“HOSPITALISASI”
DI SUSUN OLEH :
Apri Rahmawati P27220020231
Bayu Kurniawan P27220020236
Mawaddah P27220020255
Muhammad Ghulam A. P27220020258
Mutia Khusna F. P27220020259
Nadya Farinyna S. P27220020260
Qothrunnadaa P27220020267
Ria Elfama P27220020268
Riski Yulia Santika P27220020270
Syifa Rizky Fitri P27220020273
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah–Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan
“Hospitalisasi” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini, kami juga berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
D. Manfaat .............................................................................................................. 2
A. Kesimpulan....................................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah anak yang menjalani proses perawatan di rumah sakit
sangat banyak. Terdapat 4.000.000 anak di dunia yang menjalani rawat
inap di rumah sakit setiap tahunnya (Lumiu, 2013). Berdasarkan data
Perhimpunan Nasional Rumah Sakit Anak di Amerika, sebanyak 6,5 juta
anak/tahun yang berusia kurang dari 17 tahun menjalani perawatan di
rumah sakit (Roberts, 2010). Berdasarkan hasil survey kesehatan ibu dan
anak pada tahun 2013 didapatkan hasil dari 1.425 anak yang mengalami
dampak hospitalisasi, 32,2% diantaranya mengalami dampak hospitalisasi
berat, 41,6% mengalami dampak hospitalisasi sedang, dan 25,5%
mengalami dampak hospitalisasi ringan (Puspasari, 2010).
Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2012). Anak yang sakit dan
harus dirawat di rumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat
melakukan kebiasaannya. Lingkungan dan orang-orang asing, perawatan
dan berbagai prosedur yang dijalani oleh anak merupakan sumber utama
stress, kecewa dan cemas, terutama untuk anak yang baru pertama kali
dirawat (Nelson, 2011). Reaksi anak pada hospitalisasi secara garis besar
adalah sedih, takut, dan bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum
pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan
kehilangan sesuatu yang biasa dialami dan sesuatu yang dirasakan
menyakitkan. Dampak yang ditimbulkan dari hospitalisasi jika tidak
segera diatasi maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial,
terutama pada anak-anak (Supartini, 2012).
Tingkat kecemasan anak yang sedang dalam proses hospitalisasi
dapat diatasi dengan pemberian terapi bermain. Bermain bagi anak
diperlukan untuk mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan,
kemauan, motivasi dalam suasana riang gembira. Sehingga kondisi ini bisa
digunakan sebagai salah satu cara untuk menurunkan kecemasan pada
anak saat menjalani hospitalisasi. Dengan terapi bermain anak juga akan
memperoleh kegembiraan dan kesenangan sehingga membuat anak lebih
kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang akan diberikan selama
anak menjalani hospitalisasi (Apriza, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian Warastuti dan Astuti (2015) tentang
kecemasan anak usia prasekolah 3-6 tahun dengan hospitalisasi pre dan
post pemberian terapi bermain menunjukkan sebagian besar anak
mengalami penurunan kecemasan dari kecemasan sedang menjadi
kecemasan ringan dan kecemasan berat menjadi kecemasan sedang.
Menurut penelitian Kaluas dkk, (2015) tentang perbedaan terapi bermain
puzzle dan bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah (3-5 tahun)
selama hospitalisasi menunjukkan bahwa ada penurunan respon
kecemasan anak usia prasekolah selama hospitalisasi.
B. Rumusan Masalah
Apakah terapi bermain puzzle dapat menurunkan tingkat kecemasan anak
usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apakah terapi bermain puzzle dapat menurunkan
tingkat kecemasan anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi.
D. Manfaat
Manfaat dari pembahasan topik ini adalah untuk mengetahui apakah terapi
bermain puzzle dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia pra
sekolah yang mengalami hospitalisasi.
BAB II
ANALISA JURNAL
A. Penyusunan PICO
P : Anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi
I : Terapi bermain puzzle
C : Tidak diberikan intevensi pembanding
O : Kecemasan (menggunakan kuesioner Preschool Anxiety Scale yang akan
diisi oleh orang tua)
Perumusan Pertanyaan : Apakah terapi bemain puzzle dapat menurunkan
tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah yang mengalami
hospitalisasi?
C. Pembahasan
Dalam jurnal Dewi, dkk (2020), didapatkan hasil T- test 4.921 dengan P
value 0.000 yang berarti bahwa terdapat pengauh terapi bermain puzzle
terhadap penurunan kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Hariyadi (2019), dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi puzzle, yang
mengalami kecemasan sebanyak 14 responden (73,7%). Sedangkan setelah
dilakukan terapi tingkat kecemasan turun menjadi 4 responden (21.1%). Hasil
uji statistik menggunakan uji Wilcoxon dengan α 95% diperoleh p-value =
0.000 (p < 0.05) sehingga ada pengaruh yang signifikan antara terapi bermain
puzzle terhadap tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra
sekolah. Bermain adalah hak utama anak yang dapat mempengaruhi emosi,
mental dan intelektual anak. Permainan puzzle merupakan media sederhana
yang dimainkan dengan bongkar pasang. Kegiatan bermain pada anak dapat
memperoleh kesenangan. Gangguan emosi pada anak dapat di selesaikan
dengan kesenangan pada saat terapi bermain, jika emosi anak stabil maka
proses terapi pengobatan juga akan berhasil. Pada saat bermain anak akan
belajar dan merealisasiskan imajinasis mereka untuk memasang puzzle,
merangsang perkembangan kreativitas anak sehingga dapat mengalihkan
kecemasan pada anak.
