Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR (SITUATION,

BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMMENDATION)


HANDOVER DENGAN KEPUASAN KERJA
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
ROEMANI MUHAMMADIYAH
KOTA SEMARANG

Ririn Eka Saputri1, Menik Kustriyani2, Priharyanti Wulandari3

1. Mahasiswa PSIK STIKES Widya Husada Semarang


2. Dosen PSIK STIKES Widya Husada Semarang
3. Dosen PSIK STIKES Widya Husada Semarang
Email : saputrieka725@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat adalah


dengan memperbaiki pola komunikasi salah satu metode komunikasi yang sangat
membantu efektifitas komunikasi dalam proses handover adalah metode
komunikasi SBAR. Penerepan komunikasi SBAR pada saat handover yang efektif
dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Hubungan Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recommendation) Handover dengan Kepuasan Kerja Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Kota Semarang. Metode : jenis
penelitian ini menggunakan kuantitatif analitik,dengan desain cross sectional.
Peneliti melakukan inform concent pada 115 responden, alat ukur yang di gunakan
lembar kuesioner dan sop SBAR, dengan analisis statistic uji rank sperman. Hasil
: Hasil penelitian ini menunjukan nilai korelasi pearson = 0, 848 dan nilai ρ = 0,000.
Hal ini menandakan adanya korelasi positif yang signifikan antara komunikasi
efektif SBAR dengan Kepuasan Kerja di ruang rawat inap rumah sakit Roemani
Muhammadiyah Kota Semarang. Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan komunikasi efektif SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recommendation) Handover dengan kepuasan kerja di ruang rawat
inap Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Kota Semarang.
Kata Kunci : Komunikasi Efektif SBAR, Handover, Kepuasan Kerja

ABTRACK
Background : Efforts to improve nurse job satisfaction are by improving
communication patterns one method of communication that greatly helps the
effectiveness of communication in the handover process is the SBAR
communication method. The forwarding of SBAR communication at the time of
effective handover can increase nurse job satisfaction. The purpose of this study
was to determine the Effective Communication Relationship between SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation) Handover with Job
Satisfaction in the Inpatient Room of Roemani Muhammadiyah Hospital Semarang

10
City. Methods : this type of research uses analytical quantitative, with cross
sectional design. Researchers conducted an inform concentration on 115
respondents, a measuring instrument used in questionnaire sheets and SBAR sop,
with a statistical analysis of the Sperman rank test. Result : The results of this study
indicate the Pearson correlation value = 0, 848 and the value of ρ = 0,000. This
indicates a significant positive correlation between SBAR effective communication
with Job Satisfaction in the inpatient room of Roemani Muhammadiyah Hospital in
Semarang City. Conclution : The results showed that there was an effective
communication relationship between SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation) Handover with job satisfaction in the inpatient room of Roemani
Muhammadiyah Hospital Semarang City.
Keyword : Effective Communication of SBAR, Handover, Job Satisfaction

PENDAHULUAN pada saat pelaksanaan handover


Salah satu upaya untuk antara perawat yang selesai
meningkatkan kepuasan kerja melaksanakan tugas dengan perawat
perawat adalah dengan memperbaiki baru yang menggantikan tugas
pola komunikasi. Perawat yang selanjutnya. Pada proses handover
merasa puas akan melaksanakan tersebut, perawat berkomunikasi
pekerjaannya dan memberikan dengan perawat lain membahas hal-
pelayanan dengan baik kepada pasien hal yang berkaitan dengan klien yang
sehingga kepuasan pasien dan menjadi tanggung jawabnya dengan
keluarga terpenuhi, yang akhirnya menggunakan dokumentasi sebagai
meningkatkan citra dan pendapatan sumber informasi.
rumah sakit (Juliansyah, 2013). Handover adalah salah satu
Kepuasan kerja pada diri seorang bentuk komunikasi perawat dalam
karyawan (perawat) dipengaruhi oleh melakukan asuhan keperawatan pada
beberapa faktor antara lain pekerjaan pasien. Handover pasien dirancang
itu sendiri, gaji, rekan kerja, atasan, sebagai salah satu metode untuk
kesempatan promosi, dan lingkungan memberikan informasi yang relevan
kerja (Badeni, 2013). Vermeir dkk. pada tim kerja setiap pergantian shift,
(2017) menyatakan bahwa kualitas sebagai petunjuk praktik memberikan
komunikasi di dalam organisasi dan informasi mengenai kondisi terkini
persepsi kepuasan berkomunikasi pasien, tujuan pengobatan, rencana
sangat berpengaruh terhadap perawatan serta menentukan prioritas
kepuasan kerja di semua level pelayanan (Cecep, 2013). Penelitian
pekerjaan. Dengan demikian, dapat yang dilakukan oleh Wahyuni (2014)
disimpulkan bahwa peningkatan menjelaskan bahwa handover
komunikasi yang efektif akan menjadi lebih optimal setelah perawat
membantu tercapainya kepuasan diberikan pelatihan komunikasi
kerja perawat. SBAR dengan persentase sebelum
Salah satu aktivitas komunikasi pelatihan 57% dan setelah pelatihan
yang sangat penting dalam meningkat menjadi 80%.
kesinambungan pelayanan asuhan Salah satu metode komunikasi
keperawatan di rumah sakit adalah yang sangat membantu efektifitas

