Anda di halaman 1dari 73

PELAKSANAAN HANDOVER DENGAN METODE KOMUNIKASI SBAR

(Situation, Background, Assesment, Recommendation) OLEH PERAWAT DI

RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

(Studi Literatur)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

RIQNA MARDA RIAZIZ

4002180145

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

PELAKSANAAN HANDOVER DENGAN METODE KOMUNIKASI SBAR


OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
(Studi Literatur)

RIQNA MARDA RIAZIZ


NIM 4002180145

Bandung, September 2020


Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Annisa Nur Erawan, MSN Fitrah Herdian M.kep.


NIK. 432121609145 NIK. 432120409063

Halamannya terbalik dg yg ibu ketua

i
LEMBAR PENGESAHAN

PELAKSANAAN HANDOVER DENGAN METODE KOMUNIKASI SBAR

(Situation, Background, Assesment, Recommendation) OLEH PERAWAT DI

RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

(Studi Literatur)

RIQNA MARDA RIAZIZ


NIM 4002180145

Bandung, september 2020


Mengesahkan,

Stikes Dharma Husada Program Studi Sarjana Keperawatan


Ketua, Ketua,

Dr. Hj. Suryani Soepardan, Dra.,MM Ns. Irma Nur Amalia, M. Kep
NIK. 432120801001 NIK. 432120609068

i
Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Dharma Husada Bandung
2020

ABSTRAK

Riqna Marda Riaziz


PELAKSANAAN HANDOVER DENGAN METODE KOMUNIKASI SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recommendation) OLEH PERAWAT DI
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
5 bab + 56 halaman + 2 tabel + 1 bagan + 2 lampiran

Perawat berperan dalam meningkatkan komunikasi dengan pasien dengan tenaga


kesehatan lainnya dapat diwujudkan dengan proses timbang terima.Timbang terima
(handover) adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. Timbang terima ini pada akhirnya, akan sangat berpengaruh
dalam menjaga keselamatan pasien. Penyampaian informasi yang tidak tepat, dapat
menimbulkan medical error.Ini sering terjadi saat pelaksanaan handover. Untuk
mencegah kondisi tersebut, diperlukan komunikasi yang efektif terutama dalam
pelaksanaan handover. Oleh karenanya, maka salah satu strategi dalam meningkatkan
keselamatan pasien adalah dengan mengembangkan metode komunikasi SBAR dalam
handover yang merupakan salah satu sasaran keselamatan pasien. Proses pengumpulan
data ini penulis mengakses melalui internet untuk mengambil dan menganalisis
beberapa data dalam bentuk literatur internasional sebanyak 4 jurnal dan literatur
nasional sebanyak 6 jurnal. literatur yang digunakan telah terakreditasi SINTA, DIKTI,
dan BALITBANG. Untuk jurnal internasional adalah yang terindeks Scopus.Hasil
penelitian ini dituangkan dalam bentuk tabel dan sintesis matrix. Kesimpulan yang bisa
diambil dari penelitian ini adalah Penerapan handover dengan menggunakan komunikasi
SBAR belum berjalan secara maksimal dan masih terdapat banyak hambatan-hambatan
yang di rasakan oleh perawat. Perlu adanya peningkatan manajemen keperawatan untuk
memaksimalkan penerapan metode SBAR meningkat dan harus di adakan evaluasi
secara berkala mengenai pemahaman perawat tentang pelaksanaan handover dengan
menggunakan komunikasi SBAR

Kata kunci : Handover ,Komunikasi SBAR


Kepustakaan : 26 literatur (2010-2020)

Perbaiki alurnya: fenomena, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan, saran

ii
Nursing Undergraduate Study Program
STIKes Dharma Husada Bandung
2020

ABSTRACT

Riqna Marda Riaziz

HANDOVER IMPLEMENTATION WITH SBAR COMMUNICATION


METHOD (Situation, Background, Assessment, Recommendation) BY NURSES
IN HOSPITAL INSTALLATIONS
5 chapters + 56 pages + 2 tables + 1 chart + 2 attachments

The role of nurses in improving communication with patients with other health
workers can be realized by a process of handover. is a form of communication by
nurses in carrying out nursing care to patients. In the end, this consideration will
be very influential in maintaining patient safety. Inaccurate information delivery
can lead to medical errors. This often occurs during handovers. To prevent this
condition, effective communication is needed, especially in the implementation of
handovers. Therefore, one of the strategies to improve patient safety is to develop
the SBAR communication method in handover, which is one of the goals of patient
safety. The process of collecting this data, the writer accesses via the internet to
retrieve and analyze some data in the form of international literature as many as 4
journals and national literature as many as 6 journals. The literature used has
been accredited by SINTA, DIKTI, and BALITBANG. International journals are
indexed by Scopus. The results of this research are presented in tabular form and
matrix synthesis. The conclusion that can be drawn from this study is the
application of handover using SBAR communication has not been running
optimally and there are still many obstacles that are felt by nurses. There is a need
for improvement in nursing management to maximize the application of the SBAR
method and there must be regular evaluation of nurses' understanding of the
implementation of handovers using SBAR communication

Keywords : Handover , SBAR Communication


References : 26 literatures (2010-2020)

Sesuaikan dengan isi abstrak

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain memanjatkan puji syukur

kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan karunia-NYAlah sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Literatur Pelaksanaan

Handover dengan Komunikasi SBAR di Rumah Sakit”

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan

Program Studi Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma

Husada Bandung. Penulis menyadari keterbatasan dan kelemahan dalam

menyelesaikan skripsi ini, namun berkat adanya bimbingan dan kerjasama dari

berbagai pihak sehingga kesulitan dapat teratasi.

Pada kesempatan ini, selaku penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat :

1. Dr. Hj. Suryani Soepardan, Dra, MM selaku Ketua STIkes Dharma Husada

Bandung

2. Ns. Irma Nur Amalia, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini

3. Annisa Nur Erawan, MSN selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh

kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Fitra Herdian, M.Kep selaku Pembimbing Pendamping yang dengan penuh

kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

ii
5. Kedua orang tuaku Bapak Wasid dan Ibu Zanuriah serta Saudaraku

Kartina,Winda, adikku Sultan yang selama ini telah banyak membantu dan

memberikan dorongan motivasi baik dari segi moril, materil dan doa-doanya.

6. Seluruh Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung

yang telah memberikan dorongan dan bantuan selama ini.

Semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

ataupun pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi, maka dari

itu penulis menerima masukkan dari pembaca agar penyusunan Skripsi selanjutnya

akan lebih baik.

Bandung, September 2020

Penulis

DAFTAR ISI

iii
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRAC
T
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................6
C. Tujuan penelitian..........................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................................6
E. Ruang Lingkup.............................................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................8
A. Handover....................................................................................................................9
1.Pengertian handover.................................................................................................9
2.Tujuan handover.....................................................................................................10
3.Manfaat Handover..................................................................................................12
4.Bedside Handover..................................................................................................12
5.Manfaaat bedside handover....................................................................................13
B. Komunikasi...............................................................................................................14
1.Pengertian komunikasi...........................................................................................14
2.Tujuan komunikasi.................................................................................................14
3.Komunikasi efektif.................................................................................................15
4.Faktor yang mempengaruhi komunikasi.................................................................16
5.Tipe- tipe komunikasi.............................................................................................17

iv
C. Metode SBAR...........................................................................................................19
1.Pengertian SBAR...................................................................................................19
2.Kelebihan Dokumentasi SBAR..............................................................................21
3.Manfaat Dokumentasi SBAR.................................................................................22
4.Keuntungan Dokumentasi SBAR...........................................................................22
D. Ruang Rawat Inap...................................................................................................22
1.Pengertian ruang rawat inap...................................................................................22
2.Standar pelayanan Rawat Inap...............................................................................23
3.Kualitas Pelayanan Rawat Inap..............................................................................24
4.Mutu Pelayanan Instalasi Rawat Inap.....................................................................26
E. Kerangka Teori........................................................................................................26
BAB 3 METODE PENELITIAN...................................................................................27
A. Metode Pengumpulan Data........................................................................................28
B. Pengumpulan Literatur...............................................................................................28
C. Metode Analisis Data.................................................................................................29
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................................31
BAB 5 PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................14

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Matrix artikel..............................................................................32

Tabel 4.2 Sintesis matrix............................................................................ 38

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Berita Acara Perbaikan Skripsi.................................................49


Lampiran 2 Catatan Bimbingan Skripsi.......................................................48
Lampiran 3 Catatan Bimbingan Skripsi.......................................................50
Lampiran...........................................................................................................

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak setiap warga negara yang dijamin dalam UUD

Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Bila salah satu

warga negara sakit, maka warga negara tersebut akan mencari pelayanan

kesehatan. Salah satu tempat yang memberikan pelayanan kesehatan adalah

rumah sakit.

Rumah sakit menurut ketentuan umum pasal 1 (ayat 1) UUD No. 44 tahun

2009,didefenisikan sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.Dalam melakukan pelayanan kesehatan,

rumah sakit juga memiliki beberapa tenaga kesehatan di antaranya adalah

perawat.

Peran perawat dalam suatu rumah sakit sangat vital.Perekrutannya tak boleh

serampangan dan wajib merujuk pada UU no 38 tahun 2014 yang menjelaskan

bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan

baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan

peraturan undang undang.

1
Perawat dalam pelayanan di rumah sakit, mempunyai tugas memberikan

asuhan keperawatan selama 24 jam setiap harinya. Adapun beberapa tugasnya

antara lain,mengkaji kebutuhan pasien, merencanakan tindakan keperawatan,

melaksanakan rencana tindakan, mengevaluasihasilasuhan keperawatan, dan

mendokumentasikan asuhan keperawatan.

Melihat peran dan tugas-tugasnya, tak dapat dimungkiri perawat menjadi

tenaga kesehatan dirumah sakit yang memegang peranan penting.Terutama dalam

upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

Tugas – tugas keperawatan sebagaimana di atas merupakan kebutuhan dasar

yang diperlukan olehsetiap pasien rawat inap. Mengingat tugas perawat yang

selama 24 jam untuk menangani secara langsung pasien, maka tidak

memungkinkan jika seorang perawat akan bertugas selama 24jam penuh. Oleh

karena itu diperlukan kebijakan rumah sakit untuk memberlakukan Shift jaga yang

terbagi menjadi tiga shift (pagi,sore, dan malam). Hal ini dimaksudkan untuk

memastikan pemberian asuhan keperawatan berlangsung secara kontinue.

Bukanlah hal yang mudah melakukan hal tersebut.Diperlukan komunikasi

yang intens agar asuhan keperawatan bisa berlangsung secara baik dan

kontinue.Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan,pendapat dan

saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang bekerja bersama. [ CITATION

Pan18 \l 1033 ]. Perawat berperan dalam meningkatkan komunikasi dengan pasien

dengan tenaga kesehatan lainnya dapat diwujudkan dengan proses timbang terima.