Penelitian ini juga sejalan dengan Sulaeman, dkk (2019), dimana hasil
penelitian dengan menggunakan uji stasistik Wilcoxon menunjukkan terdapat
pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan anak usia
prasekolah diruang anak RSUD Kota Kotamobagu P Value sebesar 0,000 atau
lebih kecil dari nilai α 0,05. Data yang diperoleh berjumlah 30 responden
setelah diberikan terapi bermain puzzle tingkat kecemasan berat 22 responden
turun menjadi kecemasan sedang 22 responden, lalu kecemasan sedang 6
responden turun menjadi kecemasan ringan 8 responden. Hal ini diperkuat oleh
pendapat (Supartini, 2012 dalam Sulaeman, dkk, 2019) bahwa terapi bermain
dapat mengurangi dampak hospitalisasi pada anak, permainan yang terapeutik
didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktifitas yang
sehat, diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan
memungkinkan untuk dapat menggali, mengekspresikan perasaan atau pikiran
anak, mengalihkan perasaan nyeri, dan relaksasi.
Pada saat anak menjalani perawatan di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai macam perasaan yang tidak menyenangkan diantaranya yaitu takut,
cemas, sedih, marah, dan nyeri. Perasaan-perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi karena anak mendapatkan banyak tekanan dari lingkungan
rumah sakit. Untuk itu anak membutuhkan sesuatu yang bisa membuat
ketegangannya menurun. Salah satunya yaitu dengan melakukan permainan,
dengan bermain anak mengalihkan rasa sakitnya (Dewi, 2018 dalam Sulaeman,
dkk, 2019).
D. Rekomendasi
Terapi bermain puzzle terbukti dapat menurunkan tingkat kecemasan pada
anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi. Diharapkan perawat dapat
menjadikan intervensi ini sebagai salah satu standar operasional prosedur di
bangsalnya dalam menurunkan kecemasan pada anak usia pra sekolah yang
mengalami kecemasan hospitalisasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Reaksi anak pada hospitalisasi secara garis besar adalah sedih, takut,
dan bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami
sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan
sesuatu yang biasa dialami dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan.
Dampak yang ditimbulkan dari hospitalisasi jika tidak segera diatasi
maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial, terutama pada
anak-anak.
2. Salah satu cara mengurangi kecemasan pada anak usia pra sekolah
yang mengalami hospitalisasi adalah dengan terapi bermain.
3. Ada pengaruh terapi bermain puzzle terhadap penurunan kecemasan
anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi.
B. Saran
1. Agar petugas kesehatan pada khususnya menyadari pentingnya
tindakan-tindakan nyata di lapangan untuk berperan dalam
meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Disarankan perawat agar dapat melakukan terapi bermain puzzle pada
anak usia prasekolah untuk mengurangi dampak hospitalisasi dan
dilakukan dengan satu persatu pada tempat mereka dirawat, dengan
tujuan untuk menghindari infeksi nosocomial di rumah sakit di waktu
senggang, sehingga anak dapat kooperatif dengan tindakan pengobatan
yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, A., Oktaria, D., & Oktavani. (2018). Pengaruh Terapi Bermain terhadap
Kecemasan Anak Usia Prasekolah selama Masa Hospitalisasi. Majority, 7(2),
219–225.
Apriza. (2017). Pengaruh Biblioterapi Dengan Buku Cerita Bergambar Terhadap
Tingkat Kecemasan Efek Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah. Vol 1, No 2.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Di akses
https://www.obsesi.or.id/pdf. Pada tanggal 25 Januari 2019.
Dewi, D. R., Lestari, A., & Vellyana, D. (2020, July). The Effect of Therapy
Containing Puzzle on Decreasing Anxiety of Hospitalized Children Aged 3–
6 Years. In 1st International Conference on Science, Health, Economics,
Education and Technology (ICoSHEET 2019) (pp. 413-415). Atlantis Press.
Hariyadi, H. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat
Kecemasan Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) di RSUD
Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo. 2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET
KESEHATAN, 9(4), 369-373.
Kaluas, Ismanto, & Kundre. (2015). Perbedaan Terapi Bermain Puzzle dan
Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun) Selama
Hospitalisasi Di Ruang Anak RS TK. III. R. W. Mongisidi Manado. Vol, 3
No 2. Universitas Samratulangi Manado. Di akses
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.p hp/jkp/article/viewFile/7969/7527. Pada
tanggal 10 Februari 2019.
Lumiu, S. A. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan
Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Pra sekolah di Irina e BLU RSUP Prof.
Dr. RD Kandou Manado. E-Journal Keperawatan, I(1), 1–8.
Robert D., L, & Gwin, J. (2010). Unaccomapnied hospitalized Children : Review
of The Literature and Incidence Study. Journal of Pediatric Nursing, 25,
470–476.
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit.
Forikes.
Sulaeman, T. K. A., Ismanto, A. Y., & Amir, H. (2019). Pengaruh Terapi Bermain
Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat
Hospitalisasi Di Ruang Anak Rsud Kota Kotamobagu. Graha Medika
Nursing Journal, 2(2), 18-26.
Supartini, Y. (2012). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC.