10
komunikasi dalam proses handover kepuasan kerja perawat pelaksana di
adalah metode komunikasi SBAR. ruang rawat inap RSUD Solok
SBAR merupakan alat komunikasi dengan p value 0,000.
yang direkomendasikan oleh WHO. Nagammal dkk (2016) dalam
Komunikasi efektif menggunakan penelitiannya mengungkapkan bahwa
teknik SBAR pada saat handover penerapan metode komunikasi SBAR
adalah kerangka teknik komunikasi menurunkan durasi handover
yang disediakan untuk berkomunikasi dibanding sebelum penerapan SBAR.
antar petugas kesehatan dalam Metode komunikasi SBAR dinilai
menyampaikan kondisi pasien sangat aman dan efisien dan di
(Permanente, 2011). SBAR samping itu juga meningkatkan
digunakan dalam handover efektivitas komunikasi sehingga lebih
membantu dalam komunikasi antar menjamin keselamatan pasien
perawat, baik individu dengan tim. sehingga sangat direkomendasikan
Komponen SBAR yaitu S (Situation) untuk diterapkan pada semua jenis
merupakan suatu gambaran yang pelayanan kesehatan.
terjadi pada saat itu. B (Background) Implementasi penggunaan
merupakan sesuatu yang komunikasi SBAR di rumah sakit
melatarbelakangi situasi yang terjadi. ternyata banyak menemui kendala
A (Assessment) merupakan suatu seperti komunikasi yang kurang tepat
pengkajian terhadap suatu masalah. R dan pelaksanaannya yang belum
(Recommendation) merupakan suatu sesuai dengan standart prosedur
tindakan dimana meminta saran untuk operasional (SPO) yang pada
tindakan yang benar yang seharusnya akhirnya mempengaruhi kualitas
dilakukan untuk masalah tersebut. pelayanan komunikasi SBAR.
Komponen tersebut sangat jelas Petugas kurang menyediakan waktu
sehingga mempermudah perawat untuk memberi kesempatan pada
dalam melakukan handover yang penerima pesan untuk memberikan
tujuannya untuk meningkatkan konfirmasi apakah pesan dapat
komunikasi antar perawat (Tuasikal, diterima dengan baik dan kadang
2015). melakukan interupsi atau menyela
Penerapan komunikasi SBAR pembicaraan. Kesenjangan dalam
pada saat handover yang efektif komunikasi dapat menyebabkan
diprediksi dapat meningkatkan kejadian tidak diharapkan yang
kepuasan kerja perawat. Penelitian memberi dampak serius pada
yang dilakukan oleh Penelitian Ovari tindakan keperawatan yang diberikan.
(2015) yang berjudul “Hubungan Berdasarkan wawancara dengan
Pelaksanaan Metode Komunikasi : pihak kepala ruang IRNA Rumah
Situation, Background, Assesment, Sakit Roemani Muhammadiyah Kota
Recomendation (SBAR) Saat Semarang menyatakan bahwa metode
Timbang Terima Tugas Keperawatan handover yang saat ini dilakukan di
Dengan Kepuasaan Kerja Perawat Di rumah sakit Roemani sudah
Ruang Rawat Inap RSUD Solok” menggunakan komunikasi SBAR
menyatakan bahwa ada hubungan yang sesuai dengan peraturan rumah
yang signifikan antara pelaksanaan sakit sejak setelah akreditasi kurang
metode komunikasi SBAR dengan lebih lima tahun.

