Anda di halaman 1dari 53

Tugas Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh:

Sari Apriliyana Setyarsono p27220020 271

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SURAKARTA

2020
1. Permasalahan yang dirumuskan pada lansia

a. Pada Tn.A yang berumur 70 tahun diketahui memiliki Diabetes Mellitus.

b. Pada Ny.B berumur 87 tahun diketahui memiliki Hipertensi

c. Pada Ny.M berumur 70 tahun diketahui memiliki Asam Urat

d. Pada Tn.S berumur 65 tahun diketahui memiliki Demensia

e. Pada Tn.Z berumur 82 tahun diketahui memiliki Inkontinesia Urin

2. Analisa Jurnal

Jurnal I

Judul : PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR


GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI
PUSKESMAS ANTARA KOTA MAKASSAR

Penulis : Hamsia Hamzah

P Population Lansia yang menderita Diabetes

I Intervention Senam Diabetes

C Comparation Tidak ada intervensi pembanding

O Outcome Penurunan kadar gula darah

T Time Dilakukan 3x seminggu selama 2 minggu

Jurnal II

Judul : PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU LANJUT USIA
DI DESA WOTGALEH SUKOHARJO

Penulis : KUNTI JATININGSIH


P Population Lansia penderita hipertensi di posyandu lansia
Desa Wotgaleh, Sukoharjo

I Intervention Senam lansia.

C Comparation Tidak ada intervensi pembanding.


Intervention
O Outcome Senam lansia berpengaruh terhadap tekanan
darah pada lanjut usia dengan hipertensi di
posyandu lanjut usia di desa wotgaleh
sukoharjo

T Time Frekuensi senam lansia sebanyak 3 kali dalam


1 minggu

Jurnal III

Judul : PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP TINGKAT KADAR


ASAM URAT PADA LANSIA DI POSYANDU WERDHA PRATAMA
KALIRANDU BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

Penulis : NADIA YUDHA NURSANTI

P Population Lansia yang memiliki kadar asam urat lebih


dari normal

I Intervention Lansia diberikan senam ergonomik sebanyak 6


kali.

C Comparation Tidak ada intervensi pembanding


Intervention
O Outcome Ada pengaruh pengaruh senam ergonomik
terhadap perubahan kadar asam urat pada
lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Yogyakarta, dibuktikan
nila p value 0.000< 0,05
T Time Penelitian ini dilakukan di Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta
pada bulan Februari sampai Oktober 2019

Jurnal IV

Judul : Pengaruh Latihan Senam Otak dan Art Therapy terhadap Fungsi
Kognitif Lansia dengan Demensia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur dan
Abiyoso

Penulis : Dewi Murdiyanti Prihatin Putri

P Population Seluruh lansia yang tinggal di Panti Sosial


Tresna Wreda sebanyak 214 orang.

I Intervention Pada kelompok intervensi lansia dengan


demensia diberikan latihan senam otak
sebanyak 3x dalam seminggu dan art
therapy 2x seminggu selama 4 minggu.

C Comparation Terdapat kelompok kontrol yang diberikan


Intervention senam lansia.

O Outcome Terdapat peningkatan fungsi kognitif yang


bermakna pada lansia dengan demensia
sebelum dan sesudah dilakukan senam
otak dan art therapy selama 4 minggu pada
kelompok intervensi dan sesudah senam
lansia selama 4 minggu pada kelompok
kontrol.

T Time Penelitian dilakukan tahun 2017 dalam


rentang waktu 4 minggu.pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
Jurnal V

Judul : PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP PENURUNAN GEJALA


INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI SEJAHTERA

Penulis :Syahida Amilia

P Population Lansia yang menderita inkontensia yang


berjumlah 14 lansia.

I Intervention Pemberian latihan kegel selama 3 kali


seminggu selama 4 minggu, untuk
meningkatkan kemampuan lansia supaya
bisa menahan kandung kemih selama
mungkin, sehingga frekuensi berkemih
berkurang.

C Comparation Penatalaksanaan dengan cara melakukan


Intervention pembedahan pada lansia yang mengalami
inkontinensia urin.

O Outcome Setelah dilakukan pemberian latihan kegel


selama 3 kali dalam seminggu dalam
rentang waktu 4 minggu terdapat
penurunan rata – rata inkontinensia urin
pada sebelum dan sesudah diberi
intervensi senam kegel.

T Time Penelitian dilakukan tahun 2018 selama 3


kali seminggu dalam rentang waktu 4
minggu.
DAFTAR PUSTAKA

amilia, s. (2018). Pengaruh Senam Kegel Terhadap Penurunan gejala Inkontinensia Urin
Pada Lansia Wanita di Panti Sosial Wredha Budi Sejahtera. Jurnal STIKES
SUAKA Insan.

Hamsiah Hamzah, S. ,. (2018). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar


Gula Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Antara Kota
Makassar. Jurnal Media Keperawatan.

Hidayat, N., & Claudia, C. (2020). Pengaruh Senam Erkogonomik Terhadap Perubahan
Kadar asam Urat Pada Lansia di BPSTW Budi Luhur Yogyakarta.

Kuntijatiningsih. (2016). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Lanjut
Usia Dengan Hipertensi Di Posyandu Lanjut Usia Megalih Sukoharjo.

Putri, D. M. (2012). Pengaruh Latihan Senam Otak dan Art Therapy Terhadap Fungsi
Kognitif Lansia Dengan Demensia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur dan
Abiyoso .
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS ANTARA KOTA MAKASSAR

Include Of Diabetic On Desrease Blood Sugar Content To Diabetic Mellitus Patients Type II In The Center Antara
Makassar City

Hamsiah Hamzah1, Sukriyadi2, Sitti Rahmatia3, Hildawati4


Poltekkes Kemenkes Makassar
hhildawati1@gmail.com
085240597946

ABSTRACK

Abstrack: Diabetes mellitus is a chronic condition characterized by an increase in blood glucose concentrations
accompanied by the emergence of typical main symptoms, namely urine that taste sweet in large numbers. The purpose
of this research is the influence of diabetes mellitus gymnastics on the decrease of blood sugar level of type 2 diabetes
mellitus. This research method is kind of quantitative research by using quasi experimental research design that is
experiment which have not or do not have actual experiment stimulation characteristic, because the variables which
should be controlled and manipulated is difficult to find. The research design used was the One Group pretest posttest
design. The sampling technique used in this research is accidental sampling technique. Accidental sampling is accidental
sampling by taking cases or respondents who happen to exist or available somewhere in accordance with the research
context. The sample of this research was 10 respondents. The result of the research was the influence of diabetes
gymnastics on blood sugar level in type 2 diabetics at Puskesmas Antara Makassar City on the first week (Day I p =
0,014), (Day II p = 0,007), (Day III p = 0.035). There is influence of diabetes gymnastics on blood sugar level in patient of
type 2 diabetes at Puskesmas Antara Kota Makassar on week II (Day I p = 0,003), (Day II p = 0,007), (Day III p = 0,020).
The average conclusion is the effect of diabetes gymnastics on blood sugar level in people with diabetes mellitus type 2
at Puskesmas Antara Makassar City. Suggestion In this research can give input to institution of Puskesmas Antara
Makassar City can lower blood sugar level so if always give procedure and understanding of diabetes gymnastic
everyday for diabetics so that patient able to do well with effect can help cure illness.
Keywords: Gymnastics, Diabetes Mellitus, Blood Sugar Level

ABSTRAK

Abstrak: Diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah
disertai munculnya gejala utama yang khas, yakni urin yang berasa manis dalam jumlah yang besar. Tujuan penelitian ini
pengaruh senam diabetes mellitus terhadap penurunan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2. Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasi eksperimen yaitu
eksperimen yang belum atau tidak memiliki ciri-ciri rangsangan eksperimen yang sebenarnya, dikarenakan variabel-
variabel yang seharusnya dikontrol dan dimanipulasi sulit di temukan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan One Group pretest posttest. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik accidental
sampling. Accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental (accidental) dengan mengambil kasus atau
responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Sampel dalam penelitian
ini sebanyak 10 responden.Hasil penelitiannya ada pengaruh senam diabetes terhadap kadar gula darah pada penderita
diabetes tipe 2 di Puskesmas Antara Kota Makassar pada minggu I (Hari I p=0,014), (Hari II p=0,007), (Hari III p=0,035).
Ada pengaruh senam diabetes terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2 di Puskesmas Antara Kota
Makassar pada minggu II (Hari I p=0,003), (Hari II p=0,007), (Hari III p=0,020). Kesimpulan rata-rata ada pengaruh
senam diabetes terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Antara Kota Makassar.
Saran Dalam penelitian ini dapat memberikan masukan kepada institusi Puskesmas Antara Kota Makassar dapat
menurunkan kadar gula darah agar sekiranya selalu memberikan prosedur serta pemahaman senam diabetes setiap hari
untuk penderita diabetes sehingga pasien mampu melakukannya dengan baik yang efeknya dapat membantu
penyembuhkan penyakitnya.
Kata Kunci : Senam, Diabetes Melitus, Kadar Gula Darah

55
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

PENDAHULUAN 1,66 persen dan 0,5 persen. Diabetes Mellitus yang


didiagnosis dokter atau berdasarkan gejala sebesar
Diabetes mellitus merupakan salah satu 3,4 persen. Prevalensi diabetes yang didiagnosis
penyakit yang dapat diturunkan pada saat ini dokter tertinggi terdapat di Kabupaten
dengan angka kejadian yang paling banyak terjadi Pinrang(2,8%), Kota Makassar (2,5%), Kabupaten
selain penyakit jantung dan stroke, Toraja Utara (2,3%), dan Kota Palopo (2,1%).
(PERKENI,2011) dalam (Nugraha, Kusnadi, & Prevalensi diabetes yang didiagnosis dokter
Subagja, 2016). Senam merupakan salah satu cara berdasarkan gejala, tertinggi di Kabupaten Tana
yang berperan utama dalam pengaturan kadar gula Toraja (6,1%), Kota Makassar (5,3%), Kabupaten
darah dan faktor resiko penyakit kardiovaskular Luwu (5,2%),dan Kabupaten Luwu Utara (4,0%).
dihambat/diperbaiki (Damayanti, 2015). Hasil penelitian Witriyani (2016)
Senam diabetes adalah senam fisik yang mengatakan bahwa diabetes mellitus dampak yang
dirancang menurut usia dan status fisik dan sangat berbahaya karena dapat menibulkan
merupakan bagian dari pengobatan diabetes komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan usaha
mellitus (Persadia,2000) dalam (Nuari, 2017) pengendalian yang harus dilakukan oleh penderita
Senam diabetes adalah latihan fisik diabetes mellitus dalam mengendalikan diabetes
aerobic bagi penderita diabetes mellitus dengan mellitus yang diperlukan empat pilar penyangga
serangkaian gerakan yang dipilih secara sengaja yang mendukung, yaitu edukasi, diet, obat dan
dengan cara mengikuti irama music sehingga olahraga. Banyak penderita diabetes mellitus yang
melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi lebih focus dan hanya mengutamakan pada
tertentu untukmencapai tujuan tertentu. Senam penanganan diet, dam mengkomsumsi obat-
diabetes akan lebih baikdilakukan dalam waktu 45 obatan. Namun penanganan diet yang benar belum
menitdengan frekuensi 3-5 kali perminggu menjamin akan terkontrolnya kadar gula darah,
(Ashadi,2008) dalam (Nugraha, Kusnadi, & akan tetapi hal harus diseimbangi dengan latihan
Subagja, 2016). fisik yang sesuai. Aktifitas atau pergerakan tubuh
Seiring dengan perkembangan zaman, sering diabaikan oleh setiap penderita diabetes
pola penyakit yang diderita telah bergeser dari mellitus, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit infeksi dan kekurangan gizi kearah faktor seperti keterbatasan waktu yang melakukan
penyakit degeratif yang salah satunya adalah olahraga karena pekerjaan, usia yang tidak
diabetes mellitus. Menurut Kementerian kesehatan memungkinkan, dan minat yang kurang untuk
Republik Indonesia (KEMENKES RI) tahun 2014 melakukan aktifitas, serta kurangnya pengetahuan
Estimasi terakhir International Diabetes Federation akan pentingnya olahraga. Salah satu upaya
(IDF), terdapat 384 juta orang yang hidup dengan olahraga yang bisa dilakukan pada penderita
diabetes mellitus di dunia pada tahun 2013 diabetes mellitus adalah senam diabetes mellitus,
(Salindeho, Mulyadi, & Rottie, 2016). senam ini juga bermanfaat dalam menbantu kerja
Tingginya angka kejadian ini menjadikan insulin karena gula dalam darah akan dialirkan sel
Indonesia sebagai negara penderita diabetes ke otot kemudian di ubah menjadi energi bagi tubuh
tujuh di dunia. Menurut RISKESDAS (2013) sehingga menyebabkan kadar gula darah tubuh
prevalensi diabetes mellitus di Indonesia menurun. Selain itu untuk membakar kalori yang
mengalami peningkatan dari 1,1% di tahun 2007 berlebih di dalam tubuh yang mampu untuk
meningkat meningkat menjadi 2,1% ditahun 2013 mengontrol kadar gula darah. Alasan mengapa
dari keseluruhan penduduk 250 juta jiwa. senam dapat mengontrol kadar gula darah adalah
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar karena saat berolahraga, sel-sel pada otot akan
(RISDESDAS, 2013) prevalensi diabetes melltus di bekerja keras sehingga tentunya akan lebih
Sulawesi Selatan yang didiagnosis dokter sebesar membutuhkan kadar gula darah dan oksigen