LAMPIRAN
Advances in Health Sciences Research, volume 27
Proceedings of the 1st International Conference on Science, Health, Economics,
Education and Technology (ICoSHEET 2019)
Abstract—Anxiety is one of the psychological disorders environment, such as fellow pediatric patients or the
that can occur in children undergoing hospitalization, this interactions and attitudes of health care workers
impact can interfere with growth and healing process in themselves (Supartini., 2004). At school age the cognitive
children that is playing is one of the non pharmacological level is higher compared to pre-school age children so that
therapies in children, one of the games is to arrange puzzles. school-age children more easily understand the
The purpose of this study was to determine the effect of play procedures given compared to preschool age (Wildianti,
therapy to arrange puzzles to decrease anxiety of
2011). This hospital is a crisis situation for children, when
hospitalized children aged 3-6 years in Alamanda room at
Abdul Moloek Hospital Lampung. This study was a quasi- the child is sick and hospitalized. This situation
experimental study with village nonequivalent control group (hospitalization) occurs because the child tries to adapt to
with design pre-test and post-test. This study used purposive the foreign and new environment that is the hospital, so
sampling technique with an intervention group of 17 that the condition becomes stressful both for preschool
respondents while the control group 15 respondents. Playing age children see hospitalization as a frightening
Puzzle interventions performed for 4 consecutive days. This experience. When the child is undergoing treatment at the
study used t-test method, data analysis from PAS (Pre – hospital, usually he will be banned from moving a lot and
school Anxiety Scale) instruments so that p-value = 0,000 having lots of rest (Samiasih,2007) and it can also be said
<0,05 shows that playing puzzle therapy have an effect on
that the child interprets hospitalization as punishment and
reducing hospitalitation anxiety in pre-school age children.
This means that play therapy using puzzle therapy can be separation from parents as a loss of affection, the child's
applied to children in reducing childrens anxiety at response to hospitalization creates obstacles in the
hospitalization. implementation of care that will be given so that it hinders
the healing process. This causes longer treatment time,
Keywords— Therapy, Puzzle, Children
even accelerating the occurrence of complications during
treatment (Nursalam, 2011) usually children who are
hospitalized (hospitalization) cause anxiety in these
I. INTRODUCTION children.
Children are vulnerable and dependent creatures who Anxiety is an individual's subjective emotions and
are always curious, active, even hopeful, this is where the experiences, has its own strengths and is difficult to
child's part of life begins for the next period (Nursalam, observe directly, nurses can identify anxiety through
2013). At preschool age, children's activity increases changes in patient behavior (Nursalam, 2011). The effects
which often causes fatigue so that the range of illness due of hospitalization by the nature and severity of health
to weak immune system, until the child is required to problems, the child's condition and the degree of
undergo hospitalization. The number of incidents of difference in activities and routines of daily life. Children
children being treated in hospitals 57 million children who undergo treatment at the hospital will cause anxiety
every year where 75% experience trauma, in the form of that occurs in children, children cannot be allowed,
fear and anxiety when undergoing hospitalization (James, because this can have a negative impact on the child's
2010). UNICEF survey results in 2012, the percentage of health recovery process. One to hone child development
children who undergo treatment in hospital by 84%. by playing. Pre-school age games are usually associative,
At this time the child sometimes experiences various can develop motor coordination and require relationships
experiences that are very traumatic and full of stress. The with peers. Some research related to the game which states
hospital environment is a cause of stress for children and that the game has a positive effect on the treatment of
parents, both the physical environment of the hospital children, and the types of games that can be given must be
such as buildings and wards, distinctive odor tools, the adjusted to the level of child maturity (Adriana,
white clothes of health workers and the social 2011).Some preschool age games include coloring
pictures, drawing, puzzle building and building blocks. were treated one day at Abdul Moeloek Hospital in
Puzzle is a game that requires patience and perseverance Lampung Province in Indonesia and the number of
in arranging children. Through puzzle games children can samples in the control group were 17 patients who were
make concepts in understanding the events in their in different hospitals. The instrument used to measure the
environment well. Puzzle game is a type of game that is level of anxiety of children with 15 items checklist with a
done alone and in groups, where children communicate preschool anxiety scale (PAS) scale developed by Spence
with each other and interact in preparing puzzles. Puzzle at al, while the experimental instrument used was a Jig
games are included in one of the educational games, Saw puzzle that was given for 4 consecutive days and took
where the activity is fun, entertaining (Adriana, 2011) approximately 15 -20 minutes. Whereas in the control
group patients were not given anxiety management
II. RESEARCH METHOD interventions. Bivariate analysis in this study uses the T-
This type of research is quantitative research, using a test, because the two variables are the same using the
quasi-experimental research design with non-equivalent dependent variable in order to determine the effectiveness
control group design approach with pre-test and post-test of compiling a puzzle in reducing anxiety of child
design sampling according to age while the control group hospitalization.
is not done randomly. The design of this study was made
to see the effect of puzzle play therapy with a decrease in III. RESEARCH RESULT AND DISCUSSION
anxiety of pre-schoolers before and after being given a
puzzle (Dharma & Media, 2017).The number of samples
in this study amounted to 17 patients aged toddlers who
TABLE 1. AVERAGE FREQUENCY DISTRIBUTION ANXIETY LEVEL BEFORE AND AFTER INTERVENTION
Class Mean Min Max Cl
Based on the average frequency distribution of children's anxiety levels after the intervention in the
children's anxiety levels prior to the intervention in the control group was 8.33, with an SD of 1.15, and the
control group of 42.53, with SD of 8.58, and the average average anxiety level of children in the intervention group
level of anxiety of children in the intervention group of was 8.50, with an SD of 1.00.