10
Hasil observasi yang dilakukan Penelitian ini menggunakan jenis
oleh peneliti pada saat studi penelitian kuantitatif analitik dengan
pendahuluan menunjukkan dari pendekatan cross sectional dimana
sembilan ruang IRNA di Rumah Sakit penelitian ini menekankan pada
Roemani Muhammadiyah Kota waktu pengukuran atau kuesioner
Semarang bahwa pelaksanaan data variabel penelitian independen
penggunaan komunikasi efektif dan variabel dependen hanya dengan
SBAR handover di Rumah Sakit satu kali pada waktu bersamaan
Roemani sudah dilakukan setiap kali (Notoadmojo, 2010). Penelitian ini
handover, namun dalam dilakukan di ruang Rawat Inap
pelaksanaanya ditemukan kendala Rumah Sakit Roemani
seperti petugas kurang menyediakan Muhammadiyah Kota Semarang pada
waktu untuk memberi kesempatan bulan Agustus 2018. Populasi dalam
pada penerima pesan untuk penelitian ini adalah berjumlah 161
memberikan feedback (umpan balik) perawat di Rumah Sakit Roemani
berupa informasi apakah pesan dapat Muhammadiyah Kota Semarang.
diterima dengan baik dan terkadang Besar sample pada penelitian ini
melakukan interupsi atau menyela ditentukan dengan rumus Slovin.
pembicaraan. Peneliti juga Sampel pada penelitian ini 115
mewancarai kepala bidang responden. Teknik sampling dalam
keperawatan yang mengatakan bahwa penelitian ini di menggunakan
pelaksanaan teknik komunikasi metode Proportiorate Random
SBAR di setiap ruang IRNA Rumah Sampling yaitu metode pengambilan
Sakit Roemani Muhammadiyah Kota sampel dengan cara membagi
Semarang belum maksimal dilihat populasi ke dalam kelompok-
dari tingkat kedisiplinan perawat kelompok yang homogen (Nursalam,
pelaksana dimana dalam 2013).
melaksanakan seluruh teknik Instrument yang digunakan
komunikasi SBAR di setiap dalam penelitian ini adalah lembar
tahapannya masih ada yang SOP untuk komunikasi efektif SBAR
terlewatkan seperti dalam (situation, background, assessment,
menyampaikan nama dan nomor recomendation) handover dan
rekam medik pada setiap pasien. kuesioner kepuasan kerja. Instrument
Berdasarkan fenomena di Rumah komunikasi SBAR diambil dari SOP
Sakit Roemani Muhammadiyah Kota Rumah Sakit Roemani
Semarang, peneliti tertarik untuk Muhammadiyah Kota Semarang.
meneliti “Hubungan Komunikasi Kuesioner kepuasan kerja tidak
Efekif SBAR (Situation, Background, dilakukan uji validitas dan uji
Assessment, Recomendation) reliabilitas karena diambil dari
Handover dengan Kepuasan Kerja di penelitian dari Inun Arbainun (2017)
IRNA Rumah Sakit Roemani dengan Judul “Hubungan
Muhammadiyah Kota Semarang.” Pelaksanaan Komunikasi Efektif
SBAR dengan Kepuasan Kerja
Perawat di RSI Sultan Agung
METODE PENELITIAN Semarang” didapatkan nilai
Correlation Product moment sebesar

