
(jenis kelamin, usia, pengurus maskan.
jumlah pengasuh, Mayoritas Pendidikan yang
ustad/ustadzah, ditempuh oleh mahasiswa santri
pendidikan ) di maskan Darul Jannah yaitu
pendidikan S1 180 santriwati, D3
28 santriwati. Suku yang
dominan di pondok pesantren
adalah suku jawa.
3 Etnisitas Mayoritas mahasiswa santri di
a. Jawa maskan darul jannah berasal dari
b. Bali suku jawa
c. Dst....
4 Nilai, Keyakinan, dan Mahasiswa santri di maskan darul
tempat ibadah jannah beribadah di masjid,
seluruh santri beragama islam
5 Statistik Vital a. Dalam satu tahun terakhir
a. Angka kematian dalam 1 belum ada kejadiaan kematian
tahun terakhir di maskan darul jannah
b. Angka kesakitan dalam 1 pondok pesantren STIKes
tahun terakhir Surya Global Yogyakarta
c. Penyakit yang sering b. Lebih kurang ada sekitar 3
diderita dalam 1 tahun santri selama satu tahun
terakhir terakhir yang di rawat di RS
c. Penyakit yang sering di alami
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
mahasiswa santri yaitu
dermatitis
SUB-SISTEM
1 Lingkungan Fisik Pondok a. Lingkungan Ponpes
Pesantren 1. Pada lingkungan asrama
a. Pondok pesantren terdapat kolam lele.
1) Terdapat kandang 2. Jumlah kolam lele yaitu
ternak, kolam, taman sebanyak 2 kolam.
2) Jumlah kandang 3. Letak kolam lele dekat
ternak, kolam, taman dengan asrama yaitu ±10m
3) Letak kandang ternak, 4. Keadaan kolam lele cukup
kolam, taman bersih dikarenakan jumlah
(dekat/jauh) lele yang tersedia yaitu
4) Keadaan kandang sedikit dan juga tersedia
atau kolam, taman ikan lele yang masih kecil-
(bersih/kotor) kecil, kondisi air yang
b. Asrama dan kamar tersedia bening namun
1) Tipe (permanen, semi sedikit berwarna hijau
permanen, tidak b. Asrama dan kamar
permanen) 1. Tipe bangunan asrama
2) Jumlah kamar permanen
3) Kapasitas kamar 2. Jumlah kamar yang tersedia
4) Lantai (tanah, papan, di lantai 1 sebanyak 30
tegel/keramik, semen) kamar dan lantai 2
5) Ventilasi (adakah sebanyak 30 kamar
jendela pada setiap 3. Kapasitas setiap 1 kamar
kamar) untuk lantai 1 dan 2 yaitu
6) Penerangan sinar sebanyak 4 mahasiswa
matahari dan listrik santri, namun pada 1 kamar
(baik, cukup, kurang) untuk pengurus MPKD
7) Luas kamar dan sebanyak 2 mahasiswa
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
asrama (memenuhi santri, dan 1 kamar untuk 1
syarat/tdk) ustadzah
8) Jarak antar kamar dan 4. Lantai asrama maskan
asrama Darul Jannah semua sudah
(bersatu/dekat/terpisa berupa keramik
h) 5. Ventilasi pada setiap kamar
9) Halaman disekitar cukup baik karena terdapat
asrama jendela dan juga kusen atas
(memiliki/tidak) jendela yang terdapat
10) Pemanfaatan lubang-lubang
disekitar asrama 6. Penerangan sinar matahari
(kebun, kolam, dan listrik cukup baik
kandang) 7. Luas kamar 4x5
11) Keadaan kamar dan 8. Jarak antar kamar sangat
asrama (bersih/kotor) dekat hanya terpisah oleh
12) Teras di sekitar triplek
kamar 9. Halaman disekitar kamar
(memiliki/tidak) berupa lorong
c. Sumber air 10. Lorong didepan kamar
1) Penyediaan air bersih biasa digunakan untuk
(PAM, sumur, sungai, kegiatan rutin seperti dzikir
laut) pagi & petang al-matsurot,
2) Sumber air untuk sholat berjamaah, serta
masak dan tempat berdiskusi/belejar
minum(PAM, sumur, bersama antar santri
sungai) 11. Keadaan kamar santri
3) Sistem pengolahan air bersih, tertata rapih
minum (dimasak/tdk) 12. Memiliki teras disekitar
4) Sumber air mandi dan kamar yaitu berupa lorong
mencuci (PAM, c. Sumber Air
sumur, sungai, laut) 1. Penyediaan air bersih
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
5) Tempat penampungan bersumber dari sumur.
air sementara (tandon, Jarak antara sumur 1
bak, gentong, ember) dengan septic tank 1 yaitu
6) Kondisi tempat 20m dan jarak antara sumur
penampungan air 2 dengan septic tank 2&3
(terbuka/tertutup, yaitu 10m
kotor/bersih) 2. Sumber air untuk dimasak
7) Kondisi air dalam dari sumur, sumber air
penampungan untuk diminum biasanya
(berwarna, berbau, mahasiswa santri
berasa, tidak berasa menggunakan air minum isi
dan berwarna) ulang galon
8) Jentik dalam 3. Sistem pengolaan air tidak
penampungan air untuk dimasak, air minum
(ya/tidak) di dapatkan dari isi ulang
9) Apakah rutin galon
melakukan 3M+ 4. Sumber air untuk mandi
(Menguras, dan mencuci yaitu dari
Mengubur, Menutup, sumur
Menaburkan bubuk 5. Tempat penampungan
abate) sementara air menggunakan
d. Pembuangan sampah 2 tandon besar yang
1) Tempat pembuangan digunakan oleh seluruh
sampah (tempat mahasiswa santri di maskan
sampah karet/plastik, darul jannah
semen) 6. Kondisi penampungan air
2) Jenis sampah ada yang terbuka dan tertup
(organik, an organik) jaring, sehingga membuat
3) Pengolahan sampah air yang di tampung dalam
(daur ulang, dibakar, tandon menjadi sedikit
ditimbun, kurang bersih
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
berlangganan 7. Kondisi air dalam
pembuangan ke TPA) penampungan tidak berasa,
4) Penampungan sampah tidak berbau dan tidak
sementara (ada/tidak, berwarna
terbuka/tertutup) 8. Terdapat jentik nyamuk
5) Jarak tempat sampah pada bak bak di kamar
dengan kamar (dekat mandi
< 5 m, jauh > 5 m) 9. Santri rutin melakukan 3M
e. Pembuangan limbah setiap 1 minggu sekali pada
1) BAB/BAK hari minggu
(jamban/WC, sungai, d. Pembuangan Sampah
sembarangan) 1. Tempat pembuangan
2) Jenis jamban yang sampah menggunakan bak
digunakan sampah yang telah
(duduk/jongkok) disediakan oleh pondok
3) Pembuangan air sebanyak 1 bak sampah per
limbah (Resapan, got, lantai
sungai, laut, 2. Jenis sampah organik dan
sembarangan) anorganik dicampur
4) Kondisi saluran menjadi satu
pembuangan (lancar, 3. Pengolahan sampah
tersumbat, tergenang) dibuang ke TPA oleh
petugas kebersihan pondok
4. Terdapat penampungan
sampah sementara,
penampungan sampah
tertutup
5. Jarak tempat sampah dan
kamar kurang dari 5 meter
e. Pembuangan Limbah
1. Para santri di maskan darul
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
jannah BAB/BAK di
jamban/wc
2. Jenis jamban yang
digunakan oleh para
mahasiswa santri yaitu wc
jongkok
3. Pembuangan air limbah
menggunakan got yang
dialirkan ke sungai
4. Kondisi saluran air di
maskan darul jannah lancar,
tidak terdapat sumbatan
2 Pendidikan a. Tipe kepemilikan pondok
a. Tipe kepemilikan pesantren yaitu milik yayasan
pondok pesantren STIKes Surya Global
b. Program pesantren Yogyakarta
c. Kurikulum yang b. Program pesantren yang
digunakan di pondok terdapat di Pesantren STIKes
pesantren Surya Global Yogyakarta yaitu
d. Jumlah Ustad/ustadzah pendiikan karakter islam untuk
e. Jumlah mahasiswa santri mahasiswa santri, dengan
(mahsan) mengajarkan ilmu agama pada
f. Fasilitas (ruang kuliah, setiap santrinya, program yang
lab, laboratorium, bis tersedia yaitu pendidikan
kampus, gedung olah bahasa arab, tahsin, Fiqih,
raga, lainnya) Aqidah, da Akhlak
c. Kurikulum yang digunakan di
pondok pesantren STIKes
Surya Global mengacu pada
Kementrian Agama
d. Jumlah Ustad dan Ustadzah
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
Yang terdapat di Pondok
Pesantren STIKes Surya
Global Maskan Darul Jannah
yaitu Ustadzah 1 orang, Lurah
pondok 1 orang, Musyrifah 11
22 orang, MPKD 4 orang
e. Jumlah mahasiswa santri darul
jannah 1 dan darul jannah 2
sebanyak 208 santri
f. Fasilitas yang tersedia yaitu
ruang kuliah, laboratorium,
serta bus kampus
3 Komunikasi a. Media komunikasi yang
a. Media komunikasi yang sering di jumpai.
sering dijumpai Di pondok pesantren darul
b. Media komunikasi yang jannah 1 & 2 penyampaian
sering digunakan informasi dilakukan dengan
c. Sumber informasi cara terbuka. Jika ada
kesehatan (media pengumuman yang penting
elektronik, cetak, tenaga disampaikan secara langsung
kesehatan, baik melalui musrifah maupun
teman/keluarga, lainnya) di umumkan secara langsung
d. Metode dan media ke santriwati. Jika ada kegiatan
informasi kesehatan di ponpes (PAPM, kajian, dll)
(penkes, poster/leaflet, biasanya dilakukan di masjid
mading, video, lainnya) yaitu dengan menggunakan
alat seperti laptop, LCD, dll.
Sedangkan pada saat pandemi
covid-19 jika ada kegiatan
dilakukan dengan cara
zoom/google meet.
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
b. Media komunikasi yang
sering digunakan.
Dipondok pesatren darul
jannah 1 & 2 media
komunikasi yang sering
digunakan yaitu penyampaian
informasi dilakukan secara
langsung, yaitu seperti jika ada
kegiatan santriwati di beritahu
secara langsung atau lewat
pengumuman dengan cara
menggunakan pengeras suara.
Dan jika ada kegiatan di
pondok pesantren santriwati
mengikuti kegiatan yang
dilaksakan di masjid. Ustadzah
mengakan sebelum pandemi
covid-19 jika ada kegiatan
seperti kajian pondok
pesantren sering
mendatangkan pemateri dari
luar ponpes, dan alat yang
sering digunakan pada saat
penyampaian kajian yaitu
dengan menggunakan leptop
(menonton video), LCD,
microfon, dll. Sedangkan pada
saat pandemi covid-19 jika ada
kegiatan besar yaitu
mneggunkan media
zoom/google meet.
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
c. Sumber informasi kesehatan.
Pengasuh pondok / ustadzah
dipondok pesantren darul
jannah 1 & 2 mengatakan
sumber informasi kesehatan
didapatkan dengan cara
melalui sosialisasi dari tim
satgas yang dilakukan di
ponpes darul jannah 1 & 2.
Sumber informasi melalui
media elektronik di ponpes
darul jannah 1 & 2 yang
digukanan menggunakan hp
untuk mencari informasi
tentang kesehatan, dan jika ada
pengumuman yang penting
mengenai kesehatan di ponpes
darul jannah 1 & 2 dilakukan
dengan cara brodcash atau di
sampaikan secara langsung. Di
ponpes darul jannah 1 & 2
belum ada media cetak tentang
kesehatan seperti banner,
leflet, poster dll.
d. Metode dan media informasi
kesehatan.
Sumber informasi kesehatan
di ponpes darul jannah 1 & 2
didaptkan melalui sosialisasi
secara langsung baik diporoleh
dari musrifah ataupun dari
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
petinggi ponpes darul jannah 1
& 2. Diponpes darul jannah 1
& 2 belum memiliki fasilitas
media informasi kesehatan
baik berupa poster, mading,
video, dll. Pendidikan
kesehatan yang di dapatkan
diponpes darul jannah 1 & 2
dilakukan oleh tim satgas yang
hanya dilakukan 1 kali yaitu
tentang pendidikan kesehatan
covid-19.
4 Layanan Kesehatan dan a. Terdapat fasilitas layanan
Sosial kesehatan pondok pada
a. Adakah fasilitas pondok pesantren STIKes
pelayanan kesehatan di Surya Global, namun tidak ada
pondok pesantren? struktur organiosasi tersendiri
(pelayanannya meliputi di pelayanan kesehatan yang
apa saja, program, tersedia di pondok, pelayanan
struktur organisasi, kesehatan yang tersedia
jumlah dokter, jumlah disebut dengan SHB, struktur
perawat, kelengkapan SHB berada dibawah naungan
fasilitas alat dan obat, pesantren, meliputi pelayanan
biaya, terapi pemeriksaan kesehatan secara
komplementer) umum dan pemeriksaan
b. Kesehatan reproduksi kesehatan gigi dengan jumlah
pada remaja tenaga kesehatan 1 orang
c. Apakah terdapat kader dokter umum, 1 orang dokter
kesehatan di pondok gigi, 1 orang perawat umum,
pesantren? dan 1 orang perawat gigi dan 1
d. Apakah terdapat kader orang bagian administrasi.
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
kesehatan di pondok Untuk kelengkapan fasilitas
pesantren? alat, cukup tersedia karena di
e. Pelayanan kesehatan di sesuaikan dengan permintaan
luar pondok pesantren dokter jaga. Untuk
yang sering digunakan? kelengkapan fasilitas
(Rumah Sakit, kelengkapan alat gigi sudah
Puskesmas, praktik cukup lengkap seperti adanya
dokter mandiri)?jarak? alat pemebersihan karang gigi
biaya?fasilitas? dan cabut gigi. Kemudian
f. Asuransi kesehatan untuk obat juga sudah cukup
lengkap. Kemudian untuk
biaya untuk mahasiswa santri
yang tinggal di pesantren
ketika berobat di gratiskan
dengan menunjukan kertu
SHB. Untuk terapi
komplementer unruk saat ini
tidak ada di pelayanan
kesehatan di SHB
b. Untuk kesehatan reproduksi
pada remaja belum pernah
dilakukian penyuluhan
kesehatan terkait reproduksi
pada mahasiswa yang berada
di asrama darul janah 1 adan 2
c. Untuk saat ini kader kesehatan
di pondok pesantren belum
terrealisasi namun sudah ada
wacana dari pihak pondiok
pesantren, di karenakan
pandemi covid 19 mahasiswa
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
di perboleh kan untuk pulang
kerumah.
d. Pelayanan kesehatan yang
sering digunakan mahasiswa di
luar pondok pesantren adalah
RS Rajawali Citrra yang hanya
berjarak kurang lebih 1,8 km
dan rumah sakit hidayatullooh
berjarak 5,2 km dari pondok
pesantren stikes surya global,
untuk biaya berobat untuk di
RS Rajawali Citra yang sampe
rawat inap di beri potongan
harga 500 permahasiswa
dengan menunjukan kartu
identitas pelajar, namun
apabila hanya berobat rawat
jalan tetap maka tidak
adapemotongan biaya dan
mengguan uang pribadi.
Untuk fasilitas dari ponpes
memfasilitasi 1 ambulan
sebagai transportasi.
e. Tidak ada asuransi kesehatan
yang digunakan oleh pondok,
pondok hanya membiyayai
penyakit-penyakit ringan di
SHB dengan obat seadanya,
bila penyakitnya parah pihak
pondok akan merujuk
santrinya ke RS terdekat dan
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
santri mebayar biaya sendiri,
amun bila ada mahasiswa
santri yang sakit dan
menjalankan rawat inap di rs
manapun itu dapat mengajukan
kliem pembayaran pada SHB
dengan menunjukan kwitasi
pembayaran rawat inap dari
RS dan pihak SHB akan
memberikan penggantian
biaya, namun tidak
sepenuhnya, berkisar 30 ribu
per hari rawat inap.
5 Keamanan dan Transportasi a. Keamanan
a. Keamanan(pemadam Tidak tersedia APAR (Alat
kebakaran, kepolisian, Pemadam Kebakaran) di
pemerintahan, sistem asrama darul jannah 1 dan
pengolahan limbah dan 2.Lokasi asrama berjarak 1,4
resiko atau sumber km dari kantor pemadam
polusi yang dapat kebakaran. Jarak dari pos
mengganggu kesehatan) kepolisian terdekat yaitu 1,2
b. Transportasi km, jarak ke kantor
1) Jenis transportasi pemerintahan bantul 10km.
yang digunakan sistem pengelolaan limbah
(mobil, bus, sepeda, dilakukan dengan pembuangan
sepeda motor atau limbah carir hasil rumah
berjalan) tangga di saluran
2) Transportasi yang pembuangan(parit) yang
disediakan perguruan mengarah ke saluran
tinggi/ponpes(jenis, pembuangan yang lebih besar
jumlah) (Kota). resiko atau polusi yang
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
3) Apakah jenis dapat mengancam kesehatan
transportasi yang b. Transportasi
paling banyak 1. Jenis transportasi yang
digunakan? digunakan berdasarkan
4) Apakah kondisi jalan hasil wawancara,
baik dan layak untuk mahasiswa mengatakan
transportasi tidak menggunakan alat
5) Penerangan jalan transportasi apapun
6) Adakah transportasi (berjalan kaki) untuk
umum yang tersedia? melakukan kegiatan sehari
seberapa sering? hari kekampus dan
7) Jika merupakah memenuhi kebutuhan.
daerah dengan lalu Jarak dari Darul Jannah
lintas tinggi, adakah 1&2 ke kampus 120
tanda batas kecepatan meter. Namun ada 7
atau zona kecepatan mahasiswa santri yang
yang dipasang? membawa motor ke darul
8) Adakah jalan utama jannah dan ada 1 yang
yang melewati daerah menggunakan sepeda.
tersebut? bagaimana Transportasi yang
kondisinya? digunakan oleh pengasuh
9) Jumlah kecelakaan pondok adalah motor.
yang terjadi dalam 1 2. Transportasi yang
tahun terakhir diseddiakan oleh ponpes
yaitu 3 bus kampus, 1
Ambulance dan 1
kendaraan operasional
3. Jenis transportasi yang
paling banyak digunakan
adalah Motor
4. Kondisi jalanan baik dan
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
layak digunakan, jalanan
dari darul jannah ke
kampus terbuat dari semen
sampai ke jalan aspal jl.
Ringroad selatan.
5. Terdapat penerangan jalan
berjumlan dua buah di
jalan yang
menghubungkan darul
hijrah dengan jl. Ringroad
selatan.
6. Terdapat ransportasi
umum yang tersedia yaitu
bus umum namun
intensitasnya jarang
7. Belum ada tanda batas
kecepatan yang dipasang
di jalan utama dekat
pondok pesantren, namun
terdapat rambu tanda
dilarang melawan arus
untuk mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan
8. Terdapat jalan utama yang
melintasi daerah pondok
pesantren yaitu jl.
Ringroad selatan dengan
kondisi bai dan terawatt
9. Dalam satu tahun terakhir
tidak ada jumlah
kecelakaan yang terjadi di
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
dekat pondok pesantren