40.00, with SD of 4.17. The average frequency of
Based on the results of bivariate analysis the average easily disturbed by anxiety than someone older, but there
anxiety level of children in the control group was 39.24 are those who argue otherwise. In the control and
and the average anxiety level of children in the intervention group each with a female gender is 9 people
intervention group was 26.82, which means there was a (52.9%) and the lowest with a male gender is 8 people
difference of 12.42. T-test results obtained t-test of 4.921 (47.1%).
and t-table of 1.746 with p-value = 0.000 <0.05. This T-test value of 4.921 and t-table of 1.746 with p-value
states that Ha was accepted and H0 was rejected, which = 0.000 <0.05. This states that Ha is accepted and H0 is
means that there was an effect of playing therapy in rejected, which means that there is an effect of playing
composing a puzzle on anxiety reduction in hospitalized therapy in composing a puzzle on anxiety reduction in
children aged (3-6 years) in the Alamanda treatment room children in hospitalization (3-6 years). The study by
at Abdul Moeloek Hospital in Bandar Lampung in 2019. (Rahima, 2017) shows the influence of containing puzzle
The results showed the most control groups aged 3 and therapy on anxiety of preschoolers during hospitalization,
4 years were 6 children (35.3%) and the lowest was 6 where the average value of anxiety responses before being
years old namely 1 child (5.9%), in the intervention group given puzzle therapy and after being given puzzle therapy
the most 3 years old were 7 people (58.3% ) and the lowest has very big differences. So containing therapy with
is 2 years old, 2 people (16.7%). According by (Stuart, puzzle is very meaningful in reducing anxiety in children
2013) the ability of an individual to respond to the cause because it requires patience and perseverance in arranging
of anxiety is age. Someone who has a younger age is more children.
414
Advances in Health Sciences Research, volume 27
Thus, play therapy is a form of therapy that helps [6] Alfiyanti, Hartanti & Samiasih. (2007). Vol 1. No.1. Pengaruh
Terapy Bermain Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah Selama
children or young people to overcome problems in their
Tindakan Keperawatan. Diakses tanggal 1 Januari 2015 dari
lives by using media that can also be done in groups with HTTP://jurnal.unimus.ac.id
children, other patients, therapy can be done individually [7] Nursalam. (2011). anak dan tumbuh kembang. Jakarta: medika
by nurses or families who have trained (Adrina, and book.
[8] Adriana, D. (2011). Tumbuh dan Terapi bermain pada anak.
Handoko 2016). Alfiyanti (2007), researching about the
Jakarta: selemba medika.
effect of puzzle play therapy on anxiety levels of [9] Dharma, K.K, & Media. (2017). Metodologi Penelitian
preschool children during nursing actions in the Lukman Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Room of Semarang Roemani Hospital, the results of this [10] Stuart, G.W, .& Sunden, S,J,. (2013). Buku saku keperawatan
jiwa. Jakarta: EGC.
study indicate that there are significant differences
[11] Rahima. (2017). pengaruh bermian edukatif dengan media puzzle
between anxiety levels of preschool children during terhadap perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk warna
nursing actions before and after puzzle play therapy. pada anak pra sekolah di tk Aisyiyah. Diakses dari
According to Misbah, (2011) Puzzles have many http://stikba.ac.id/journal/detail/128/pengaruh-permainan-
edukatif-dengan-media-puzzle-terhadap-perkembangan-kognitif-
benefits, including improving the ability to think and
dalam-mengenal-bentuk-dan-warna-pada-anak-prasekolah--di-
make children learn to concentrate, Train hand and eye tk-aisyiyah-iv-kota-jambi.
coordination Puzzles can train children's hand and eye [12] Burns – Nader S & Hernandez – Reif (2014). Facilitating Play for
coordination to match puzzle pieces and arrange them into Hospitalized Children Through Child Life Services. England:
Routledge. Diakses dari http://
one picture, Improve cognitive skills (cognitive skill)
www.tandfonline.com/page/terms-and-conditions
relating to the ability to learn and solve problems, expand
knowledge, practice patience, and learn to socialize. The
results of this study indicate that there is an effect of play
therapy composing a puzzle on anxiety reduction in
children in age hospitalization (3-6 years). This means
that the implications of the study can be used as a nurse's
reference in providing distraction to patient anxiety in
order to achieve the maximum patient care process and
shorten the patient's morbidity in the hospital. Playing is
not just filling time but is a child's needs as well as food,
care and love. By playing children will find their own
strengths and weaknesses, interests, and ways to solve
tasks in playing puzzle.
In accordance with the literature review results of
facilitating play for hospitalized children through child
life services conducted by Burns-Nader et al.,(2014) i.e.
Play has been found to help children cope with the
stressors such as hospitalization because it allows them to
express their fears and anxiety in the manageable way.
IV. CONCLUSION
Based on the findings above, the conclude of this study
that containing puzzle could be used for increasing of
nursing care program for anxiety toddler patient. As the
distraction system, containing puzzle make the
medication can run well because the patients will not have
physichology problem.
REFERENCES
[1] Nursalam. (2013). anak dan tumbuh kembang. Jakarta: medikal
book.
[2] James, J., Ghai, S., Sharma, N., 2012, Effectiveness of"Animated
Cartoons" As ADistraction Strategy on Behavioural Response To
Pain Perception Among Children Undergoing Venipuncture,
Nursing and Midwifery Research Journal., 8(3):198-209.
[3] UNICEF. (2012). Indonesia laporan Tahunan. Geneva: UNICEF
[4] Supartini. (2004). kongsep dasar keperawatan anak. Jakarta:
EGC.