10
0,471 dengan r table 0,1816 dan nilai bulan Agustus 2018 ditemukan
Cronbach Alpha sebesar 0,832 yang bahwa usia responden terbanyak
berarti lebih besar dari 0,6. Sehingga berusia 20 – 30 sebanyak 86
Kuesioner tersebut dikatakan valid responden (74,8%).
dan reliable. Penelitian ini juga sejalan
Analisis data dalam penelitian yang dilakukan oleh Petrus Dala
menggunakan analisis univariat dan Wolo dkk (2015) di RSUD TNI
bivariate. Analisa univariat adalah AU Yogyakarta bahwa mayoritas
analisa data yang diperoleh dari hasil usia perawat 20 – 30 dengan
pengumpulan data serta di sajikan presentase 76 %. Penelitian ini
dalam bentuk distribusi frekuensi. juga sejalan dengan Inun Arbainun
Ukuran tendensi sentral atau grafik (2017) di RSI Sultan Agung
bahwa di ruang rawat inap RSI
(Suryono, 2013). Analisa univariat
Sultan Agung Semarang secara
dalam penelitian ini disajikan dalam
garis besar usia responden antara
bentuk distribusi frekuensi tiap rentang 26-30 tahun, bisa
variabel penelitian. Dalam penelitian dikatakan bahwa dalam rentang
ini variabel yang di analisis adalah usia tersebut perawat dalam
variabel terikat (Kepuasan Kerja). pemantapan karir dan memiliki
Analisa bivariat yang dilakukan kinerja yang baik dalam bekerja,
terhadap dua variabel yang diduga sehingga perawat mampu
berhubungan atau korelasi memberikan pelayanan kesehatan
(Notoadmojo, 2012). Analisis secara maksimal, cekatan dan
bivariate dalam penelitian ini lebih berfikir kritis dalam
dilakukan untuk mengetahui adanya melakukan tindakan keperawatan.
hubungan antara variabel komunikasi Hal ini sesuai dengan teori
efektif SBAR handover dengan Depkes (2009), Usia 20-30 tahun
kepuasan kerja di ruang IRNA RS merupakan usia yang
perkembangan kognitifnya lebih
Roemani Muhammadiyah Kota
baik khususnya dalam
Semarang.
memecahkan masalah. Perawat
HASIL DAN PEMBAHASAN yang berada pada rentang usia ini
juga akan lebih cenderung
1. Karakteristik Responden berperan aktif dan diharapkan
a. Usia memiliki keterampilan yang lebih
baik khususnya dalam pelaksanaan
Usia f % komunikasi SBAR sehingga hal
20 - 30 Tahun 86 74.8 ini dapat meningkatkan kualitas
31 - 40 tahun 28 24.3 pelayanan kesehatan dari rumah
41-50 tahun 1 0.9 sakit itu sendiri.
Total 115 100
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 1
menunjukan bahwa dari 115 Jenis Kelamin f %
responden di Ruang Rawat Inap Laki-laki 21 18.3
Rumah Sakit Roemani Perempuan 94 81.7
Muhamadiyah Semarang pada

10
Total 115 100 sendiri, sementara laki-laki
Berdasarkan Tabel 2 dianggap tidak demikian namun
menunjukan bahwa dari 115 biasanya dianggap lebih mampu
responden di Ruang Rawat Inap dalam memimpin suatu diskusi.
Rumah Sakit Roemani
Muhamadiyah Semarang pada c. Pendidikan
bulan Agustus 2018 ditemukan
bahwa jenis kelamin responden Pendidikan F %
terbanyak jenis kelamin DIII 74 64.3
perempuan sebanyak 94 responden S1 4 3.5
(81,7%). NERS 37 32.2
Penelitian ini sejalan dengan Total 115 100
Noviyani dkk (2013) di Instalasi Berdasarkan Tabel 3
Rawat Inap RSUD Kota Tidore menunjukan bahwa dari 115
Kepulauan yang menyatakan responden di Ruang Rawat Inap
bahwa 70,4 % perawat berjenis Rumah Sakit Roemani
kelamin perempuan sedangkan Muhamadiyah Semarang pada
perawat laki-laki sebanyak 29,6%. bulan Agustus 2018 ditemukan
Penelitian ini juga sejalan dengan bahwa pendidikan responden
dewi Yuliana (2017) di Rumah terbanyak D3 keperawatan
Sakit PKU Muhamadiyah sebanyak 74 responden (64,3%).
Gamping bahwa jenis kelamin Menurut penelitian Noviyanti
tertinggi yaitu perempuan (2013) di Instalasi Rawat Inap
sebanyak 44 responden (83%) RSUD Kota Tidore Kepulauan
sedangkan laki-laki sebanyak 9 yang menyatakan bahwa 70,4 %
responden (17%). Menurut perawat berpendidikan D III
penelitian Ilyas (2007) dalam Keperawatan. Sejalan juga dengan
Yanti dan Bambang (2013) penelitian yang dilakukan oleh
Analisis peneliti menunjukkan Rahayu (2016) di ruang IRNA
Bedah RSUP Dr. M. Djamil
bahwa pekerjaan perawat masih
Padang bahwa responden dengan
banyak diminati oleh perempuan
pendidikan D3 Keperawatan
dibandingkan laki-laki karena memiliki dokumentasi yang sesuai
keperawatan masih diidentikkan dalam pelaksanaan komunikasi
dengan pekerjaan yang cocok dan SBAR yaitu 28 responden
sesuai dengan sifat perempuan (87.5%). Penelitian ini sejalan juga
yang lebih sabar, lemah lembut, dengan penelitian yang dilakukan
dan peduli. Menurut Edyana oleh Dewi (2017) bahwa
(2008) dalam fauzan 2017 responden terbanyak yaitu D3
menyebutkan bahwa perempuan dengan jumlah 54,7 %.
cenderung lebih mampu menjadi Menurut Robbins (2015)
pendengar yang baik, langsung menyatakan bahwa pendidikan
menangkap fokus diskusi, dan formal memberikan bekal
tidak selalu berfokus terhadap diri pengetahuan yang cukup bagi
responden untuk dapat melakukan