2
Timbang terima (handover) adalah salah satu bentuk komunikasi perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien

dirancang sebagai salah satu metode komunikasi yang relavan pada tim perawat

disetiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi

mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana keperawatan, serta

menentukan prioritas pelayanan.[ CITATION Mar13 \l 1033 ]. Timbang terima ini

pada akhirnya, akan sangat berpengaruh dalam menjaga keselamatan pasien.

Di Indonesia, keselamatan pasien diatur dalam pasal 43 UU No. 44 tahun

2009 tentang Rumah Sakit. Keselamatan pasien Rumah Sakit menurut PMK No.

11 tahun 2017 merupakan suatu sistem Rumah Sakit dalam membuat asuhan

pasien lebih aman. Keselamatan pasien merupakan komponen penting dalam

peningkatan kualitas dan mutu pelaksanaan layanan kesehatan.Penyampaian

informasi yang tidak tepat, dapat menimbulkan medical error.Ini sering terjadi

saat pelaksanaan handover.

Untuk mencegah kondisi tersebut, diperlukan komunikasi yang efektif

terutama dalam pelaksanaan handover.Hal ini merupakan satu dari enam sasaran

penting dalam keselamatan pasien.Adanya miskomunikasi, rentan memicu

terjadinya insiden keselamatan pasien yang memberi dampak buruk kepada pasien

baik langsung maupun tidak langsung.Dampak langsung dari insiden keselamatan

pasien adalah dapat menimbulkan kecacatan, cidera, bahkan kematian.Sedangkan

dampak tidak langsung dari insiden keselamatan pasien adalah lama hari rawat

3
memanjang yang diikuti dengan biaya perawatan yang meningkat [ CITATION

Rac18 \l 1033 ].

Oleh karenanya, maka salah satu strategi dalam meningkatkan keselamatan

pasien adalah dengan mengembangkan metode komunikasi SBAR dalam

handover yang merupakan salah satu sasaran keselamatan pasien.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk menjaga

kualitas layanan melalui Kementrian Kesehatan dengan mengeluarakan undang –

undangtentang Rumah Sakit, salah satunya UU no 44 tahun 2009 pasal 43 ayat (1)

mewajibkan Rumah Sakit menerapkan standar keselamatan pasien.

SBAR (Situation, Background, Assesment,Recommendation) merupakan

komunikasi efektif yang banyak diadopsi di beberapa Rumah Sakit di dunia

termaksud Indonesia. Adopsi ini muncul sejak adanya himbauan dari IoM

(institude of Medicine 2001 ) untuk melakukan reformasi dalam komunikasi dan

kerja tim dalam pelayanan kesehatan [ CITATION Pra17 \l 1033 ].

Penerapan komunikasi efektif SBAR adalah suatu metode komunikasi yang

sangat efektif apabila digunakan antar tenaga perawat saat pelaporan kondisi

pasien.

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh I ketut Suardana

(2018), tentang Pengaruh metode Komunikasi SBAR Terhadapt Efektifitas

Pelaksanaan Timbang Terima Pasien di ruang Griyatama Rsud Tabanan

bahwa efektifitas saat timbang terima pagi setelah penerapan metode komunikasi

4
SBAR di ruang Griyatama Rsud Tabanan sebagian besar sangat sesuai.

Sedangkan pada timbang terima siang sebagian besar sesuai dengan persentase

37% - 80%, dengan ini adanya pengaruh yang adekuat metode komunikasi SBAR

dengan efektifitas pelaksanaan timbang terima (handover).[ CITATION Sua18 \l 1033

Penelitian lainnya yang juga terkait dengan komunikasi SBAR adalah hasil

dari penelitian Noormalidia Astuti (2019) tentang Penerapan Komunikasi

SBAR Pada Perawat Dalam Melaksanakan Handoverdi Rsud Banjarmasin.

Menyatakan bahwa penerapan komunikasi SBAR pada perawat dalam

melaksanakan handover di RSUD Banjarmasin sudah terlaksana dengan baik,

namun belum berjalan secara maksimal dan masih terdapat banyak hambatan-

hambatan yang dirasakan oleh perawat. Adapun hambatan tersebut perbedaan

persepsi, fasilitas format SBAR yang kurang memadai, perawat yang kurang teliti,

penggunaan waktu pengisian dokumentasi yang belum efektif dan terdapat

psikologis perawat berupa perasaan jenuh efek dari pendokumentasian

SBAR[ CITATION Ast19 \l 1033 ].

Kesalahan karena komunikasi yang tidak efektif sering terjadi di hampir

semua aspek, sehingga diperlukan komunikasi yang efektif dilingkungan tenaga

medis.Pelaksanaan handover dengan komunikasi yang tidak teratur dapat

menimbulkan suatu kebiasaan yang tidak baik, dan dapat berpengaruh terhadap

kesalahan dalam keselamatan perawatan pasien.

5
Oleh karena itu handover dengan komunikasi yang efektif harus menjadi

budaya bagi individu, kelompok, dan organisasi pada institusi pelayanan

kesehatan saat ini, karena dengan pelayanan keperawatan yang baik dapat

mencegah kerugian bagi pasien akibat kesalahan informasi.

Uraian-uraian data di atas menjadi alasan peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait dengan “ Pelaksanaan Handover Dengan Metode

Komunikasi SBAR oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit” kajian

literatur ini untuk memperoleh informasi yang relevan terhadap penelitian yang

dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Gambaran pelaksanaan handover dengan Metode komunikasi SBAR

(situation, background, assesment, recommendation) oleh perawat di

ruang rawat inap rumah sakit?”

C. Tujuan penelitian
Secara umum kajian literatur ini bertujuan untuk mengidentifikasi

gambaran pelaksanaan handover dengan Metode komunikasi SBAR

(situation, background, assesment, recommendation) oleh perawat di ruang

rawat inap Rumah Sakit.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :

6
1. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam

pengembangan materi perkuliahan terutama tentang pelaksanaan

handover dengan komunikasi SBAR di rumah sakit.

b. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi Rumah

Sakit sebagai masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan

handover di ruang perawatan rawat inap.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi/sumber

kepustakaan serta sebagai bahan masukan untuk peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan

manajemen keperawatan khususnya yang berhubungan dengan

pelaksanaan Handover dengan komunikasi SBAR.

2. Manfaat teoritis

Kajian literatur ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai

bahan bacadan informasi ilmiah serta menambah pengetahuan

mengenai manajemen keperawatan.

7
E. Ruang Lingkup
1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan juni 2020 sampai dengan

bulan september 2020.

2. Penelitian ini menggunakan keilmuan Manajemen Keperawatan. tentang

pelaksanaan handover dengan metode komunikasi SBAR di Rumah Sakit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

8
A. Handover

1. Pengertian handover

Timbang terima (handover) adalah salah satu bentuk komunikasi

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang

terima pasien dirancang sebagai salah satu metode komunikais yang relavan

pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik

memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan,

rencana keperawatan, serta menentukan prioritas pelayanan.[ CITATION

Mar13 \l 1033 ].

Menurut (The Joint Commision Journal On Quality and Patient

Safety,2010)didalam jurnal[ CITATION kam11 \l 1033 ] Handover adalah

proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk memberikan

perawatan kliniks kepada pasien dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh

yang lain. Pengasuh termaksud dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten

dokter, praktisi perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi.

Transisi selalu terjadi dalam proses pelayanan kesehatan karna

pelayanan kesehatan merupakan sistem yang melibatkan lebih dari satu

orang dan komponen. Dalam proses transisi terjadi serah terima

pengetahuan dan informasi tentang tingkat kepastian maupun ketidakpastian

diagnosis, tanggapan terhadap terapi, perubahan terakhir atau kondisi, yang

meragukan, rencana terapi termaksud rencana cadangan. Beberapa hal yang

9
bisa dilakukan untuk meningkatkan efisiensi proses transisi (operan )

adalah:

a. Menetapkan formulir standar transisi

b. Memperbarui infoormasi pada papan status pasien termaksud perubahan

penanggung jawab pelayanan.

c. Mempersiapkan tim setiap kali terjadi transisi.

2. Tujuan handover

Berdasarkan kutipan dokumen safety JCAHO dalam buku manajemen


keselamatan pasien dirumah sakit oleh [ CITATION War19 \l 1033 ]
dinyatakan bahwa tujuan utama handover atau serah terima / timbang terima
adalah menyediakan informasi yang akurat tentang pelayanan pasien, semua
penatalaksanaan, kondisi terkini, dan setiap perubahan yang harus di
antisipasi. Informasi dan komunikasi proses handover harus akurat untuk
menjamin keselamatan pasien. Sebuah prosess handover yang adekuat
meliputi :
a. Tanggung jawab

Tetika terjadi handover adalah tanggung jawab anda untuk memastikan

bahwa orang yang menerima peralihan juga menyadari atas wewenang

dan tanggung jawab yang harus di emban setelah transisi tersebut.

b. Akuntabilitas

Anda tetap bertanggung jawab sampai proses transfer terjadi dan

disepakati kedua bela pihak

10
c. Ketidakpastian

Ketika ada ketidak pastian, adalah tanggung jawab anda untuk

memastikan semua hal dulu sebelum terjadi serah terima.

d. Mengkomunikasikan secara verbal

Anda tidak bisa mengasumsikan bahwa setiap orang pasti akan membaca

dan mendengar setiap instruksi yang tertulis maupun disampaikan

e. Kepastian (memastikan)

Hingga dipastikan prosess transfer sudah dipahami dan diterima anda

belum boleh mengalih tanggung jawab.

f. Peluang

Prosess transfer merupakan sat yang baik untuk mereview kembali dan

mendapatkan pendapat kedua atau rekan untuk bersama-sama

mengevaluasi situasi yang menyangkut keselamatan dan mutu pelayanan.

Handover menurut situasi serah terima (Australian commisiom on

safety and Quality in Health care,2012.) terbagi dua yaitu :

1. Bedside handover (disamping tempat tidur pasien) operan shift yang

dilakukan oleh perawat yang berlangsung disamping tempat tidur pasien,

dan melibatkan pasien sebagai anggota aktif dari proses.

2. Nurse station (dimeja perawat), operan shift yang hanya dilakukan

dimeja perawat dan tanpa mengomfirmasi kondisi pasien secara

11
langsung, sehingga pasien dan keluarga tidak mengetahui kondisi

perawatannya.

3. Manfaat Handover
Manfaat handover menurut AustalianHealthcare dan

Hospitalsassociation atau AHHA (2009) adalah :

a. Kunci dari handover yaitu kualitas dari asuhan keperawatan selanjutnya.