[5] Wildianti, C. R . (2011). Pengaruh Senam Oak Terhadap
Kecemasan Akibat Anak Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra
Sekolah Di Rumah Sakit Pantih Rapih Yogyakarta .Tesis Fakultas
Keperawatan; Universitas Indonesia, 2011. Pengaruh Senam
Otak Terhadap Kecemasan Akibat Anak hospitalisasi. Diakses
dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280300-
T%20Christina%20Ririn%20Widianti.pdf
415
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 4, November 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970
DOI: http://dx.doi.org/10.33846/2trik9414
Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan Hospitalisasi pada Anak Usia Pra
Sekolah (3-6 Tahun) di RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo
Hariyadi
Prodi S1 Keperawatan, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun; hariyadiskepmpd@gmail.com (koresponden)
ABSTRACT
From the data obtained shows the number of children treated more is pre-school age than other ages. In
Harjono Regional Hospital, Ponorogo Regency shows that almost all children treated experience anxiety.
Playgrounds are already available, but for play facilities it is still lacking and play therapy has not been done.
The research design used in this study was experimental research design. The population of this study was
patients of preschool children who were cared for in the children's room of RSUD Harjono, Ponorogo Regency.
This study used a sampling technique with purposive sampling to obtain 19 respondents. Data analysis used
was descriptive analysis and Wilcoxon test. The results show that before puzzel therapy from 19 respondents
who experience moderate levels of anxiety were 14 respondents (73.7%). Whereas after exercising from 19
respondents who experience anxiety levels were 4 respondents (21.1%). Statistical results with the Wilcoxon test
with 95% significance level obtained P-value of 0.000 (p <0.05) so there was a significant influence between
puzzle play therapy on anxiety levels due to hospitalization in pre-school age children in Harjono Hospital
Ponorogo. There was an effect of puzzle playing therapy on the anxiety level of hospitalized in preschool
children in Harjono Hospital Ponorogo.
Keywords: playing puzzles; anxiety about hospitalization; preschool
ABSTRAK
Berdasarkan data yang didapat menunjukan jumlah anak yang dirawat lebih banyak adalah usia pra sekolah
dibandingkan usia lainnya. Di RSUD Harjono Kabupaten Ponorogo menunjukkan hampir semua anak yang
dirawat mengalami kecemasan. Tempat bermain sudah tersedia, namun untuk fasilitas bermain masih kurang
dan terapi bermain belum dilakukan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental
research design. Populasi diambil dari pasien anak usia prasekolah yang di rawat di ruang anak RSUD Harjono
Kabupaten ponorogo. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling
sehingga diperoleh 19 responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi puzzle, yang mengalami kecemasan sebanyak 14
responden (73,7%). Sedangkan setelah dilakukan terapi tingkat kecemasan turun menjadi 4 responden (21.1%).
Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon dengan α 95% diperoleh p-value = 0.000 (p < 0.05) sehingga ada
pengaruh yang signifikan antara terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada
anak usia pra sekolah di RSUD Harjono Kabupaten Ponorogo. Ada pengaruh terapi bermain puzzle terhadap
tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUD Harjono Kabupaten Ponorogo.
Kata kunci: puzzel; kecemasan; hospitalisasi; prasekolah; bermain
PENDAHULUAN
Hospitalisasi pada anak merupakan sumber baru bertambahnya stress, kecemasan dan kecewa pada anak.
Dikarenakan di rumah sakit anak harus menjalani pengobatan dan terapi yang menurut mereka sangat sulit dan
melelahkan. Adaptasi lingkungan baru dan berpisah dengan lingkungan lama, prosedur dan orang asing di
hospitalisasi akan mengakibatkan stress pada anak .
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan dengan waktu singkat di sela sela program terapi di RS
dengan tujuan agar anak dapat beraktivitas ringan dan melakukan ketrampilan sesuai apa yang di minati agar
dapat berekspresi dan menjadi kreatif agar dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Berdasarkan survei pendahuluan di RSUD Harjono Kabupaten Ponorogo didapat data pasien anak rawat
inap di ruang anak selama 2 bulan terakhir yaitu bulan November-Desember 2018 sebanyak 254 anak. Dengan
penggolongan usia sebagai berikut: usia bayi 54 anak, usia toodler 62 anak, usia prasekolah 72 anak, dan usia
sekolah 66 anak. Dari data yang didapat menunjukan jumlah anak yang dirawat lebih banyak adalah usia pra
sekolah dibandingkan usia lainnya. Di RSUD Harjono Kabupaten Ponorogo menunjukkan hampir semua anak
369 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 4, November 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970
yang dirawat mengalami kecemasan.Tempat bermain sudah tersedia, namun untuk fasilitas bermain masih
kurang dan terapi bermain belum dilakukan.
Hampir semua anak yang berada pada masa hospitalisasi memberikan reaksi berupa menarik diri saat
bertemu dengan perawat yang berarti anak mengalami kecemasan saat hospitalisasi. Pada saat hospitalisasi anak
akan mengalami kecemasan karena adaptasi pada lingkungan baru dan berpisah dengan lingkungan yang lama.
Rasa sakit dan tindakan invasive pada anak usia prasekolah reaksi hospitalisasi biasanya anak tidak kooperatif,
akan susah untuk makan, menangis, sering bertanya, bereaksi agresif dan menolak saat perawat akan
memberikan terapi atau bahkan saat akan masuk ke ruangan.(1)
Bermain merupakan kegiatan yang dapat menjadi pengalihan konfik bagi alam bawah sadar anak.