56
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

dibakar menjadi energi. Berdasarkan hal tersebut, meningkat meningkat menjadi 2,1% ditahun 2013
maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang dari keseluruhan penduduk 250 juta jiwa.
³3HQJDUXK 6HQDP 'LDEHWHV 0HOOLWXV 7HUKDGDS Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
Penurunan Kadar Gula Darah Di Puskesmas (RISDESDAS, 2013) prevalensi diabetes melltus di
$QWDUD .RWD 0DNDVVDU ´ Sulawesi Selatan yang didiagnosis dokter sebesar
PENDAHULUAN 1,66 persen dan 0,5 persen. Diabetes Mellitus yang
didiagnosis dokter atau berdasarkan gejala sebesar
Diabetes mellitus merupakan salah satu 3,4 persen. Prevalensi diabetes yang didiagnosis
penyakit yang dapat diturunkan pada saat ini dokter tertinggi terdapat di Kabupaten
dengan angka kejadian yang paling banyak terjadi Pinrang(2,8%), Kota Makassar (2,5%), Kabupaten
selain penyakit jantung dan stroke, Toraja Utara (2,3%), dan Kota Palopo (2,1%).
(PERKENI,2011) dalam (Nugraha, Kusnadi, & Prevalensi diabetes yang didiagnosis dokter
Subagja, 2016). Senam merupakan salah satu cara berdasarkan gejala, tertinggi di Kabupaten Tana
yang berperan utama dalam pengaturan kadar gula Toraja (6,1%), Kota Makassar (5,3%), Kabupaten
darah dan faktor resiko penyakit kardiovaskular Luwu (5,2%),dan Kabupaten Luwu Utara (4,0%).
dihambat/diperbaiki (Damayanti, 2015). Hasil penelitian Witriyani (2016)
Senam diabetes adalah senam fisik yang mengatakan bahwa diabetes mellitus dampak yang
dirancang menurut usia dan status fisik dan sangat berbahaya karena dapat menibulkan
merupakan bagian dari pengobatan diabetes komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan usaha
mellitus (Persadia,2000) dalam (Nuari, 2017) pengendalian yang harus dilakukan oleh penderita
Senam diabetes adalah latihan fisik diabetes mellitus dalam mengendalikan diabetes
aerobic bagi penderita diabetes mellitus dengan mellitus yang diperlukan empat pilar penyangga
serangkaian gerakan yang dipilih secara sengaja yang mendukung, yaitu edukasi, diet, obat dan
dengan cara mengikuti irama music sehingga olahraga. Banyak penderita diabetes mellitus yang
melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi lebih focus dan hanya mengutamakan pada
tertentu untukmencapai tujuan tertentu. Senam penanganan diet, dam mengkomsumsi obat-
diabetes akan lebih baikdilakukan dalam waktu 45 obatan. Namun penanganan diet yang benar belum
menitdengan frekuensi 3-5 kali perminggu menjamin akan terkontrolnya kadar gula darah,
(Ashadi,2008) dalam (Nugraha, Kusnadi, & akan tetapi hal harus diseimbangi dengan latihan
Subagja, 2016). fisik yang sesuai. Aktifitas atau pergerakan tubuh
Seiring dengan perkembangan zaman, sering diabaikan oleh setiap penderita diabetes
pola penyakit yang diderita telah bergeser dari mellitus, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit infeksi dan kekurangan gizi kearah faktor seperti keterbatasan waktu yang melakukan
penyakit degeratif yang salah satunya adalah olahraga karena pekerjaan, usia yang tidak
diabetes mellitus. Menurut Kementerian kesehatan memungkinkan, dan minat yang kurang untuk
Republik Indonesia (KEMENKES RI) tahun 2014 melakukan aktifitas, serta kurangnya pengetahuan
Estimasi terakhir International Diabetes Federation akan pentingnya olahraga. Salah satu upaya
(IDF), terdapat 384 juta orang yang hidup dengan olahraga yang bisa dilakukan pada penderita
diabetes mellitus di dunia pada tahun 2013 diabetes mellitus adalah senam diabetes mellitus,
(Salindeho, Mulyadi, & Rottie, 2016). senam ini juga bermanfaat dalam menbantu kerja
Tingginya angka kejadian ini menjadikan insulin karena gula dalam darah akan dialirkan sel
Indonesia sebagai negara penderita diabetes ke otot kemudian di ubah menjadi energi bagi tubuh
tujuh di dunia. Menurut RISKESDAS (2013) sehingga menyebabkan kadar gula darah tubuh
prevalensi diabetes mellitus di Indonesia menurun. Selain itu untuk membakar kalori yang
mengalami peningkatan dari 1,1% di tahun 2007 berlebih di dalam tubuh yang mampu untuk

57
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

mengontrol kadar gula darah. Alasan mengapa b. Jenis Kelamin


senam dapat mengontrol kadar gula darah adalah Tabel 2
karena saat berolahraga, sel-sel pada otot akan Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis
bekerja keras sehingga tentunya akan lebih Kelamin
membutuhkan kadar gula darah dan oksigen Jenis Kelamin N %
dibakar menjadi energi. Berdasarkan hal tersebut, Laki-laki 0 0,0
maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang Perempuan 10 100,0
³3HQJDUXK 6HQDP 'LDEHWHV 0HOOLWXV 7HUhadap Total 10 100,0
Penurunan Kadar Gula Darah Di Puskesmas Sumber : Data Primer 2018
Antara Kota Makassar.
Dari tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari
METODE PENELITIAN 10 jumlah responden terdapat 0 (0,0%) responden
yang jenis kelamin laki-laki, dan sebanyak 10
Penelitian ini merupakan jenis penelitian (100,0%) responden yang jenis kelamin
kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian perempuan.
quasi eksperimen, Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan One Group pretest c. Pekerjaan
posttest only design. Jumlah sampel dalam Tabel 3
penelitian ini sebanyak 10 orang. senam di lakukan Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan
untuk setiap responden yaitu 3 kali dalam seminggu Sumber : Data Primer 2018
dan dilakukan 2 minggu. Analisis bivariat dengan
menggunakan metode paired sample T test, Pekerjaan N %
Wilcoxon). PNS 1 10,0
Wiraswasta 1 10,0
HASIL DAN PEMBAHASAN Pensiunan 2 20,0
a. Umur Ibu Rumah Tangga (IRT) 6 60,0
Tabel 1
Total 10 100,0
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur
Sumber : Data Primer 2018
Dari tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari
Umur N % 10 jumlah responden terdapat 1 (5,0%) responden
20-30 tahun 0 0,0 yang pekerjaan PNS dan Wiraswasta yang paling
31-40 tahun 1 10,0 sedikit, dan sebanyak 6 (60,0%) responden yang
41-50 tahun 6 60,0 pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT) yang paling
51-60 tahun 3 30,0 banyak
Total 10 100,0 1. Analisis Univariat
a. Minggu I
Dari tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari Tabel 4
10 jumlah responden terdapat 0 (0,0%) responden Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
yang umur 20-30 tahun, dan sebanyak 6 (60,0%) Gula Darah Sebelum Senam (Pre) Hari I
responden yang umur 41-50 tahun yang paling Kadar Gula Darah N %
banyak 100-200 mg/dL 3 30,0
201-300 mg/dL 5 50,0
301-400 mg/dL 2 20,0
Total 10 100,0

58
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Sumber : Data Primer 2018 Tabel 7


Dari tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
10 jumlah responden terdapat 3 (30,0%) responden Gula Darah Sebelum Senam (Pre) Hari II
yang kadar gula darah 100-200 mg/dL, sebanyak 5 Kadar Gula Darah N %
(50,0%) responden yang kadar gula darah 201-300 100-200 mg/dL 1 10,0
mg/dL, dan sebanyak 2 (20,0%) responden yang 201-300 mg/dL 8 80,0
kadar gula darah 301-400 mg/dL. 301-400 mg/Dl 1 10,0
Total 10 100,0
Tabel 5
Sumber : Data Primer 2018
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
Gula Darah Sesudah Senam (Post) Hari I
Dari tabel 7 diatas menunjukkan bahwa dari
Kadar Gula Darah N % 10 jumlah responden terdapat 1 (10,0%) responden
Menurun 10 100,0 yang kadar gula darah 100-200 mg/dL, sebanyak 8
Tidak Menurun 0 0,0 (80,0%) responden yang kadar gula darah 201-300
Total 10 100,0 mg/dL, dan sebanyak 1 (10,0%) responden yang
Sumber : Data Primer 2018 kadar gula darah 301-400 mg/dL.

Dari tabel 5 diatas menunjukkan bahwa dari Tabel 8


10 jumlah responden terdapat 10 (100,0%) Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
responden yang kadar gula darah menurun, dan Gula Darah Sesudah Senam (Post) Hari II
sebanyak 0 (0,0%) responden yang kadar gula Kadar Gula Darah N %
darah tidak menurun. Menurun 9 90,0
. Tidak Menurun 1 10,0
Tabel 6 Total 10 100,0
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar Sumber : Data Primer 2018
Gula Darah Sebelum dan sesudah (pre-post) Hari I
Dari tabel 8 diatas menunjukkan bahwa
dari 10 jumlah responden terdapat 9 (90,0%)
Standar responden yang kadar gula darah menurun, dan
Kadar Gula Darah N Mean
Deviasi sebanyak 1 (10,0%) responden yang kadar gula
Pre 10 249,40 58,205 darah tidak menurun. hal ini disebabkan karena
Post 10 217,80 67,260 adanya faktor dari responden yang sering
mengkonsumi makanan yang dapat meningkatkan
Valid N (listwise) 10
kadar gula darah sehingga berdampak pada
Sumber : Data Primer 2018 glukosa darah yang tidak mengalami perubahan
walaupun sudah diberikan terapi senam diabetes.
Dari tabel 6 diatas menunjukkan bahwa dari
10 jumlah responden yang valid, terdapat nilai rata- Tabel 9
rata kadar gula darah pre-post yaitu 249,40-217,80 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
mm/Hg, dan nilai standar deviasi pre-post yaitu Gula Darah Sebelum dan sesudah (pre-post) Hari II
58,205-67,260. Kadar Gula Standar
N Mean
Darah Deviasi
Pre 10 248,50 49,049
Post 10 217,40 70,224
Valid N 10
(listwise)

59
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Sumber : Data Primer 2018 Tabel 12


Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
Dari tabel 9 diatas menunjukkan bahwa Gula Darah Sebelum dan sesudah (pre-post) Hari
dari 10 jumlah responden yang valid, terdapat nilai III
rata-rata kadar gula darah pre-post yaitu 248,50- Kadar Gula Standar
N Mean
217,224 mg/dL, dan nilai standar deviasi pre-post Darah Deviasi
yaitu 49,049-70,224 Pre 10 230,30 52,205
Post 10 212,50 64,660
Valid N 10
Tabel 10
(listwise)
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
Sumber : Data Primer 2018
Gula Darah Sebelum Senam (Pre) Hari III
Kadar Gula Darah N %
Dari tabel 12 diatas menunjukkan bahwa dari
100-200 mg/dL 3 30,0
10 jumlah responden yang valid, terdapat nilai rata-
201-300 mg/dL 6 60,0
301-400 mg/dL 1 10,0 rata kadar gula darah pre-post yaitu 230,30-212,50
Total 10 100,0 mm/Hg, dan nilai standar deviasi pre-post yaitu
Sumber : Data Primer 2018 52,205-64,660.

Dari tabel 10 diatas menunjukkan bahwa b. Minggu II


dari 10 jumlah responden terdapat 3 (30,0%) Tabel 13
responden yang kadar gula darah 100-200 mg/dL, Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
sebanyak 6 (60,0%) responden yang kadar gula Gula Darah Sebelum Senam (Pre) Hari I
darah 201-300 mg/dL, dan sebanyak 1 (10,0%)
Kadar Gula Darah N %
responden yang kadar gula darah 301-400 mg/dL
100-200 mg/dL 0 0,0
201-300 mg/dL 10 100,0
Tabel 11
301-400 mg/dL 0 0,0
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
Total 10 100,0
Gula Darah Sesudah Senam (Post) Hari III
Sumber : Data Primer 2018
Kadar Gula Darah N %
Menurun 9 90,0
Dari tabel 13 diatas menunjukkan bahwa dari
Tidak Menurun 1 10,0
10 jumlah responden terdapat 0 (0,0%) responden
Total 10 100,0
yang kadar gula darah 100-200 mg/dL, sebanyak
Sumber : Data Primer 2018
10 (100,0%) responden yang kadar gula darah 201-
300 mg/dL, dan sebanyak 0 (0,0%) responden
Dari tabel 11 diatas menunjukkan bahwa
yang kadar gula darah 301-400 mg/dL.
dari 10 jumlah responden terdapat 18 (90,0%)
responden yang kadar gula darah menurun, dan
Tabel 14
sebanyak 2 (10,0%) responden yang kadar gula Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
darah tidak menurun.hal ini disebabkan karena Gula Darah Sesudah Senam (Post) Hari I
responden tidak mengikuti instruktur senam dengan
Kadar Gula Darah N %
benar sehinga tidak terjadi penurunan glukosa Menurun 9 90,0
darah secera signifikan. Tidak Menurun 1 10,0
Total 20 100,0
Sumber : Data Primer 2018