10
pekerjaan dengan baik. Pendidikan penelitian yang dilakukan oleh
formal memberikan pemahaman Yuliana (2017) yang mengatakan
yang baik akan pentingnya standar bahwa masa kerja terbanyak yaitu
komunikasi SBAR yang baik 84,9% (45 orang) dalam masa
untuk menunjang keberhasilan kerja 2-5 tahun. Masa kerja
pelayanan kesehatan pasien. terbanyak dalam penelitian ini
Dengan pemahaman dan yaitu 84,9% (45 orang) dalam
mendapatkan pelatihan yang baik
masa kerja 2-5 tahun. Hasil
maka perawat akan dapat mengisi
penelitian Purweni (2015) tidak
catatan medis pasien secara
lengkap sesuai standar komunikasi ada alasan untuk meyakini bahwa
SBAR yang efektif. D3 termasuk orang-orang yang telah lama
dalam pendidikan vokasi yaitu bekerja dalam suatu pekerjaan
sistem pendidikan tinggi yang akan lebih baik produktif
diarahkan pada penguasaan dibandingkan dengan mereka yang
keahlian terapan tertentu. belum lama bekerja.
Pendidikan D3 keperawatan lebih Menurut teori Robbin (2015)
mengarah kepada praktik kerja berpendapat bahwa masa kerja
lapangan dibandingkan dengan berkaitan erat dengan pengalaman.
pendidikan S1 yang Pengalaman yang di miliki dari
mengedepankan teori (Dewi. hasil masa kerja yang lama
2017) memberikan bekal bagi responden
untuk dapat menyelesaikan
d. Masa Kerja
permasalahan-permasalahan
terkait kinerja dengan lebih baik.
Masa Kerja F % Pengalaman kerja tersebut
1-5 tahun 92 80.0 memungkinkan perawat untuk
6-10 tahun 23 20.0 menemukan solusi atas berbagai
Total 115 100 permasalahan kinerja yang dalam
Berdasarkan Tabel 4 hal ini komunikasi SBAR yang
menunjukan bahwa dari 115 baik.
responden di Ruang Rawat Inap 2. Analisa Univariat
Rumah Sakit Roemani a. Komunikasi SBAR
Muhamadiyah Semarang pada
Komunikasi SBAR f %
bulan Agustus 2018 ditemukan
Kurang Baik 9 7.8
bahwa masa kerja responden
Cukup Baik 25 21.7
terbanyak 1 – 5 tahun sebanyak
Baik 81 70.4
92 responden (80,0%).
Total 115 100
Hasil penelitian ini sejalan
Berdasarkan Tabel 5 menunjukan
dengan penelitian Sualang dkk
bahwa dari 115 responden di
(2014) di RS Wolter Monginsidi
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
mendapatkan sebagian besar Roemani Muhamadiyah Semarang
responden memiliki masa kerja > 1 pada bulan Agustus 2018
Tahun. Sejalan juga dengan ditemukan bahwa mayoritas