Bermain juga merupakan proses mencari kesenangan bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dapat
mengontrol emosi serta perkembangan mental. Bermain dapat membantu anak mengungkapkan emosi dan
perasaan melalui proses bermainnya.
Menurut Schaefer(2) bermain di rumah sakit untuk membantu aktifitas sensori motori, kognitif dan proses
sosialisasi dan komunikasi antar anggota keluarga, perawar dsb. Prinsip dari bermain pada saat hospitalisasi
yaitu permainan yang tidak banyak mengeluarkan dan membutuhkan banyak energy, waktu yang singkat, aman
dan mudah. Bermain merupakan salah satu dari terapi yang disebut dengan terapi bermain.
Berdasarkan latar belakang penelitian, survey pendahuluan dan identifikasi masalah, maka penulis
tertarik untuk mengangkat hipotesa tersebut menjadi sebuah judul di RSUD Harjono Kabupaten Ponorogo.
METODE
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental. Menurut Notoatmodjo(3), kuasi eksperimental
didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak
menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang
disebabkan perlakuan. Bentuk urutan perlakuan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
01 = Pengukuran pertama (pretest)
X = Perlakuan atau eksperimen
02 = Pengukuran kedua (posttest)
Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti(3). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien anak usia prasekolah yang di rawat di Ruang Anak RSUD Harjono Kabupaten Ponorogo.
Sampel adalah responden yang di ambil dari sebagian atau keseluruhan populasi.(3) Pada penelitian ini
yang menjadi sampel adalah pasien anak usia prasekolah yang di rawat di Ruang Anak RSUD Harjono
Kabupaten Ponorogo. Ukuran sampel yang diperlukan adalah 16 anak. Untuk mengantisipasi adanya drop out,
peneliti menambah sampel sebesar 10%, sehingga ukuran sampel menjadi 19 anak. Dalam menentukan sampel
yang digunakan yaitu teknik non random sampling, yaitu sampel yang diambil bukan merupakan kemungkinan
terbesar terpilih, tapi sampel dipilih berdasarkan dari segi kepraktisan dalam pelaksanaan penelitian metode
yang digunakan dalam pemilihan sampel digunakan metode purposive sampling.(3) Adapun teknik yang
digunakan adalah purposive sampling.
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulkan data. Instrumen
penelitian ini dapat berupa: kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang
berkaitan dengan pencatatan data.(3) Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dengan pengumpulan data
berupa formulir observasi.
Dalam melakukan observasi juga mempergunakan daftar pertanyaan yang lebih dikenal sebagai lembar
atau daftar tilik (check list) yang disiapkan terbelih dahulu. Kuesioner ini mencangkup hal-hal yang deselidiki,
diamati atau diobservasi.(3)
Data yang terkumpul merupakan data kategorik berjenjang sehingga dianalisis secara deskriptif berupa
frekuensi dan persentase(4), selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji Wilcoxon.
370 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 4, November 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970
HASIL
Karakteristik Responden
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 5 tahun (31,8%), jenis
kelamin yang mendominasi adalah perempuan (57,9%), dan lama hari rawat yaitu hari ke 2 (63,2%).
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebelum melakukan terapi puzzle terdapat 14 pasien yang
menderita kecemasan ringan dan setelah diadakan terapi puzzle terdapat 4 pasien yang mengalami kecemasan
ringan.
Berdasarkan hasil penelitiuan dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan anak yang semula di ukur dalam
kategori sedang, setelah dilakukan intervensi maka menurun menjadi ringan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji
Wilcoxon dengan derajat kemaknaan 95% diperoleh p-value = 0.000 (p <0.05) sehingga H0 ditolak, yang berarti
dengan kata lain, bahwa dengan permainan puzzle dapat menurunkan tingkat kecemasan anak secara signifikan
dari sebelumnya yang mengalami kecemasan sebanyak 14 responden (73,7%), sedangkan setelah dilakukan
terapi tingkat kecemasan turun menjadi 4 responden (21.1%).
371 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 4, November 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970
PEMBAHASAN
Kecemasan adalah suatu perasaan yang timbul akibat adanya perubahan baik dari dalam dirinya maupun
dari lingkungan luar. Kecemasan hospitalisasi pada toodler pada responden di lokasi pengambilan data sebelum
diberikan terapi bermain puzzle didominasi oleh tingkat kecemasan sedang, yaitu sejumlah 14 anak (73.7%).
Kecemasan merupakan perasaan takut akibat ketidaknyamanan yang mempengaruhi fisiologis. Dan secara
psikologis reflek dari cemas adalah menolak dan menghindar.(5)
Penelitian Dosen PSIK di Linggau didapatkan hasil dari 36 anak sebanyak 16 anak (44,4%) mengalami
cemas sedang. Peneliti berpendapat bahwa pada anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi sebagian
besar mengalami cemas sedang.
Dapat diketahui bahwa sebagian besar anak usia pra sekolah yang mengalami cemas adalah anak yang
berusia 5 tahun sejumlah 6 anak (31.8%). Reaksi anak terhadap cemas dipengaruhi oleh usia perkembangan
mereka. Seseorang yang mempunyai usia lebih tua ternyata lebih jarang mengalami gangguan kecemasan dari
pada seseorang yang lebih muda, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.(6)
Penelitian diketahui bahwa sebagian besar anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi di
Ruang Melati RSUD Kota Madiun adalah anak yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 11 anak (57.9%).