6 Ekonomi a. Sumber dana pondok berasal


a. Sumber dana pondok dari dana yayasan yang
pesantren dibayarkan oleh mahasiswa
b. Bidang usaha yang santri setiap bulannya sebesar
dikembangkan pondok Rp. 300.000,-
pesantren b. Tidak ada bidang usaha yang
c. Bantuan dana untuk dikembangkan pondok
pemeliharaan kesehatan pesantren, tetapi terdapat
d. Rata-rata uang saku kantin, laundry dan galon isi
santri ulang di pondok pesantren
yang dikelolah secara mandiri
oleh perorangan
c. Sebelum covid bantuan dana
kesehatan tidak ada namun
pada saat covid pondok
pesantren mendapat bantuan
sperti handtinizer, masker dan
vitamin.
d. Rata-rata uang saku santri
perbulan ± Rp. 800.000,-
7 Politik dan Pemerintahan a. Peraturan dan kebijakan terkait
a. Peraturan dan kebijakan kesehatan komunitas di
terkait kesehatan pondok pesantren darul jannah
komunitas 1 dan darul jannah 2 adalah
b. Adaya program bila ada mahasiswa santri yang
kesehatan yang sakit maka mahasiswa tersebut
ditunjukkan pada dapat melaporkan ke
peningkatan kesehatan musyrifah kamar kemudian
komunitas musyrifah melaporkan ke
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
c. Keterlibatan santri dalam MPKD ponpes. Untuk
menentukan peraturan pengobatan awal mahasiswa
dan kebijakan kesehatan santri dapat berobat ke
komunitas pelayanan kesehatan kampus
(SHB) tanpa dipungut biaya,
dan apabila mahasiswa
tersebut memerlukan
penanganan yang lebih lanjut
dan perlu dibawa ke RS maka
dari pihak ponpes
memfasilitasi mobil
ambulance sebagai alat
transportasi.
b. Untuk saat ini program
kesehatan di ponpes darul
jannah 1 dan darul jannah 2
belum terealisasi namun sudah
ada rencana untuk membentuk
tim kesehatan hal ini
dikarenakan karena Covid-19
dimana banyak mahasiswa
yang pulang ke rumah. Namun
di darul jannah 1 dan darul
jannah 2 sudah menyediakan
kotak p3k untuk pertolongan
pertama
c. Untuk peraturan dan kebijakan
kesehatan komunitas dalam hal
ini mahasiswa santri tidak
dilibatkan dalam membuat
peraturan dan kebijakannya,
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
peraturan dan kebijakan
kesehatan komunitas hanya
dibuat oleh penanggung jawab
santri yaitu musyrifah dan
ustadzah sebagai pengasuh
santri

8 Rekreasi a. Pada masa pandemi ini


a. Kebiasaan komunitas mahasiswa santri biasa
berekreasi berekreasi ke taman desa dekat
b. Kegiatan yang dilakukan pondok
dalam mengisi waktu b. Kegiatan yang dilakukan saat
luang waktu luang yaitu mentoring
c. Jenis rekreasi yang dapat bersama ustadzah
dimanfaatkan c. Ekstrakurikuler saat ini belum
d. Sarana penyaluran bakat ada di pondok namun sedang
komunitas (ekstra di rencanakan untuk
kurikuler) membentuk ekstra kurikuler
e. Tempat rekreasi (taman, bahasa, panah,rebana, dan
sarana olah raga) kaligrafi
d. Terdapat taman desa yang
berada dekat dengan pondok
PERSEPSI
1 Persepsi warga pesantren Berdasarkan hasil wawancara dan
tentang kesehatan hasil pengkajian pada google
komunitas form, mayoritas mahasiswa santri
mengatakan kesehatan komunitas
di lingkungan pesantren kurang
baik, seperti kamar mandi yang
kurang bersih, banyaknya hama
tomcat di lingkungan pesantren
No Variabel Hasil Pengkajian Sumber
Data/Metode
sehingga menyebabkan
mahasiswa santri terkgena
penyakit kulit, serta tidak
disimplinnya mahasiswa santri
membuat tempat mencuci piring
jadi kotor karena sisa bekas
makanan yang tidak di buang
pada tempatnya.
2 Persepsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan hasil wawancara
dengan mahasiswa santri dan
pengkajian pada google form
didapatkan hasil pengkajian yaitu
dokter yang berjaga di SHB tidak
selalu standby seperti jadwal
yang tersedia, sehingga banyak
santri yang sering memilih
berobat di luar pondok pesantren

B. HASIL SURVEY MAWAS DIRI (SMD)


Hasil survey mawas diri yang dilakukan dari tanggal 13-14 Februari
2021 berikut hasil pengkajian yang didapatkan :
1. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Usia
Tabel 3.1 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kelompok
Usia di Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul Jannah

Sumber: Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.


Berdasarkan data diatas didapatkan usia mahasiswa santri yang
terbanyak usia 19-21 tahun sebanyak 40 orang dengan presentase (54%)
sedangkan presentase yang paling sedikit usia 16-18 tahun berjumlah
34 orang dengan presentase (46%). Dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa santri maskan darul jannah paling banyak berusia 19-21
tahun.