10
pelaksanaan komunikasi SBAR jarang melaksanakan metode
memliki katagori baik sebanyak komunikasi SBAR, memiliki
81 responden (70,4%). hal ini kinerja cukup dalam
dikarenakan Rumah Sakit melaksanakan proses
Roemani Muhammadiyah Kota keperawatan. Komunikasi SBAR
Semarang merupakan Rumah mampu dan efektif dalam
Sakit swasta Tipe C yang melakukan komunikasi untuk
memperhatikan kualitas meningkatkan mutu operan jaga di
keselamatan pasien yang terdiri bangsal Wardah RS PKU
atas 6 (enam) sasaran salah Muhammadiyah Yogyakarta Unit
satunya adalah peningkatan II (Ira, 2014).
komunikasi yang efektif.
Hal ini dapat berdampak pada b. Kepuasan Kerja Perawat
pelayanaan kesehataan yang
diberikan perawat kepada pasien Kepuasan Kerja f %
dimana pelaksanaan komunikasi Kurang Puas 9 7.8
SBAR bagi profesi perawat adalah Cukup Puas 33 28.7
salah satu item yang Puas 73 63.5
mencerminkan kinerjanya dalam Total 115 100
memberikan pelayanan yang
Berdasarkan Tabel 6
berkualitas. Perawat yang
menunjukan bahwa dari 115
memiliki keterampilan
responden di Ruang Rawat Inap
berkomunikasi yang baik akan
Rumah Sakit Roemani
meningkatkan kepuasan pasien
Muhamadiyah Semarang pada
sehingga dapat memberikan citra
bulan Agustus 2018 ditemukan
positif terhadap tempat kerja
bahwa mayoritas kepuasan kerja
dalam Rumah Sakit.
perawat puas sebanyak 73
Hasil ini sejalan juga
responden (63,5%). Hal ini sejalan
penelitian dari Warjini (2016)
dengan teori dimana kepuasan
yang menyatakan bahwa
kerja bagi profesi perawat
komunikasi SBAR sudah sesuai
berfungsi untuk meningkatkan
dengan pedoman dari RSUD
kinerjanya dalam memberikan
Pandan Arang Boyolali. Perawat
pelayanan yang berkualitas
yang sesuai melakukan SBAR
(Kusnadi, 2009). Kepuasan kerja
sebanyak 65%.Penelitian ini
merupakan tingkat perasaan
sejalan juga dengan penelitian
seseorang setelah membandingkan
Suprapta (2016) tentang
kinerja atau hasil yang
komunikasi SBAR pada handover
dirasakannya dengan harapannya.
menunjukkan hasil bahwa 86,1%
Tingkat kepuasaan merupakan
perawat yang lebih sering
fungsi dari perbedaan antara
menggunakan metode komunikasi
kinerja yang dirasakan dengan
SBAR pada handover memiliki
harapan. Apabila kinerja dibawah
kinerja perawat dalam
harapan, maka pelanggan akan
melaksanakan proses keperawatan
sangat kecewa. Bila kinerja sesuai
dengan kategori baik, sedangkan
harapan, maka pelanggan akan
13,9% perawat lainnya yang
puas (Noerrochmat, 2014).

10
Perawat pelaksana yang responden (63,5%), hal ini akan
kurang puas dengan kerja berdampak pada pelayanan
disebabkan karena, kurangnya kesehatan yang diberikan perawat
penekanan dari atasan terhadap kepada pasien dimana kepuasan
pelaksanaan komunikasi SBAR kerja bagi profesi perawat
pada timbang terima dan tergesa- berfungsi untuk meningkatkan
gesa perawat dalam timbang kinerjanya dalam memberikan
terima keperawatan, perawat pelayanan yang berkualitas.
hanya operan di nurse station Perawat yang memiliki kepuasan
karena keterbatasan waktu atau kerja tinggi akan merasa senang
keterlambatan perawat pelaksana dan bahagia dalam melakukan
yang akan dinas di shift pekerjaannya, sehingga selalu
selanjutnya. Adapun faktor-faktor berusaha dalam memenuhi
lain yang mempengaruhi yaitu: kebutuhan pasien selama
keamanan dalam berkerja kurang menjalani program perawatan agar
dan gaji yang kurang dalam tercipta kepuasan pada diri pasien
memenuhi kebutuhan perawat. sebagai penerima pelayanan
Selain itu rekan kerja juga kesehatan maupun perawat
mempangaruhi kerja perawat dan sebagai pemberi pelayanan
juga kebosanan tehadap pekerjaan kesehatan. Penelitian ini juga
yang selalu diakukan. Menurut sejalan yang dilakukan oleh
analiasa peneliti perawat Rosmanwadi dkk 2013 di RSUP
pelaksana yang puas dengan kerja Dr. M. Djamil Padang bahwa
perawat, hal ini disebabkan karena mayoritas kepuasan kerja perawat
pengontrolan kepala ruangan tinggi dengan presentase 79,3%.
terhadap manajemen dalam
ruangan itu dan penekanan yang
tinggi dari atasan, operan
dilaksanakan sebaik mungkin,
bukan hanya pada saat visite.
Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kepuasaan kerja
perawat yaitu: gaji yang tinggi,
mendapat kesempatan untuk maju
seperti sekolah kembali. Selain itu
mendapat penghargaan dari
pemimpin (Ovari, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara
peneliti, sebagian besar responden
merasa puas akan pekerjaan yang
dilakukan. Sesuai dengan hasil
penelitian di ruang rawat inap
Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Kota Semarang
bahwa kepuasan kerja perawat
dikategorikan puas sebanyak 73