Misalnya penyediaan informasi yang tidak akurat, atau adanya kesalahan

yang dapat membahayakan kondisi pasien.

b. Selain mentransfer informasi pasien, handover juga merupakan sebuah

ritual atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Handover

mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan.

c. Handover memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu memberikan

motivasi menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu

perencanaan pada tahan asuhan keperawatan selanjutnya ( pelaksanaan

asuhan keperawatan pada pasien yang berkesinambungan)

d. Selain itu, hanover memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien

mendapat pelayanan yang optimal,dan dapat menyampaikan masalah

secara langsung bila ada yang belum terungkap.

4. Bedside Handover
Bedside handover adalah pelaporan shift perawat yang melibatkan

pasien dan keluarga, sehingga memungkinkan pasien dan keluarga

12
berinteraksi dengan tenaga kesehatan profesional,keterlibatan pasien dan

keluarga merupakan kesempatan untuk memberikan kontribusi penting

bagi perawatan pasien. (Manias, 2014).

Bedside handover diruang rawat inap adalah serah terima

disamping tempat tidur pasien yang melibatkan pasien dalam

perawatanya yang dimana pasien dirawat inap minimal satu hari dan

merupakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non

spesialistik, dilaksanankan pada pelayanan kesehatan untuk keperluan

observasi, perawata, diagnosis, pengobatan, dan pelayanan medis lainnya

( permenkes 2013).

5. Manfaaat bedside handover


Pelaksanaan bedside handover memiliki manfaat bagi perawat

maupun pasien. Menurut National Nursing Research Unit King’s

College London (2012) ada beberapa manfaat bedside handover yaitu :

1. Pasien dapat mengajukan pertanyaan tentang perawatannya

2. Meningkatkan kepuasan pasien

3. Meningkatkan komunikasi pasien dengan perawat

4. Dapat memberi waktu bagi perawat untuk mengamati dan

mendengarkan pasien

5. Meningkatkan keamanan perawatan pasien, termaksud komunikasi

tentang obat-obatan.

13
B. Komunikasi

1. Pengertian komunikasi
Duldt-bettey, dikutip suryani (2006) didalam buku komunikasi

keperawatan [ CITATION Tut18 \l 1033 ] mendefinisikan komunikasi adalah

suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan

pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya akan

tiba pada saling pengertian yang mendalam. Pada akhirnya komunikasi

dapat dimaknai sebagai proses penyesuaian dan adaptasi yang dinamis

antara dua orang atau lebih dalam sebuah interaksi tatap muka ataupun tidak

dan terjadi pertukaran ide, makna, perasaan dan perhatian.

2. Tujuan komunikasi
Menurut (hill S,Draper M, 2011,hal.14) dalam buku komunikasi

keperawatan [ CITATION Tut18 \l 1033 ]. Secara umum dibidang keperawatan

dapat dipahami tujuan komunikasi itu sendiri adalah untuk menggambarkan

berbagai cara dimana kita mencari pasien, pengguna layanan kesehatan dan

keluarga yang lebih berpengetahuan dan kompeten dimana mereka mampu

mengekpresikan pandangan dan kepercayaan mereka, membuat pilihan

sendri atau dengan bantuan tenaga profesional, bersifat mendukung atau

suportif, meminimalkan resiko dan bahaya, mengakses informasi berkualitas

tinggi, berpartisipasi dalam kebijakan tata kelola, dan menyampaikan

hasilnya.

14
3. Komunikasi efektif
Komunikasi efektif merupakan sebuah komunikais yang didalamnya

terdapat keterlibatan semua unsur yang ada dan situasi yang untuk

tersampaikannya pesan/ informasi sehingga tujuan tercapai.untuk itu, maka

terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah komunikasi

efektif. Syarat-syarat tersebut adalah :

a. Dapat dipercaya (credible)

 Kompetensi

 Sikap

 Tujuan

 Kepribadian

 Dinamis.

b. Konteks (context)

 Sesuai dengan kepentingan sasaran

 Memfokuskan pada salah satu topik yang dibicarakan

 Mendengarkan dengan penuh perhatian.

c. Isi ( content)

 Bersifat menarik

 Bermanfaat bagi sasaran

d. Kejelasan (clarity)

 Agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran

 Sikap terbuka agar tidak menimbulkan curiga

15
e. Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency)

Tidak menyimpang dari topi ataupun tujuan komunikasi.

4. Faktor yang mempengaruhi komunikasi


a. Faktor personal

Yang dapat menghambat atau interprestasing akurat diantaranya

mencakup faktor emosional ( misalnya respon terhadap stress, bias

pribadi) faktor sosial, (misalnya pengalaman sebelumnya, perbedaan

budaya, perbedaan bahasa) salah satu yang juga penting yang dapat

mempengaruhi komunikasi adalah persepsi. Persepsi adalah

pengindraan dan pemahaman seseorang terhadap dunia. Persepsi suatu

persituasi unik karna bervariasi dari orang ke orang .persepsi membantu

seseorang menentukan makna kata-kata dan isi pesan yang

dikomunikasikan.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi mencangkup faktor fisik (

mis, kebisingan latar belakang, kurangnya privasi, akomondasi yang

tidak nyaman) dan faktor penentu sosial misalnya (faktor sosial politik,

historis, dan ekonomi kehadiran orang lain).

c. Faktor hubungan

Faktor hubungan mengacu pada status individu dalam hal kedudukan

sosial ,kekuatan tipe hubungan, usia dll. Komunikasi dipengaruhi oleh

16
status ini.Bagian dari seni komunikasi terapeutik adalah menentukan

keseimbangan antara peran kita sebagai profesional dan peran kita

sebagai manusia yang bersosialisasi kedalam pola interaksi yang

kompleks.Komunikasi juga dipengaruhioleh budaya karena perilaku

dipelajari komunikais nonverbal bervariasi dari budaya ke

budaya.Misalkan pesan yang disampaikan oleh kontak sentuhdan mata

bergantng pada konteks budaya seseorang.

5. Tipe- tipe komunikasi


a. Komunikasi intrapersonal

Komunikasi intrapersonal adalah pesan yang dikirim seseorang

untuk dirinya sendiri,termaksud pembicaraan sendiri, atau

komunikasi dengan dirinya sendiri.

b. Komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah adanya komunikasi secara

langsung atau face to face comunicationpada waktu dan tempat

yang sama ( Varcarolis& Halter 2014) dalam [ CITATION Tut18 \l

1033 ].

c. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok ketika tiga atau lebih orang bertemu dalam

pertemuan tatap muka atau melalui media komunikasi lain, tale-

conference.perawat menghadapi kelompok terus menerus saat

17
mereka berinteraksi dengan keluarga pasien, tim perawat,

kelompok terapi,dan komite dalam lingkungankeperawatan

kesehatan mereka.

18
C. METODE SBAR.

1. Pengertian SBAR

Metode SBAR atau dapat dilengkapi dengan I (Introduce –


perkenalan).SBAR merupakan kerangka komunikasi standar untuk
menyampaikan kondisi pasien dengan sesama tim kesehatan. Situasi
tersebut hdapat berupa saat harus berkonsultasi dengan dokter jaga,
bagian lain atau meminta saran dan pendapat sejawat.Kerangka
komunikasi yang baik telah terbukti mampu memfokuskan informasi
sehingga mendapatkan tanggapan secara tepat.Metode SBAR pada
awalnya dikembangkan diangkatan laut AS ketika harus menyampaikan
informasi penting pada kapal. Secara lengkap SBAR meliputi
situation( apa yang terjadi pada pasien) background (bagaimana
gambaran klinikdan latar belakang yang mempengaruhi kondisi)
assesment (penilaian anda/ diagnosis) Recommendation (apa yang adnda
usulkan untuk dilakukan).[ CITATION War19 \l 1033 ].

19
Teknik SBAR menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara
anggota tim perawatan kesehatan mengenal kondisi pasien. SBAR adalah
alat yang mudah diingat untuk dapat menciptakan mekanisme yang
berguna untuk membingkai percakapan apapun, terutama tindakan kritis,
yang memerlukan perhatian dan tindakan segera dari dokter. Ini
memungkinkan cara yang mudah dan terfokus untuk menetapkan
kriteria/ harapan antaraanggota tim mengenai apa yang akan
dikomunikasikan dan bagaimana yang penting untuk transfer informasi
dan kerjasama tim yang kohesif. Tidak hanya memfasilitasi adanya
keakraban dan bagaimana tim berkomunikasi, namun struktur SBAR
membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang sesuai
dengan yang diinginkan. Teknik ini berlaku untuk semua petugas saat
melakukan pelaporan/serah terima.[ CITATION Irw17 \l 1033 ].

Teknik SBAR ini dilakukan pada komunikasi antara :


 Perawat dan perawat

 Perawat dan konsulen

Berikut beberapa metode yang digunakan pada saat handover di ruangan

dengan menggunaan teknik SBAR sebagai berikut :

a. Situation:Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/dilaporkan?

Menyebutkan Nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien, secara

singkat permasalahan pasien saat ini, kapan mulai terjadi dan

seberapa berat Situasi dan keadaan pasien yang teramati saat itu.

b. Background:Apa latar belakang informasi klinis yang

berhubungan dengan situasi? Penyampaian latar belakang klinis

20
atau keadaan yang melatar belakangi permasalahan, meliputi

catatan rekam medis pasien, diagnosa masuk RS, informasi hal-hal

penting terkait : Kulit/ ekstremitas, pasien memakai/ tidak

memakai oksigen, obat- obatan terakhir, catatan alergi, cairan IV

line dan hasil laboratorium terbaru. Hasil- hasil laboratorium

berikut tanggal dan jam masing-masing test dilakukan. Hasil-hasil

sebelumnya sebagai pembanding, informasi klinik lainnya yang

kemungkinan diperlukan

c. Assessmen: Berbagai hasil penilaian klinis perawatPenyampaian

penilaian (Assesement) terhadap situasi dan keadaan pasien yang

dapat diamati saat itu, berdasarkan pengkajian dan observasi saat

itu.

d. Recommendation: Apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?

lanjut terhadap kondisi / keadaan permasalahan kesehatan pasien

saat itu.

2. Kelebihan Dokumentasi SBAR


a. Menyediakan cara yang efektif dan efesien untuk

menyampaikan informasi dan timbang terima

b. Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi

dengan menggunakan elemen komunikasi SBAR

21
c. Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang

terima pasien.

d. Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima.

3. Manfaat Dokumentasi SBAR


a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat

b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga

kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan

kepada pasien.

c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena

berbagai informasi mengenai pasien telah dicatat.

4. Keuntungan Dokumentasi SBAR


a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif

b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan

perawat paham akan kondisi pasien.