60
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Dari tabel 14 diatas menunjukkan bahwa Tabel 17


dari 10 jumlah responden terdapat 9 (90,0%) Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
responden yang kadar gula darah menurun, dan Gula Darah Sesudah Senam (Post) Hari II
sebanyak 1 (10,0%) responden yang kadar gula Kadar Gula Darah N %
darah tidak menurun. Hal ini disebabkan karena Menurun 9 90,0
Tidak Menurun 1 10,0
adanya faktor lain berupa kegemukan pada
Total 10 100,0
responden yang efeknya dapat menyebabkan
Sumber : Data Primer 2018
terjadinya resitensi insulin, sehingga kadar gula
darah responden susah diturunkan, walaupun
Dari tabel 17 diatas menunjukkan bahwa
sudah diberikan terapi senam diabetes.
dari 10 jumlah responden terdapat 9 (90,0%)
Tabel 15 responden yang kadar gula darah menurun, dan
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar sebanyak 1 (10,0%) responden yang kadar gula
Gula Darah Sebelum dan sesudah (pre-post) Hari I darah tidak menurun.
Kadar Gula Standar hal ini disebabkan karena faktor usia yang dapat
N Mean
Darah Deviasi menghambat perubahan anatomi, fisiologi, yang
Pre 10 251,40 28,250 dapat mempengaruhi kinerja insulin pada tubuh
Post 10 238,40 28,987 responden sehingga kadar gula darahnya susah
Valid N 10 mengalami penurunan.
(listwise)
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 18
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
Dari tabel 15 diatas menunjukkan bahwa Gula Darah Sebelum dan sesudah (pre-post) Hari II
dari 10 jumlah responden yang valid, terdapat nilai Kadar Gula Standar
N Mean
rata-rata kadar gula darah pre-post yaitu 251,40- Darah Deviasi
238,40 mg/dL, dan nilai standar deviasi pre-post Pre 10 248,90 34,054
yaitu 28,250-28,987. Post 10 241,00 34,403
Valid N 10
Tabel 16 (listwise)
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
Gula Darah Sebelum Senam (Pre) Hari II Sumber : Data Primer 2018
Kadar Gula Darah N % Dari tabel 18 diatas menunjukkan bahwa dari
100-200 mg/dL 1 10,0 10 jumlah responden yang valid, terdapat nilai rata-
201-300 mg/dL 8 80,0 rata kadar gula darah pre-post yaitu 248,90 mm/Hg,
301-400 mg/Dl 1 10,0 dan nilai standar deviasi pre-post yaitu 34,054-
Total 10 100,0 34,403.
Sumber : Data Primer 2018 Tabel 19
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
Dari tabel 16 diatas menunjukkan bahwa dari Gula Darah Sebelum Senam (Pre) Hari III
10 jumlah responden terdapat 1 (10,0%) responden
Kadar Gula Darah N %
yang kadar gula darah 100-200 mg/dL, sebanyak 8
100-200 mg/dL 2 20,0
(80,0%) responden yang kadar gula darah 201-300
201-300 mg/dL 7 70,0
mg/dL, dan sebanyak 1 (10,0%) responden yang
301-400 mg/dL 1 10,0
kadar gula darah 301-400 mg/dL.
Total 10 100,0
Sumber : Data Primer 2018

61
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Dari tabel 19 diatas menunjukkan bahwa dari 2. Analisis Bivariat


10 jumlah responden terdapat 2 (20,0%) responden a. Pengaruh Senam Diabetes terhadap
yang kadar gula darah 100-200 mg/dL, sebanyak 7 Kadar Gula Darah Minggu I
(70,0%) responden yang kadar gula darah 201-300
mg/dL, dan sebanyak 1 (10,0%) responden yang
kadar gula darah 301-400 mg/dL. Tabel 22
Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula
Tabel 20 Darah Hari I
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar Kadar Mean Standar P Value N
Gula Deviasi
Gula Darah Sesudah Senam (Post) Hari III
Darah
Kadar Gula Darah N % Pre 1.9000 0,73786 10
Menurun 8 90,0 0,014
Tidak Menurun 2 10,0 Post 1.0000 0,00000 10
Sumber : Data Primer 2018
Total 10 100,0
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon di peroleh
Sumber : Data Primer 2018
nilai p=0,014 \DQJ DUWLQ\D OHELK NHFLO GDUL QLODL .
=0,05 Maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh
Dari tabel 20 diatas menunjukkan bahwa
senam diabetes terhadap kadar gula darah pada
dari 10 jumlah responden terdapat 8 (80,0%)
hari I.
responden yang kadar gula darah menurun, dan
sebanyak 2 (20,0%) responden yang kadar gula
Tabel 23
darah tidak menurun Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula
. hal ini disebabkan karena responden kurang Darah Hari II
melakukan kepatuhan dalam penyuntikan insulin Kadar Mean Standar P Value N
sehingga berdampak kepada kadar glukosa Gula Deviasi
darahnya yang tidak mengalami perubahan sama Darah
sekali ketika sudah diberikan senam diabetes. Pre 2.0000 0,47140 10
0,007
Post 1.1000 0,31623 10
Tabel 21
Sumber : Data Primer 2018
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar
Gula Darah Sebelum dan sesudah (pre-post) Hari Berdasarkan hasil uji Wilcoxon di peroleh
III nilai p=0,007 \DQJ DUWLQ\D OHELK NHFLO GDUL QLODL .
Kadar Gula Standar =0,05 Maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh
N Mean
Darah Deviasi senam diabetes terhadap kadar gula darah pada
Pre 10 234,70 39,004 hari II.
Post 10 225,20 35-990
Valid N 10 Tabel 24
(listwise) Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula
Sumber : Data Primer 2018
Darah Hari III
Dari tabel 21 diatas menunjukkan bahwa dari
Kadar Mean Standar P Value N
10 jumlah responden yang valid, terdapat nilai rata-
Gula Deviasi
rata kadar gula darah pre-post yaitu 234,70-225,20
Darah
mm/Hg, dan nilai standar deviasi pre-post yaitu
Pre 1.8000 0,63246 10
39,004-35,990.
0,035
Post 1.1000 0,31623 10
Sumber : Data Primer 2018

62
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon di peroleh b. Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar
nilai p=0,035 \DQJ DUWLQ\D OHELK NHFLO GDUL QLODL . Gula Darah Minggu II
=0,05 Maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh Tabel 25
senam diabetes terhadap kadar gula darah pada Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula
hari III. Darah Hari I
Hari I hasil penelitian menunjukan bahwa Kadar Mean Standar P Value N
Gula Deviasi
ada pengaruh senam diabetes terhadap penurunan
Darah
kadar glukosa darah (p=0,014). Hari II hasil Pre 2.0000 0,00000 10
penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh senam 0,003
diabetes terhadap penurunan kadar glukosa darah Post 1.1000 0,31623 10
(p=0,007). Hari III Hasil penelitian menunjukan Sumber : Data Primer 2018
bahwa ada pengaruh senam diabetes terhadap Berdasarkan hasil uji Wilcoxon di peroleh
penurunan kadar glukosa darah (p=0,035). Hasil nilai p=0,003 \DQJ DUWLQ\D OHELK NHFLO GDUL QLODL .
penelitian ini sejalan dengan penelitian Graceistin =0,05 Maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh
Ruben (2016) hasil penelitian dengan judul senam diabetes terhadap kadar gula darah pada
pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan hari I.
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe Tabel 26
2 di wilayah kerja Puskesmas Enamawira, hasil Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula
penelitian menunjukan ada pengaruh senam Darah Hari II
Kadar Mean Standar P Value N
diabetes terhadap perubahan kadar gula darah
Gula Deviasi
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan nilai Darah
p=0,000. Pre 2.0000 0,47140 10
0,007
Menurut teori Santoso, (2016) Post 1.1000 0,31623 10
menunjukan bahwa senam diabetes adalah senam Sumber : Data Primer 2018
aerobic low implact dan ritmis dengan gerakan Berdasarkan hasil uji Wilcoxon di peroleh
yang menyenangkan, tidak membosankan dan
nilai p=0,007 \DQJ DUWLQ\D OHELK NHFLO GDUL QLODL .
dapat di ikuti semua kelompok umur sehingga
menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub =0,05 Maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh
diabetes. Senam diabetes dapat meningkatkan senam diabetes terhadap kadar gula darah pada
kesegaran jasmani dan nilai aerobic yang optimal.
hari II.
Menurut teori American Diabetes
Association, (2006) mengatakan bahwa untuk Tabel 27
Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula
mencapai hasil yang optimal, latihan jasmani
Darah Hari III
dilakukan secara teratur 3-5 kali perminggu. Untuk Kadar Mean Standar P Value N
pasien diabetes dengan kategori berat badan Gula Deviasi
obesitas, penurunan berat badan dan glukosa Darah
darah akan mencapai maksimal jika latihan jasmani Pre 1.9000 0,56765 10
dilakukan lebih dari 5 kali perminggu. Latihan 0,020
jasmani dilakukan sedikitnya 3 kali perminggu Post 1.2000 0,42164 10
dengan tidak lebih dari 2 hari berurutan tanpa Sumber : Data Primer 2018
latihan jasmani. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon di peroleh nilai
p=0,020 \DQJ DUWLQ\D OHELK NHFLO GDUL QLODL .
Maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh senam
diabetes terhadap kadar gula darah pada hari III.

63
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Hari I hasil penelitian menunjukan bahwa ada Menurut teori Damayanti (2015)
pengaruh senam diabetes terhadap penurunan mengatakan bahwa senam atau latihan jasmani
kadar glukosa darah (p=0,003). Hari II hasil utama dalam pengaturan kadar glukosa darah.
penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh senam Masalah utama pada diabetes mellitus tipe 2
diabetes terhadap penurunan kadar glukosa darah adalah kurangnya respons reseptor terhadap
(p=0,007). Hari III hasil penelitian menunjukan insulin (resistensi insulin). Adanaya menyebabkan
bahwa ada pengaruh senam diabetes terhadap ganggua tersebut menyebabkan insulin tidak dapat
penurunan kadar glukosa darah (p=0,020). Hasil membantu transfer glukosa kedalam sel.
penelitian ini sejalan dengan penelitian Witriyani Permeabilitas membran meningkat pada otot yang
(2016) mengatakan bahwa diabetes mellitus berkontraksi, sehingga saat latihan jasmani atau
dampak yang sangat berbahaya karena dapat senam resistensi insulin berkurang sementara
menibulkan komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan sensitivitas insulin meningkat sehingga latihan
usaha pengendalian yang harus dilakukan oleh jasmani atau senam yang teratur dapat
penderita diabetes mellitus dalam mengendalikan memperbaiki pengaturan kadar glukosa darah dan
diabetes mellitus yang diperlukan empat pilar sel.
penyangga yang mendukung, yaitu edukasi, diet, Hasil penelitian ini peneliti berasumsi
obat dan olahraga. Banyak penderita diabetes bahwa semakin baik dilakukan senam diabetes
mellitus yang lebih focus dan hanya mengutamakan maka semakin baik tingkat penyembuhan penyakit
pada penanganan diet, dam mengkomsumsi obat- diabtes yang ditandai dengan penurunan glukosa
obatan. Hasil penlitian menunjukan bahwa ada darah ketika selesai melakukan aktivitas berupa
pengaruh senam diabetes terhadap penurunan senam diabetes, hal ini dapat membuktikan bahwa
kadar glukosa darah dengan nilai (p=0,001). senam kaki diabetes dapat mempengaruhi
Menurut teori Ilyas dalam Darmayanti, terjandinya penurunan glukosa darah, sehingga
(2015) dalam teorinya mengatakan bahwa kegiatan ketika pasien sering atau rutin melakukan senam
fisik dinamik yang melibatkan kelompok otot-otot tersebut akan berdampak efek terhadap
utama akan meningkatkan ambilan oksigen penyembuhan penyakit diabetesnya.
sebesar 15-20 kali lipat karena peningkatan laju A. Kesimpulan
metabolic pada otot yang aktif. Ventilasi pulmoner
dapat mencapai 100 L/ menit dan curah jantung Berdasarkan hasil penelitian yang telah
meningkat hingga 20-30 L/menit, untuk memenuhi dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
kebutuhan otot yang aktif. Terjadi dilatasi arteriol 1. Nilai rata-rata kadar gula darah responden
maupun kapiler yang menyebabkan lebih banyak sebelum dilakukan senam diabetes pada
jala-jala kapiler terbuka sehingga reseptor insulin minggu I (Hari I : 249,40, Hari II : 248,50, Hari
lebih banyak dan lebih aktif/lebih peka (Yunir dalam III : 230,30) dan Minggu II (Hari I : 251,40, Hari
Damayanti, 2015). Kepekaan reseptor insulin II : 248,90, Hari III : 234,70).
berlangsung lama bahkan sampai latihan telah 2. Nilai rata-rata kadar gula darah responden
berakhir. Jaringan otot yang aktif/ peka insulin sesudah dilakukan senam diabetes pada
disebut jaringan non insulin dependent dan jaringan minggu I (Hari I : 217,80, Hari II : 217,40, Hari
otot pada keadaan istirahat membutuhkan insulin III : 212,50) dan Minggu II (Hari I : 238,40, Hari
untuk menyimpan glukosa, sehingga di sebut II : 241,00, Hari III : 225,20).
jaringan insulin dependent. Pada fase pemulihan 3. Ada pengaruh senam diabetes terhadap kadar
post exercise terjadi pengisian kembali cadangan gula darah pada penderita diabetes tipe 2 di
glikogen otot dan hepar. Aktivitas glikogenik Puskesmas Antara Kota Makassar pada
berlangsung terus sampai 12-24 jam post exercise, minggu I (Hari I p=0,014), (Hari II p=0,007),
menyebabkan glukosa darah kembali normal. (Hari III p=0,035). Ada pengaruh senam

64
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

diabetes terhadap kadar gula darah pada diabetes sehingga pasien mampu
penderita diabetes tipe 2 di Puskesmas Antara melakukannya dengan baik yang efeknya
Kota Makassar pada minggu II (Hari I dapat membantu penyembuhkan penyakitnya.
p=0,003), (Hari II p=0,007), (Hari III p=0,020). 2. Diharapkan bagi pelayanan kesehatan agar
dapat menjadi motivator dan memberikan
B. Saran penyuluhan yang intensif bagi penderita
1. Dalam penelitian ini memberi masukan kepada diabetes melitus untuk melakukan senam
institusi Puskesmas Antara Kota Makassar diabetes rutin demi menurunkan kadar gula
bahwa pelaksanaan senam dapat menurunkan darah dan mencegah komplikasi diabetes
kadar gula darah agar sekiranya selalu melitus.
memberikan prosedur serta pemahaman
senam diabetes setiap hari untuk penderita

DAFTAR PUSTAKA
Bilous, R., & Donelly, R. (2014). Buku Pegangan Diabetes. Jakarta: Bumi Medika.