Diagram 3.1 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kelompok


Usia di Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul Jannah

Distribusi mahasiswa santri berdasarkan usia


di pondok pasantren darul jannah stikes
surya global yogyakarta
Masa remaja
awal (12-15)=0
Masa remaja
0% (16-18)=34

46% Masa remaja


54% akhir (19-
21)=40

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

2. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Program Studi


Tabel 3.2 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Program
Studi di Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul Jannah

No Program Studi Jumlah %


1 Keperawatan 41 55.5
2 Kesehatan Masyarakat 30 40.5
3 Farmasi 3 4
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas mengambil


program studi keperawatan yaitu sebanyak 41 orang (55.5%) dan
minoritas mengambil program studi farmasi yaitu sebanyak 3 orang
(4%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan mahasiswa santri di maskan
darul jannah paling banyak mengambil program studi keperawatan.
Diagram 3.2 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Program
Studi di Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul Jannah

Ditribusi mahasiwa santri berdasarkan


program studi di pondok pasantren darul
jannah stikes surya global yogyakart a

4%
Keperawatan=41
41% kesehatan masyarakat=30
55%
Farmasi=3

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

3. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Suku


Tabel 3.3 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Suku di
Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul Jannah

No Suku Jumlah %
1 Maluku 6 8
2 Jawa 43 59
3 Sunda 5 7
4 1
Mandar 1
1
5 Bugis 5 7
6 Melayu 6 8
7 Banjar 1 1
8 Sasak 1 1
9 Bajo 1 1
10 Piliang 1 1
11 1
Bengkuli 1
1
12 Sumbawa 1 1
13 Tabose 1 1
14 Batak 1 1
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas berasal dari


suku Jawa yaitu sebanyak 43 orang (59%) dan minoritas bersal dari
suku Mandar, Banjar, Sasak, Bajo, Piliang, Bengkuli, Sumbawa,
Tabose, dan Batak yaitu sebanyak 1 orang per suku (1%). Dari data
tersebut, dapat disimpulkan mahasiswa santri di maskan darul jannah
paling banyak berasal dari suku jawa.
Diagram 3.3 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Suku di
Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul Jannah

Distrbusi santri berdasarkan kelompok suku


di pondok darul jannah stikes surya global
yogyakarta
Maluku=6
Jawa=43
1%
1%
2% 1%8%
1%
1%
2% Sunda=5
8%
7% Mandar=1
2%
7% Bugis=5
59% Melayu=6
Banjar=1
Sasak=1

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021

4. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Uang Saku


Tabel 3.4 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Uang Saku
Perbulan di Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul
Jannah

No Uang Saku Jumlah %


1 < Rp. 500.00,- 39 52.7
2 Rp.500.000,- - 30 40.5
3 Rp.1.000.000,- 5 6.6
> Rp.1.000.000,-
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.
Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas membawa
uang saku setiap bulan < Rp.500.000,- yaitu sebnyak 39 orang (52.7%)
dan minoritas membawa uang saku > Rp.1.000.000 yaitu sebanyak 5
orang (6.6%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan mahasiswa santri di
maskan darul jannah paling banyak membawa uang < Rp. 500.000,-.
Diagram 3.4 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Uang Saku
Perbulan di Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul Jannah

Ditribusi mahasiswa santri berdasarkan uang


saku dalam perbulan di pondok pasantren
darul jannah stikes surya global yogyakarta

8%
<=500.000=39
45% >500.000-1.000.000=30
47% >1.000.000=5

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021

5. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan Mandi


Tabel 3.5 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan
Mandi di Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul
Jannah

No Program Studi Jumlah %


1 Tidak tentu 13 18
2 2 kali 61 82
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas mandi 2


kali sehari yaitu sebanyak 61 orang (82%) dan minoritas mandi tidak
menentu dalam sehari yaitu sebanyak 13 orang (18%). Dari data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa santri di maskan darul
jannah paling banyak mandi 2 kali sehari.
Diagram 3.5 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan
Mandi di Pondok Pesantren Surya Global Maskan Darul Jannah

Mandi sehari dua kali menggunakan


air bersih dan sabun

18%

Ya=61

Tidak=13
82%

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

6. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan Mencuci rambut


dalam 2 hari
Tabel 3.6 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan
Mencuci rambut di Pondok Pesantren Surya Global Maskan
Darul Jannah

No Program Studi Jumlah %


1 Cuci rambut 54 73
2 Tidak tentu 20 27
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas mencuci


rambut 2 kali sehari yaitu sebanyak 54 orang (72.9%) dan minoritas
mencuci rambut tidak menentu dalam dua hari yaitu sebanyak 20 orang
(27.1%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa santri
di maskan darul jannah paling banyak mencuci rambutnya setiap 2 hari
sekali.
Diagram 3.6 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan
Mencuci Rambut di Pondok Pesantren Surya Global Maskan
Darul Jannah

Mencuci rambut setiap dua hari


sekali

27%
Ya=54

73% Tidak=20

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

7. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi


Tabel 3.7 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan
Mencuci rambut di Pondok Pesantren Surya Global Maskan
Darul Jannah

No Program Studi Jumlah %


1 Gosok gigi 2 kali 70 95
2 Tidak tentu 4 5
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas menggosok


gigi 2 kali sehari yaitu sebanyak 70 orang (94.6%) dan minoritas
menggosok gigi tidak menentu dalam sehari yaitu sebanyak 4 orang
(5.4%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa santri
di maskan darul jannah paling banyak menggosok gigi 2 kali sehari.
Diagram 3.7 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan
Mencuci Rambut di Pondok Pesantren Surya Global Maskan
Darul Jannah

Menggosok gigi sehari dua kali

5%

ya=70
Tidak=4

95%

8. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi


Tabel 3.8 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan
Memotong Kuku di Pondok Pesantren Surya Global Maskan
Darul Jannah

No Potong Kuku Jumlah %


1 Satu minggu sekali 64 86
2 Tidak tentu 10 14
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas


mememotong kuku satu minggu sekali yaitu sebanyak 64 orang
(86.5%) dan minoritas memotong kuku tidak menentu dalam seminggu
yaitu sebanyak 4 orang (13.5%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa santri di maskan darul jannah paling banyak
memotong kuku satu minggu sekali.

Diagram 3.7 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan


Mencuci Rambut di Pondok Pesantren Surya Global Maskan
Darul Jannah
Potong kuku setiap satu minggu
sekali

14%

Ya=64
Tidak=10

86%

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

9. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan


Setelah Melakukan Kegiatan
Tabel 3.9 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan
Mencuci Tangan setelah melakukan kegiatan di Pondok
Pesantren Surya Global Maskan Darul Jannah

No Mencuci Tangan Jumlah %


1 Mencuci tangan 62 84
2 Tidak tentu 12 16
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas


mememotong kuku satu minggu sekali yaitu sebanyak 64 orang
(86.5%) dan minoritas memotong kuku tidak menentu dalam seminggu
yaitu sebanyak 4 orang (13.5%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa santri di maskan darul jannah paling banyak
memotong kuku satu minggu sekali.

Diagram 3.9 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan


Mencuci Tangan setelah melakukan kegiatan di Pondok Pesantren
Surya Global Maskan Darul Jannah
Mencuci tangan dengan sabun
setelah melakukan kegiatan

16%

Ya=62
Tidak=12

84%

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

10. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Pakaian


Menggunakan Sabun
Tabel 3.10 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan
Mencuci Pakaian Menggunakan Sabun di Pondok Pesantren
Surya Global Maskan Darul Jannah

No Mencuci Pakaian Jumlah %


1 Mencuci dengan sabun 73 99
2 Tidak mencuci 1 1
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas mencuci


baju dengan sabun yaitu sebanyak 73 orang (99%) dan minoritas tidak
mencuci dalam seminggu yaitu sebanyak 1 orang (1%). Dari data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa santri di maskan darul
jannah paling banyak mencuci dengan menggunakan sabun.

Diagram 3.10 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Kebiasaan


Mencuci Pakaian Menggunakan Sabun di Pondok Pesantren Surya
Global Maskan Darul Jannah
Mencuci pakaian menggunakan
sabun

1%
Ya=73

Tidak=1

99%

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

11. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Tekanan Darah Normal


Dalam 1 Bulan Terakhir
Tabel 3.11 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Tekanan
Darah Normal dalam 1 Bulan Terakhir di Pondok Pesantren
Surya Global Maskan Darul Jannah

No Tekanan Darah Jumlah %


1 Normal 65 88
2 Tidak Normal 9 12
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas memiliki


tekanan darah normal dalam 1 bulan terakhir, yaitu sebanyak 65 orang
(99%) dan minoritas tekanan darah tidak normal dalam 1 bulan yaitu
sebanyak 9 orang (12%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa santri di maskan darul jannah paling banyak mencuci
dengan menggunakan sabun.

Diagram 3.12 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Tekanan


Darah Normal dalam 1 Bulan Terakhir di Pondok Pesantren Surya
Global Maskan Darul Jannah
TD anda normal dalam 1 bulan
terakhir

12%
Ya=65

Tidak=9

[]

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021

12. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan IMT Normal dalam 1 Bulan


Terakhir
Tabel 3.12 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan IMT
Normal dalam 1 Bulan Terakhir di Pondok Pesantren Surya
Global Maskan Darul Jannah

No Tekanan Darah Jumlah %


1 Normal 57 77
2 Tidak Normal 17 23
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas memiliki


IMT normal dalam 1 bulan terakhir, yaitu sebanyak 57 orang (77%) dan
minoritas IMT tidak normal dalam 1 bulan yaitu sebanyak 1 orang
(1%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa santri di
maskan darul jannah paling banyak mencuci dengan menggunakan
sabun.

Diagram 3.12 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan IMT


Normal dalam 1 Bulan Terakhir di Pondok Pesantren Surya
Global Maskan Darul Jannah
Memiliki BB normal sesuai dengan
IMT

[]
Ya=57

Tidak=17
[]

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

13. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan suhu Normal dalam 1 Bulan


Terakhir
Tabel 3.13 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan IMT
Normal dalam 1 Bulan Terakhir di Pondok Pesantren Surya
Global Maskan Darul Jannah

No Tekanan Darah Jumlah %


1 Normal 69 93
2 Tidak Normal 5 7
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas memiliki


suhu normal dalam 1 bulan terakhir, yaitu sebanyak 69 orang (93%)
dan minoritas suhu tidak normal yaitu sebanyak 5 orang (7%). Dari data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa santri di maskan darul
jannah paling banyak memiliki IMT normal.

Diagram 3.13 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Suhu


Normal dalam 1 Bulan Terakhir di Pondok Pesantren Surya
Global Maskan Darul Jannah
Suhu anda normal dalam 1 bulan
terakhir

7% Ya=69

Tidak=5

93%

Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

14. Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Keluhan Fizik dalam 1 Bulan


Terakhir
Tabel 3.14 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan Keluhan
Fisik dalam 1 Bulan Terakhir di Pondok Pesantren Surya
Global Maskan Darul Jannah

No Tekanan Darah Jumlah %


1 Tidak ada 44 60
2 Ada 30 40
Jumlah 74 100%
Sumber Data Primer Profesi Ners bulan Februari, 2021.

Berdasarkan data diatas jumlah mahasiswa santri mayoritas tidak


memiliki keluhan fisik dalam 1 bulan terakhir, yaitu sebanyak 44 orang
(60%) dan minoritas memiliki keluhan fisik yaitu sebanyak 30 orang
(40%). Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa santri
di maskan darul jannah paling banyak mencuci dengan menggunakan
sabun.

Diagram 3.14 Distribusi Mahasiswa Santri Berdasarkan


Keluhan Fisik dalam 1 Bulan Terakhir di Pondok Pesantren
Surya Global Maskan Darul Jannah
Dalam 1 bulan terakhir pernah
mengalami Keluhan fisik (pusing,
nyeri, lemas)

Ya=30
40%
Tidak=44
60%

B. ANALISA DATA
No Analisa Data Etiologi Problem
1. Ds: Sumber daya KetidakEfektifan
a) Mayoritas mahasiswa santri tidak cukup pemeliharaan
mengatakan kesehatan kesehatan
komunitas di lingkungan
pesantren kurang baik, seperti
kamar mandi yang kurang bersih,
banyaknya hama tomcat di
lingkungan pesantren sehingga
menyebabkan mahasiswa santri
terkena penyakit kulit
b) Mayoritas mahasiswa santri
mengatakan penanganan
kesehatan di pondok pesantren
ketika ada mahasiswa yang sakit
kurang cepat tangap dalam
mengatasi masalah
c) Mahasiswa santri mengatakan
sampah disimpan di
penampungan sementara di
depan pondok pesantren
d) Sebagian Mahasiswa santri
mengeluhkan pelayanan
kesehatan yang tersedia di
pesantren (SHB)
Do:
a) Tempat sampah yang tersedia
hanya satu buah di setiap lantai
b) Tidak ada kader kesehatan
khusus yang menangani
mahasiswa yang sakit
c) Berdasarkan hasil observasi
masih banyak mahasiswa santri
yang membuang sampah di
talang air hujan
2 Ds: Kurangnya Perilaku
a) Sebagian mahasiswa santri pemahaman kesehatan
mengeluhkan tidak disimplinnya cenderung
mahasiswa santri lain membuat beresiko
tempat cuci piring jadi kotor karena
sisa makanan yang tidak di buang
pada tempatnya
Do:
a) Kurangnya kesadaran mahasiswa
santri dalam membersikan tempat
cuci piring sehingga tempat cuci
piring menjadi kotor dan berlumut
b) Kurangnya kesadaran mahasiswa
santri dalam membuang sisa makan
ketempat samapah yang
menyebabkan tersumbatanya
saluran wastafel
Ds: Kesiapan
a) Mahasiswa santri berharap Meningkatkan
kesehatan di ponpes dapat Manajemen
ditingkatkan Kesehatan
b) Mahasiswa santri memeriksakan
sendiri kesehatannya ke fasilitas
kesehatan ketika sakit
Do:
a) Persentase santri mandi 2 kali
sehari 82%
b) Santri yang mencuci rambut dalam
dua hari sekali 72%
c) Santri gosok gigi sehari ada 94%
d) Santri memotong kuku dalam
seminggu ada 86%
e) Santri mencuci tangan dengan
sabun sebanyak 83 %
f) Santri memcuci pakaian dengan
sabun sebanyak 98%
g) Santri yang memiliki TD normal
selama sebulan sebanyak 87%
h) Santri yang memiliki IMT normal
sebanyak 77%
i) Santri yang memiliki suhu normal
selama sebulan sebanyak 93%
j) Santri memiliki keluhan fisik
(pusing, demam dll) sebanyak 59%
C. PERENCANAAN
NOC
Diagnosa
No Tgl/Jam Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Evaluasi NIC

1. 19 - 21 Ketidakefektifan Meningkatnya Setelah dilakukan Orientasi mahasiswa Manajemen Lingkungan:


Februari 2021 pemeliharaan kesadaran tindakan keperawatan santri terhadap Komunitas (6484)
kesehatan b/d mahasiswa santri selama 5 minggu kesehatan dan 1. Evaluasi tentang
kurangnya diharapkan: kebersihan lingkungan tingkat pengetahuan,
kesadaran akan kesehatan meningkat dengan
Orientasi kesehatan sikap dan peilaku
mahasiswa santri dan kebersihan (1705) Kriteria evaluasi : dalam pengelolaan
akan kesehatan lingkungan. 1. Mahasiswa santri 1. 98% mahasiswa sampah.
dan kebersihan berfokus pada santri dapat 2. Lakukan reedukasi
lingkungan. kesejahteraan mengetahui tentang pengolahan
lingkungan. keuntungan dalam sampah agar bernilai
2. Mahasiswa santri mengelola sampah. ekonomis.
mampu menjaga 2. 98% 3. Bekerja sama
perilaku kesehatan Mahasiswa santri dengan mahasiswa
(mengelola sampah). mampu santri untuk melakukan
3. Mahasiswa santri mengelola kerja bakti.
memiliki persepsi bahwa sampah menjadi 4. Bekejasama
barang yang dengan mahasiswa
kesehatan merupakan
bernilai. santri untuk pemilahan
prioritas tinggi dalam
sampah.
kehidupan sehari-hari. 5. Edukasi dampak
pembakaran sampah.
7. Edukasi lingkungan
beresiko menimbulkan
penyakit.