D. Ruang rawat inap


Pengertian ruang rawat inap Menurut Permenkes nomor 3 tahun 2020,

berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan

menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum

sebagaimana dimaksud diatas memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit pada layanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat.

22
Pelayanan rawat inap yang disediakan di rumah sakit umum salah satunya
adalah rawat inap. Pelayanan rawat inapadalah ruangan yang disiapkan
untuk pasien yang membutuhkan asuhan dan pelayanan keperawataan dan
pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. Rawat inap adalah
pelayanan kesehatan peroranganyang meliputi observasi, pengobatan,
keperawatan, rehabilitasi medic dengan menginap di ruang rawat inap pada
sarana rumah sakit.Pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit
pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara komperhensif
untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien, dimana
unit rawat inap merupakan salah satu revenew center rumah sakit tingkat
kepuasan pelanggan atau pasien bisa dipakai sebagai indikator mutu
pelayanan.[ CITATION Roc19 \l 1033 ].

1. Standar pelayanan Rawat Inap


Standar adalah nilai yang sudah ditetapkan berkaitan dengan

sesuatu yang harus dicapai, sedangkan pelaynanan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai usaha melayani kebutuhan orang

lain. Menteri kesehatan nomor 129 tahun 2008 tentang standar

pelayanan minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu

pelayanan dasar dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang

berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Menurut Revans (1986) dalambuku percutaneous coronary

intervention [ CITATION Roc19 \l 1033 ] bahwa pasien yang masuk dalam

rawat inap akan mengalami tingkat transformasi, yaitu :

23
a. Tahap admission yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan

keyakinan dirawat tinggal dirumah sakit.

b. Tahap diagnosis, yaitupasien yang diperiksa dan ditegakkan

diagnosisnya.

c. Tahap treatment, yaitu berdsarkan diagnosis pasien dimasukkan

dalam program perawatan dan terapi

d. Tahap inspection yaitu secara terus menerut diobservasi dan

dibandingkan pengaruh serta respon pasien terhadap pengobatan.

e. Tahap kontrol yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien

dipulangkan, pengobatan diubah atau diteruskan namum juga dapat

kembali ke proses diagnosa ulang.

2. Kualitas Pelayanan Rawat Inap


Kualitas pelayanan kesehatan diruang rawat inap rumah sakit

dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya menurut joccabalis

(1990) dalam [ CITATION Roc19 \l 1057 ] adalah :

a. Penampilan keprofesian menyangkut pengetahuan, sikap daan

perilaku.

b. Efesiensi dan efektifitas menyangkut pemanfaatan sumber daya.

c. Keselamatan pasien, menyangkut keselamatan dan keamanan

pasien.

24
d. Kepuasan pasien menyangkut, menyangkut fisik, mental,dan

sosial terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan,

kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, dan biaya.

Menurut suparno (1997) dalam buku percutaneous coronary

intervention[ CITATION Roc19 \l 1033 ] bahwa kualitas pelayanan rawat inap

itu sendiri ditentukan oleh kualitas dari pada beberapada pelayanan yang

dilaksanakan di ruangan perawatan antara lain :

1. Pelayanan medis/dokter

Tenaga medis adalah tenaga ahli kedokteran yang fungsi utamanya

memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan mutu sebaik-

baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan

ilmu kedokteran dan etik yang berlaku.

2. Pelayanan keperawatan

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang dilakukan

olehtenaga para medis sesuai dengan asuhan keperawatan.

3. Pelayanan administrasi

Pasien yang masuk ke rumah sakit dimulai dari pendaftaran

kemudian mendapat pelayanan sampai pasien dipulangkan tidak

terlepas dari proses yang disebut administrasi.

4. Lingkungan fisik ruang perawatan

25
Untuk menjaga dan memelihara kondisi rumah sakit, sudah

menjadi tugas tanggung jawab semua karyawan rumah sakit

termaksud pasie dan pengunjung.Agar diperoleh suasana yang

nyaman, asri, aman, tentram bebas dari segala gangguan sehingga

dapat memberikan kepuasan pada pasien.

3. Mutu Pelayanan Instalasi Rawat Inap


Berdasarkan indikator mutu nasional semester 1 tahun 2019 adalah

indikator mutu yang termasuk dalam monitoring mutu pelayanan di

instalasi rawat inap adalah sebagai berikut :

a. Kepatuhan identifikasi pasien

b. Kepatuhan cuci tangan

c. Kepuasan pasien dan keluarga

d. Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium

e. Kepatuhan upaya pencegahan resiko cedera akibat pasien jatuh

f. Kecepatan respon terhadap complain

Perbaiki bagannya jangan sampai terputus

26
E. Kerangka Teori

Handover
- Pengertian handover
- Tujuan handover
- Manfaat handover

Komunikasi
- Pengertian komunikasi
- Tujuan komunikasi
- Komunikasi efektif
- Faktor yg mempengaruhi Gambaran pelaksanaan
komunikasi
Handover dengan Komunikasi
SBAR ole perawat di ruang rawat
Metode SBAR inap Rumah Sakit.

- Pengertian SBAR
- Kelebihan SBAR
- Keuntungan SBAR
- Manfaat SBAR

Ruang Rawat Inap

- Pengerian rawat inap


- Standar pelayanan rawat
inap
- Kualitas pelayanan rawat
inap
- Mutu pelayanan rawat
inap

Sumber :[ CITATION Mar13 \l 1033 ],[ CITATION Tut18 \l 1033 ][ CITATION

Irw17 \l 1033 ].[ CITATION Roc19 \l 1057 ]

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data ini penulis mengakses melalui internet untuk

mengambil dan menganalisis beberapa data dalam bentuk literatur

internasional sebanyak 4 jurnal dan literatur nasional sebanyak 6 jurnal,

sehingga literatur yang digunakan sebanyak 10 jurnal. Kriteria jurnal nasional

adalah yang terakreditasi SINTA, DIKTI, dan BALITBANG. Dan sementara

kriteria untuk jurnal internasional adalah yang terindeks Scopus.. Untuk

mempermudah penyimpanan jurnal, peneliti akan menggunakan aplikasi

Mendeley.

Penelitian kepustakaan atau literature review merupakan penelitian

yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahaun, gagasan atau temuan

yang terdapat di dalam literature berorientasi akademik, serta merumuskan

kontribusi teoritis dan metodologinya untuk topik tertentu. Adapun sifat dari

penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni penguraian secara teratur data

yang telah diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar

dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.

28
B. Pengumpulan Literatur
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung,

akan tetapi data tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sumber yang dimaksud berupa buku dan

laporan ilmiah yang terdapat di dalam jurnal (tercetak atau non tercetak)

dengan mencari dan menggali data dari literature yang terkait dengan apa

yang dimaksudkan dalam rumusan masalah.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah

sebagai berikut:

1. Pencarian literatur pada database elektronik ( pubmed,Medline,

NCBI, BMC public health, Google Schoolar, dan portal

Garuda dari artikel yang ditelusuri.

2. Penentuan kata kunci yang menggunakan PICO

(popilation/problem, intervention, Comparison,Outcome) kata

kunci yang akan digunakan untuk literatur review ini adalah

“SBAR communication, Handover”

3. Melakukan kosakata terkontrol agar hasil dapat dicapai lebih

spesifik.

29
C. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

data yang telah terkumpul untuk menigkatkan pemahaman penelitian tentang

kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain. Pada

metode analisis ini menggunakan enam jurnal nasional dan empat jurnal

internasional.Jurnal yang sudah dikumpulkan tersebut kemudian

dibandingkan dan dipelajari mulai dari abstrak sampai isi dan penutup. Untuk

metode analisis dengan matriks review yaitu me-review data-data yang sudah

di ambil dan dianalisis dalam tabel matriks untuk selanjutnya di bahas.

Penulis mengidentifikasi, menilai, memilih dan mensintesa semua bukti

penelitian dan pendapat setiap penulis jurnal dalam penelitian yang mereka

lakukan. Pengkajian yang dilakukan diantaranya adalah:

1. Analisa masing-masing jurnal

2. Membuat resensi matriks. Resensi matriks terdiri dari kolom-kolom yang

memuat data tentang jurnal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan

penulis adalah:

a. Nomor setiap jurnal.

b. Nama, judul dan tanggal penelitian yang terdapat pada setiap literatur.

c. Metode penelitian yang digunakan dalam setiap literatur.

d. Hasil penelitian pada setiap literatur.

30
3. Pembahasan Jurnal

Langkah ini dilakukan oleh penulis sesuai interpretasi setelah

menganalisa

jurnal-jurnal yang dipilih yaitu,

a. Analisis aspek hasil dari berbagai literatur

Membuat ringkasan berbagai literatur dalam bentuk matriks.

b. Analisis aspek substansi dari berbagai literatur

Tuliskan hasil penelitian dari setiap jurnal, lalu bahas kekurangan,

kesamaan dan perbedaanya untuk melakukan kajian selanjutnya.

c. Kerangka teori

Setelah jurnal yang dipilih dianalisis, di dapat variabel-variabel yang

akanmembentuk suatu kerangka teori yang mendukung topik

masalah.