Nuari, N. A. (2017). Strategi Manajemen Edukasi Pasien Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Deepublish.

Nugraha, A., Kusnadi, E., & Subagja, S. (2016). Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Senam
Diabetes pada Pasien Diabetes Meitus Tipe II. Jurnal Ilmiah Kesehatan .

Salindeho, A., Mulyadi, & Rottie, J. (2016). Pengaruh Senam Diabetes Melitus Terhadap Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Sanggar Senam Persadia. ejournal Keperawatan , 4, 2.

Witriyani. (2016). Efektifitas Senam Diabetes Melitus Dalam Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayumas.

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta:
Nuha Medika.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan . Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat, R. (2016). Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
RSUD Puri Husada Tembilahan .

Maghfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Diabetes Mellitus. Jakarta: Salemba Medika.

Sari, R. N. (2012). Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yendi, & Adwiyana. (2014). Pengaruh Latihan Jasmani Senam Diabetes Mellitus Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukit Tinggi
Tahun 2014.

65
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 09. No.02. 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035

Saryono, & Anggraeni, M. D. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2015). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.

IDF.(2017).New IDF figures show continued increase in diabetes across the globe, reiterating the need for urgent
action. https://www.idf.org/news/94:new-idf-figures-show-continued-increase-in-diabetes-across-the-
globe,-reiterating-the-need-for-urgent-action.html. Diaksestanggal 30 Januari 2018

Tarwoto.(2016).Keperawatan Medikal Bedah Sistem Endokrin. Jakarta : Trans Info Media.

66
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN
DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI
DI POSYANDU LANJUT USIA DI DESA WOTGALEH
SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

KUNTI JATININGSIH
NIM : J 210 131 011

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

0
1
2

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA


LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU
LANJUT USIA DI DESA WOTGALEH SUKOHARJO

Kunti Jatiningsih1, Agus Sudaryanto2, Faizah Betty2

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan


tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia . Salah satu kemunduran fisik lansia yang sering terjadi adalah
kemunduran sistem kardiovaskuler. Katup jantung menebal dan menjadi kaku,
berkurangnya denyut jantung terhadap respon stress, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat resistensi pembuluh darah
perifer. Kontrol tekanan darah yang ketat pada lansia berhubungan dengan
pencegahan terjadinya peningkatan tekanan darah yang tak terkendali. Aktivitas
fisik seperti senam pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan
meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak langsung senam dapat
meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah serta mengurangi
resiko penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga akan menjaga
elastisitasnya. Tujuan dari penelitian mengetahui pengaruh senam lansia terhadap
tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi. Jenis penelitian yang digunakan
pre eksperiment atau eksperimen semu. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah one group pretest posttest. Sampel dilakukan dengan teknik non
probability sampling dengan metode purposive sampling. Instrumen penelitian
berupa senam lansia sebanyak 3 kali dalam 1 minggu. Setiap terapi senam
dilakukan selama 40 menit. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji
Wilcoxon Signed Ranks. Hasil penelitian diketahui rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum senam lansia sebesar 167,50 mmHg dan setelah senam rata-rata tekanan
darah sistol menjadi 161,47 mmHg. Sedangkan untuk tekanan darah diastol rata-
rata sebelum senam 88,47 mmHg dan setelah senam rata-rata tekanan darah
diastol menjadi 82,22 mmHg. Terdapat pengaruh senam lansia terhadap tekanan
darah pada lanjut usia dengan Hipertensi di Posyandu lanjut usia Desa Wotgaleh
Sukoharjo.

Kata kunci : senam lansia, tekanan darah, lansia


3

THE INFLUENCE OF ELDERLY EXERCISE ON BLOOD PRESSURE OF THE


ELDERLY WITH HYPERTENSION IN ELDERLY HEALTH CENTER
IN WOTGALEH SUKOHARJO

Kunti Jatiningsih1, Agus Sudaryanto2, Faizah Betty Rahayuningsih2

ABSTRACT

Hypertension is the third leading cause of death after stroke and


tuberculosis, which reached 6.7% of the population of deaths in all age groups in
Indonesia. One of elderly physical deterioration that often occurs is the
deterioration of the cardiovascular system. Heart valves become thickened and
stiff, reduced heart rate response to stress, loss of elasticity of blood vessels,
increased blood pressure due to peripheral vascular resistance. Tight blood
pressure control in the elderly associated with the prevention of an increase in
blood pressure control. Physical activity such as exercise in the elderly is done
regularly will improve physical fitness, thus indirectly exercise can improve heart
function and lower blood pressure and reduce the risk of accumulation of fat in
the blood vessel walls so that it will maintain its elasticity. The aim of the
research know the effect of exercise on blood pressure in elderly with
hypertension. This type of research used experimental or quasi-experimental pre.
The research design used is one group pretest posttest. The sample was done by
using a non probability sampling with pueposive sampling method. The research
instrument in the form of elderly exercise 3 times in 1 week. Each therapy
exercises performed for 40 minutes. Data analysis technique used was Wilcoxon
Signed Ranks. The survey results revealed an average systolic blood pressure
before exercise elderly at 167,50 mmHg and after elderly exercise average
systolic blood pressure becomes 161.47 mmHg. As for diastolic blood pressure an
average of 88,47 mmHg before exercise and after exercise average blood
pressure becomes 82,22 mmHg. The Influence elderly exercise on blood pressure
of the Elderly with Hypertension in Elderly Health Center in Wotgaleh Sukoharjo.

Keywords : elderly exercise, blood pressure, elderly


PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU LANJUT USIA
DI DESA WOTGALEH SUKOHARJO

Kunti Jatiningsih1, Agus Sudaryanto2, Faizah Betty2

LATAR BELAKANG Sekitar 60% lansia akan


Lansia adalah sebuah proses mengalami peningkatan tekanan darah
normal menjadi tua tanpa suatu kriteria setelah berusia 75 tahun (Nugroho,
usia tertentu di mana pada usia itu 2008). Kontrol tekanan darah yang
mengalami berbagai macam perubahan ketat pada lansia berhubungan dengan
baik perubahan molekul, sel dan pencegahan terjadinya peningkatan
perubahan kemampuan fungsi organ. tekanan darah yang tak terkendali dan
Ditinjau dari ilmu geriatri (Stanley dan beberapa penyakit lainnya, misalnya
Patricia, 2007) diabetes mellitus, serangan stroke,
Hipertensi merupakan penyebab infark miokard dan penyakit vaskuler
kematian nomor 3 setelah stroke dan perifer.
tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari Senam lansia pada usia lanjut yang
populasi kematian pada semua umur di dilakukan secara rutin akan
Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas meningkatkan kebugaran fisik,
Kesehatan Kota Sukoharjo Jawa sehingga secara tidak langsung senam
Tengah, kasus tertinggi penyakit tidak dapat meningkatkan fungsi jantung dan
menular pada tahun 2011 adalah menurunkan tekanan darah serta
kelompok penyakit jantung dan mengurangi resiko penumpukan lemak
pembuluh darah, dari total 1.409.857 pada dinding pembuluh darah sehingga
kasus yang dilaporkan sebesar 62,43% akan menjaga elastisitasnya. Disisi lain
(880.193 kasus) adalah penyakit akan melatih otot jantung dalam
jantung dan pembuluh darah. berkontraksi sehingga kemampuan
Prevalensi kasus hipertensi essensial di pemompaannya akan selalu terjaga
Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 (Nugroho, 2008).
sebesar 1,96% menurun bila Aktivitas fisik seperti senam pada
dibandingkan dengan tahun 2010 usia lanjut yang dilakukan secara rutin
sebesar 2,00% (Dinkes, 2011). akan meningkatkan kebugaran fisik,
Salah satu kemunduran fisik lansia sehingga secara tidak langsung senam
yang sering terjadi adalah kemunduran dapat meningkatkan fungsi jantung dan
sistem kardiovaskuler. Katup jantung menurunkan tekanan darah serta
menebal dan menjadi kaku, mengurangi resiko penumpukan lemak
kemampuan jantung memompa darah pada dinding pembuluh darah sehingga
menurun 1% per tahun, berkurangnya akan menjaga elastisitasnya. Disisi lain
denyut jantung terhadap respon stress, akan melatih otot jantung dalam
kehilangan elastisitas pembuluh darah, berkontraksi sehingga kemampuan
tekanan darah meningkat akibat pemompaannya akan selalu terjaga
resistensi pembuluh darah perifer (Nugroho, 2008).
(Mubarak, 2006). Dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

1
2

Sukoharjo, dari 6 posyandu lansia diukur sebelum perlakuan. Dengan


semua tidak melaksanakan senam kriteria eksklusi kondisi fisik dalam
lansia. Di peroleh data jumlah lansia keadaan sakit dan tidak dapat
yang terdaftar di 6 posyandu Desa melakukan senam lansia, menderita
Wotgaleh adalah 112 lansia yang rutin stroke sehingga tidak dapat bergerak,
mengikuti kegiatan posyandu. Hasil lansia dengan gangguan penglihatan.
observasi peneliti, terdapat 32 lansia Teknik analisa data yang digunakan
yang mengalami hipertensi. Kegiatan adalah uji Wilcoxon (Dahlan, 2011).
yang dilakukan di posyandu sebatas
pemeriksaan fisik meliputi HASIL PENELITIAN DAN
penimbangan berat badan dan cek PEMBAHASAN
tekanan darah. Peneliti melakukan Penelitian ini dilakukan di
pemeriksaan tekanan darah secara Posyandu Lansia Wotgaleh, tujuan
langsung pada 32 lansia yang penelitian mengetahui pengaruh senam
mengalami hipertensi, tekanan darah lansia terhadap tekanan darah pada
antara 150/90 mmHg sampai 180/100 lanjut usia dengan hipertensi.
mmHg.
Tujuan dari penelitian mengetahui Karakteristik Responden
pengaruh senam lansia terhadap Tabel 1. Karakteristik responden
tekanan darah pada lanjut usia dengan berdasarkan usia, jenis kelamin dan
hipertensi. pekerjaan
Karakteristik Frekuensi %
METODE PENELITIAN Usia
Jenis penelitian yang digunakan 50-55 10 31,2
pre eksperiment atau eksperimen semu. 56-65 22 68,8
Rancangan penelitian yang digunakan Total 32 100
adalah one group pretest posttest Jenis Kelamin
(Sugiyono, 2013). Populasi dalam Laki-laki 8 25,0
penelitian ini adalah lansia penderita Perempuan 24 75,0
hipertensi di posyandu lansia Desa Total 32 100
Wotgaleh, Sukoharjo. Pekerjaan
Pengambilan sampel dalam Bekerja 17 53,1
penelitian dilakukan dengan teknik non Tidak bekerja 15 46,9
probapiliti sampling dengan metode Total 23 100
purposive sampling. Puroposive Tabel 1 diperoleh distribusi usia
sampling adalah teknik menentukkan responden lebih banyak pada rentang
sammpel dengan pertimbangan tertentu usia 56-65 tahun yaitu 71,9%. Jenis
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki kelamin responden paling banyak pada
(Sugiyono, 2011). perempuan yaitu 75,0%. Pekerjaan
Dengan kriteria inklusi lansia yang responden paling banyak pada bekerja
tinggal di wilayah Desa Wotgaleh, yaitu 53,1%.
Sukoharjo dan bersedia menjadi
responden, usia 50-65 tahun, bersedia
mengikuti senam lansia selama 3 kali
dalam satu minggu selama 3 minggu,
tekanan darah > 150/90 mmHg yang
3