10
c. Analisa Bivariat
Kepuasan kerja
Komunikasi ρ
Kurang Puas Cukup Puas Puas Total % Rho
SBAR Value
f % f % F %
Kurang baik 9 7,8 0 0 0 0 9 7,8 0,848 0,000
Cukup baik 0 0 24 20,9 1 9 25 21,7
Baik 0 0 9 7,8 72 62,6 81 70,4
Total 9 7,8 33 28,7 73 63,5 115 100

Tabel 9 Berdasarkan hasil dengan p value 0,000. Hasil


analisis dengan menggunakan uji penelitian ini juga sejalan dengan
rank spearman untuk mengetahui penelitian yang dilakukan oleh
hubungan koomunikasi efektif Rahayu (2016) tentang gambaran
SBAR (Situation, Background, penerapan handover antar shift
Assessment, Recommendation) oleh perawat dengan
Handover dengan kepuasan kerja menggunakan metode SBAR di
di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Gedung Kemuning RSUP Dr.
Roemani Muhammadiyah Kota Hasan Sadikin Bandung dimana
Semarang di peroleh nilai p value dikatakan bahwa pelaksanaan
0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan komunikasi SBAR pada tahap
Ho di tolak artinya ada hubungan background di RSUP Dr. Hasan
komunikasi efektif SBAR Sadikin Bandung hampir seluruh
(Situation, Background, perawat (78,72%) melakukan
Assessment, Recommendation) komponen ini dan sudah
Handover dengan kepuasan kerja melaksanakannya dengan baik dan
di ruang Rawat Inap Rumah Sakit melakukan komponen ini sudah
Roemani Muhammadiyah Kota melaksanakannya dengan baik.
Semarang. Terdapat kekuatan Didapatkan data terdapat 9
hubungan nilai r sebesar 0,848 hal responden yang mengisi kuesioner
ini menunjukkan terdapat kepuasan kerja dan masuk dalam
hubungan positif sebesar 0,848 kategori cukup puas akan tetapi
(sangat kuat) yaitu berada dalam memiliki komunikasi SBAR
kekuatan korelasi yang sangat kuat dengan kategori baik, dari hasil
dengan arah korelasi searah. nilai wawancara dengan beberapa
positif pada koefisien korelasi r perawat hal tesebut disebabkan
menunjukkan bahwa semakin baik karena faktor internal terhadap
komunikasi SBAR maka semakin rekan kerja seperti adanya rekan
tinggi kepuasan kerja. kerja yang bersikap tidak peduli
Hasil penelitian ini didukung (care) terhadap pasien dan tidak
oleh penelitian Ovari (2015) yang adanya kecocokan antara teman
menyatakan bahwa ada hubungan satu team atau satu shift.
yang signifikan antara pelaksanaan Kepuasan kerja pada diri
metode komunikasi SBAR dengan seorang karyawan (perawat)
kepuasan kerja perawat pelaksana dipengaruhi oleh beberapa faktor.
di ruang rawat inap RSUD Solok Menurut Badeni (2013)