31
BAB 4

PEMBAHASAN

A. Ringkasan temuan Literatur


Detail proses dalam mencari jurnal harus diceritakan, awalnya dapat brp,
kemudia kriteria jurnal yg diambil apa saja, akhirnya dapat berapa?
Pencarian jurnal literatur dilakukan dengan menggunakan google

scholar, pubmed. Proses pemilihan jurnal yang tepat dengan menggunakan

metode identifikasi, screening dan inklusi kriteria pencarian. Riteria

pencarian yang digunakan adalah jurnal kesehatan dengan kata kunci

terkait penggunaan Handover and SBAR , serta jurnal tersebut

terakreditasi secara resmi oleh sintaa/dikti/balitbang (jurnal nasional)

/scopus (jurnal internasional). Untuk memudahkan pengambilan

kesimpulan maka peneliti melakukan penyusunan matrix dengan metode

studi literatur dengan menggunakan 10 sumber jurnal yang akan penulis

jabarkan dibawah ini :

32
Tabel. 4.1 Matriks .
N Tahu
Penulis dan judul Methodology Tujuan Hasil Temuan
o n
1 M Hendri Haryono 2020 Analisa data Menyusun Hasil akhir penelitian menunjukkan
Evaluasi pelaksanaan deskriptif pengembangan bahwa pelaksanaan proses
komunikasi efektif menggunakan teknik instrumen komunikasi sosialisasi dan uji coba berjalan
“status present” pada Purposive sampling efektif SBAR pada lancer karena perawat dapat
memahami dan melengkapi
handover emergency di dengan melibatkan handover emergency
pengisian intrumen SBAR sesuai
RSU HAJI Surabaya. 150 dokumen rekam kondisi pasien di ruang IGD RS
e-ISSN 2528-3022 medik Haji Surabaya.
2 Umi Hidajah 2019 Penelitian deskriptif Mengidentifikasi Hasil penelitian secara umum
Peran Komunikasi SBAR dengan pendekatan komunikasi efektif SBAR sebagian besar komunikasi perawat
Dalam Pelaksanaan Cross Sectional yang meliputi komponen dalam kategori efektif sehingga
Menggunakan teknik Situation, Background, diharapkan bagi pihak Rumah Sakit
Handover Di Ruang dapat meningkatkan komunikasi
Rawat Inap RSPS. Snowball sampling Assesment dan
efektif sehingga dapat meningkatkan
melibatkan 40 Recommendation mutu pelayanan keperawatan,
ISSN : 2621-0231
perawat dari 2 ruang Pada saat pelaksanaan mengadakan pelatihan komunikasi,
rawat inap yang handover di RSPS serta pemberian modul komunikasi
sedang melakukan Surabaya. efektif sehingga pasien dapat
proses Handover merasakan kepuasan dalam
pelayanan di rumah sakit.
3 Sandra Hardini 2018 Pendekatan deskriptif Mengekplorasi Teridentifikasi terdapat 7 tema
Pelaksanaan dengan desain pengalaman perawat yang menjadi hasil penelitian yaitu
Komunikasi SBAR penelitian kualitatif melaksanakan Pelaksanaan komunikasi SBAR
pada saat Timbang dan pendekatan komunikasi SBAR pada pada saat timbang terima sudah
Terima di Bangsal fenomenologi. saat timbang terima optimal, Waktu pelaksanaan
Bedah dan Interne Menggunakan teknik (handover) di di bangsal komunikasi SBAR ,Pelaksanaan
RSUP Dr. M. Djamil Snowball sampling Bedah dan Interne komunikasi SBAR pada saat
Padang. RSUP Dr. M. Djamil timbang terima dilakukan di Nurse

1
e-ISSN : 2540-961 Padang. Station dan Ruang pasien, manfaat
yang baik dalam menggunakan
komunikasi SBAR oleh perawat,
Harapan perawat terhadap
pelaksanaan komunikasi SBAR,
Factor pendukung dalam
melaksanakan komunikasi SBAR
dan Hambatan saat pelaksanaan
komunikasi SBAR saat timbng
terima berupa kondisi pasien yang
berubah ubah dan kendala waktu.
4 Noormailida Astuti 2019 Menggunakan metode Mengeksplorasi Hasil penelitian mengidentifikasi
Penerapan Komunikasi kualitatif dengan penerapan sebanyak enam tema, yaitu
Situation, pendekatan komunikasi SBAR pada Pengalaman penerapan komunikasi
Background, Assesment, fenomenologi dengan perawat dalam SBAR dalam handover; Manfaat
teknik Purposive melaksanakan handover penerapan komunikasi SBAR
Recomendation
sampling di dalam handover; Hambatan
(SBAR) Pada Perawat RSUD Banjarmasin. penerapan
Dalam komunikasi SBAR dalam
Melaksanakan handover; Tantangan penerapan
Handover. komunikasi SBAR dalam
Doi : handover; Cara beradaptasi
10.18196/ijnp.3192 penerapan
komunikasi SBAR dalam
handover; Harapan penerapan
komunikasi
SBAR dalam handover.

2
5 Rina Karmila 2017 Analisis dengan Menjelaskan format Hasil kajian didapatkan bahwa
Penggunaan format kajian literatur terstruktur yang penggunaan format ISBAR3
ISBAR berbasis (Literature Review ) terkomputerisasi yang berbasis elektronik terstruktur ini
Elektronik Dalam digunakan oleh perawat digunakan untuk mendukung
handover keperawatan dalam serah terima cara serah terima verbal melalui
untuk meningkatkan keperawatan dengan model komunikasi terkini yang
Komunukasi Efektif. menggunakan metode lebih sistematis, tepat, akurat,
komunikasi efektif: dan relevan dalam waktu yang
ISSN : 2087-2879 Identify, Situation, sangat singkat
Background,
Assessment, dan
Rekomendation, Read-
Back, Risk (ISBAR3).
Ratna Dewi 2019 Analisis kualitatif Mengekplorasi persepsi Hasil penelitian ini
6 Studi Fenomenology dengan pendekatan perawat dalam memunculkan lima tema yaitu
Pelaksanaan Handover fenomenologi dan pelaksanaan Handover Perbedaan persepsi, Sosialisasi
Dengan Komunikasi menggunakan dengan komunikasi yang optimal; Motivasi belum
SBAR teknik purposive SBAR. optimal; Adanya dampak positif
sampling. pelaksanaan SBAR dan resiko
tidak terlaksananya SBAR saat
E-ISSN - 2477-6521 Handover.
DOI:
http://doi.org/10.22216/j
en.v4i2.2773

7 Shalini1, Flavia 2015 Pendekatan evaluatif Untuk mengetahui Temuan penelitian ini
statistik ,deskriptif dan efektifitas dari menunjukkan perlunya

3
Castelino2, Latha T2 inteferensial Situation, Background, pendidikan tentang serah terima
Effectiveness of Protocol Assessment, sebagai bagian dari pelatihan
on Situation, Background, Recommendation praktis bagi mahasiswa
(SBAR) protokol dalam keperawatan serta upaya untuk
Assessment,
hal perbedaan meningkatkan kejelasan
Recommendation (SBAR) pengetahuan dan komunikasi dalam pemanfaatan
Technique of praktik antara alat SBAR tertentu.
Communication among kelompok kontrol dan
Nurses During Patients' eksperimen.
Handoff
in a Tertiary Care
Hospital

ISSN 0974-9357
Shaneela Shahid and 2018 Deskriptif kualitatif Untuk mengukur Hasil dari penelitian ini
8 Sumesh Thomas dengan menggunakan seberapa penting ditemukan bahwa metode SBAR
Situation, Background, teknik snowball metode SBAR bagi yang ditata dengan baik sangat
Assessment, sampling membantu untuk mengurangi
pasien.
Recommendation (SBAR) terjadinya kesalahan dalam
penanganan pasien . Meskipun
Communication
metode ini cukup menantang jika
Tool for Handoff in dihadapkan dengan pasien dalam
Health Care – A perawatan ICU.
Narrative Review

https://doi.org/10.1186/s40
886-018-0073-1
9 AdaRusticali 2019 Deskriptif kualitatif Mengevaluasi model Meskipun ada sejumlah usaha
Effectiveness of yang berbasis pada standar dan kerangka untuk mengidentifikasi model

4
Structured Models of PICO dari handover handover yang mendorong
Nursing Handover for standarisasi dan efektifitas
Ensuring Continuity of komunikasi, masih terdapat
kesulitan untuk menjangkau
Information in Hospital.
semua bidang keperawatan.
ISSN 2572-102X
1 Sena Wahyu 2020 Deskriptif eksplorasi Untuk Hasil penelitian menunjukkan 84%
0 Purwanza dengan pendekatan mengembangkan komponen situation tidak lengkap,
Nurses Shift Handover penelitian dan instrumen serah terima background 100% tidak lengkap,
pengembangan dan
Instrument pasien oleh perawat 100% assesment tidak selesai dan
menggunakan Teknik
Development Evaluation Purposive sampling yang sesuai standar. 100% recomendation tidak
Using SBAR lengkap.ketidak lengkapan
Effective dokumen disebabkan oleh
Communication Method kurangnya pengetahuan dan
pemahaman perawat tentang fungsi
ISSN: 1475-7192 instrument timbang terima,
penduplikasian dokumentasi,
perbedaan dalam diagnose medis
dan keperawatan pada pasien, tidak
efektifnya sosialisasi dan
diseminasi pada pedoman
pengisian instrument.

5
6
Tabel 4.2 sintesis matrix

Analisa pelaksanaan handover dengan menggunakan komunikasi SBAR oleh perawat di Ruma Sakit.

Hilangkan kolol “teori-input”


Teori Jurnal 1) Jurnal 2 Jurnal 3 Jurnal 4 Jurna 5
Input Evaluasi dokumen SBAR di Berdsarkan penelitian, bahwa Berdasarkan penelitian yang telah Makna yang di dapatkan dari Menggunakan IT dalam
ruang IGD RSU Haji Surabaya pada komponen komunikasi dilakukan bahwa, pelaksanaan penelitian ini serah terima antar shift
dinilai menggunakan Indikator situation (S) timbang terima dengan komunikasi menyatakan bahwa penerapan keperawatan adalah metode
pertanyaan pada handover sebagian besar dalam kategori SBAR sudah optimal. Pengaplikasian komunikasi SBAR yang efektif untuk
emergency dengan status present efektif, pada komponen komunikasi SBAR saat timbang pada perawat dalam meningkatkan kualitas,
dari ruang IGD ke ruang rawat komunikasi background (B), terima dengan menjelaskan melaksanakan handover di efisiensi, dan mengurangi
inap yang sedang dan sudah di assesment (A) dan S/situation sudah baik. Pelaksanaan RSUD Banjarmasin sudah biaya. Penggunaan format
terapkan di RSU Haji Surabaya, recommendation (R) sebagian komunikasi SBAR saat timbang terlaksana dengan baik terstruktur terkomputerisasi
belum mengacu kepada Standar besar dalam kategori tidak efektif. terima dengan menjelaskan namun belum berjalan secara memberikan sebuah
Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Hasil penelitian secara umum, B/background cukup dikarenakan maksimal dan masih dorongan untuk
Pengisian lembar status present sebagian besar komunikasi terkadang tidak terlalu dibahas kalau terdapat banyak hambatan- menyampaikan informasi
pada Handover Emergency juga perawat dalam kategor efektif, pasiennya sudah rawatan beberapa hambatan yang di penting secara cepat dan
belum sesuai standar karena hari. Pengaplikasian komunikasi rasakan oleh perawat. Adapun tepat, dan membantu untuk
belum terdapat SPO dan panduan SBAR saat timbang terima dengan hambatan tersebut memastikan bahwa informasi
pengisian yang jelas bagi perawat menjelaskan A/ assesment sudah perbedaan persepsi, fasilitas yang diberikan adekuat dan
sehingga pelaksanaan dilaksanakan tetapi kurang optimal. format SBAR yang tidak ada yang terlewatkan.
Dengan Komunikasi efektif dari Pelaksanaan komunikasi SBAR saat kurang memadai, perawat yang
status present pada handover timbang terima dengan menjelaskan kurang teliti,
emergency di ruang IGD RSU R/rekomendasi dilaksanakan cukup penggunaan waktu pengisian
Haji Surabaya belum memuat baik. dokumentasi yang
format SBAR (Situation, belum efektif dan terdapat
Background, Assesment, dan psikologis perawat
Recommendation). berupa perasaan jenuh efek dari
pendokumentasian SBAR.