2. 17 Februari Peilaku kesehatan Untuk Setelah dilakukan Perilaku hidup sehat Pendidikan kesehatan
2021 cenderung meningkatkan tindakan kepeawatan dengan mencuci (5510)
beresiko b/d perilaku selama 2 minggu tangan, menggosok 1. Edukasi manfaat
kurangnya diharapkan : gigi, senam lansia, perilaku hidup bersih
mahasiswa santri Pengetahuan : promosi merokok pada warga
pemahaman dan sehat
terkait perilaku terkait perilaku kesehatan (1823) dusun Glondong 2. Demontrasikan
hidup bersih dan hidup bersih dan dengan kriteria cara menjaga
sehat sehat  Mampu meningkatkan evaluasi : lingkungan agar tetap
prilaku kesehatan yaitu  70% mahasiswa bersih dan sehat
PHBS. santri menerapkan 3. Lakukan
perilaku hidup
senam sehat
bersih dan sehat
minimal 1 minggu
sekali
4. 1-03-2020 Kesiapan Meningkatkan Setelah dilakukan Mahasiswa santri Pendidikan Kesehatan
meningkatkan pengetahuan tindakan keperawatan mampu mengetahui (5510)
pengetahuan b/d terkait selama 3 minggu kasiat tanaman obat 1. Edukasi para kader
pemanfaatan diharapkan: keluarga. kesehatan dan warga
minat yang tinggi tanaman obat 1. 70% Mahasiswa
Pengetahuan : Promosi terkait jenis-jenis dan
dan kurangnya keluarga untuk Kesehatan (1823) santri mampu manfaat tanaman obat
pengetahuan kesehatan serta 1. Mahasiswa santri dapat mengetahui tentang Keluarga
tentang manfaat agar bernilai mengetahui manfaat pengertian, manfaat 2. Kolaborasikan dengan
penanaman ekonomis dari penanaman tanaman dan jenis-jenis ahli dibidang tanaman
obat keluarga tanaman obat. obat dari Rumah Sehat
tanaman obat
2. Mahasiswa santri mampu 2. 65% Mahasisw Alami Stikes Surya
keluarga santri Terlibat Global Yogyakarta).
mengelola tanaman obat pemanfaatan
keluarga menjadi tanaman obat
pengobatan alternatif keluarga.
dalam kehidupan sehari-
hari.
D. PLANNING OF ACTION

Diagnosa
No keperawatan Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/tempat Strategi Media
1 Ketidakefektifan Orientasi kesehatan Mahasiswa Masjid Baitu Surga Komunikasi dan Power
pemeliharaan (1705) santri maskan Informasi point
kesehatan b/d 1. Mahasiswa Edukasi terkait darul jannah
santri mampu lingkungan beresiko
kurangnya kesadaran
berfokus pada
Mahasiswa santri menimbulkan penyakit
kesejahteraan
akan kesehatan dan lingkungan.
kebersihan 2. Mahasiswa
santri mampu Pelatihan pengolahan Mahasiswa Maskan darul jannah Pelatihan, role Roleplay
lingkungan
menjaga perilaku sampah rumah tangga santri maskan play, komunikasi,
kesehatan menjadi kompos dan darul jannah informasi dan
(mengelola sampah). pupuk cair. Peembuatan
motivasi
mikroorganisme lokal
3. Mahasiswa
(MOL)
santri memiliki
persepsi bahwa
kesehatan Bersama dengan Mahasiswa Maskan Darul Jannah Gotong Royong -
merupakan
mahasiswa santri santri maskan
prioritas tinggi
dalam kehidupan melakukan kerja bakti darul jannah
sehari-hari
Mahasiswa Maskan Darul Jannah Komunikasi dan -
Bekerjasama dengan santri maskan Informasi
pemuda terkait pengelolaan darul jannah
tong sampah
2 Perilaku kesehatan Promosi Mahasiswa Masjid Baitu Surga Demonstrasi, Power Point
cenderung beresiko b/d kesehatan (1823) santri maskan Motivasi
kurangnya pemahaman 1. Mampu Memberikan penyuluhan darul jannah
terkait perilaku hidup meningkatkan
prilaku kesehatan pengolahan sampah
bersih dan sehat. membuang limbah
sampah sesuai
tempatnya. Memberikan Mahasiswa Masjid Baitu Surga Demonstrasi, Power Point
2. Mampu Penyuluhan cara santri maskan motivasi
meningkatkan menbersihkan kamar agar darul jannah
kebiasaan
terhindar dari tomcat
membersihkan
asrama dan kamar Memberikan senam Mahasiswa Maskan darul jannah Role play, Video
mandi maskan darul Senam Sehat santri maskan komunikasi,
jannah darul jannah motivasi
3. Mampu
meningkatkan
kesadaran
mahasiswa untuk
senam
3 Kesiapan Pengetahuan : 1. Mengedukasi para Mahasiswa Masjid baitu surga dan Komunikasi, Power Point
meningkatkan Promosi mahasiswa santri serta santri dan Maskan Darul Jannah motivasi dan
pengetahuan b/d Kesehatan (1823) ustadzah cara Ustadzah informasi
minat yang tinggi dan 1. Mahasiswa menggunakan tanaman
kurangnya santri dapat obat yang di tanam di
pengetahuan tentang mengetahui maskan darul jannah
manfaat penanaman manfaat dari 2. Melakukan
tanaman obat penanaman tanaman penanaman tanaman
keluarga obat obat bersama dengan
2. Mahasiswa para ustadzah dan
santri mampu mahasiswa santri
mengelola tanaman 3. Kolaborasikan
obat menjadi dengan ahli dibidang
pengobatan tanaman obat dari
alternatif dalam Rumah Sehat Alami
mencegah hama STIKes Surya Global
Yogyakarta
tomcat
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Lingkungan
a. Pondok pesantren maskan Darul Jannah
Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu
tempat, diperlukan survei jentik (Taviv 2009 dalam kurniawan
2016). Berdasarkan hasil pengkajian angka bebas jentik di maskan
Darul Jannah 1 didapatkan hasil sebesar 61% dan di maskan darul
jannah 2 didapatkan hasil 75%. Artinya, dari ke 20 kamar dan
lingkungan yang diperiksa tersebut masih terdapat jentik nyamuk.
Indikator ABJ yang baik berada pada skor 95% sedangkan hasil
yang didapatkan dari hasil pengkajian masih berada dibawah 95%
yang mana merupakan faktor beresiko untuk terjadinya persebaran
penyakit DBD karena vektor nyamuk lebih besar.
Jadi berdasarkan hasil diatas kemungkinan diarea maskan
Darul Jannah tersebut akan timbul penyakit seperti DBD, malaria
dan chikungunya.
b. Asrama dan kamar
Berdasarkan data dari hasil pengkajian, didapatkan hasil
Tipe bangunan asrama permanen, jumlah kamar yang tersedia di
lantai 1 sebanyak 30 kamar dan lantai 2 sebanyak 30 kamar,
kapasitas setiap 1 kamar untuk lantai 1 dan 2 yaitu sebanyak 4
mahasiswa santri, namun pada 1 kamar untuk pengurus MPKD
sebanyak 2 mahasiswa santri, dan 1 kamar untuk 1 ustadzah. Lantai
asrama maskan Darul Jannah semua sudah berupa keramik,
Ventilasi pada setiap kamar cukup baik karena terdapat jendela dan
juga kusen atas jendela yang terdapat lubang-lubang, Penerangan
sinar matahari dan listrik cukup baik dan luas kamar 4x5, Jarak
antar kamar sangat dekat hanya terpisah oleh triplek, halaman
disekitar kamar berupa lorong. Lorong didepan kamar biasa
digunakan untuk kegiatan rutin seperti dzikir pagi & petang al-
matsurot, sholat berjamaah, serta tempat berdiskusi/belajar bersama
antar santri, keadaan kamar santri bersih, tertata rapi dan memiliki
teras disekitar kamar yaitu berupa lorong.
c. Sumber air dekat
Berdasarkan hasil pengkajian Penyediaan air bersih
bersumber dari sumur. Jarak antara sumur 1 dengan septic tank 1
yaitu 20m dan jarak antara sumur 2 dengan septic tank ke 2&3
yaitu 10m. Sumber air untuk dimasak diambil dari sumur, namun
sumber air untuk diminum biasanya mahasiswa santri
menggunakan air minum isi ulang galon. Sumber air untuk mandi
dan mencuci berasal dari sumur yang di tampung di 2 tandon besar.
Air tersebut digunakan oleh seluruh mahasiswa santri di maskan
Darul Jannah. Kondisi penampungan air ada yang terbuka dan
tertup jaring, sehingga membuat air yang di tampung dalam tandon
menjadi sedikit kurang bersih Kondisi air dalam penampungan
tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna Terdapat jentik
nyamuk pada bak-bak di kamar mandi, dan Santri rutin melakukan
3M setiap 1 minggu sekali pada hari minggu.
Berdasarkan data dari hasil pengkajian, didapatkan hasil
Tempat pembuangan sampah menggunakan bak sampah yang telah
disediakan oleh pondok sebanyak 1 bak sampah per lantai. Jenis
sampah organik dan anorganik dicampur menjadi satu, diarea
maskan darul jannah terdapat penampungan sampah sementara.
Pembuangan sampah dibuang ke TPA oleh petugas kebersihan
pondok.
Menurut UU No.18 tahun 2008, dalam wildawati dan
hasnita 2019 tentang pengelolahan sampah menekankan tentang
perlunya perubahan pola pengelolahan sampah convesional
menjadi pengelohan sampah yang bertumpuh pada pengurangan
dan penanganan sampah, disebutkan dalam pasal 20 meliputi
pembatasan timbulan sampah, pendaur sampah, dan atau
pemanfaatan kembali sampah atau dikenal dengan 3R (Reduce,
Reuse dan Recycle).
Tata cara pemilihan lokasi tempat sampah pembuangan akhir
sampah (SNI 03-3241-1994) dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a) Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk zona layak
atau tidak layak sebagian berikut:
1) Kondisi geologi
Tidak berada dizona bahaya geologi.
2) Kondisi hidrologi
Tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter.
Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100
meter dihilir airran
3) Kemiringan zona harus kurang dari 20%
4) Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter
5) Tidak boleh pada daerah lindung atau cagar alam dan daerah
banjir periode 25 tahun.
b) Kriteria penyisih
Yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu
terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut:
1) Iklim
2) Utilitas
3) Lingkungan biologis
4) Kondisi tanah
5) Demografi
6) Batas administrasi
7) Kebisingan
8) Bau
9) Estetika
10) Ekonomi
c) Kriteria penetapan
Yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk
menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijakan
instansi yang berwenang setempat dan ketentuan berlaku.
2. Pembuangan limbah
Berdasarkan data dari hasil pengkajian, didapatkan hasil Para santri
di maskan Darul Jannah BAB/BAK di jamban/WC. Jenis jamban yang
digunakan oleh para mahasiswa santri yaitu wc jongkok. Pembuangan air
limbah menggunakan got yang dialirkan ke sungai, Kondisi saluran air di
maskan darul jannah lancar, dan terdapat sumbatan.
Lokasi tempat pengelolan septic tank dengan sumur dan bangunan.
Detail ketentuannya adalah sebagi berikut:
a) Jarak minimal sumur resapan septic tank dengan sumur air bersih
adalah 10 meter, dengan bangunan atau rumah 1,5 meter, dan dengan
sumur resapan air hujan 5 meter.
b) Jarak minimal up flow filter septic tank dengan sumur air bersih,
bangunan/rumah, dan sumur resapan air hujan, masing-masing adalah
1,5 meter.
c) Jarak minimal taman dengan septic tank dengan sumur air bersih,
bangunan/rumah, dan sumur resapan air hujan, masing-masing adalah
1,5 meter.