Factor jenis kelamin dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi reaksi dari hospitalisasi.(6) Perempuan lebih
cemas daripada laki-laki karena lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan. Perempuan juga
lebih sensitif, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata.(7) Perempuan lebih mudah mengalami
kecemasan daripada laki-laki karena perempuan lebih sensitif dan mudah dipengaruhi oleh tekanan lingkungan.
Penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi di
Ruang Anak RSUD Harjono Kabupaten Ponorogo adalah anak yang dirawat pada hari rawat ke 2 sejumlah 12
anak (63.2%). Utama (2003) menjelaskan bahwa lama dirawat dapat mempengaruhi pasien dan keluarga pasien.
Penelitian lain meyebutkan bahwa anak pra sekolah yang dirawat di rumah sakit membutuhkan waktu 2 hari
untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.(8) Anak membutuhkan cukup waktu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Dari penelitian di dapatkan hasil bahwa setelah diberikan terapi bermain puzzle didominasi oleh tingkat
kecemasan ringan, yaitu sejumlah 15 anak (78.9%). Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi fisik anak lebih
baik, anak sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan kecemasan berkurang.(9)
Terapi bermain diberikan dalam upaya mengurangi cemas yang dihadapi akibat hospitalisasi.Dengan
tetap bermain pertumbuhan dan perkembangan anak yang sakit tetap terus bisa berkembang.(8)
Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan Hospitalisasi pada Anak Usia Pra
Sekolah
Hasil penelitian menemukan bahwa dari 19 anak usia pra sekolah pada saat pre test sebagian besar
mengalami cemas sedang. Hasil post test menunjukkan bahwa dari 19 anak usia pra sekolah, sebagian besar
mengalami kecemasan pada kategori ringan. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon disimpulkan bahwa ada pengaruh
terapi bermain puzzle yang signifikan terhadap tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra
sekolah di RSUD Harjono Kabupaten Ponorogo.
Menurut Prasetyono(10) bermain adalah hak utama anak yang dapat mempengaruhi emosi, mental dan
intelektual anak. Permainan puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.(11)
Kegiatan bermain pada anak dapat memperoleh kesenangan.(9) Gangguan emosi pada anak dapat di selesaikan
dengan kesenangan pada saat terapi bermain, jika emosi anak stabil maka proses terapi pengobatan juga akan
berhasil.(11)
Pada saat bermain anak akan belajar dan merealisasiskan imajinasis mereka untuk memasang puzzle,
merangsang perkembangan kreativitas anak sehingga dapat mengalihkan kecemasan pada anak.
Berdasarkan penjelasan di atas maka pemberian terapi bermain puzzle perlu dilakukan karena untuk
menurunkan angka kecemasan pada anak usia toodler yang mengalami stress saat hospitalisasi.
372 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 4, November 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian dapat diketahui bahwa permainan puzzle dapat menurunkan tingkat
kecemasan anak secara signifikan dari sebelumnya yang mengalami kecemasan sebanyak 73,7%, sedangkan
setelah dilakukan terapi tingkat kecemasan turun 21.1%.
Diharapkan rumah sakit atau tempat rawat inap dapat menerapkan terapi bermain puzzle sehingga anak
yang mengalami hospitalisasi dapat mengatasi kecemasannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahmawati. Pengaruh Terapi Bermain Dengan Teknik Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Pra
Sekolah pada Masa Hospitalisasi. Yogyakarta: 2007.
2. Schaefer C. Play Therapy With Adults. Canada: John Wileys &Sons Inc.; 2003.
3. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
4. Nugroho HSW. Analisis Data Secara Deskriptif untuk Data Kategorik. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan
(FORIKES); 2014.
5. Davison, Neale JM. Pengaruh Terapi Bermain Anak Dengan Hospitalisasi [Internet]. Available from:
https://id.scribd.com/doc/76726218/Pengaruh-Terapi-Bermain-Pada-Anak-Dengan-Hospitalisasi
6. Hockenberry, Wilson. Essential of Pediatric Nursing.St. Louis Missoury. Mosby; 2009.
7. Subardiah. Therapeutic Peer Play Sebagai Upaya Menurunkan Kecemasan Anak Usia Sekolah Selama
Hospitalisasi. Purwokerto; 2009.
8. Rahayu S. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada Masa Hospitalisasi.
Semarang; 2009.
9. Wong DL. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta: EGC; 2009.
10. Prasetyono DS. Metode Mengatasi Cemas dan Depresi. Yogyakarta; 2009.
11. Patmonodewo S. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta. Rineka Cipta: 2008.
373 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 2, SEPTEMBER 2019
ABSTRAK
Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses karena suatu alasan berencana atau
darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap
tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi diruang anak RSUD Kota
Kotamobagu.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan
rancangan penelitian pre eksperimental design dengan rancangan one grup pretestpostest.
Jumlah sampel sebanyak 30 pasien anak, pengambilan sampel teknik Accidental Sampling
dengan menggunakan Uji Wilcoxon Signed Ranks Test.
Adanya pengaruh yang signifikan pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat
kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi dengan hasil P-Value sebesar 0,000
atau lebih kecil dari α 0,05.
Adanya pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan anak usia
prasekolah akibat hospitalisasi diruang anak RSUD Kota Kotamobagu. Disarankan untuk
pelayanan keperawatan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada anak
khususnya yang sedang di hospitalisasi.