1
Teori Jurnal 6 Jurnal 7 Jurnal 8 Jurnal 9 Jurnal 10
Input Perawat pada umumnya sudah Masalah komunikasi SBAR  Komunikasi yang efektif efektivitas model handover Penggunaan hand-off
mengetahui tentang SBAR, adalah masalah yang paling merupakan faktor penting bergantung pada implementasi dengan menggunakan
SBAR adalah salah satu bentuk kompleks dalam dalam memberikan metode yang digunakan komunikasi SBAR yang
komunikasi efektif yang pengaplikasiannya, karena perawatan pasien yang (Bakon et al., 2017). tidak sesuai prosedur
dilaksanakan untuk memiliki resiko yang tinggi. aman. Miskomunikasi selama mengakibatkankesalahan
menghindari kesalahan jika salah satu tidak  Kegagalan komunikasi pemindahan pasien adalah dalam penanganan pasien.
pemberian tindakan pada mengalokasikan cukup waktu dalam pengaturan perawatan penyebab dari sekitar 80% informasi yang tidak akurat.
pasien, mencegah kejadian tidak untuk hand-0ff maka staff lain kesehatan dapat kesalahan medis serius (Joint hasil komunikasi dan
diduga dan mencegah terjadinya tidak akan mendapatkan menyebabkan kesalahan Commission, 2012) pemeriksaan yang tidak
cedera pada pasien. SBAR juga gambaran lengkap tentang medis yang serius. akurat, dapat
dikatakan sebagai salah satu situasi pasien dan informasi mengakibatkan
bentuk pencapaian dari patient penting bisa hilang,hal tersebut kesalahpahaman, kesalahan
safety di rumah sakit. Namun, yang menjadi kesalahan fatal. pengobatan dan tindakan
SBAR yang mereka ketahui Namun komunikasi SBAR yang diberikan kepada
masih dangkal dimana perawat Merupakan format yang pasien ,
menyatakan bahwa SBAR ini konsisten membantu staf Sebanding dengan hasil
sering digunakan saat konsul karena secara akurat mencatat review yang dilakukan oleh
dan perawat menganggap dan mengingat jumlah Cohen dan Hilligos (2010)
SBAR ini hanya untuk informasi dan meningkatkan yang menyatakan bahwa
berkomunikasi melalui telepon kemampuan mereka untuk permasalahan yang
saja dengan tim medis lainnya, menangani pasien jika berkaitan dengan
serta adanya anggapan bahwa penggunaannya sesuai SPO. serah terima merupakan
SBAR itu adalah SOAP. Dari masalah di dunia, pada
pernyataan perawat tersebut penelitian yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa terdapat 899 kejadian
pemahaman perawat dalam kesalahan komunikasi
menginterpretasikan SBAR saat dengan 32%
Handover masih belum sesuai kesalahan komunikasi
dengan teori. selama serah terima

2
Berdasarkan hasil dari sepuluh jurnal yang sudah di telaah, peneliti

mengklasifikasikan menjadi tiga bagian diantaranya persamaan, perbedaan dan

kesimpulan. Berikut adalah hasil analisis yang peneliti kaji sebagai berikut :

Persamaan :

- Pada jurnal 1,2,3,7,8,9, dan 10 dalam kajiannya sama-sama menggunakan

metode deskriptif kualitatif. Pokok bahasan yang menjadi bahan utama dalam

jurnal jurnal diatas antara lain sama sama mengarah pada pengaplikasian

format SBAR sesuai SPO.

- Pada Jurnal 1, 6 dan 10 dalam pembahasannya menghasilkan kesimpulan

bahwa penerapan komunikasi SBAR dalam pelaksanaan handover belum

mencapai kategori efektif disebabkan adanya berbagai faktor antara lain

belum memuat format SBAR dan pengisian instrumennya belum sesuai

dengan standar Nasional Akreditasi Rumah sakit, belum terdapat SPO serta

panduan pengisian instrumen yang tidak jelas ( jurnal 1), perbedaan persepsi

antar perawat, kurangnya motivasi, dangkalnya pengetahuan perawat tentang

komunikasi SBAR dengan kata lain penerapannya belum sesuai dengan teori

SBAR yang sudah ditentukan (jurnal 6), sosialisasi yang kurang efektif (jurnal

10).

- pada jurnal 2, 3, 4 , 5, 7 dan 8 ; hasil penelitian yang telah dilakukan dalam

jurnal tersebut menyatakan bahwa pemberlakuan komunikasi SBAR sebagai

alat komunikasi dalam penangan pasien di rumah sakit terbilang efektif dan

optimal ( jurnal 3,7 dan 8). walaupun dikategorikan efektif pada kenyataannya

1
berdasarkan hasil penelitian dari ke empat komponen

Situation,Background,Assesment,Recomendation sebagian belum masuk

kategori efektif diantaranya pada komponen background, assessment dan

recommendation ( jurnal 2). Selain itu pelaksanaan komunikasi SBAR

berjalan dengan baik namun belum begitu maksimal (jurnal 4). Pada jurnal 5

efektifnya pelaksanaan komunikasi SBAR karena penggunaan format

ISBAR3 sehingga menghasilkan hasil yang sistematis, akurat,tepat relevan

dalam waktu singkat.

- Jurnal 9 hanya menyatakan bahwa 80% miskomunikasi dalam proses

handover menyebabkan kesalahan medis yang seirus.

Perbedaan :

- Perbedaan diantara 10 jurnal yang telah penulis telaah adalah salah satunya

dari penggunaan metode penelitian yang gunakan dalam mengkaji aspek

penelitiannya ( yang berhubungan dengan penggunaan komunikasi SBAR

dalam pelaksanaan handover). Metode yang paling banyak digunakan adalah

metode penelitian deskriptif / Analisa deskriptif dengan berbagai pendekatan

( jurnal 1,2,3,7,8,9 dan 10). Pendekatana kualitatif di gunakan sebagai metode

pada jurnal 4 dan 6, sedangkan jurnal 5 menggunakan metode kajian literatur.

- Dari segi materi yang di teliti beberapa jurnal di atas mempunyai beberpa

perbedaan diantaranya jurnal ke 5 yang khusus membahas tentang

penggunaan format ISBAR dengan basis elektronik sedangkan jurnal 9 hanya

2
membahas tentang efektifitas model handover apabila di implementasikan

dengan metode yang tepat agar tidak trjadi miskomunikasi yang menyebabkan

kesalahan medis serius.

Kesimpulan :

- Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa jurnal di atas dapat

disimpulkan bahwa penggunaan tekhnik Handover dengan metode SBAR

di beberpa Rumah Sakit masih belum efektif bahkan ada 1 (satu ) jurnal

yang dalam pembahasannya sama sekali belum menganut format SBAR

disebabkan karena belum terdapat SPO dan panduan yang jelas.

- Belum efektifnya Pelaksanaan handover dengan metode SBAR pada

Rumah Sakit di Indonesia disebabkan beberapa faktor di antaranya yaitu

kurangnya pengetahuan perawat dalam pengaplikasiannya, psikologi

perawat serta fasilitas SBAR yang kurang memadai (jurnal Nasional

nomor 1,2,3,4,5, 6 dan jurnal internasional nomor 10)

- Sedangkan untuk penerapan komunikasi SBAR di luar negeri sudah

sangat efektif bahkan penggunaannya dapat menciptkan perubahan baru

yang lebih baik di segala aspek keperawatan ( jurnal internasional nomor

7,8 dan 9).

B. Pembahasan

3
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap jurnal-jurnal yang

dipilih, pada jurnal pertama oleh (M Hendri Haryono 28 Maret 2020)

dijelaskan bahwa Evaluasi dokumen SBAR di ruang IGD RSU Haji Surabaya

dinilai menggunakan Indikator pertanyaan pada handover emergency dengan

status present dari ruang IGD ke ruang rawat inap yang sedang dan sudah di

terapkan di RSU Haji Surabaya, belum mengacu kepada Standar Nasional

Akreditasi Rumah Sakit. Pengisian lembar status present pada Handover

Emergency juga belum sesuai standar karena belum terdapat SPO dan

panduan pengisian yang tidak jelas bagi perawat sehingga pelaksanaan

dengan Komunikasi efektif dari status present pada handover emergency di

ruang IGD RSU Haji Surabaya belum memuat format SBAR (Situation,

Background, Assesment, dan Recommendation).

Jurnal ke dua dalam penilitan ini adalah karya (Umi Hidajah 2019)

menjelaskan Hasil penelitian menunjukkan dapat diketahui bahwa pada komponen

komunikasi situation (S) sebagian besar dalam kategori efektif sebanyak 80,0%, pada

komponen komunikasi background (B) sebagian besar dalam kategori efektif

sebanyak 85%, pada komponen komunikasi assesment (A) sebagian besar dalam

kategori efektif sebanyak 80% dan pada komponen komunikasi recommendation (R)

sebagian besar dalam kategori efektif sebanyak 80,0%. Dalam setiap tahapan semua

dalam keadaan efektif namun ada sisa yg tdk efektif pada pelaksanaan masing-masing

pada ,Situasion , Assesment dan Recomendation sebesar masing2 20% dan pada

aspek Assesment 0.5% tdk efektif dan pada analisis selanjutnya dapat diketahui

4
bahwa sebagian besar komunikasi perawat dalam kategori efektif sebanyak 87%,

sedangkan komunikasi yang tidak efektif sebanyak 13%. Jadi dapat disimpulkan pada

hasil penelitian, bahwa pada komponen komunikasi situation (S) sebagian besar

dalam kategori efektif, pada komponen komunikasi background (B), assesment (A)

dan recommendation (R) sebagian besar dalam kategori tidak efektif. Namun secara

umum, sebagian besar komunikasi perawat dalam kategori efektif.

Pada jurnal ke tiga dalam penelitian ini karya ( Sandra Hardini dkk, 2018 )

dengan jurnalnya yang berjudul Pelaksanaan Komunikasi SBAR pada saat Timbang

Terima di Bangsal Bedah dan Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang menghasilkan

kesimpulan Hasil penelitian 1) Pelaksanaan komunikasi SBAR pada saat timbang

terima sudah optimal 2) Waktu pelaksanaan komunikasi SBAR saat timbang terima,

3) Pelaksanaan komunikasi SBAR pada saat timbang terima dilakukan di nurse

station dan ruang pasien, 4) Perawat merasakan manfaat yang baik dalam

menggunakaan komunikasi SBAR, 5) harapan perawat terhadap pelaksanaan

komunikasi SBAR saat timbang terima agar selalu diterapkan dan di tingkatkan, 6)

Faktor pendukung dalam komunikasi SBAR berupa adanya SPO, pembekalan dan

sosialisasi 7) Hambatan dalam melaksanakan komunikasi SBAR saat timbang terima

berupa kondisi pasien yang berubah – ubah dan kendala waktu. Saran sebagai

pelaksanaan komunikasi SBAR di lakuakan disetiap timbang terima walupun tanggal

merah dan dilakukan setiap shift, sebaiknya timbang terima dilakukan di konter

perawat dan ruangan rawat pasien dengan menjaga privasi pasien rawatan.