Sedangkan bentuk dan ukuran tangki septic tank berdasarkan


ketentuan SNI 2398:2017 adalah sebagaimana perincian dibawah ini:

a) Septic tank berbentuk segi empat dengan perbandingan panjang dan


lebar 2:1 sampai 3:1. Minimal, lebar septic tank 0.75 meter, panjang
1,5 meter, dan tingginya 1,5 meter, termasuk ambang batas 0,3 meter.
3. Pendidikan
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan hasil Tipe kepemilikan
pondok pesantren yaitu milik yayasan STIKes Surya Global Yogyakarta,
Program pesantren yang terdapat di Pesantren STIKes Surya Global
Yogyakarta yaitu pendidikan karakter islam untuk mahasiswa santri,
dengan mengajarkan ilmu agama pada setiap santrinya, program yang
tersedia yaitu pendidikan bahasa arab, tahsin, Fiqih, Aqidah, dan Akhlak.
Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren STIKes Surya Global
mengacu pada Kementrian Agama, Jumlah Ustad dan Ustadzah Yang
terdapat di Pondok Pesantren STIKes Surya Global Maskan Darul Jannah
yaitu Ustadzah 1 orang, Lurah pondok 1 orang, Musyrifah 12 orang,
MPKD 4 orang, Jumlah mahasiswa santri darul jannah 1 dan darul jannah
2 sebanyak 208 santri, Fasilitas yang tersedia yaitu ruang kuliah,
laboratorium, serta bus kampus.
Abdurahman wahid (dalam Komo, suryana 2017), sistem
pendidikan pesantren tidak didasarkan pada kurikulum yang digunakan
secara luas, tetapi diserahkan pada penyesuaian yang elastis antara
kehendak kyai dan santrinya secara individual. Dengan demikian santri
telah dilibatkan dalam penentuan kebijakan pemilihan materi pelajaran
yang akan disampaikan kyai kepada santri. Sampai pada taraf ini dalam
kasus ini telah timbul suasana dan interaksi belajar secara demokrasi.
Tahap pelaksanaan kurikulum di lembanga pendidikan melalui
empat tahap: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian dan koordinasi, (3)
pelaksanaan, dan (4) pengendalian atau Evaluasi ( Asep Sudarsyah dan
Diding Nurdin dalam Komo,2017).
4. Komunikasi
Berdasarkan hasil pengkajian media komunikasi yang sering di
jumpai di pondok pesantren darul jannah 1 & 2 penyampaian informasi
dilakukan dengan cara terbuka. Jika ada pengumuman yang penting
disampaikan secara langsung baik melalui musrifah maupun di umumkan
secara langsung ke santriwati. Jika ada kegiatan di ponpes (PAPM, kajian,
dll) biasanya dilakukan di masjid yaitu dengan menggunakan alat seperti
laptop, LCD, dll. Sedangkan pada saat pandemi covid-19 jika ada kegiatan
dilakukan dengan cara zoom/google meet.
Media komunikasi yang sering digunakan Dipondok pesatren darul
jannah 1 & 2 media komunikasi yang sering digunakan yaitu penyampaian
informasi dilakukan secara langsung, yaitu seperti jika ada kegiatan
santriwati di beritahu secara langsung atau lewat pengumuman dengan
cara menggunakan pengeras suara. Dan jika ada kegiatan di pondok
pesantren santriwati mengikuti kegiatan yang dilaksakan di masjid.
Ustadzah mengakan sebelum pandemi covid-19 jika ada kegiatan seperti
kajian pondok pesantren sering mendatangkan pemateri dari luar ponpes,
dan alat yang sering digunakan pada saat penyampaian kajian yaitu dengan
menggunakan leptop (menonton video), LCD, microfon, dll. Sedangkan
pada saat pandemi covid-19 jika ada kegiatan besar yaitu mneggunkan
media zoom/google meet.
Sumber informasi kesehatan Pengasuh pondok / ustadzah dipondok
pesantren darul jannah 1 & 2 mengatakan sumber informasi kesehatan
didapatkan dengan cara melalui sosialisasi dari tim satgas yang dilakukan
di ponpes darul jannah 1 & 2. Sumber informasi melalui media elektronik
di ponpes darul jannah 1 & 2 yang digukanan menggunakan hp untuk
mencari informasi tentang kesehatan, dan jika ada pengumuman yang
penting mengenai kesehatan di ponpes darul jannah 1 & 2 dilakukan
dengan cara brodcash atau di sampaikan secara langsung. Di ponpes darul
jannah 1 & 2 belum ada media cetak tentang kesehatan seperti banner,
leflet, poster dll.
Metode dan media informasi kesehatan Sumber informasi
kesehatan di ponpes darul jannah 1 & 2 didaptkan melalui sosialisasi
secara langsung baik diporoleh dari musrifah ataupun dari petinggi ponpes
darul jannah 1 & 2. Diponpes darul jannah 1 & 2 belum memiliki fasilitas
media informasi kesehatan baik berupa poster, mading, video, dll.
Pendidikan kesehatan yang di dapatkan diponpes darul jannah 1 & 2
dilakukan oleh tim satgas yang hanya dilakukan 1 kali yaitu tentang
pendidikan kesehatan covid-19.
Danim dalam ( Nursamsu,2017) menyatakan bawah sistem
pembelajaran akan lebih menarik jika disampaikan dengan TIK karena
adanya kontak komunikasi yang ditunjukan dengan teknologi sehingga hal
ini dapat dijadikan sebagai daya tarik dalam proses pembelajaran.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran ini bukan sebagai fungsi
tambahan, melainkan untuk menciptakan fungsi lain dari TIK yaitu
sebagai alat bantu untuk mewujudkan sistem belajar aktif dan efektif.
5. Layanan kesehatan dan social
Berdasarkan dari hasil pengkajian, Terdapat fasilitas layanan
kesehatan pondok pada pondok pesantren STIKes Surya Global, namun
tidak ada struktur organiosasi tersendiri di pelayanan kesehatan yang
tersedia di pondok, pelayanan kesehatan yang tersedia disebut dengan
SHB, struktur SHB berada dibawah naungan pesantren, meliputi
pelayanan pemeriksaan kesehatan secara umum dan pemeriksaan
kesehatan gigi dengan jumlah tenaga kesehatan 1 orang dokter umum, 1
orang dokter gigi, 1 orang perawat umum, dan 1 orang perawat gigi dan 1
orang bagian administrasi. Untuk kelengkapan fasilitas alat, cukup tersedia
karena di sesuaikan dengan permintaan dokter jaga. Untuk kelengkapan
fasilitas kelengkapan alat gigi sudah cukup lengkap seperti adanya alat
pemebersihan karang gigi dan cabut gigi. Kemudian untuk obat juga sudah
cukup lengkap. Kemudian untuk biaya untuk mahasiswa santri yang
tinggal di pesantren ketika berobat di gratiskan dengan menunjukan kertu
SHB. Untuk terapi komplementer unruk saat ini tidak ada di pelayanan
kesehatan di SHB. Untuk kesehatan reproduksi pada remaja belum pernah
dilakukian penyuluhan kesehatan terkait reproduksi pada mahasiswa yang
berada di asrama darul janah 1 dan Untuk saat ini kader kesehatan di
pondok pesantren belum terrealisasi namun sudah ada wacana dari pihak
pondiok pesantren, di karenakan pandemi covid 19 mahasiswa di perboleh
kan untuk pulang kerumah.
Pelayanan kesehatan yang sering digunakan mahasiswa di luar
pondok pesantren adalah RS Rajawali Citrra yang hanya berjarak kurang
lebih 1,8 km dan rumah sakit hidayatullooh berjarak 5,2 km dari pond ok
pesantren stikes surya global, untuk biaya berobat untuk di RS Rajawali
Citra yang sampe rawat inap di beri potongan harga 500 permahasiswa
dengan menunjukan kartu identitas pelajar, namun apabila hanya berobat
rawat jalan tetap maka tidak adapemotongan biaya dan mengguan uang
pribadi. Untuk fasilitas dari ponpes memfasilitasi 1 ambulan sebagai
transportasi. Tidak ada asuransi kesehatan yang digunakan oleh pondok,
pondok hanya membiyayai penyakit-penyakit ringan di SHB dengan obat
seadanya, bila penyakitnya parah pihak pondok akan merujuk santrinya ke
RS terdekat dan santri mebayar biaya sendiri, amun bila ada mahasiswa
santri yang sakit dan menjalankan rawat inap di RS manapun itu dapat
mengajukan kliem pembayaran pada SHB dengan menunjukan kwitasi
pembayaran rawat inap dari RS dan pihak SHB akan memberikan
penggantian biaya, namun tidak sepenuhnya, berkisar 30 ribu per hari
rawat inap.
Pos kesehatan pesantren merupakan salah satu wujud upaya
kesehatan bersumberdayaan masyarakat (UKMB) dilingkungan pondok
pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan warga pondok pesantren,yang
mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif
(pencegahan) tanpa mengabaikan aspeck kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan), dengan binaan SHB setempat. Tujuan
dibentuknya poskestren yaitu mewujudkan kemandirian warga pondok
pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk kegiatan
masyarakat dijalur agama yang berperan penting dalam pengembagan
sumberdaya manusia. Poskestren (Pos kesehatan pesantren) adalah bentuk
pemberdayaan masyarakaat di pondok pesantren yang merupakan upaya
fasilitasi, bertujuan agar warga pondok pesantren mengetahui dan
mengerti masalah kesehatan yang dihadapi, dan diharapkan dapat
merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan manfaatkan
potensi yang sesuai situasi, kondisi, dan kebutuhan pondok pesantren
tersebut (wulandari dan virahani, 2020).
6. Keamanan dan transportasi
Berdasarkan dari hasil pengkajian, keamanan di maskan darul
jannah tidak tersedia APAR (Alat Pemadam Kebakaran). Dan lokasi
asrama berjarak 1,4 km dari kantor pemadam kebakaran, jarak dari pos
kepolisian terdekat yaitu 1,2 km, jarak ke kantor pemerintahan bantul
10km. sistem pengelolaan limbah dilakukan dengan pembuangan limbah
carir hasil rumah tangga di saluran pembuangan(parit) yang mengarah ke
saluran pembuangan yang lebih besar (Kota). resiko atau polusi yang
dapat mengancam kesehatan.
Dan untuk Jenis transportasi yang digunakan berdasarkan hasil
wawancara, mahasiswa mengatakan tidak menggunakan alat transportasi
apapun (berjalan kaki) untuk melakukan kegiatan sehari hari kekampus
dan memenuhi kebutuhan. Jarak dari Darul Jannah 1&2 ke kampus 120
meter. Namun ada 7 mahasiswa santri yang membawa motor ke darul
jannah dan ada 1 yang menggunakan sepeda. Transportasi yang digunakan
oleh pengasuh pondok adalah motor, Transportasi yang diseddiakan oleh
ponpes yaitu 3 bus kampus, 1 Ambulance dan 1 kendaraan operasional.
Jenis transportasi yang paling banyak digunakan adalah Motor, Kondisi
jalanan baik dan layak digunakan, jalanan dari darul jannah ke kampus
terbuat dari semen sampai ke jalan aspal jl. Ringroad selatan. Dan
terdapat penerangan jalan berjumlan dua buah di jalan yang
menghubungkan darul hijrah dengan jl. Ringroad selatan, Terdapat
ransportasi umum yang tersedia yaitu bus umum namun intensitasnya
jarang, Belum ada tanda batas kecepatan yang dipasang di jalan utama
dekat pondok pesantren, namun terdapat rambu tanda dilarang melawan
arus untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan, Terdapat jalan utama
yang melintasi daerah pondok pesantren yaitu jl. Ringroad selatan dengan
kondisi bai dan terawat, dan Dalam satu tahun terakhir tidak ada jumlah
kecelakaan yang terjadi di dekat pondok pesantren.
7. Ekonomi
Berdasarkan dari hasil pengkajian, Sumber dana pondok berasal
dari dana yayasan yang dibayarkan oleh mahasiswa santri setiap bulannya
sebesar Rp. 300.000, tidak ada bidang usaha yang dikembangkan pondok
pesantren, tetapi terdapat kantin, laundry dan galon isi ulang di pondok
pesantren yang dikelolah secara mandiri oleh perorangan, Sebelum covid
bantuan dana kesehatan tidak ada namun pada saat covid pondok
pesantren mendapat bantuan sperti handtinizer, masker dan vitamin. Rata-
rata uang saku santri perbulan ± Rp. 800.000,-
Keberadaan boarding school di pesantren adalah suatu
konsekwensi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi
serta cara pandang religiusitas masyarakat. Keadaan ekonomi masyarakat
yang semakin membaik mendorong pemenuhan kebutuhan di atas
kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Bagi kalangan
mengengah-atas yang baru muncul akibat tingkat pendidikan mereka yang
cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi yang baik dalam
lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya penghasilan mereka. Hal
ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan pendidikan yang terbaik
bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah diterima orang tuanya
(syafe,i, 2017).
8. Politik dan pemerintahan
Berdasarkan dari hasil pengkajian, peraturan dan kebijakan terkait
kesehatan komunitas di pondok pesantren darul jannah 1 dan darul jannah
2 adalah bila ada mahasiswa santri yang sakit maka mahasiswa tersebut
dapat melaporkan ke musyrifah kamar kemudian musyrifah melaporkan ke
MPKD ponpes. Untuk pengobatan awal mahasiswa santri dapat berobat ke
pelayanan kesehatan kampus (SHB) tanpa dipungut biaya, dan apabila
mahasiswa tersebut memerlukan penanganan yang lebih lanjut dan perlu
dibawa ke RS maka dari pihak ponpes memfasilitasi mobil ambulance
sebagai alat transportasi.
Untuk saat ini program kesehatan di ponpes darul jannah 1 dan
darul jannah 2 belum terealisasi namun sudah ada rencana untuk
membentuk tim kesehatan hal ini dikarenakan karena Covid-19 dimana
banyak mahasiswa yang pulang ke rumah. Namun di darul jannah 1 dan
darul jannah 2 sudah menyediakan kotak p3k untuk pertolongan pertama.
Untuk peraturan dan kebijakan kesehatan komunitas dalam hal ini
mahasiswa santri tidak dilibatkan dalam membuat peraturan dan
kebijakannya, peraturan dan kebijakan kesehatan komunitas hanya dibuat
oleh penanggung jawab santri yaitu musyrifah dan ustadzah sebagai
pengasuh santri.
9. Rekreasi
Berdasarkan hasil pengkajian, Pada masa pandemi ini mahasiswa
santri biasa berekreasi ke taman desa dekat pondok, Kegiatan yang
dilakukan saat waktu luang yaitu mentoring bersama ustadzah, dan
Ekstrakurikuler saat ini belum ada di pondok namun sedang di rencanakan
untuk membentuk ekstra kurikuler bahasa, panah,rebana, dan kaligrafi.
Terdapat taman desa yang berada dekat dengan pondok
10. Presepsi
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil Persepsi warga
pesantren tentang kesehatan komunitas dengan hasil pengkajian pada
google form, mayoritas mahasiswa santri mengatakan kesehatan
komunitas di lingkungan pesantren kurang baik, seperti kamar mandi yang
kurang bersih, banyaknya hama tomcat di lingkungan pesantren sehingga
menyebabkan mahasiswa santri terkgena penyakit kulit, serta tidak
disimplinnya mahasiswa santri membuat tempat mencuci piring jadi kotor
karena sisa bekas makanan yang tidak di buang pada tempatnya.
Dan Persepsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan hasil wawancara
dengan mahasiswa santri dan pengkajian pada google form didapatkan
hasil pengkajian yaitu dokter yang berjaga di SHB tidak selalu stand bay
seperti jadwal yang tersedia, sehingga banyak santri yang sering memilih
berobat di luar pondok pesantren.
Cara pandang religiusitas masyarakat telah, sedang, dan akan terus
berubah. Kecenderungan terbaru masyarakat perkotaan sedang bergerak
kearah yang semakin religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan
semaraknya kajian dan berbagai kegiatan keagamaan. Modernitas
membawa implikasi negatif dengan adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan ruhani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal yang
sama akan menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk
melahirkan generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup
yang baik mendorong orang tua mencarikan sistem pendidikan alternative
(syafe’i, 2017).

B. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan mulai melakukan kegiatan
memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, menetapkan rencana serta
merumuskan rencana evaluasi. Hal ini sehingga memudahkan mengatasi
masalah pada kelompok khusus remaja yaitu mahasiswa santri di Pondok
Pesantren Maskan Darul Jannah STIKes Surya Global Yogyakarta.
Perencanaan yang telah direncanakan oleh kelompok 1 dengan
mahasiswa santri maskan Darul Jannah dan sudah mendapatkan
persetujuan dari penanggungjawab pihak pondok pesantren. Dalam
menetapkan rencana tindakan, tidak berbeda jauh dengan teori yaitu tetap
mempertimbangkan apa yang direncanakan dan kapan dilaksanakan, serta
memperhatikan tingkat kemauan dan kemampuan mahasiswa santri dalam
berpartisipasi dalam perencanaan yang telah ditetapkan (Fatmawati dkk,
2017)
Berdasarkan hasil pengkajian serta penetapan diagnosa maka
didapatkan perencanaan yaitu:
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Manajemen Lingkungan: Komunitas (6484)
dengan perencanaan sesuai NIC :
a. Evaluasi tentang tingkat pengetahuan, sikap dan peilaku dalam
pengelolaan sampah
b. Lakukan reedukasi tentang pengolahan sampah agar bernilai
ekonomis
c. Bekerja sama dengan mahasiswa santri untuk melakukan kerja
bakti
d. Bekejasama dengan musryfah pondok untuk pemilahan sampah
e. Edukasi dampak pembuangan sampah sembarangan

Rendahnya kualitas lingkungan akan berdampak terhadap


kesehatan masyarakat. Lingkungan yang tidak terawat, kumuh dan
kotor akan menjadi tempat berkembangnyaberbagai macam
mikroorganisme penyebab penyakit dan organisme vektor
pembawapenyakit. Akibatnya masyarakat menjadi rentan terhadap
berbagai macam penyakit.Kondisi ini jelas akan menghambat
pembangunan yang sedang dijalankan. Kualitas lingkungan
permukiman sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Penduduk yang menempati lingkungan permukiman yang bersih
dansehat umumnya juga dalam keadaan sehat, sebaliknya yang
menempati lingkungan permukiman yang jelek dan tidak teratur
mereka sering menderita bermacam-macampenyakit, sehingga
menyebabkan banyak kematian di kalangan anak-anak yang
berumur di bawah lima tahun. Penyakit yang timbul karena
jeleknya lingkunganpermukiman itu, misalnya TBC, bronchitis,
tipus, influenza, malaria dan sebagainya (Desy & Nova, 2018).