Hasil Analisa Bivariat lansia terhadap tekanan darah diastol


1. Uji normalitas pada lansia penderita hipertensi di
Tabel 2. Hasil uji normalitas data Posyandu Lansia Wotgaleh karena nilai
p p value kurang dari 0,05.
Data Kesimpulan
value
Data tidak PEMBAHASAN
Sistol pre test 0,086
normal 1. Karakteristik responden
Data tidak Berdasarkan usia responden
Diastol pre test 0,013 pada penderita hipertensi yang ada
normal
Data tidak di wilayah posyandu wotgaleh
Sistol post test 0,020 diperoleh hasil bahwa responden
normal
Diastol post Data tidak usia 56-65 tahun lebih banyak yaitu
0,096 22 lansia (68,8%).
test normal
Berdasarkan hasil uji normalitas Semakin bertambahnya usia
data pada tabel 2 didapatkan data tidak seseorang, pengaturan metabolisme
berdistribusi normal sehingga tidak zat kapur (kalsium) terganggu,
dapat menggunakan uji t-test untuk sehingga banyak zat kapur yang
menganalisa data tetapi menggunakan beredar bersama darah. Banyaknya
uji alternatifnya yaitu uji Wilcoxon kalsium dalam darah
Signed Rank Test dengan tingkat (hypercalcedemia), menyebabkan
kepercayaan 95%. darah menjadi lebih padat sehingga
2. Uji beda tekanan darah sebelum dan tekanan darah menjadi meningkat.
setelah melakukan senam lansia Endapan kalsium di dinding
Tabel 3. Hasil uji beda tekanan darah pembuluh darah (arteriosclerosis)
sistol sebelum dan setelah dilakukan menyebabkan penyempitan
senam lansia pembuluh darah, akibatnya aliran
Variabel Z p value darah menjadi terganggu. Hal ini
Pre test dapat memacu peningkatan tekanan
- 4,945a 0,001 darah (Timio dan Verdecchia,
Post test
Berdasarkan tabel 3 dapat 2005).
diketahui nilai p value adalah 0,001 Frekuensi responden
yang berarti terdapat pengaruh senam berdasarkan jenis kelamin
lansia terhadap tekanan darah sistol menunjukkan sebagian besar
pada lansia penderita hipertensi di responden perempuan. Harrison,
Posyandu Lansia Wotgaleh karena nilai Wilson, dan Kasper (2005)
p value kurang dari 0,05. mengatakan bahwa sekitar 60%
penderita hipertensi adalah
Tabel 4. Perbedaan tekanan darah perempuan yang berusia 50 tahun ke
diastol sebelum dan setelah atas, padahal jumlah penderita
dilakukan senam lansia hipertensi pada usia muda labih
Variabel Z p value banyak terjadi pada laki-laki. Hal ini
Pre test a
disebabkan karena perempuan yang
- 4,774 0,001 belum menopause masih terlindung
Post test
Berdasarkan tabel 4 dapat oleh hormon estrogen yang berperan
diketahui nilai p value adalah 0,001 dalam meningkatkan kadar HDL
yang berarti terdapat pengaruh senam (High Density Lipoprotein). Pada
4

pemenopause, perempuan muda tekanan darah secara intermiten


sedikit demi sedikit mulai (Budisetio, 2005).
kehilangan hormon estrogen yang Stres secara mendadak
selama ini melindungi pembuluh menunjukkan tekanan peningkatan
darah dari kerusakan. Proses ini darah melalui peningkatan cardio
terus berlanjut dimana hormon output dan denyut jantung tanpa
estrogen tersebut berubah pengaruh resistensi perifer total
kuantitasnya sesuai dengan usia katekolamine, kortisol, vasopresin,
perempuan secara alami, yang endorphine, dan aldosteron yang
umumnya terjadi pada perempuan meningkatkan mekanisme
usia 44-45 tahun. peningkatan tekanan darah.
Penjelasan di atas Kemungkinan stress yang
mengungkapkan bahwa estrogen berkepanjangan menyebabkan
berperan penting mampu menurukan hipertensi akibat dari faktor dalam
tekanan darah pada wanita muda. neurohormonal. Selama stres rata-
Saat siklus menstruasi terjadi, rata tekanan arterial meningkat dari
tekanan darah akan menurun. Ini 100 mmHg sampai 120 mmHg,
terjadi ketika fase luteal berubah tekanan darah meningkat karena
menjadi fase folikular. Setelah penekanan curah jantung (Brod,
wanita tidak menstruasi lagi atau Fence, Hegi, dan Jikka, 2000).
postmenopause maka tidak akan Perubahan fungsional tekanan
terjadi perubahan dari fase darah pada beberapa tempat dapat
menstruasi di atas, dari fase luteal disebabkan oleh stres akut, bila
berubah menjadi fase folikular berulang secara intermiten beberapa
sehingga tekanan darah tidak akan kali, dapat menyebabkan suatu
menurun dan justru cenderung naik adaptasi struktural hipertropi
(Staessen, 2005). kardiovaskuler. Bila ini terjadi pada
Sebagian besar lansia yang tingkat vaskuler akan ada
bekerja tekanan darahnya lebih peningkatan tahanan (resistensi),
tinggi dibandingkan lansia yang yang disebabkan peningkatan rasio
tidak bekerja. Bekerja sering dinding pembuluh dengan
dikaitkan dengan penghasilan dan lumennya. Hal ini kemudian
penghasilan sering dikaitkan dengan mempertinggi pengaruh
kebutuhan manusia. Agar dapat hemodinamik tekanan.
tetap hidup manusia harus bekerja, Kemungkinan besar bahwa faktor
dengan bekerja seseorang akan neurohormonal yang menyebabkan
dapat memenuhi kebutuhan hidup hipertensi berjangka panjang. Stres
untuk keluarganya. Pada lansia yang berkepanjangan dan berulang-
bekerja memiliki tingkat stres yang ulang pada populasi hipertensi dapat
lebih tinggi dan beban kerja yang menyebabkan peningkatan tekanan
lebih berat daripada lansia yang darah yang irreversibel. Pekerjaan
tidak bekerja. Stres merupakan yang menumpuk dan tak kunjung
pemicu timbulnya hipertensi akibat selesai memicu keadaan stres, dan
terjadinya peningkatan aktivitas akhirnya dapat meningkatkan
simpati yang dapat meningkatkan tekanan darah (Knardahl, Sanders,
dan Johnson, 2002).
5

2. Analisa univariat terhadap berbagai macam sistem


Pemberian senam lansia kepada yang bekerja di dalam tubuh, salah
responden yang mengalami satunya adalah sistem
hipertensi dilakukan 40 menit kardiovaskuler. Saat melakukan
sebanyak 3 kali dalam 1 minggu. aktivitas fisik senam lansia, tekanan
Dari 32 lansia penderita hipertensi darah akan naik cukup banyak.
semua memenuhi kriteria inklusi Tekanan darah sistolik yang
dan tidak ada yang drop out. misalnya semula 110 mmHg
Distribusi frekuensi responden sewaktu istirahat akan naik menjadi
menunjukkan tekanan darah setelah 150 mmHg. Sebaliknya, segera
diberikan intervensi tekanan sistolik setelah latihan senam selesai, tekan
memiliki nilai tertinggi 175 mmHg darah akan turun sampai di bawah
dan tekanan diastolik memiliki nilai normal dan berlangsung 30-120
tertinggi 93 mmHg. Tekanan sistolik menit. Kalau senam dilakukan
memiliki nilai terendah 148 mmHg berulang-ulang, lama-kelamaan
dan tekanan diastolik memiliki nilai penurunan tekanan darah akan
terendah 70 mmHg. berlangsung lama. Itulah sebabnya
Hasil penelitian tersebut latihan aktivitas fisik senam yang
menunjukkan bahwa 32 responden dilakukan secara teratur bisa
mengalami penurunan tekanan menurunkan tekanan darah. Jenis
darah. Semua responden mengalami olahraga yang efektif menurunkan
penurunan tekanan darah tekanan darah adalah olahraga
dikarenakan mereka aktif mengikuti intensitas sedang. Frekuensi
gerakan senam dan mengikuti latihannya 3-5 kali seminggu
prosedur senam yang benar secara dengan latihan 20-60 menit sekali
berkontinuitas yaitu melakukan latihan.
latihan pemanasan, latihan inti serta Penurunan tekanan darah ini
latihan pendinginan atau latihan antara lain terjadi karena pembuluh
penutup. darah mengalami pelebaran dan
relaksasi. Lama kelamaan, latihan
3. Pengaruh senam lansia terhadap olahraga dapat melemaskan
penurunan tekanan darah pada pembuluh-pembuluh darah, sehigga
lansia dengan hipertensi tekanan darah menurun sama halnya
Data analisa menyimpulkan ada dengan melebarnya pipa air akan
pengaruh senam lansia terhadap menurunkan tekanan air. Dalam hal
tekanan darah pada lansia penderita ini, senam lansia dapat mengurangi
hipertensi di Posyandu Wotgaleh. tahanan perifer. Penurunan tekanan
Hal ini sesuai dengan pernyataan darah juga dapat terjadi akibat
Harber (2009) yaitu senam lansia aktivitas memompa jantung
merupakan suatu aktivitas fisik yang berkurang. Otot jantung pada orang
terutama bermanfaat untuk yang rutin berolahraga sangat kuat,
meningkatkan dan mempertahankan maka otot jantung dari individu
kesehatan dan daya tahan jantung, yang rajin berolahraga berkontraksi
paru, peredaran darah, otot dan lebih sedikit daripada otot jantung
sendi. Latihan aktivitas fisik akan orang yang jarang berolahraga untuk
memberikan pengaruh yang baik memompakan volume darah yang
6

sama. Karena latihan aktivitas fisik DAFTAR PUSTAKA


senam dapat menyebabkan Brod J, Fence V, Hegi K, Jikka
penurunan denyut jantung maka J.(2000). Cirdulatory change
akan menurunkan cardiac output, underlying blood pressure
yang pada akhirnya menyebabkan elevation during acut emosional
penurunan tekanan darah. stress (mental arithmetic) in
Peningkatan efesiensi kerja jantung normotensive and hypertensive
dicerminkan dengan penurunan subjects. Clin Sic. 1959. 18.
tekanan sistolik, sedangkan 269-279.
penurunan tahanan perifer
dicerminkan dengan penurunan Budisetio, Muljadi. 2001. Pencegahan
tekanan diastolik (Harber, 2009). dan Pengobatan Hipertensi Pada
Penderita Usia Dewasa.
SIMPULAN DAN SARAN J.Kedokteran Trisakti, Vol.20
A. Simpulan No.2.
1. Senam lansia berpengaruh
terhadap tekanan darah pada Dahlan, M. Sopiyudin. (2011). Statistik
lanjut usia dengan hipertensi di untuk kedokteran dan
posyandu lanjut usia di desa kesehatan. Jakarta : Salemba
wotgaleh sukoharjo. Medika.

B. Saran Dinkes (Dinas Kesehatan). (2011).


1. Bagi profesi keperawatan, dapat Profil kesehatan provinsi Jawa
dijadikan referensi dan dapat Tengah tahun 2011. Diakses:
digunakan untuk memberikan 21 April 2014 jam 21.00 dari
terapi non farmakologi yang http://www.dinkesjatengprov.go
efektif dan lebih murah bagi .id/dokumen/profil/profil2011/B
penderita hipertensi dalam AB%20I-VI%202011.pdf.
mengontrol tekanan darah
2. Bagi institusi pendidikan, dapat Harber, P.M., & Scoot, T. (2009).
dijadikan salah satu referensi Aerobic Exercise Training
dalam pembelajaran mengenai Improves Whole Muscle And
terapi komplementer untuk Single Myofiber Size And
mengontrol tekanan darah pada Function In Older Woman.
penderita hipertensi Journal Physical Regular
3. Bagi peneliti selanjutnya, Integral Company Physical,10,
penelitian ini dapat menjadi 11-42.
bahan referensi serta dapat
dikembangkan dengan Harrison,I., Wilson, B.W., & Kasper,
menambah variabel lain yang M.F. (2005). Prinsip – Prinsip
berhubungan dengan senam Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13
lansia seperti pengukuran denyut volume 3. Jakarta: EGC
nadi, kadar immunoglobulin
maupun frekuensi nafas. Mubarak, W.I. (2006). Buku ajar ilmu
keperawatan komunitas 2.
Jakarta : Sagung Seto.
7

Nugroho. (2008). Keperawatan Stanley, M. & Beare, P. G. (2006).


gerontik dan geriatrik edisi 3. Buku ajar keperawatan
Jakarta : EGC. gerontik. Jakarta: EGC
Sugiyono. (2013). Metode
Saryono. (2011). Metodologi penelitian penelitian pendidikan
kesehatan penuntun praktis pendekatan kuantitatif,
bagi pemula. Jogjakarta : Mitra kualitatif dan r dan d. Bandung
Cendekia Press. : CV. Alfa Beta.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian Timio, M., & Verdeechia, P.


pendidikan pendekatan (2005).Blood pressure changer
kuantitatif, kualitatif dan r dan over 20 years in nuns in
d. Bandung : CV. Alfa Beta. secluded order.Journal
Hypertension in Elderly, 4 (1),
Staessen, V. (2005). Ambulatory blood 60-63. Diakses tanggal 28
pressure monotoring practical Februari 2015.
consideration. Journal of
Hypertension, 8 (4), 103-107.
MIKKI Vol .09/No.1/April/2020
Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP PERUBAHAN KADAR


ASAM URAT PADA LANSIA DI BPSTW BUDI LUHUR
YOGYAKARTA

The Influence Of Ergonomic Gymning On Uratic Acid Levels In Elderly


In BPSTW Budi Luhur Yogyakarta

Nur Hidayat1, Cindy Cloudia2


1Prodi Keperawatan (DIII), STIKES Wira Husada Yogyakarta
2 Prodi Ilmu Keperawatan (S1), STIKES Wira Husada Yogyakarta
Email: Nurhidayat_76@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Elderly (Elderly) is a period in which an organism has reached a golden age or
glory in size, function, and also some have shown its decline over time. Increased uric acid levels
in the elderly, will cause other complications. One prevention that can be done is pharmacological
therapy, namely the provision of drugs that can prevent gout and non-pharmacological measures
such as ergonomic exercises that are done to reduce uric acid. Ergonomic exercises are
exercises to restore or correct the position and flexibility of the nervous system and blood flow.
Objectives: ’Determine the effect of ergonomic exercises on changes in uric acid levels in the
elderly at BPSTW Budi Luhur Yogyakarta
Research methods: This research is a quantitative research with pre-experimental design with
one-group pre-post test design method. The design is used to express causal relations only by
involving a group of subjects. The group of subjects was observed before intervention as much
as 6 times giving ergonomic exercises, then observed again after the intervention. Analysis of the
data in this study used the Paired-T test.
Results: The results showed the value of bivariate analysis with the Paired-T test formula that
ergonomic exercises affect the changes in uric acid levels in the elderly at Tresna Werdha Budi
Luhur Social Service Center Yogyakarta, evidenced the p value of 0,000 <0.05
Conclusion: There is an influence of ergonomic exercise on changes in uric acid levels in the
elderly at Tresna Werdha Budi Luhur Social Service Center Yogyakarta