Memanfaatkan Komunikasi SBAR dalam pelaporan lisan.

5
Jurnal ke empat yang menjadi objek penelitian saya adalah jurnal karya

(Noormailida Astuti , Juni 2019) dalam penelitiannya beliau memaparkan Makna

yang di dapatkan dari penelitian ini menyatakan bahwa penerapan komunikasi SBAR

pada perawat dalam melaksanakan handover di RSUD Banjarmasin sudah terlaksana

dengan baik namun belum berjalan secara maksimal dan masih terdapat banyak

hambatan-hambatan yang di rasakan oleh perawat. Adapun hambatan tersebut

perbedaan persepsi, fasilitas format SBAR yang kurang memadai, perawat yang

kurang teliti, penggunaan waktu pengisian dokumentasi yang belum efektif dan

terdapat psikologis perawat berupa perasaan jenuh efek dari pendokumentasian

SBAR. Diperlukan upaya manajemen keperawatan meningkatkan penerapan metode

SBAR dan melakukan perbaikan format SBAR untuk mengurangi hambatan yang

dirasakan perawat sehingga pelayanan keperawatan berkelanjutan dan kepuasan

pasien meningkat. Hasil penelitian mengidentifikasi sebanyak enam tema, yaitu

Pengalaman penerapan komunikasi SBAR dalam handover; Manfaat penerapan

komunikasi SBAR dalam handover; Hambatan penerapan komunikasi SBAR dalam

handover; Tantangan penerapan komunikasi SBAR dalam handover; Cara

beradaptasi penerapan komunikasi SBAR dalam handover; Harapan penerapan

komunikasi SBAR dalam handover.

Jurnal ke lima dalam penelitian ini adalah jurnal karya Rina Karmila (2017)

yang mengangkat judul Penggunaan format ISBAR berbasis Elektronik Dalam

handover keperawatan untuk meningkatkan Komunukasi Efektif. Hasil dari penelitian

ini menjabarkan bahwa Hasil kajian didapatkan bahwa penggunaan format ISBAR3

6
berbasis elektronik terstruktur ini digunakan untuk mendukung cara serah terima

verbal melalui model komunikasi terkini yang lebih sistematis, tepat, akurat, dan

relevan dalam waktu yang sangat singkat. Penggunaan format terstruktur berbasis

elektronik ini merupakan bagian dari sistem informasi keperawatan di rumah sakit.

Keberhasilan penerapan format serah terima elektronik ini dapat meningkatkan

komunikasi efektif, dan meningkatkan keselamatan pasien.

Untuk jurnal penelitian selanjutnya yang saya kaji di dalam pembuatan

skripsi ini adalah jurnal karya Ratna Dewi (2019) yang mengusung judul Pelaksanaan

Handover Dengan Komunikasi SBAR. Hasil dari penelitian ini menyatakan adanya

perbedaan persepsi, sosialisasi SBAR sudah optimal, motivasi belum optimal ,adanya

dampak positif pelaksanaan SBAR serta adanya resiko tidak terlaksananya SBAR

saat Handover. Dalam penelitiannya beliau menjelaskan bahwa Perawat pada

umumnya sudah mengetahui tentang SBAR, SBAR adalah salah satu bentuk

komunikasi efektif yang dilaksanakan untuk menghindari kesalahan pemberian

tindakan pada pasien, mencegah kejadian tidak diduga dan mencegah terjadinya

cedera pada pasien. SBAR juga dikatakan sebagai salah satu bentuk pencapaian dari

patient safety di rumah sakit. Namun, SBAR yang mereka ketahui masih dangkal

dimana perawat menyatakan bahwa SBAR ini sering digunakan saat konsul dan

perawat menganggap SBAR ini hanya untuk berkomunikasi melalui telepon saja

dengan tim medis lainnya, serta adanya anggapan bahwa SBAR itu adalah SOAP.

Dari pernyataan perawat tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman perawat

dalam menginterpretasikan SBAR saat Handover masih belum sesuai dengan teori.

7
Jurnal ke tujuh yang saya teliti adalah sebuah jurnal internasional karya

Shalini1, Flavia Castelino2, Latha T2 (International journal january-march 2015)

dengan tajuk Effectiveness of Protocol on Situation, Background, Assessment,

Recommendation (SBAR) Technique of Communication among Nurses During

Patients' Handoff in a Tertiary Care Hospital menyatakan bahwa Hasil studi

intervensi prospektif dilakukan oleh Catchpole KR et al di ICU jantung pusat

perawatan tersier di Oxford dengan penilaian observasi langsung dari kinerja

pelaksanaan Handover mendukung temuan penelitian tersebut. Hasil menunjukkan

bahwa jumlah rata-rata kesalahan teknis per serah terima dikurangi setelah protokol

serah terima(handsoff) baru dari 5,42 (95% CI ± 1,24) hingga 3,15 (95% CI ± 0,71),

dan rata-rata jumlah kelalaian penyerahan informasi itu dikurangi dari 2,09 (95% CI

± 1,14) menjadi 1,07 (95% CI ± 0,55). Dengan hasil tersebut beliau menyimpulkan

bahwa pengenalan protokol serah terima ( handover ) baru mengarah pada perbaikan

di semua aspek dari serah terima (handover). Beliau juga menyebutkan bahwa

protokol pelaksanaan pada teknik komunikasi SBAR yang digunakan dalam proses

serah terima pasien antar perawat sangatlah efektif. Jadi penulis sangat penyarankan

pemberlakuan sistem komunikasi ini dalam proses praktek handover pasien.

Jurnal ke delapan yang saya teliti berikutnya adalah jurnal internasional karya

(Shaneela Shahid and Sumesh Thomas 2018). Dalam jurnalnya beliau mengulas

tentang sistem SBAR sebagai alat komunikasi untuk serah terima ( Handsoff) dalam

perawatan kesehatan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa keselamatan pasien

adalah prioritas dalam perawatan pasien, dan kesalahan komunikasi adalah penyebab

8
paling umum yang dapat menyebabkan dampak buruk selama masa perawatan

pasien.penyelenggara kesehatan akan melakukan berbagai upaya untuk menghindari

kesalahan komunikasi selama masa timbang terima ( handover). Alat komunikasi

SBAR adalah alat komunikasi terstruktur yang dapat menunjukkan penurunan

dampak buruk bagi manajemen penanganan pasien di rumah sakit.berbagai asosiasi

medis dan organisasi perawatan kesehatan terkemuka telah mendukung sistem

komunikasi SBAR sebagai alat komunikasi dalam serah terima pasien ( handover)

antar penyedia layanan kesehatan. komunikasi SBAR sangat mudah digunakan dan

dapat dimodifikasi berdasarkan pengaturan pada sebagian besar klinis;Namun, dapat

menjadi tantangan jika digunakan dalam kasus klinis yang kompleks seperti pasien

ICU. Apalagi penggunaan komunikasi SBAR membutuhkan pelatihan pendidikan

serta perubahan budaya/ kebiasaan dalam mempertahankan penggunaan klinisnya.

Penelitian di masa yang akan datang sangat diperlukan untuk menilai dampak

komunikasi SBAR pada pasien, validasi alat di subspesialisasi lain, dan

perbandingannya dengan alat komunikasi lain seperti I-PASS.

Jurnal ke sembilan yang saya teliti adalah jurnal dari Ada Rusticali and

LucaPiccolotto (2019) tentang Effectiveness of Structured Models of Nursing

Handover for Ensuring Continuity of Information in Hospital. Menurut hasil

penelitian dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa efektivitas model handover

bergantung pada implementasi metode yang digunakan. Miskomunikasi selama

pemindahan pasien adalah penyebab dari sekitar 80% kesalahan medis serius.

9
Dan jurnal terakhir ( jurnal ke sepuluh ) dari jurnal yang saya teliti adalah

jurnal dari Sena Wahyu Purwanza (2020). Dalam jurnalnya beliau membahas tentang

Nurses Shift Handover Instrument Development Evaluation Using SBAR Effective

Communication Method (Evaluasi Pengembangan Instrumen Sif Handover Perawat

Menggunakan Metode Komunikasi Efektif SBAR) dari hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa Ada 84% komponen situasi( situation) yang tidak lengkap,

100% komponen latar belakang( background) tidak lengkap, 100% komponen

penilaian ( Assesment) yang tidak selesai dan 100% komponen

rekomendasi( recomendation) yang tidak lengkap. Dokumen yang tidak lengkap

disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman perawat tentang fungsi

instrumen serah terima ( handover), duplikasi dokumentasi, perbedaan diagnosis

medis dan keperawatan untuk setiap pasien, ketidakefektifan sosialisasi dan

sosialisasi pedoman pengisian instrumen. Hal ini diperlukan untuk merevisi shift

serah terima perawat instrumen dengan pendekatan komunikasi SBAR yang efektif

sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit, sehingga dapat mencegah terjadinya

insiden keselamatan pasien dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

Jadi Secara umum dari 10 jurnal telah penilis teliti dalam penyusunan

skripsi ini dapat digambarkan bahwa Tekhnik Hand-off dengan menggunakan

komunikasi SBAR pada beberapa jurnal dinilai paling efektif dalam penanganan

pasien di rumah sakit karena akan sangat memudahkan bagi perawat , namun

pemahaman perawat tentang tekhnik komunikasi SBAR itu sendiri masih perlu di

perdalam lagi di dan perlu di adakan pelatihan khusus, sebab ketidak sesuaian

10
pengaplikasian komunikasi SBAR dengan SPO akan menyebabkan kesalahan

fatal dalam penanganan pasien. Hal ini secara jelas menggambarkan tujuan

dilaksanakannya penelitian ini yakni untuk mengidentifikasi gambaran

pelaksanaan handover dengan Metode komunikasi SBAR (situation, background,

assesment, recommendation) di Rumah Sakit di tilik dari beberapa sumber jurnal

yang di teliti oleh peneliti.