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko


Pendidikan kesehatan (5510)
dengan perencanaan sesuai NIC :
a. Edukasi manfaat dan cara cuci tangan dan gosok gigi yang
benar
b. Demontrasikan cara cuci tangan dan gosok gigi yang benar
c. Lakukan senam bersama Mahasiswa Santri
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Fatmawati & Saputra
(2016), perilaku sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor tersebut antara lain berasal dari orang itu sendiri, pengaruh
orang lain yang mendorong untuk berperilaku baik atau buruk dan
juga kondisi lingkungan sekitar yang dapat mendukung terhadap
perubahan perilaku.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo
(2010) menjelaskan bahwa perilaku kesehatan terdiri atas faktor-
faktor pemudah (predisposing factors) yang mencakup
pengetahuan dan sikap santri terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan. Masih kurangnya perilaku hidup bersih dan
sehat dapat dipengaruhi oleh pengetahuan para santri yang tidak
memahami cara menjaga perilaku hidup besih dan sehat karena
belum mendapatkan informasi mengenai PHBS di lingkungan
pesantren atau pernah mendapatkan informasi namun hanya
mendengarkan dan tidak dipraktekkan dalam kehidupan
seharihari. Seperti halnya jawaban yang diberikan santri banyak
santri yang menjawab tidak membuang sampah pada tempat
sampah yang telah disediakan, maka dari itu untuk membentuk
perilaku hidup bersih dan sehat pada masing-masing santri
diperlukan peran ustadz di pondok pesantren (Fatmawati &
Saputra, 2016).
3. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan
Pendidikan Kesehatan (5510)
dengan perencanaan sesuai NIC :
a. Edukasi para kader kesehatan terkait jenis-jenis dan manfaat
tanaman obat keluarga.
b. Kolaborasikan dengan ahli dibidang tanaman obat dari Rumah
Sehat Alami Stikes Surya Global Yogyakarta
Primary Health Care (PHC) merupakan suatu strategi yang
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai kesehatan
semua masyarakat. Salah satu unsur penting dalam Primary
Health Care (PHC) adalah penerapan teknologi tepat guna dan
peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam menunjang
pembangunan kesehatan berdasarkan Primary Health Care (PHC)
adalah bentuk upaya pengobatan tradisional (Badan Pusat
Statistik, 2008 dalam Aseptianova, 2019).
Peningkatan penyelenggara pembangunan sistem kesehatan
nasional yang merupakan penjabaran pola pembangunan nasional
dan sebagai petunjuk pelaksanaan pembangunan di bidang
kesehatan. telah ditetapkan dalam keputusan menteri kesehatan RI
No. 13/Menkes/SK/II/2004 dalam (Aseptianova, 2019).
Meningkatnya kesadaran, pola fikir, dan gaya hidup
masyarakat diperlukan penyuluhan. Pemerintah melalui
kementerian kesehatan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) secara terus-menerus
mensosialisasikan manfaat Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
serta memotivasi masyarakat agar menanam tanaman obat-obatan.
Tiga tahap keberhasilan sosialisasi pemanfaatan tanaman obat
keluarga yang dilakukan oleh Tim Penggerak PKK yakni
persiapan, pelaksanaan serta evaluasi dan monitoring (Susanto,
2017, dalam Aseptianova, 2019).
C. Implementasi
Menurut Fatmawati dkk (2017), implementasi merupakan tahap
realisasi dari rencana asuhan keperawatan komunitas yang telah disusun.
Implementasi diberikan secara langsung pada kelompok khusus remaja
yaitu mahasiswa santri di Pondok Pesantren Maskan Darul Jannah STIKes
Surya Global Yogyakarta. Pada umumnya tindakan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan teori yaitu berfokus pada upaya meningkatkan,
mempertahankan, memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit dan
rehabilitas dengan menggunakan strategi proses kelompok (Health
Promotion dan Partnership).
Pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan oleh kelompok 1. Sehingga diharapkan mampu membantu
meningkatkan kesehatan pada kelompok khusus remaja yaitu mahasiswa
santri di Pondok Pesantren Maskan Darul Jannah STIKes Surya Global
Yogyakarta. Program pencegahan dan penanggulangan yang telah
direncanakan oleh kelompok 1 yaitu meliputi: penyuluhan kesehatan
tentang menghitung ABJ (Angka Bebas Jentik) serta implementai 3M,
penyuluhan kesehatan tentang PHBS (pengolahan sampah organik dan
anorganik), serta penyuluhan kesehatan tentang penanggulangan hama
tomcat.
1. Menghitung ABJ (Angka Bebas Jentik) dan Implementasi 3M
(Menutup, Mengubur, dan Menguras)
Berdasarkan hasil observasi lingkungan yang telah dilakukan
oleh kelompok 1 didapatkan hasil yaitu: tempat penampungan
sementara air menggunakan 2 tandon besar yang digunakan oleh
seluruh mahasiswa santri di maskan darul jannah, kondisi
penampungan air ada yang terbuka dan tertutup jaring sehingga
membuat air yang di tampung dalam tandon menjadi sedikit
kurang bersih, kondisi air dalam penampungan (tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna), terdapat jentik nyamuk pada bak-bak
di kamar mandi, dan santri rutin melakukan 3M setiap 1 minggu
sekali pada hari minggu.
Angka Bebas Jentik (ABJ) merupakan indikator
keberhasilan progam pencegahan penyakit DBD. Angka Bebas
Jentik sebagai ukuran yang dipakai untuk mengetahui rumah atau
bangunan yang tidak dijumpai jentik dibagi dengan seluruh jumlah
rumah atau bangunan. Pengukuran densitas populasi Aedes
digunakan untuk menemukan risiko penularan penyakit DBD,
sesuai dengan ketentuan WHO bahwa House Index tidak boleh
lebih dari 5% atau angka bebas jentik (ABJ) 95% atau lebih
(Hartiyanti & Rahardjo, 2018).
Pada observasi perhitungan ABJ di Pondok Pesantren
Maskan Darul Jannah didapatkan hasil lantai 1 sebanyak 61% dan
lantai 2 sebanyak 75%, sehingga dapat menimbulkan resiko
terjadinya DBD dikarenakan terdapat beberapa talang terdapat
jentik nyamuk serta didalam tendon juga terdapat jentik. Hal ini
sesuai dengan Kemenkes RI (2010), bahwa apabila ABJ >95%
maka diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.
Sedangkan hasil perhitungan ABJ yang telah dilakuan berpotensi
meningkatkan resiko terjadinya penyebaran DBD sehingga
diperlukan implementasi 3M.
Penanganan tingkat ABJ yang terlalu beresiko maka
diperlukan peran mahasiswa santri dalam upaya penanganannya
yakni upaya 3M. Berdasarkan Hartiyanti & Rahardjo (2018),
progam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M
plus perlu dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun
khususnya pada musim penghujan. Progam PSN yaitu:
a. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering
dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi,
ember air, tempat penampungan air minum, tempat
penampungan lemari es dll
b. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat penampungan
air seperti dram, kendi, toren air, dan lain sebagainya
c. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas
yang memiliki yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan sarang nyamuk
2. Penyuluhan kesehatan tentang PHBS (pengolahan sampah organik
dan anorganik)
Berdasarkan hasil observasi lingkungan yang telah dilakukan
kelompok 1 didapatkan hasil bahwa lingkungan Fisik Pondok
Pesantren terdapat kandang ternak, kolam, taman. Jumlah kandang
ternak yang terdapat dipondok pesatren stikes surya global
Yogyakarta yaitu sebanyak 3 kandang ternak yaitu kandang ayam,
kandang itik dan kandang kambing dengan letak kandang pada
lingkungan pondok pesantren sendiri yaitu sekitar ±11 meter.
Sedangkan kolam yang terdapat di pondok pesantren terdapat 1
kolam lele yang dibagi 2 bagian dengan jarak dipondok pesatren
stikes surya global Yogyakarta ±10meter, kolam lele cukup bersih
dikarenakan jumlah lele yang tersedia yaitu sedikit dan juga
tersedia ikan lele yang masih kecil-kecil, kondisi air yang tersedia
bening namun sedikit berwarna hijau.
Sedangkan taman dilingkungan pondok pesantren sendiri
terdapat 2 taman, dimana letak taman itu berada di diluar dan
didalam pondok pesantren yang mana taman yang berada didalam
dekat dengan jemuran. Tipe bangunan asrama permanen dengan
jumlah kamar yang tersedia di lantai 1 sebanyak 30 kamar dan
lantai 2 sebanyak 30 kamar,kapasitas setiap 1 kamar untuk lantai 1
dan 2 yaitu sebanyak 4 mahasiswa santri, namun pada 1 kamar
untuk pengurus MPKD sebanyak 2 mahasiswa santri, dan 1 kamar
untuk 1 ustadzah. Lantai asrama maskan Darul Jannah semua
sudah berupa keramik. Ventilasi pada setiap kamar cukup baik
karena terdapat jendela dan juga kusen atas jendela yang terdapat
lubang-lubang. Penerangan sinar matahari dan listrik cukup baik
dengan luas kamar 4x5 dan jarak antar kamar sangat dekat hanya
terpisah oleh triplek,pada halaman disekitar kamar berupa lorong
dimana lorong didepan kamar biasa digunakan untuk kegiatan rutin
seperti dzikir pagi & petang al-matsurot, sholat berjamaah, serta
tempat berdiskusi/belajar bersama antar santri. Dilihat dari keadaan
kamar santri terlihat bersih, tertata rapih,memiliki teras disekitar
kamar yaitu berupa lorong.
Sumber air yang biasa dipergunakan oleh mahasiswa santri
pondok pesantren stikes surya global Yogyakarta bersumber dari
sumur. Jarak antara sumur 1 dengan septic tank 1 yaitu 20m dan
jarak antara sumur 2 dengan septic tank 2&3 yaitu 10m. Sumber
air untuk dimasak dari sumur, sumber air untuk diminum biasanya
mahasiswa santri menggunakan air minum isi ulang galon. Sistem
pengolaan air tidak untuk dimasak, air minum di dapatkan dari isi
ulang galon. Sumber air untuk mandi dan mencuci yaitu dari
sumur. Tempat penampungan sementara air menggunakan 2
tandon besar yang digunakan oleh seluruh mahasiswa santri di
maskan darul Jannah. Kondisi penampungan air ada yang terbuka
dan tertup jaring, sehingga membuat air yang di tampung dalam
tandon menjadi sedikit kurang bersih. Kondisi air dalam
penampungan tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna.
Terdapat jentik nyamuk pada bak bak di kamar mandi. Santri rutin
melakukan 3M setiap 1 minggu sekali pada hari minggu.
Sampah sudah menjadi masalah nasional dan global, bukan
hanya lokal. Masalah sampah timbul dengan adanya peningkatan
timbulan sampah sebesar 2-4% per tahun, namun tak diimbangi
dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang yang memenuhi
persyaratan teknis sehingga banyak sampah yang tidak terangkut.
Belum adanya regulasi di tingkat nasional yang mengatur juga
mengurangi upaya penanganan dan pengelolaan sampah secara
optimal. Negara-negara berkembang umumnya memandang
sampah sebagai barang sudah tidak berguna dan tidak mereka
inginkan, sehingga tindakan yang mereka lakukan adalah
membuangnya, persoalan muncul ketika setiap orang
memperlakukan sampah sesuai dengan pemahaman mereka
masing-masing, misalnya dengan meninggalkan atau membuang
sampah di sembarang tempat yang menyebabkan lingkungan
menjadi kotor dan kumuh. Sebagian lagi membuang sampah
selokan atau sungai, yang mengakibatkan pendangkalan dan
penyumbatan saluran, yang merupakan salah satu penyebab banjir
dan genangan di daerah perkotaan, sementara kebiasaan untuk
memilah sampah belum banyak dilakukan, karena mereka tidak
mengerti bagaiman cara pengelolaan sampah yang baik dan benar
(Suryanto, 2014 dalam Aseptianova, 2020).
Berdasarkan observasi yang berada dilingkungan pondok
pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta, Pembuangan sampah
biasanya dilakukan oleh petugas kebersihan dan mahasiswa santri
dipondok pesantren stikes surya global Yogyakarta. Membuangan
sampah sendiri biasa menggunakan tempat sampah karet dengan
jenis sampah organik dan anorganik. Pengolahan sampah biasanya
diangkut oleh petugas kebersihan pondok pesantren dan
untukmempermudah pengumpulan sampah maka disediakan
tempat sampah didepan kamar guna menampung sampah
sementara. Jarak tempat sampah sendiri dengan kamar cukup
dekat < 5 m sebelum dibuang pada pembuangan terakhir (TPA).
Sebelum dibuang sampah dikumpulkan menjadi satu agar tidak
berserakan disekitaran pondok pesantren supaya mempermudah
petugas kebersihan saat pembakaran sampah. Pembuangan limbah
BAB/BAK dengan menggunakan WC dengan jenis jamban yang
digunakan jongkok untuk pembuangan air limbah sendiri dengan
menggunakan got,dengan kondisi saluran pembuangan lancar.
Sumber air untuk dimasak dari sumur, sumber air untuk
diminum biasanya mahasiswa santri menggunakan air minum isi
ulang galon. Sistem pengolaan air tidak untuk dimasak, air minum
di dapatkan dari isi ulang galon. Sumber air untuk mandi dan
mencuci yaitu dari sumur. Tempat penampungan sementara air
menggunakan 2 tandon besar yang digunakan oleh seluruh
mahasiswa santri di maskan darul Jannah. Kondisi penampungan
air ada yang terbuka dan tertup jaring, sehingga membuat air yang
di tampung dalam tandon menjadi sedikit kurang bersih. Kondisi
air dalam penampungan tidak berasa, tidak berbau dan tidak
berwarna. Terdapat jentik nyamuk pada bak bak di kamar mandi.
Santri rutin melakukan 3M setiap 1 minggu sekali pada hari
minggu.
Sesuai dengan hasil pengkajian yang telah didapatkan maka
diperlukan Tindakan penyuluhan kesehatan tetang perilaku hidup
bersih dan sehat khususnya tentang pengolahan sampah. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah yang dianggap
sebagai penghambat sistem adalah penyebaran dan kepadatan
penduduk, karakteristik lingkungan, sikap, perilaku serta budaya
yang ada di masyarakat dan sosial ekonomi (Sahil, 2016 dalam
Aseptianova 2020).
Dengan demikian uraian di atas penyuluhan akan sangat
bermanfaat memberi pengetahuan tentang perilaku hidup bersih
sehat penduduk terhadap pengelolaan sampah. Tujuan kegiatan
penyuluhan dan implementasi guna untuk mengevaluasi dan
merencanakan kembali sistem pengelolaan sampah yang tepat,
meliputi perilaku hidup bersih sehat penduduk dilingkungan sekitar
terhadap pengelolaan sampah.
Menurut Marfuatun dalam Aseptianova (2020), sampah
merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat, cair maupun gas. Hampir semua kegiatan
manusia akan menghasilkan limbah. Limbah tersebut seringkali
dibuang oleh manusia kelingkungan, sementara jumlah limbah
yang dihasilkan terus meningkat seiring pertambahan penduduk
dan kemajuan teknologi serta perekonomian. Melalui pengolahan
limbah menjadi bahan bernilai guna dapat membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat. Selain itu, pengelolaan limbah dengan
cara baik dan terstruktur dapat memberikan manfaat besar dalam
kehidupan dan memberi dampak positif pada ekonomi daerah.
Perencanaan pengolahan limbah yang terstruktur oleh pemerintah
memberi peluang besar bagi industri rumah tangga dalam
meningkatkan suatu produk.
Produk-produk kerajinan yang memanfaatkan bahan baku
limbah organik dan anorganik merupakan salah satu kerajinan yang
dapat mempertahankan nilai dan potensi suatu daerah. Seperti
halnya dengan pengolahan limbah batok kelapa yang dimanfaatkan
pengrajin tas, dan dompet. Selain itu, pengrajin anyaman bambu
untuk mebel rumah tangga. Produk kerajinan tersebut tidak hanya
memberi nilai estetik akan tetapi juga memiliki sebuah makna
dalam pelestarian budaya. Pemanfaat bahan baku alam menjadi
sebuah produk kerajinan disebut juga dengan etnobotani. Oleh
karena itu dibutuhkan konsep yang mendalam dan terencana dalam
pengolahan limbah sebagai bahan bernilai guna (Hendri dkk,
2018).

3. Penyuluhan kesehatan tentang penanggulangan hama tomcat


Berdasarkan hasil observasi lingkungan yang telah dilakukan
oleh kelompok 1 didapatkan hasil yaitu: bangunan maskan darul
jannah berhadapan dengan persawahan milik warga sehingga hama
tomcat sangat beresiko masuk kedalam pemukiman santri,
terutama pada lantai 3 yang bagian ventilasi sangat terbuka. Hama
tomcat juga disebut dengan Paederus Fuscipes merupakan salah
satu predator penting dipertanian warga. Pada malam hari serangga
ini cenderung tertarik pada cahaya lampu (Wijayanti, 2013).
Hama tomcat ini tidak bisa dipisahkan dari lingkungan
persawahan karena dapat merusak rantai makanan. Maka yang
perlu dilakukan yaitu penanganan mandiri dari mahasiswa santri
sendiri yaitu salah satunya dengan cara mengekstrak tanaman
herbal berupa sereh. Efek dari hama tomcat yaitu terjadinya
dermatitis paederus.
Dermatitis paederus atau dermatitis linearis adalah iritasi
kulit akut yang disebabkan adanya kontak kulit dengan racun
paederin. Racun paederin dikeluarkan dari tubuh kumbang tomcat
(Paederus sp.) bukan melalui sengatan ataupun gigitan, melainkan
karena tubuh Paederus sp. tergencet atau tidak sengaja ditekan.
Dominasi unsur asam pada racun paederin memiliki sifat korosif
sehingga mampu mengiritasi kulit. Gejala klinis dermatitis
paederus bisa muncul dalam 24 jam setelah kontak dengan
paederin. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah kemerahan,
bengkak, dan gatal. Akan tetapi pada sebagian kasus juga dijumpai
rasa nyeri yang hebat, terbakar atau rasa yang sangat panas atau
bahkan tanpa keluhan sama sekali. Tidak hanya itu saja, terdapat
pula keluhan pada mata, pembesaran limfe, atau gejala
konstitusional lainnya. Bentuk lesi yang paling banyak dijumpai
adalah bentuk linear, vesikel, bulosa, atau pustule dengan dasar
eritematosa. Terapi dermatitis paederus oleh dokter menggunakan
kortikosteroid topical dan cleansing agent, hal ini dapat membantu
meringankan gejala kemerahan pada kulit (Kusumaningarum dkk,
2017). Sedangkan yang dapat dilakukan pada pertolongan pertama
yaitu:
a. Cuci dengan air mengalir dan sabun
b. Kompres dengan air es/dingin
Selain mengurangi sensasi panas, nyeri dan gatal yang
timbul, juga menghambat penyebaran aederin pada jaringan
kulit lain, jangan digaruk atau digosok dengan benda
apapun
c. Diberikan salep steroid, yang berguna untuk
mengurangi sensasi gatal dan radang pada bagian yang
teriritasi. Gunakan dengan mengoleskan sangat tipis pada
permukaan kulit
d. Diberikan salep antibiotik jika diperlukan, sebaiknya hanya
diberikan jika diperlukan. Jika menggunakan antibiotik,
sebaiknya berikan jeda waktu dengan salep seroid. Kira-
kira interval 1-2 jam adalah memakai salep hydrocortisone
1% atau salep betametasone dan antibiotic neomycin sulfat
3x/hari
e. Hindari infeksi sekunder dengan menjaga kebersihan luka
f. Hindarkan dengan benda atau serangga yang kemungkinan
sudah tercemar yang menjadi sumber alergi
g. Segera kunjungi pelayanan kesehatan
D. Evaluasi
1. Evaluasi kegiatan ke 1
Dalam evaluasi Kegiatan pertama yaitu penyuluhan yang
dilakukan pada hari kamis, 18 Februari 2021 mahasiswa santri yang
mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir ada 5 orang.
Dari 5 orang tersebut semua santri dapat menyebutkan secara verbal :
a. Pengertian penyakit
b. Tanda dan gejala penyakit
c. Tindakan yang dapat dilakukan bila anggota sakit
d. Cara pencegahan
Menurut Nursalam (2015) pengukuran wawancara terstruktur
meliputi strategi yang memungkinkan suatu kontrol dari pembicaraan
sesuai dengan isi yang diinginkan peneliti dan pertanyaan sebelumnya
sudah disusun sebelum ditanyakan secara berurutan. Sehingga
evaluasi secara verbal/wawancara ini efektif dilakukan sebagai metode
evaluasi.
Pada saat proses penyuluhan terdapat beberapa hambatan dalam
melaksanakan penyuluhan. Pada penyuluhan pertama kerjadi
keterlambatan pelaksanaan penyuluhan selama 30 menit dikarenakan
adanya miss komunikasi antara pemberi penyuluhan (kelompok 1)
dengan peserta. Saat penyuluhan, peserta terlihat sangat
memperhatikan dan aktif bertanya. Tidak ada peserta yang izin
maupun meninggalkan ruangan saat penyuluhan berlangsung.
2. Evaluasi kegiatan ke 2
Pada kegiatan kedua yaitu implementasi terkait dengan
perhitungan Angka Bebas Jentik (ABJ) untuk menentukan resiko
terjadinya demam berdarah di maskan Darul Jannah. Hasil
perhitungan angka bebas jentik di maskan Darul Jannah 1 yaitu 61,1%
sedangkan di Darul Jannah 2 yaitu 75%. Interpretasi hasil dari
perhitungan tersebut berarti maskan Darul Jannah 1 & 2 berpotensi
mengalami terjadinya Demam Berdarah. Indikator angka bebas jentik
dalam Kurniawan (2016) Standar dari kementrian Kesehatan yaitu
>95%.
Pada saat implementasi terdapat 5 peserta yang mengikuti
kegiatan penghitungan ABJ. Santri dapat mengingat rumus ABJ yang
diajarkan saat penyuluhan,dan pada saaat melakukan perhitungan ABJ
santri dapat menghitung ABJ dengan benar sesuai rumus yang telah di
ajarkan. Pada saat memeriksa tempat-tempat umum dan kamar mandi
untuk mencari jentik - jentik nyamuk, mahasiswa santri mengikuti
kegiatan dengan antusias. Sehingga menurut kelompok Kegiatan ke
dua berhasil di Implementasikan.