Keywords: Ergonomic exercises, Changes in uric acid levels

ABSTRAK

Latar Belakang: Lanjut usia (Lansia) merupakan periode dimana organisme telah mencapai
masa keemasan atau kejayaan dalam ukuran, fungsi, dan juga beberapa telah menunjukan
kemundurannya sejalan dengan berjalannya waktu. Meningkatnya kadar asam urat pada lansia,
akan menyebabkan penyakit komplikasi lainnya. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan
yaitu dengan terapi farmakologi yaitu pemberian obat- obatan yang dapat mencegah asam urat
dan tindakan non farmakologi seperti senam ergonomik yang dilakukan untuk mengurangi asam
urat. Senam ergonomik merupakan senam untuk mengembalikan atau membetulkan posisi dan
kelenturan sistem syaraf dan aliran darah.
Tujuan penelitian: ’Mengetahui pengaruh senam ergonomik terhadap perubahan kadar asam
urat pada lansia di BPSTW Budi Luhur Yogyakarta
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan peneltian kuantitatif dengan rancangan pra
eksperimental design dengan metode one - group pre - post test design. Rancangan yang
digunakan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat hanya dengan cara melibatkan satu

53
MIKKI Vol .09/No.1/April/2020
Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia

kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi sebanyak 6 kali
pemberian senam ergonomik, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Analisa data pada
penelitian ini menggunakan uji Paired-T test.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan nilai analisa bivariat dengan rumus Paired-T test bahwa
senam ergonomik berpengaruh terhadap perubahan kadar asam urat pada lansia di Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta, dibuktikan nila p value 0.000< 0,05
Kesimpulan: Ada pengaruh pengaruh senam ergonomik terhadap perubahan kadar asam urat
pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta

Kata Kunci : senam ergonomik , Perubahan kadar asam urat

PENDAHULUAN
Lanjut usia (Lansia) merupakan periode dimana organisme telah mencapai masa
keemasan atau kejayaan dalam ukuran, fungsi, dan juga beberapa telah menunjukan
kemundurannya sejalan dengan berjalannya waktu. Lansia merupakan bagian dari
proses tumbuh kembang, dimana manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua namun
melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya
menjadi tua. Lansia merupakan suatu proses alami yang akan dialami oleh seluruh
manusia dan merupakan akhir dari kehidupan1. Menurut World Health Organization,
menjelaskan bahwa Jepang merupakan Negara dengan jumlah lansia terbanyak di
dunia, yang mencapai 35,6 juta atau sekitar 28% dari total populasi. Rekor ini kemudian
disusul oleh Italia sebesar 23%, Portugal dan Jerman sebesar 22% serta Inggris yang
mencapai 18%. Berdasarkan data proyeksi penduduk, di Indonesia pada tahun 2018
terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia. Di prediksi jumlah penduduk lansia pada tahun
2020 akan mencapai 27,08 juta jiwa
Provinsi Yogyakarta merupakan jumlah lansia terbanyak yang menduduki urutan
pertama di Indonesia, pada tahun 2017 mencapai 13,4%, meningkat 14,7% pada tahun
2020, dan 19,5% pada tahun 2030.Peningkatan jumlah lansia perlu mendapatkan
perhatian karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang mengalami
berbagai masalah kesehatan2.
Pada lansia terjadi kemunduran sel sel karena proses penuaan yang dapat
berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik timbulnya berbagai macam penyakit
seperti perubahan kadar asam urat3. Asam urat merupakan penyakit degeneratife yang
menyerang persendian, dan paling sering dijumpai di masyrakat terutama dialami oleh
lansia, namun tak jarang penyakit ini juga ditemukan pada golongan pralansia4 World
Health Organization (WHO), memperkirakan bahwa sekitar 335 juta orang di dunia
mengidap penyakit asam urat. Jumlah ini sesuai dengan pertambahan lansia dan
beragam faktor kesehatan lainnya yang akan terus mengalami peningkatan dimasa
depan. Diperkirakan sekitar 75% penderita asam urat mengalami kecacatan akibat
kerusakan pada tulang dan gangguan pada persendian5
Berdasarkan hasil Kemenkes (2013), menunjukkan bahwa Penyakit asam urat
di Indonesia yang didiagnosis tenaga kesehatan (Nakes) sebesar 11,9%. Jumlah yang
ditemukan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24,7%. Di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta usia ≥ 15 tahun yang mengalami asam urat sebesar 5,6%
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan 22,7% berdasarkan gejala. Persentase
penyakit sendi di Kabupaten Bantul menduduki urutan ke-3 sebesar 3,7% berdasarkan

54
MIKKI Vol .09/No.1/April/2020
Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia

diagnosa tenaga kesehatan dan gejala. sebanyak 22,7%. Tingginya persentase


masalah asam urat di Yogyakarta membuktikan bahwa perlunya penanganan yang
serius terkait permasalahan tersebut
Penyakit asam urat ditandai dengan perubahan kadar asam urat Laki-laki
dewasa kadar normal asam uratnya adalah 2 – 7,5 mg/dL, sementara laki-laki dengan
usia di atas 40 tahun kadar normal asam uratnya adalah 2 – 8,5 mg/dL. Sedangkan
Wanita dewasa kadar normal asam uratnya adalah 2 – 6,5 mg/dL, sementara wanita
dengan usia di atas 40 tahun kadar normal asam uratnya adalah 2 – 8 mg/dL
Meningkatnya kadar asam urat pada lansia, akan menyebabkan penyakit komplikasi
lainnya. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi farmakologi
yaitu pemberian obat- obatan yang dapat mencegah asam urat dan tindakan non
farmakologi seperti senam ergonomik yang dilakukan untuk mengurangi asam urat.
Senam ergonomik merupakan senam untuk mengembalikan atau membetulkan
posisi dan kelenturan sistem syaraf dan aliran darah. Senam ergonomik dilakukan
minimal selama 15-20 menit , supaya memaksimalkan oksigen ke otak, membuka sistem
kecerdasan, sistem musculoskeletal, sistem pemanas tubuh, sistem pembakaran asam
urat,sistem pembuatan elektrolit atau ozon dalam darah, sistem kekebalan tubuh.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 27 Maret 2019,
Jumlah lansia di BPSTW Budi Luhur Yogyakarta sebanyak 95 orang dengan jumlah
lansia laki-laki sebanyak 35 orang dan jumlah lansia wanita sebanyak 60 orang.
Sebagian besar lansia berusia 75-90 tahun atau lanjut usia tua (old). Lansia yang berada
di panti Budi Luhur Yogyakarta berusia paling muda berumur 60 tahun dan yang paling
tua berumur 96 tahun. 95 lansia yang masih bisa berkomunikasi dengan baik sebanyak
85 orang. Sedangkan 10 orang lainnya tidak dapat berkomunikasi dengan baik bahkan
sama sekali tidak dapat berkomunikasi. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
petugas panti didapatkan bahwa sebanyak 30 lansia mempunyai kadar asam urat diatas
normal. Permasalahan yang ada peneliti merasa perlu melakukan suatu tindakan untuk
mencegah terjadinya kadar asam urat diatas normal pada lansia. Peneliti akan
melakukan suatu penelitian tentang pengaruh senam ergonomik terhadap perubahan
kadar asam urat pada lansia di BPSTW Budi Luhur Yogyakarta.

METODE
Penelitian ini dilakukan di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Yogyakarta pada bulan Februari sampai Oktober 2019. Jenis penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif dengan rancangan pra eksperimental design dengan metode one -
group pre - post test design. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi
sebanyak 6 kali pemberian senam ergonomik, kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi.
Analisa data menggunakan uji Paired-T test. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian lansia yang memenuhi karakteristik yang diinginkan didalam penelitian yaitu
sejumlah 30 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melibatkan
satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi kadar asam urat sebelum dilakukan
intervensi sebanyak 6 kali pemberian senam ergonomik, kemudian diobservasi kadar
asam urat lagi setelah intervensi

55
MIKKI Vol .09/No.1/April/2020
Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia

HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi karakteristik responden di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budhi
Luhur Yogyakarta
No Karakteristik Kategori Frequency Percent
Responden
1 Usia 60-70 tahun 19 63.3
71-80 tahun 7 23.3
>81 tahun 4 13.4
Total 30 100.0
2 Jenis Kelamin Laki-laki 17 56.7
Perempuan 13 43.3
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa karakteristik responden lansia
berdasarkan usia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Yogyakarta
dari 30 responden. Sebagian besar responden berada pada kategori usia 60-70 tahun
sebanyak 19 responden (63.3%), Jenis kelamin responden sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 responden (56.7%).

Kadar Asam Urat Sebelum Senam Ergonomik


Tabel 2.
Distribusi Kadar Asam Urat Lansia Sebelum Senam Ergonomik di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Budhi Luhur Yogyakarta
Variabel Mean Standar IK 95%
Deviasi
Kadar 8.48 mg/dl 0.48 8.29-8.66
Asam Urat
Sumber : Data Primer Terolah 2019

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai mean kadar asam urat lansia
sebelum senam ergonomik sebesar 8.48 mg/dl. Standar deviasi (simpangan baku)
sebesar 0.48 dengan interval kepercayaan 95% sebesar 8.29-8.66.

Kadar Asam Urat Sesudah Senam Ergonomik


Tabel 3
Distribusi Kadar Asam Urat Lansia Sebelum Senam Ergonomik di Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Budhi Luhur Yogyakarta
Variabel Mean Standar IK 95%
Deviasi
Kadar Asam Urat 6.76 mg/dl 0.62 6.53-7.00

Sumber : Data Primer Terolah 2019

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa nilai mean kadar asam urat lansia
sesudah senam ergonomik sebesar 6.76 mg/dl. Standar deviasi (simpangan baku)
sebesar 0.62 dengan interval kepercayaan 95% sebesar 6.53-7.00.

56
MIKKI Vol .09/No.1/April/2020
Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia

Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Perubahan Kadar Asam Urat pada Lansia
di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta

Tabel 4
Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Kadar Asam Urat pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta

CI 95%
Kadar Asam Urat Mean Selisih
Lower Upper P Value
Sebelum 8.48
1.71 1.40 2.01 0.000
Sesudah 6.76
Sumber : Data Primer Terolah 2019

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar asam urat lansia
sebelum senam ergonomik adalah 8.48 mg/dl, setelah senam ergonomik rata-rata kadar
asam urat lansia menjadi 6.76 mg/dl. Selisih nilai rata-rata kadar asam urat lansia
sebelum dan sesudah senam ergonomik sebesar 1.71, maka nilai signifikan 0.000
dengan CI 95% 1.40 sampai 2.01. Berdasarkan hasil analisis paired t-test didapatkan
nilai p <0.05. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam ergonomik terhadap
perubahan kadar asam urat pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Yogyakarta

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
a. Usia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada
kategori usia 60-70 tahun. Semakin tua seseorang, maka beresiko memiliki kadar
asam urat yang tinggi dikarenakan penuaan menyebabkan penurunan hormone7 .
Hasil penelitian Nursanti (2018) menyatakan bahwa usia >60 tahun beresiko terjadi
peningkatan kadar asam urat dalam darah semakin tinggi. Didukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Lioso., Sondakh dan Ratag (2015) didapatkan hasil terdapat
hubungan antara usia dengan kadar asam urat yaitu pada usia >40 tahun baik laki-
laki maupun perempuan. Peneliti menyimpulkan bahwa seseorang yang lebih tua
khususnya >60 tahun cenderung memiliki kadar asam urat yang tinggi, hal tersebut
disebabkan karena penurunan fungsi organ tubuh untuk menghasilkan enzim yang
berhubungan dengan kadar asam urat di dalam darah.
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin responden, sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki. Kadar asam urat dalam darah pada laki-laki
umumnya lebih tinggi sejalan dengan peningkatan usia dibanding perempuan yang
persentasenya lebih kecil dan dimulai saat menopause, hal tersebut karena pada
perempuan terdapat hormon estrogen dimana hormon estrogen tersebut berperan
dalam merangsang perkembangan folikel yang mampu meningkatkan kecepatan
poliferasi sel dan menghambat keaktifan enzim protein kinase yang mempunyai
fungsi mempercepat aktifitas metabolik, diantaranya metabolisme purin8

57
MIKKI Vol .09/No.1/April/2020
Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lioso., Sondakh dan Ratag (2015)
menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki kadar asam urat yang tinggi
sebesar 56.6%. Didukung penelitian yang dilakukan oleh Darmawan (2016)
menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian kadar asam urat yang tinggi
(hiperurisemia), laki-laki cenderung lebih banyak mengalami hiperurisemia
dibandingkan dengan perempuan. Peneliti menyimpulkan bahwa laki-laki tidak
memiliki hormon yang dapat mempercepat metabolisme purin, sehingga hal tersebut
membuat laki-laki beresiko tinggi memiliki kadar asam urat yang tinggi dibanding
dengan perempuan.