ABSTRACT
Hospitalization in children is a process for a reason or emergency that requires the
child to stay in the hospital to undergo therapy and treatment until returning home.
This study aims to determine the effect of puzzle play therapy on the anxiety level of
preschoolers due to hospitalization in the children's room at RSUD Kota Kotamobagu. This
study used experimental research using a pre-experimental design with the design of one
pretest-posttest group. The total sample was 30 pediatric patients, accidental sampling
technique sampling using the Wilcoxon Signed Ranks Test.
There is a significant effect of the effect of puzzle play therapy on the anxiety level of
preschool children due to hospitalization with the results of P-Value of 0,000 or smaller
than α 0.05.
The influence of puzzle play therapy on the anxiety level of preschoolers due to
hospitalization in the children's room at Kotamobagu City Hospital. It is recommended for
nursing services to be able to improve health services for children, especially those who
are being hospitalized.
Keywords: Play Therapy, Anxiety Level, Hospitalization
18
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 2, SEPTEMBER 2019
19
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 2, SEPTEMBER 2019
20
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 2, SEPTEMBER 2019
21
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 2, SEPTEMBER 2019
tahun yaitu, 12 responden (40,0%), yang mereka lebih mudah beradaptasi dengan
berumur 4 tahun sebanyak 10 responden lingkungan rumah sakit maka kecemasan
(33,3%), yang berumur 5 tahun sebanyak akibat hospitalisasi lebih minimal.
2 responden (6,7%), dan yang berumur 6 (Potter & Perry, 2010) menyebutkan
tahun sebanyak 6 responden (20,0%). kecemasan yang terjadi pada anak umur
Masa prasekolah khususnya pada 3-6 tahun, akan lebih sering terjadi pada
usia 3 tahun, anak lebih rentan anak perempuan dibandingkan laki-laki.
mengalami cedera. Cedera yang dialami Hal ini karena laki-laki lebih aktif dan
anak dapat berupa jatuh, aspirasi, dan eksploratif sedangkan perempuan lebih
luka bakar sehingga memungkinkan anak sensitif dan banyak menggunakan
untuk menjalani perawatan dirumah perasaan. Berdasarkan hasil penelitian
sakit. yang dilakukan diruang anak RSUD Kota
Usia sangat berkaitan dengan Kotamobagu bahwa karakteristik
tingkat perkembangan kognitif anak. variabel tingkat kecemasan anak usia
Anak usia prasekolah belum mampu prasekolah akibat hospitalisasi sebelum
menerima persepsi tentang penyakit, diberikan terapi bermain puzzle adalah
pengalaman baru serta lingkungan asing. sebagian besar memiliki kecemasan berat
Semakin muda usia anak maka semakin yaitu, 22 responden (73,3%), kecemasan
tinggi kecemasan akibat hospitalisasi. sedang sebanyak 6 responden (20,0%),
Anak usia infant, toddler, dan prasekolah dan kecemasan ringan sebanyak 2
lebih memungkinkan untuk mengalami responden (6,7%).
stress hospitalisasi karena dilihat dari Kecemasan adalah perasaan tidak
usia mereka yang masih terbatas tenang yang samar-samar karena
kemampuan kognitif dalam memahami ketidaknyamanan atau ketakutan yang
hospitalisasi (Sutejo, 2017). disertai dengan ketidakpastian,
Hasil penelitian didapati bahwa ketidakberdayaan, isolasi, dan
anak usia prasekolah yang mengalami ketidakamanan. Perasan takut dan tidak
kecemasan akibat hospitalisasi diruang menentu dapat mendatangkan sinyal
anak RSUD Kota Kotamobagu pada peringatan tentang bahaya yang akan
sebagian besar responden adalah berjenis datang dan membuat individu untuk siap
kelamin perempuan yaitu, 16 responden mengambil tindakan menghadapi
(53,3%) dan jenis kelamin laki-laki ancaman (Sutejo, 2017).
sebanyak 14 responden (46,7%). Hal ini Pada anak yang menjalani
sesuai dengan pernyataan (Mahat & hospitalisasi seringkali kebutuhan untuk
Scoloveno dalam Dayani dkk, 2015) mengekspresikan sikap permusuhan,
bahwa anak perempuan yang menjalani marah atau perasaan negatif lainnya
hospitalisasi akan memiliki tingkat muncul dengan cara lain seperti
kecemasan yang lebih tinggi irritabilitas dan agresi terhadap orangtua,
dibandingkan anak laki-laki. menarik diri dari petugas kesehatan, tidak
Hal ini kemungkinan karena mampu berhubungan dengan teman
pengaruh hormon estrogen yang apabila sebaya, menolak sibling atau masalah
berinteraksi dengan serotonin akan perilaku sekolah.
memicu timbulnya kecemasan. Menurut Kecemasan yang terjadi pada anak
(Dewi, 2018) jenis kelamin dapat saat menjalani hospitalisasi dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan memperlambat proses penyembuhan,
dikarenakan anak laki-laki dan menurunkan semangat untuk sembuh dan
perempuan memiliki tingkat keaktifan tidak kooperatif terhadap tindakan yang
yang berbeda, anak laki-laki cenderung diberikan oleh petugas kesehatan
lebih aktif dalam bermain sehingga sehingga akan mempercepat terjadinya
22
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 2, SEPTEMBER 2019
23
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 2, SEPTEMBER 2019
24
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 2, SEPTEMBER 2019
25
p-ISSN 2655-0288, VOLUME 2, NOMOR 2, SEPTEMBER 2019
26