3. Evaluasi kegiatan ke 3
Pada kegiatan penyuluhan ketiga tentang pengolahan sampah
dan sanitasi lingkungan yang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 20
Februari 2021 yang di ikuti oleh 9 mahasiswa santri. Pada saat
dilakukan evaluasi pengetahuan yang diukur dengan Pretes-postest
menggunakan Google Form dengan hasil pretest sebanyak 40% santri
dapat menjawab dengan benar pertanyaan pretest.
Saat kegiatan berlangsung, mahasiswa santri yang mengikuti
penyuluhan terlihat sangat antusias, dilihat dari banyaknya mahasiswa
santri yang bertanya baik secara offline maupun online melalui google
meet. Kegiatan penyuluhan yang ke tiga berlangsung dengan lancar
sesuai dengan Rundown acara yang telah disusun dan saat kegiatan
penyuluhan berlangsung mahasiswa santri mengikuti kegiatan
penyuluhan dari awal sampai akhir. Mahasiswa santri terlihat paham
terkait materi yang dipaparkan oleh pemateri, terlihat dari hasil post
test sebanyak 80% mahasiswa santri dapat menjawab post test dengan
benar. Sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan pengetahuan
santri setelah dilakukan penyuluhan terkait dengan pengolahan
sampah dan sanitasi lingkungan.
4. Evaluasi Kegiatan ke 4
Pada hari minggu tanggal 21 Februari 2021 telah dilakukan
implementasi dari kegiatan penyuluhan pengolahan sampah dan
sanitasi lingkungan, dengan melakukan kerja bakti di lingkungan
maskan Darul Jannah, kegiatan ini di ikuti oleh mahasiswa santri
sebanyak 6 peserta. Sebelum kegiatan kerja bakti di lakukan
mahasiswa santri melakukan kegiatan senam sehat. Selama proses
pelaksanaan senam berlangsung mahasiswa santri mengikuti senam
dengan antusias dari awal hingga akhir.
Setelah melakukan kegiatan senam sehat, selanjutnya
mahasiswa santri di arahkan untuk melakukan kegiatan bersih-bersih
di maskan Darul Jannah. Kegiatan kerja bakti dilakukan dengan
membersihkan area-area yang terlihat kotor seperti di lorong kamar,
kamar mandi, tempat cuci piring dan membersihkan jaring laba-laba
di maskan Darul Jannah. Saat kegiatan kerja bakti mahasiswa yang
mengikuti kegiatan sangat kooperatif.
Kendala dalam kegiatan implementasi yang ke tiga, tidak semua
mahasiswa santri mengikuti kegiatan kerja bakti diarea maskan Darul
Jannah. Ada beberapa mahasiswa santri yang tidak dapat mengikuti
kegiatan kerja bakti dikarenakan karena adanya kuliah online.
5. Evaluasi kegiatan ke 5
Pada hari selasa, tanggal 23 februari 2021 telah dilakukan
kegiatan penyuluhan tentang penanggulangan dan pencegahan tomket,
penyuluhan ini dihadiri oleh 7 mahasiswa santri secara offline dan
dihadiri 10 mahasiswa santri secara online melalui googlemeet..
Sebelum pemaparan materi mahasiswa santri diberikan pretest terlebih
dahulu. Dari hasil pretest didapatkan hasil sebanyak 41,4% mahasiswa
yang menjawab pertanyaan dengan benar.
Saat kegiatan pemaparan materi berlangsung, mahasiswa santri
terlihat sangat memperhatikan dan saat sesi tanya jawab berlangsung
mahasiswa santri sangat antusias terlihat dari banyaknya pertanyaan
yang diajukan baik secara offline maupun online. Dimana terlihat dari
hasil post-test yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
pengetahuan mahasiswa santri sebanyak 75,4%. Sehingga dapat
disimpulkan terjadi peningkatan pengetahuan santri Darul Jannah.
Mahasiswa santri juga dapat memberikan evaluasi terkait kegiatan
yang telah dilakukan dari tanggal 18-24 Februari 2021, dimana
mahasiswa santri memberikan tanggapan yang positif.
Kendala yang dihadapi pada saat penyuluhan yaitu over time,
sehingga ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara
langsung dan dijawab melalui chat di google meet.
6. Evaluasi Kegiatan Ke 6
Pada tanggal 24 februari 2021 telah dilaksanakan kegiatan
pembudidayaan penanaman tanaman herbal di sekitar lingkungan
maskan Darul Jannah. Kegiatan ini diikiti oleh mahasiswa santri
sebanyak 4 orang dan 1 ustadzah. Pembudidayaan ini termasuk
pemberdayaan masyarakat. Menurut safi’i tujuan pemberdayaan
masyarakat adalah mendirikan masyarakat atau membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik
secara seimbang. Karena pemberdayaan masyarakat adalah upaya
memperluas horizon pilihan masyarakat, ini berarti masyarakat
diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang baik bagi
dirinya (dalam Aziz, 2019).
Kegiatan ini dilakukan dengan pembudidayaan penanaman
tanaman herbal seperti serai dan laos disekitar area maskan Darul
Jannah dengan pembuatan mini garden di samping maskan Darul
Jannah. Dalam kegiatan ini penanaman pertama dilakukan oleh ketua
panitia bersama dengan perwakilan pengurus maskan Darul Jannah
yang di wakilkan kepada ustadzah ruqoyah sebagai penanggung jawab
maskan Darul Jannah. Saat kegiatan berlangsung mahasiswa santri
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir dengan baik. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan tepat waktu dan sesuai rundown acara. Setelah
penanaman pembudidayaan tanaman herbal kemudian dilakukan
dengan kegiatan penyiraman pada tanaman di area mini garden yang
dilakukan oleh mahasiswa santri dan panitia kegiatan.
Hambatan dalam kegiatan adalah kurangnya bahan tanaman
herbal yang di rencanakan seperti penanaman tanaman bunga krisan
dan bunga lavender dikarenakan harga yang cukup mahal dan daun
mimba yang sulit untuk didapatkan.
Berdasarkan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan dari tanggal
18-24 februari, tujuan asuhan keperawatan komunitas di maskan
Darul Jannah telah tercapai.

BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktik lapangan keperawatan komunitas serta evaluasi
asuhan keperawatan komunitas pada mahasiswa santri maskan Darul
Jannah yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa:
1. Kegiatan yang telah dilakukan dari tanggal 18 sampai dengan 24
Februari 2021, terjadi peningkatan pengetahuan mahasiswa santri
dari semua penyuluhan yang telah dilakukan.
2. Kemampuan mahasiswa santri dalam menanggulangi masalah
kesehatan/keperawatan mengalami peningkatan.
3. Setelah dilakukan implementasi penyuluhan dan kerja bakti bersama,
maskan Darul Jannah mengalami peningkatan kebersihan dan
berkurangnya resiko terjadinya penyakit.
4. Kegiatan yang telah dilakukan di maskan Darul Jannah yang
meliputi penyuluhan ABJ, Pengolahan sampah, sanitasi lingkungan,
dan penanggulangan tomcat, terjadi perubahan perilaku hidup bersih
dan sehat pada mahasiswa santri di maskan darul jannah
B. SARAN
Dengan adanya laporan ini, kami mengharapkan kepada pembaca agar
dapat memahami konsep dari keperawatan komunitas
1. Untuk Mahasiswa Profesi Ners
Kami mengarapkan dari keperawatan komunitas ini mahasiswa
Profesi Ners dapat lebih memantapkan penggunaan proses
keperawatan dalam pemecahan masalah keperawatan komunitas.
2. Untuk Mahasiswa Santri
Kami mengharapkan kepada mahasiswa santri untuk selalu terus
menerus meningkatkan hidup bersih dan sehat, menjaga lingkungan
agar terbebas dari dampak apa saja yang bisa ditimbulkan.
3. Untuk STIKes Surya Global Yogyakarta
Kami mengharapkan untuk STIKes Surya Global Yogyakarta agar
dapat bekerja sama dengan pihak yang akan dilakukan perawatan
komunitas agar mudah bagi mahasiswa untuk melakukan praktek di
tempat yang sudah di tentukan.
4. Untuk Ponpes Darul Jannah
Kami mengharapkan dari laporan dan kegiatan yang telah kami
lakukan selama kurang lebih 2 minngu, dapat di implementasikan
oleh mahasiswa santri di maskan Darul Jannah secara berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA

Aseptianova, dkk.(2020) “ Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat Penduduk


Terhadap cara Pengelolaan Sampah Rumah Tangga”. Universitas
Muhammadiyah Palembang. Diakses dari
http://dx.doi.org/10.29405/solma.v9i1.3212 pada tanggal 25 Februari 2021.

A Wawan & Dewi M. 2014. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Prilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika.

Anderson W. Lorin. Krathwohl R. David. 2014. Kerangka Landasan Untuk


Pembelajar, Pengajaran dan Assasment. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidan Kesehatan


20052025. Jakarta. Depkes

Dinkes Sleman. 2011. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Sleman. Diunduh dari
https://dinkes.sleman.go.id

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori


dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Fatmawati, dkk. (2017). Gambaran Kondisi Kesehatan Masyarakat Dusun Werdi


Tengah RW 05/RW 06 Desa Werdi Kecamatan Wonokerto Kabupaten
Pekalongan. Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas. Pekalongan:
Universitas Pekalongan. Diakses dari
https://www.academia.edu/35725960/LAPORAN_ASUHAN_KEPERAW
ATAN_KOMUNITAS pada tanggal 25 Februari 2021.

Harnilawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi Selatan.


Pustaka As Salam.

Hartiyanti & Rahardjo. (2018). Pengembangan Model Jumantik Bergilir Berbasis


Dasa Wisma dan Pengaruhnya terhadap Angka Bebas Jentik. Journal of
Health Education ISSN 2527-9252. Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jheathedu/article/view
/17569/12509 pada tanggal 25 Februari 2021.

Hendri, dkk. (2018). Pengolahan Limbah Organik dan Anorganik Sebagai


Transmode Upaya Peningkatan Kreativitas Masyarakat Pantai Gondaria
Pariaman”. Universitas Bung Hatta, Padang. Diakses dari
http://journal.ummat.ac.id/index.php/JCES pada tanggal 25 Februari 2021.

Kusumaningarum, dkk. (2017). Efektivitas Chlorhexidine sebagai Inhibitor MMP-


2 dan MMP-9 dalam Proses Dermonekrosis Akibat Racun Kumbang
Tomcat (Paederus sp). e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1). Diakses
dari https://jurnal.unej.ac.id/index .php/JPK/article/download/3 864/2999
pada tanggal 25 Februari 2021.
Mubarak, W, I & Chayatin, N. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar
dan Teori. Jakarta. Salemba Medika.

Wijayanti. (2013). Optimalisasi Peran Kelawar Microchiroptera sebagai


Biokontrol Serangga Tomcat (Paederus Fuscipes) dan Ulat Bulu
(Lymantriidae) di Perkotaan. Jurnal Biologi Volume 6 Nomor 1. Diakses
dari http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah /article/download/
2830/2183 pada tanggal 25 Februari 2021.

WHO. World Health Statistics. 2015. World Health Organization. 2015.

Anda mungkin juga menyukai