C. Kerangka Teori Berdasarkan Temuan Kajian Literatur

Faktor Pendukung efektifnya


Komunikasi SBAR :
- Adanya SPO
- Panduan Pengisian instrumen yang
Jelas
- Pembekalan tentang sistem Dampak pemberlakuan
komunikasi SBAR komunikasi SBAR terhadap
- sosialisasi manajemen keperawatan di RS
dan Pasien

Hambatan :
- Waktu yang tidak menentu
- Kondisi pasien yang brubah ubah
- Motivasi perawat yang kurang
- Pengetahuan yang dangkal tentang
komunikasi SBAR
- Manajemen keperawatan

11
BAB 5

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari 10 jurnal yang terdiri dari 6 jurnal

nasional dan 4 jurnal internasional dapat disimpulkan :

1. gambaran pelaksanaan handover dengan metode komunikasi SBAR oleh

perawat di ruang rawat inap di rumah sakit yang terjadi di beberapa rumah

sakit baik di Indonesia maupun luar negeri pada dasarnya sudah

teridentifikasi efektif namun belum berjalan sebagaimana mestinya seperti

dalam teori komunikasi SBAR yang telah ada. Berbeda dengan penerapan

di Indonesia yang dirasa masih kurang efektif, penerapan komunikasi

SBAR dalam pelaksanaan handover di luar negeri justru memberikan

dampak yang positif serta mampu mengubah segala aspek keperawatan

dan disarankan untk diberlakukan sebagai salah satu metode dalam proses

timbang terima (handover)

perhatikan tata telat pada halaman ini


buat kesimpulan berdasarkan poin pada tujuan penelitian (hanya satu)

12
2. Adanya hambatan hambatan yang menjadi momok dalam kurang

efektifnya pemberlakuan metode tersebut bahkan ada pula yang

dikategorikan kurang / tidak efektif karena belum memenuhi format

komunikasi SBAR secara utuh yaitu, pada komponen komunikasi

situation (S) sebagian besar dalam kategori efektif, pada komponen

komunikasi background (B), assesment (A) dan recommendation (R)

sebagian besar dalam kategori tidak efektif. bahkan ada pula Rumah sakit

yang belum memuat format SBAR pada saat handover.

3. Adapun hambatan tersebut yaitu perbedaan persepsi, fasilitas format

SBAR yang kurang memadai, perawat yang kurang teliti, penggunaan

waktu pengisian dokumentasi yang belum efektif dan terdapat psikologis

perawat berupa perasaan jenuh efek dari pendokumentasian SBAR.

13
B. Saran

1. Perlu adanya peningkatan manajemen keperawatan untuk memaksimalkan

penerapan metode SBAR serta meningkatkan lagi pengetahuan tentang

penerapan komunikasi SBAR di Rumah sakit, untuk mengurangi

hambatan yang dirasakan perawat sehingga pelayanan keperawatan

berkelanjutan dan kepuasan pasien meningkat dan harus di adakan

evaluasi secara berkala mengenai pemahaman perawat tentang

pelaksanaan handover dengan menggunakan komunikasi SBAR.

2. Perlu adanya kajian lebih lanjut ( penelitian lanjutan) untuk menilai


dampak pelaksanaan handover dengan metode SBAR kepada pasien,
validasi alat serta perbandingan dengan alat komunikasi lain seperti I-
PASS

DAFTAR PUSTAKA

14
AHHA (Australian Healthcare & Hospitas Association). (2009) Clinical handover:
system cange, leadership and principles

Australian commisiom on safety and Quality in Health care. (2012).standart 6


Clinical Handover safety and Quality Improvement Guide.
https://www.safetyandquality.gov.au/wpcontent/uploads/2018/10/standart6_
oct_2018_WEB.pdf. (diakses 31 mei 2020)

Article, R., & Rusticali, A. (2019). International Journal of Case Studies in Clinical
Research Effectiveness of structured models of Nursing handover for ensuring
continuity of information in Hospital. International Journal of Case Studies in
Clinical Research, 3(1), 13–19.

Astuti, N., & Ilmi, B. (2019). NURSING. 3(1), 42–51.

Dewi, R., Rezkiki, F., & Lazdia, W. (2019). Studi Fenomenology Pelaksanaan
Handover Dengan Komunikasi SBAR. Jurnal Endurance, 4(2), 350.
https://doi.org/10.22216/jen.v4i2.2773

Di, H., Rawat, R., Rsps, I., Hidajah, U., & Harnida, H. (1929). 1. Umi
Hidajah,Hanna Harnida. 0231, 72–81.

Haryono, M. H., Ernawati, D., Sakit, R., Haji, U., Hang, S., & Surabaya, T. (n.d.).
Evaluation of Effective Communication of “ Present Status ” in Emergency
Handover in Haji General Hospital Surabaya Jurnal Ilmiah Keperawatan
( Scientific Journal of Nursing ), Vol 6 , No 1 , Tahun (2020) Dalam
pelaksanaannya proses komunikasi yang terjadi .

15
Irwan, H. (2017). Manajemen keselamatan pasien. In I. hadi, manajemen
keselamatan pasien (pp. 41-49). yogyakarta: Deepublish.

Indri, P. A. (2017). Penggunaan komunikasi SBAR menuju keselamatan pasien.


Idea Nursing Journal .

Karmila, R., Hananto, S., Pascasarjana, M., Keperawatan, M., & Keperawatan, F. I.
(2017). Penggunaan Format Isbar3 Berbasis Elektronik Dalam Handover
Keperawatan Untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif. Penggunaan Format
Isbar3 Berbasis Elektronik Dalam Handover Keperawatan Untuk
Meningkatkan Komunikasi Efektif, 8(3).

Marquis, B. L., & huston, c. j. (2013). Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan. In C. J. Bessie L Marquis, Teori dan aplikasi.

Manias, E.,& Watson, B. (2014). moving from rhetoric to reality : patient and
family involvement in bedside handover. International journal of nursing
studies. 51(12): 1539-1541.

Noormalidia, A. (2019). Penerapan komunikasi SBAR pada perawat dalam


melaksanakan handover di Rsud banjarmasin. Indonesia journal of nursing
practices , 49
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
(internet), tersedia dalam :<www.indonesianpublichealth.com>
Purwanza, S. W., Fitryasari, R., & Rahayu, P. (2020). Nurses shift handover
instrument development evaluation using SBAR effective communication
method. International Journal of Psychosocial Rehabilitation, 24(9), 1123–
1129. https://doi.org/10.37200/IJPR/V24I9/PR290139.

16
Rochfika. (2019). PERCUTANIUS CORONARY INTERVENTION. In S. Rochfika,
Konsep Rawat Inap (pp. 8-19). Uwais Inspirasi Indonesia.

Rudi, P. (2018). Pengantar studi ilmu komunikais sebagai kegiatan komunikasi. In


d. panuju, Pengantar studi ilmu komunikais sebagai kegiatan komunikasi
(pp. 40-41). jakarta: kencana.

Rachmah. (2018). Optimalisasi keselamatan pasien melalui komunikasi SBAR


dalam handover. Idea Nursing Journal , 34-35.

Suardana, k. I. (2018). Pengaruh metode komunikasi efektif SBAR terhadap


efektifitas pelaksanaan timbang terima pasien di ruang griyatama RSUD
Tabanan. Jurnal skala Husada , 56-57.

Shahid, S., & Thomas, S. (2018). Situation, Background, Assessment,


Recommendation (SBAR) Communication Tool for Handoff in Health Care –
A Narrative Review. Safety in Health, 4(1), 1–9.
https://doi.org/10.1186/s40886-018-0073-1

Shalini, Castelino, F., & Latha, T. (2015). Effectiveness of Protocol on Situation,


Background, Assessment, Recommendation (SBAR) Technique of
Communication among Nurses During Patients’ Handoff in a Tertiary Care
Hospital. International Journal of Nursing Education.
https://doi.org/10.5958/0974-9357.2015.00025.2

17
Tutu, A. A. (2018). Komunikasi keperawatan. In T. A. Ariani, Definisi komunikasi
(p. 3). Malang: Universitas Muhammadyah Malang

Undang- UndangNo 44 tentang Rumah Sakit tahun 2009. accessed 23.30 februari
kamis, 2020.

Undang-Undang No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan. accessed 00.24 februari


sabtu, 2020.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Keselamatan Pasien.Accessed


01.00 februari sabtu 2020

Viera, W. (2017). Manajemen keselamatan pasien di rumah sakit. In d. Viera


Wardhani, Komunikasi efektif (p. 69). Malang: UB Press.

18
BERITA ACARA PERBAIKAN
SIDANG SKRIPSI/PROPOSAL *

NAMA : RIQNA MARDA RIAZIZ


NIM : 4002180145
JUDUL PENELITIAN : STUDI LITERATUR PELAKSANAAN HANDOVER
DENGAN KOMUNIKASI SBAR OLEH PERAWAT DI
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT.

NO PENGUJI MASUKAN PARAF


1. Dra.Hj - Perbaiki tulisan judul
Laelasari,MARS ditambahkan “oleh perawat”
- Perbaiki lembar persetujuan
- Aturan undang-undang yang
sama cukup, jangan terlalu banyak di
sebutkan.
- Diupayahkan Kalimat Studi
literatur disinggung di latar belakang
- Perbaiki ruang lingkup
- Perbaiki manfaat teoritis
- Perbaiki kerangka teori
- perbaiki bab 2, teori tentang
rawat inap dengan sumber terbaru.
2. Annisa Nur - Perbaiki kesinambungan tiap
Erawan,MSN paragfraf.
- Pengaturan margin

3. Fitrah - Perbaiki kesinambungan tiap


Herdian,M.Kep paragraf

19
20
CATATAN BIMBINGAN

Nama : RIQNA MARDA RIAZIZ


Nim : 4002180145
Pembimbing Utama : Annisa Nur Erawan, MSN

No Hari / tanggal Catatan bimbingan Paraf


1 Kamis/20 agustus 2020 - Mengumpulkan jurnal
kemudian buat bab 4 sesuai
panduan literatur.

2 Jumat/ 28 agustus 2020 - Buat draft lengkap


beserta lampiran.

3 Kamis/ 3 september - Perbaiki cover sesuai


2020 panduan
- Cantumkan nomor Doi
atau ISSN.
- Buat abstak versi
bahasa inggris.
- Buat pembahasan
sesuaikan dengan tujuan
khusus.
4 Sabtu/ 5 september 2020

- ACC sidang

21
CATATAN BIMBINGAN

Nama : RIQNA MARDA RIAZIZ

Nim : 4002180145

Pembimbing pendamping : FITRAH Herdian M.Kep

No Hari/tanggal Catatan bimbingan Paraf

1 kamis/3 september - Abstrak jangan


2020
terlalu panjang, maksimal

150 – 200 kata.

- Disaran lebih

aplikatif lagi, jangan

sarankan untuk mengubah

fomrmat SBAR karena

formatnya sudah baku.


2 Sabtu/ 5 september
2020 - ACC sidang

22

Anda mungkin juga menyukai