Kadar Asam Urat Sebelum Senam Ergonomik


Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean kadar asam urat lansia sebelum
senam ergonomik sebesar 8.48 mg/dl dan standar deviasi (simpangan baku) sebesar
0.48. Faktor yang dapat meningkatkan kadar asam urat antara lain mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi purin. Purin berasal dari katabolisme asam nukleat
dalam diet diubah menjadi asam urat secara langsung. Purin di dalam tubuh akan
dimetabolisme oleh enzim xanthin oksidase yang berfungsi untuk mengubah
hipoxanthin menjadi xanthin kemudian diubah menjadi asam urat .
Kadar asam urat yang tinggi sering dijumpai pada lansia, hal tersebut disebabkan
karena terjadi penurunan produksi enzim dan hormon yang berperan dalam proses
ekskresi asam urat di dalam tubuh. Enzim urikinase merupakan enzim yang berfungsi
merubah asam urat menjadi alatonin yang dikeluarkan melalui urin. Terganggunya
enzim urikinase berpengaruh terhadap pengeluaran asam urat melalui urin.
Kemunduran sel-sel pada lansia karena proses penuaan yang menimbulkan berbagai
macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia), Perubahan pada
lansia yaitu kehilangan massa tubuhnya, termasuk tulang otot dan massa organ tubuh,
sedangkan massa lemak meningkat. Peningkatan massa lemak salah satunya terjadi
karena penurunan aktivitas fisik lansia, sehingga peningkatan massa lemak dapat
memicu terjadinya obesitas. Obesitas merupakan faktor resiko yang dapat
meningkatkan asam urat9
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningsih (2016) menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam urat pada lansia
sebelum terapi senam ergonomis sebesar 8.2 mg/dl atau dalam klasifikasi hipeurisemia.
Didukung penelitian yang dilakukan setelahnya menunjukkan bahwa nilai mean kadar
asam urat lansia sebelum dilakukan senam ergonomis sebesar 10.37 mg/dl10

Kadar Asam Urat Sesudah Senam Ergonomik


Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean kadar asam urat lansia sesudah
senam ergonomik sebesar 6.76 mg/dl dan standar deviasi (simpangan baku) sebesar
0.62. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar asam urat lansia
sesudah dilakukan senam ergonomik. Senam ergonomis adalah senam fundamental
yang gerakanya sesuai dengan susunan dan fungsi fisologis tubuh. Tubuh dengan

58
MIKKI Vol .09/No.1/April/2020
Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia

sendirinya terpelihara homeostatisnya (kelenturan dan keseimbangannya) sehingga


dapat memperlancar aliran darah ke jantung dan aliran darah ke seluruh tubuh.
Lancarnya aliran darah dapat memperlancar pengangkutan sisa pembakaran seperti
asam urat oleh plasma darah dari sel ke ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan dalam
bentuk urine dan feses11
Peredaran darah yang lancar akan menstimulasi saraf dan merangsang
pengeluaran hormon endorphin. Hormon endorphin berfungsi sebagai obat penenang
alami yang menciptakan rasa nyaman dan pengatur emosi sehingga dapat
menghilangkan stress pada lansia. Stress dapat menyebabkan terganggunya enzim
urikinase sehingga pembuangan asam urat menjadi terhambat. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada penurunan kadar asam
urat pada lansia yang signifikan, dimana rata-rata kadar asam urat pada lansia sesudah
terapi senam ergonomis sebesar 6.5 mg/dl yang sebelumnya didapatkan hasil rata-rata
kadar asam urat sebesar 8.2 mg/dl 12. Didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Niode (2018)13 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar asam urat, dimana rata-
rata kadar asam urat lansia setelah dilakukan senam ergonomis sebesar 5.4 mg/dl yang
sebelumnya didapatkan hasil rata-rata kadar asam urat sebesar 6.2 mg/dl.

Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Perubahan Kadar Asam Urat pada Lansia
di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam urat lansia sebelum
senam ergonomik adalah 8.48 mg/dl, setelah senam ergonomik rata-rata kadar asam
urat lansia menjadi 6.76 mg/dl. Selisih nilai rata-rata kadar asam urat lansia sebelum
dan sesudah senam ergonomik sebesar 1.71. Hasil analisis paired t-test didapatkan nilai
p <0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam ergonomik terhadap
perubahan kadar asam urat pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Yogyakarta
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa senam ergonomis berpengaruh terhadap penurunan kadar asam
urat dalam darah pada lansia dengan Gout14. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nursanti (2018) menunjukkan bahwa adanya
pengaruh senam ergonomis terhadap tingkat kadar asam urat pada lansia di Posyandu
Werdha Pratama Kalirandu Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta. Peneliti
berpendapat bahwa senam ergonomik apabila dilakukan secara rutin dapat menurunkan
kadar asam urat di dalam darah pada lansia, hal tersebut karena senam ergonomik
dapat meningkatkan aktivitas lansia untuk mencegah obesitas dan melatih pernapasan
sehingga dapat memperlancar peredaran darah untuk mengangkut sisa metabolisme di
dalam tubuh.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan tentang Pengaruh senam
ergonomik terhadap perubahan kadar asam urat pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta, kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Kadar asam urat pada lansia sebelum senam ergonomik rata-rata sebesar 8.48
mg/dl.

59
MIKKI Vol .09/No.1/April/2020
Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia

2. Kadar asam urat pada lansia sesudah senam ergonomik rata-rata sebesar 6.76
mg/dl.
3. Ada pengaruh pengaruh senam ergonomik terhadap perubahan kadar asam urat
pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta,
dibuktikan nila p value 0.000< 0,05

SARAN
1. Bagi Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta
Senam ergonomik dapat digunakan sebagai salah satu tindakan non farmakologi
untuk menurunkan kadar asam urat pada lansia sesuai SOP
2. Bagi peneliti lain
Disarankan meneliti tentang senam ergonomik terhadap penurunan kadar asam
urat pada lansia yang lebih mendalam dengan menggunakan kelompok kontrol

RUJUKAN
1. Azizah,L.M(2011) Keperawatan Lanjut usia. Yogyakarta Graha Ilmu
2. Depkes Ri (2017) Pedoman Pengelolaan Kegiatan kesehatandi kelompok usia
lanjut. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen
kesehatan Republik Indonesia
3. Sustarni, L.,Alam, S. & Broro, I.H (2012). Asam urat. Jakarta: PTGramedia Pustaka
Utama
4. Damayanti, D. (2012) Mencegah daN mengobati asam Urat. Yogyakarta Araska.
5. unaidi, I. (2012). Rematik dan asam urat, PT Buana Ilmu Populer jakarta
6. Nursalam, (2016) Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan: Pendekatan praktis Ed.
4. Jakarta: Salemba Medika
7. Efendi, F & Makhfudi. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik
Dalam Keperawatan. Jakarta ; Salemba
8. Hidayat, I. (2012) Kadar Asam Uratpada DM Tipe Iiyang Mengalami Struk Iskemik,
Tesis.Universitas Sumatra Utara
9. Doewes, (2013). Penuaan dan kapasitas kerja. Jakarta: EGC
10. Fatimah, Isma.(2017) Efektifitas Senam Ergonomic Terhadap Penurunan Kadar
Asam Urat Pada Lanjut Uasia Dengan Artritis Goaut. Skripsi. Makasar; Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatamuniversita Islam Negri Alauddin Makasar
11. Wratsongko, (2015) Diet Sehat Untuk Penderita Asam Urat, Jakarta :
PenebarSwadaya
12. Wahyuningsih, e. (2016) Pegaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Kadar
Asam Urat Pada Lansia Denganhi peruresemia Di Unit Pelayanan Social Lanjut Usia
Weningwardoyo Ungaran Kabupaten Semarang. Skripsi. Semarang Stikes Ngudi
Waluyo.
13. Niode, Uci L. (2018) Pengaruh Senam Ergonomic Terhadap Kadar Asam Urat Pada
Lansiadi Panti Social Tresna Wreda Ilomata Kota gorontalo. Skripsi , Gorontalo:
Fakultas Olahraga Dan Kesehatan uneversitas Negri Gorontalo.
14. Komarudin, Anis ( 2015) Pengaruh Senam Ergonomic Terhadap Kadar Asam Urat
Pada Lansia Dengan Gout Di Pos Binaan Terpadukelurahan Pisangan Ciputattimut.
Skripsi . Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan universitas Negri syarif
hidayatulloh Jakarta.

60
PENGARUH LATIHAN SENAM OTAK DAN ART THERAPY TERHADAP
FUNGSI KOGNITIF LANSIA DENGAN DEMENSIA DI PSTW
YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR DAN ABIYOSO

Dewi Murdiyanti Prihatin Putri¹*, Prof. Elly Nurrachmah, DNSc.², Dewi Gayatri, SKp.M.Kes³

1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Depok 16424 Indonesia


2. Akademi Keperawatan Yayasan Keperawatan Yogyakarta 55182 Indonesia

*E-mail : dewimpp_09@yahoo.co.id

Abstrak

Sebagian besar lansia mengalami demensia dan penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non
farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan senam otak dan art therapy terhadap fungsi
kognitif lansia dengan demensia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur dan Unit Abiyoso Yogyakarta. Rancangan
penelitian ini adalah Quasy Experimental Pre-Post Control Goup Design. Responden dalam penelitian ini berjumlah 82
orang yang terbagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pengukuran fungsi kognitif lansia dengan
demensia menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE). Pada kedua kelompok terjadi peningkatan fungsi
kognitif namun pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Rekomendasi penelitian ini
adalah penerapan latihan senam otak dan art therapy dapat dilakukan pada lansia.

Kata kunci : Latihan senam otak, art therapy, fungsi kognitif, lansia, demensia

Abstract

Most of elderly suffer from dementia.The management of dementia can be done through pharmacology and non
pharmacology ways. This research was to identify the Influence of Brain Gym Exercise and Art Therapy on the
Elderly's cognitive function with Dementia at PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur and Abiyoso Unit Yogyakarta. This
research used a Quasy Experimental Pre-Post Control Group Design. The total of respondents in this research were 82
people who divided in to a control group and intervention group. The measurement of the Elderly's cognitive function
was conducted on every Sunday using Mini-Mental State Examination (MMSE). Findings of the research was
demonstrated that there is an improvement in the cognitive function for both group, even though, the intervention group
is higher than the control group. Recommendation of this research is to implement the Brain Gym Exercise and Art
Therapy for elderly not only for those who experience dementia but also for other elderly brain condition.

Key words: Brain gym exercise, art therapy, cognitive function, elderly, dementia.

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil dari Sensus Penduduk tahun 2010


Prosentase penduduk lansia yang telah mencapai angka secara umum jumlah penduduk lansia di Indonesia
di atas tujuh persen menunjukkan bahwa negara sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59 persen dari
Indonesia sudah mulai masuk ke kelompok negara keseluruhan penduduk. Jumlah penduduk lansia
dengan struktur tua (Ageing Structure Population). perempuan sebanyak 9,75 juta orang lebih banyak dari
Struktur penduduk yang menua tersebut merupakan jumlah penduduk lansia laki-laki sebesar 8,29 juta
salah satu indikator keberhasilan pencapaian orang. Jika dilihat menurut kelompok umur, jumlah
pembangunan nasional, khususnya sebagai cerminan lansia terbagi menjadi lansia muda (60 – 69 tahun)
dari semakin panjangnya rata-rata usia penduduk sebanyak 10,75 juta orang, lansia menengah (70 – 79
Indonesia.2 tahun) sebanyak 5,43 juta orang dan lansia tua (80
tahun ke atas) sebanyak 1,86 juta orang.17


 
Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia 4. Perbedaan fungsi kognitif antara kelompok
akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa pertahun. intervensi dan kelompok kontrol sesudah
Padahal jumlah penduduk di Indonesia selama kurun dilakukan intervensi baik latihan senam otak dan
waktu yang sama hanya meningkat sekitar dua kali art therapy maupun senam lansia
lipat.3 5. Selisih perbedaan fungsi kognitif antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
Laporan Departemen Kesehatan RI tahun 1998
mengatakan bahwa peningkatan angka kejadian METODE PENELITIAN
demensia berbanding lurus dengan meningkatnya umur Penelitian ini menggunakan rancangan Quasy
harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5% usia lanjut Experiment Pre – Post Control Group Design, dimana
pada rentang usia 65 – 70 tahun menderita demensia pengelompokan anggota sampel pada kelompok
menigkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih intervensi dan kelompok kontrol dilakukan secara
45% pada usia diatas 85 tahun. Demensia adalah random atau acak sederhana. Intervensi yang diberikan
kumpulan gejala yang ditandai dengan gangguan berupa latihan senam otak dan art therapy pada
kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi kelompok intervensi dan senam lansia pada kelompok
aktifitas sehari-hari. Penderita Alzheimer mengalami kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat dan
gangguan memori dan proses berpikir sehingga bivariat yaitu dengan frekuensi chi-square, dan uji t-
mempengaruhi individu pada kemampuan membuat independent dan t dependent.
keputusan.7
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Mini-
Penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada lansia Mental State Examination yang terdiri dari enam
dengan demensia seringkali mempengaruhi aktivitas bagian, yaitu Orientasi, Registrasi, Perhatian dan
sehari-hari dan interaksi sosial lansia. Kondisi ini juga Hitungan, Daya ingat, Bahasa, Motorik Dasar dengan
akan berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. skor maksimal seluruhnya adalah 30 (tiga puluh).
Intervensi-intervensi yang menstimulasi fungsi kognitif Pengukuran fungsi kognitif lansia dilakukan sebelum
sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup intervensi, sesudah intervensi dan setiap minggu
lansia dengan demensia. Penatalaksanaan demensia selama 4 (empat) minggu. Interpretasi pengukuran
dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non MMSE adalah jika skor 27 – 30 poin berarti normal
farmakologi. Intervensi farmakologi yaitu dengan atau tidak ada gangguan fungsi kognitif (normal
diberikan obat-obatan yang dapat memperbaiki fungsi cognitive function), gangguan kognitif ringan (mild
kognitif dan intervensi non farmakologi meliputi cognitive function) jika skor yang diperoleh 21 – 26
intervensi-intervensi yang tercakup ke dalam Cognitive poin, gangguan kognitif sedang (moderate cognitive
Rehabilitation Therapy (CRT). Salah satu dari function) dengan skor 11 – 20 poin, dan gangguan
intervensi CRT adalah terapi alternatif yang antara lain kognitif berat (severe cognitive function) dengan skor 0
terapi seni (Art Therapy) dan terapi aktifitas seperti – 10 poin.4
latihan senam otak.20
POPULASI DAN SAMPEL
Upaya untuk mempertahankan kemampuan memori Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia
dan kognitif agar tidak menurun belum banyak yang tinggal di Panti Sosial Tresna Wreda sebanyak
dilakukan penelitian. Sampai saat ini belum ada 214 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan
penelitian tentang pengaruh latihan senam otak dan art simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 82
therapy terhadap fungsi kognitif di Yogyakarta terdiri dari 41 kelompok intervensi dan 41 kelompok
maupun di Indonesia. kontrol dengan kriteria lansia berusia 60 – 90 tahun,
mengalami derajat demensia dari sangat ringan sampai
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dengan ringan, tidak memiliki riwayat mengkonsumsi
pengaruh latihan senam otak dan art therapy terhadap alkohol dan tidak mengalami penurunan kesadaran.
fungsi kognitif pada lansia dengan demensia. Tujuan
khusus meliputi diketahuinya:
1. Karakteristik lansia dengan demensia, HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Fungsi kognitif pada lansia dengan demensia A. Karakteristik responden
sebelum diberikan intervensi, Seluruh karakteristik responden yang terdiri dari umur,
3. Perbedaan fungsi kognitif pada lansia dengan jenis kelamin, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan
demensia sebelum dan sesudah dilakukan latihan dan dukungan keluarga memiliki bentuk katagorik,
senam otak dan art therapy pada kelompok sehingga dideskripsikan ke dalam tabel distribusi
intervensi serta sebelum dan sesudah dilakukan frekuensi. Tabel distribusi frekuensi karakteristik
senam lansia pada kelompok kontrol, responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol
ini dirangkum dalam satu tabel sehingga dapat dilihat
perbandingannya.