10
menyatakan bahwa faktor yang KESIMPULAN
mempengaruhi kepuasan kerja 1. Komunikasi SBAR (Situation,
antara lain pekerjaan itu sendiri, Background, Assessment,
gaji, rekan kerja, atasan, Recommendation) Handover
kesempatan promosi, dan dengan Kepuasan Kerja di
lingkungan kerja. Salah satu upaya Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
untuk meningkatkan kepuasan Roemani Muhammadiyah Kota
kerja perawat adalah dengan Semarang mayoritas
memperbaiki pola komunikasi. mengalami komunikasi SBAR
Vermeir dkk. (2017) menyatakan dengan kategori baik yaitu
bahwa kualitas komunikasi di sebanyak 81 responden
dalam organisasi dan persepsi (70,4%).
kepuasan berkomunikasi sangat 2. Kepuasan kerja pada di ruang
berpengaruh terhadap kepuasan Rawat Inap Rumah Sakit
kerja di semua level pekerjaan. Roemani Muhammadiyah Kota
Dengan demikian, dapat Semarang mayoritas memiliki
disimpulkan bahwa peningkatan kepuasan kerja puas yaitu
komunikasi yang efektif akan sebanyak 73 responden
membantu tercapainya kepuasan (63,5%).
kerja perawat. komunikasi yang 3. Ada hubungan yang signifikan
sangat penting dalam komunikasi SBAR dengan
kesinambungan pelayanan asuhan kepuasan kerja di Ruang Rawat
keperawatan di rumah sakit adalah Inap Rumah Sakit Roemani
pada saat pelaksanaan handover Muhammadiyah Kota
antara perawat yang selesai Semarang (p value 0,000).
melaksanakan tugas dengan
perawat baru yang menggantikan RFERENSI
tugas selanjutnya. Pada proses Badeni. 2013. Kepemimpinan Dan
handover tersebut, perawat Perilaku Organisasi.
berkomunikasi dengan perawat Bandung : alfabeta.
lain membahas hal-hal yang Depkes RI, 2009. Millenium
berkaitan dengan klien yang Development Goals 2015.
menjadi tanggung jawabnya Jakarta.
dengan menggunakan Juliansyah Noor. 2013.
dokumentasi sebagai sumber Metodologi Penelitian.
informasi. Transfer informasi dari Jakarta: Kencana.
satu perawat ke perawat lain ini Karima, Velji. 2008. Effectiveness
merupakan komponen yang paling of an adapted SBAR
penting dalam pelayanan Communication Tool For a
kesehatan pasien (Lestari, 2014). rehabilitation Setting.
Ketidakakuratan dalam transfer Healthcare Quartely, vol 11.
informasi ini bisa menimbulkan [Cited: March 6, 2018.
risiko cidera atau timbulnya Available from:
permasalahan serius pada diri http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pasien (Isna, 2015). pubmed/18382165

10
Kustandi, Cecep dkk 2013. Media Rahayu. 2016. Gambaran Penerapan
Pembelajaran; Manual dan Handover Antar Shift Oleh
Digital. Bogor: Galia Perawat Dengan
Indonesia. Cetakan II. Menggunakan Metode SBAR
Leonard MD, Lyndon A. 2015. WIHI: Di Gedung Kemuning RSUP
SBAR: Structured Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Communication And Juenal ilmu kesehatan. Vol.
Psychological Safety in 10 nomor. 1 . juni 2016.
Health Care. [ online ]. Diakses : www.ejournal.stik-
Afailable from : immanuel.ac.id 8 februari
http://www.ihi.org. Cited 2018
Maret 15 , 2018 Yuliana, Dewi. 2017. Hubungan
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Kinerja Perawat Dengan
Penelitian Kesehatan. Jakarta Kepuasan Kerja Perawat Di
: Rineka Cipta Ruang Rawat Inap Rs Pku
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Muhammadiyah Gamping.
Promosi kesehatan dan Jurnal Ilmu Keperawatan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Universitas Aisyiyah
Rineka cipta Yogyakarta. Diakses pada
Noviyani, Warouw, Palandeng. 2013. tanggal 26 Agustus 2018
Hubungan Kepuasan Kerja
Dengan Prestasi Kerja
Perawat PNS Di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Tidore
Kepulauan.
Download.portalgaruda.org>
article. Diakses pada tanggal
26 Agustus 2018
Nursalam. 2016. Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pendekatan Praktis. Ed. 4.
Jakarta: Salemba Medika
Ovari, Isna. 2015. Hubungan
Pelaksanaan Metode
Komunikasi: Situation,
Background, Assesment,
Recomendation (Sbar) Saat
Timbang Terima Tugas
Keperawatan Dengan
Kepuasaan Kerja Perawat Di
Ruang Ruang Rawat Inap
Rsud Solok.
http://jurnal.stikesperintis.ac.i
d>article. diakses pada 27
Agustus 2018

10
10

Anda mungkin juga menyukai