 
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Lansia dengan Demensia Menurut Karakteristik Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Riwayat Pekerjaan, dan Dukungan Keluarga
Tahun 2012

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah


No Variabel
(n=41) (n=41) (n=82)

f(x) % f(x) % f(x) %


1 Umur
60 - 69 thn 12 29,3 13 31,7 25 30,5
70 - 79 thn 15 36,6 24 58,5 39 47,6
80 - 90 thn 14 34,1 4 9,8 18 22,0
2 Jenis Kelamin
Perempuan 27 65,9 36 87,8 63 76,8
Laki-laki 14 34,1 5 12,2 19 23,2
3 Pendidikan
Tdk Sekolah 19 46,3 20 48,8 39 47,6
SD 9 22,0 10 24,4 19 23,2
SMP 4 9,8 6 14,6 10 12,2
SMA 6 14,6 3 7,3 9 11,0
PT 3 7,3 2 4,9 5 6,1
4 Riwayat Pekerjaan
Tdk Bekerja 6 14,6 5 12,2 11 13,4
PRT 8 19,5 9 21,95 17 20,7
Buruh 15 36,6 9 21,95 24 29,3
Guru/PNS 2 4,9 3 7,3 5 6,1
Pedagang/wiraswasta 5 12,2 10 24,4 15 18,3
Petani 3 7,3 2 4,9 5 6,1
Swasta 2 4,9 3 7,3 5 6,1
5 Dukungan Keluarga
Tidak Pernah 21 51,2 13 31,7 34 41,5
Jarang (1 – 2x /th) 8 19,5 12 29,3 20 24,4
Sering (6 –12x/th) 12 29,3 16 39,0 28 34,1

Sebagian besar berumur antara 70 – 79 tahun yang 55,7%. Hal ini menujukkan bahwa lansia yang tinggal
masuk dalam kategori lansia pertengahan yaitu di panti sebagian besar berjenis kelamin perempuan.11
sebanyak 47,6% dari total responden 82 orang, hal ini Hal ini didukung pula dari hasil sensus penduduk tahun
diperkuat pula dengan hasil sensus penduduk (2010) 2010 bahwa umur harapan hidup perempuan lebih
menunjukkan bahwa umur harapan hidup lansia di tinggi daripada laki-laki ( pada laki-laki 73 tahun dan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meningkat perempuan 76 tahun).18 Suatu penelitian yang
mencapai rata-rata 74 tahun.  Hal ini tentunya sangat dilakukan dengan metode survei tentang profil
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari penduduk lanjut usia di Indonesia dengan jumlah
dirinya atau yang berasal dari lingkungan sosialnya, sampel 18.476 orang lansia menunjukkan bahwa
dan salah satu faktor yang sangat menentukan adalah sebagian besar lansia berjenis kelamin perempuan yaitu
lansia saat ini mampu menjalani pola hidup sehat.18 sebesar 70% dari jumlah sampel. Hal ini disebabkan
karena panjang angka harapan hidup lanjut usia
Diketahui juga bahwa sebagian besar responden perempuan sesuai dengan angka harapan hidup waktu
berjenis kelamin perempuan (76,8%), Penelitian ini lahir diman perempuan memiliki angka harapan hidup
juga diperkuat oleh suatu penelitian yang dilakukan waktu lahir lebih tinggi dari laki-laki. Kondisi ini
pada lansia di Panti dengan metode cross sectional dan dipengaruhi oleh pengaruh hormonal pada wanita usia
jumlah sampel 70 lansia dari data karakteristik produktif dimana hormon estrogen mempunyai peranan
responden yaitu jenis kelamin didapatkan data sebagian sebagai pelindung yang menyebabkan angka harapan
besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak hidup waktu lahir untuk perempuan lebih tinggi dari


 
pada laki-laki. Sedangkan pada laki-laki peranan tersebut juga sama seperti wisma yang ditempati lansia
estrogen sangat sedikit, disamping itu laki-laki berisikan lansia sejumlah 6 (enam) sampai dengan 12
memiliki beban kerja fisik yang lebih berat serta (duabelas) lansia setiap wismanya dengan masing-
ditambah pula dengan perilaku merokok dan makan masing kamar berisi 2 (dua) orang lansia. Pemberian
yang kurang berimbang pada laki-laki.16 makanan dan snack yang disajikan dengan frekuensi
pemberian yang sama setiap hari.
Sebagian besar responden tidak bersekolah sebanyak
47,6%, Hasil ini diperkuat dengan penelitian lain yang Pada kelompok intervensi lansia dengan demensia
metode quasy-experiment menggambarkan jumlah diberikan latihan senam otak sebanyak 3x seminggu
lansia yang tidak bersekolah sebesar 40,74% hal ini dan art therapy sebanyak 2x seminggu selama 4
disebabkan karena kesadaran lansia dahulu terhadap (empat) minggu. Setelah diberikan intervensi terdapat
pendidikan masih rendah disertai pula keterbatasan peningkatan fungsi kognitif yang bermakna pada
sarana dan prasarana pendidikan saat itu kelompok intervensi setelah dilakukan senam otak dan
mengakibatkan banyak lansia yang memilih untuk art therapy. Penelitian lain yang sesuai dengan
tidak sekolah. Sebagian besar lansia pernah bekerja penelitian ini menyatakan bahwa setelah dilakukan
sebesar 86,6%.15 Hal ini didukung oleh hasil latihan senam otak sebanyak 3x seminggu selama 2
wawancara yang dilakukan kepada 10 lansia di PSTW bulan terdapat peningkatan memori jangka pendek
Yogyakarta didapatkan data bahwa semua lansia pada anak dengan ekonomi rendah.14
berpikiran untuk mempertahankan hidup dan
mencukupi kebutuhan diri dan keluarga harus bekerja Seperti yang diungkapkan penemu senam otak
walaupun dengan pendidikan yang rendah atau tidak pertama kali yaitu Paul E. Dennison, Ph.D yang
bersekolah sehingga pekerjaan yang dilakukan mengatakan bahwa gerakan senam otak akan
sebagian besar menjadi pembantu rumah tangga dan menstimulasi aliran informasi pada jaringan saraf,
buruh. memulihkan kemampuan dalam proses belajar dan
fungsi-fungsi yang lain. Ditambah lagi gerakan
Terdapat 41,5% responden tidak pernah mendapat menyilang pada latihan senam otak merupakan kunci
kunjungan keluarga, Sebagian besar lansia dengan keberhasilan untuk menginterasikan fungsi hemisfer
demensia tidak mendapatkan dukungan keluarga otak kanan dan kiri.5 Disamping itu menggambar juga
karena sebagian dari lansia yang tinggal di panti tidak merupakan aktivitas yang meningkatkan koordinasi
menikah atau sebatang kara dan tidak memiliki tangan dan gerakan mata dan bagian lain dari tubuh
keluarga bahkan sebagian lansia yang terlantar yang serta peningkatan gerakan tubuh dan aktivitas yang
diserahkan oleh Dinas Sosial Propinsi DIY. Hal ini bersamaan antara hemisfer kanan dan kiri dari otak.9
didukung oleh suatu penelitian yang mengatakan Penelitian yang dilakukan dengan metode studi kasus
bahwa tidak semua lansia bisa menikmati masa di Sydney Australia memberikan intervensi art therapy
senjanya dalam kehangatan keluarga karena lansia secara berkelompok kepada lansia berusia 82 tahun
harus berada jauh dari anak dan kerabatnya di panti sebanyak 6 kali pertemuan, dan setiap pertemuan
wreda. Panti wreda merupakan tempat hunian lansia kurang lebih selama satu sampai dua jam. Intervensi
yang memiliki masalah baik masalah psikologi dan art therapy dapat dilakukan oleh terapis seni maupun
penurunan fisik yang dapat mengakibatkan depresi oleh perawat spesialis. Art Therapy dapat dilakukan
sehingga lansia menjadi merasa tidak bahagia di masa dengan beberapa cara diantaranya dengan memberikan
senjanya.8 suatu bahan yang berwarna dan meminta lansia untuk
membuat suatu bentuk misalnya segitiga, bujursangkar
B. Perbedaan fungsi kognitif pada kelompok kontrol ataupun lingkaran. Dapat pula dengan cara lansia
dan kelompok intervensi diminta untuk mewarnai suatu sketsa gambar atau
Fungsi kognitif pada kelompok kontrol maupun lansia menggambar kemudian diwarnai. 12 Latihan
kelompok intervensi sebelum dilakukan intervensi senam otak dan art therapy yang dilakukan secara
adalah sama atau seimbang. Hal ini dibuktikan dengan bersamaan dapat memberikan hasil atau meningkatkan
hasil pengujian kesetaraan atau uji homogenitas fungsi fungsi kognitif lansia dengan demensia.
kognitif sebelum intervensi menunjukkan bahwa kedua
kelompok memiliki derajat kesetaraan yang sama Pada kelompok kontrol setelah diberikan senam lansia
dengan nilai p = 0,93 (p value > α = 0,05) atau dengan setiap hari selama 4 (empat) minggu ditemukan adanya
kata lain kedua kelompok tersebut adalah homogen. peningkatan fungsi kognitif yang bermakna
Data ini muncul disebabkan karena dua panti tempat Peningkatan kemampuan kognitif tersebut juga
lansia tinggal berada dalam satu atap atau satu didukung oleh pernyataan bahwa penurunan intensitas
pengelolaan dengan nama PSTW Yogyakarta milik dan durasi aktifitas akan mempercepat proses
pemerintah yang dipimpin oleh seorang kepala panti. penurunan fungsi kognitif. Untuk mencegah terjadinya
Kedua panti tersebut memiliki kegiatan yang sama penurunan fungsi kognitif maka diperlukan aktifitas
setiap harinya. Fasilitas yang diberikan di kedua panti fisik secara rutin dan teratur.6


 
Tabel 2
Analisis Pengaruh Latihan Senam Otak dan Art Therapy Terhadap Fungsi Kognitif
Lansia dengan Demensia Tahun 2012

MDiff
Kelompok Mean N SD SE t df P-Value
(95% CI)
Kontrol
Sebelum 21,56 41 4,97 0,78 -0,46 -3,12 40 0,003*
Sesudah 22,02 41 4,82 0,75 -0,76; -0,16

Intervensi
Sebelum 21,66 41 5,06 0,79 -3,15 -15,55 40 0,000*
Sesudah
24,80 41 4,94 0,77 -3,56; -2,74
*: bermakna pada α = 0,05

Peningkatan fungsi kognitif yang terjadi pada itu terjadi peningkatan fungsi kognitif setelah
kelompok kontrol ini sesuai dengan pernyataan dilakukan senam lansia. Peningkatan nilai fungsi
yang mengatakan bahwa latihan fisik dapat kognitif pada kelompok kontrol ini disebabkan
mengativasi sejumlah faktor yang pada akhirya karena lansia dalam kegiatan sehari-harinya tidak
bermuara pada neurogenesis dengan meningkatkan hanya mendapatkan senam lansia tetapi lansia pada
pengaktifan neuron-neuron yang diperantarai oleh kelompok kontrol ini juga mendapatkan kegiatan
BDNF (Brain Derived Neurotrophin Factor). lain seperti bimbingan ketrampilan, bimbingan
BDNF merupakan neurotropin paling aktif yang psikologi, bimbingan rohani, bermain musik,
membantu menstimulasi dan mengontrol proses menyanyi dan menari. Kegiatan-kegiatan tersebut
neurogenesis. BDNF juga meningkatkan aktivasi juga dapat merangsang fungsi kognitif lansia.
neuron dan sinaps sehingga mempengaruhi sintesis Dari hasil analisis penelitian ini ditemukan bahwa
dan fosforilasi Sinapsin I yang merupakan peningkatan skor rata-rata fungsi kognitif
anggota fosfoprotein spesifik pada terminal saraf kelompok intervensi lebih tinggi daripada
dan terlibat dalam pengeluaran neurotransmiter, kelompok kontrol. Latihan senam otak
pemanjangan akson dan pemeliharaan kontak memberikan solusi yang sederhana untuk belajar
sinaptik. Sehingga latihan fisik atau senam dapat bagi anak-anak dan orang dewasa setiap hari,
membantu meningkatkan fungsi kognitif melalui latihan ini dapat mengatasi kesulitan-kesulitan
peningkatan neurotransmiter.10 seperti membaca menulis, menghitung berbahasa,
musik dan olah raga.1 Penelitian lain juga
Pemberian aktifitas fisik dengan rutin dan teratur menyebutkan bahwa senam otak dapat
juga dilakukan pada kelompok kontrol dengan menurunkan tingkat depresi pada lansia dengan
pemberian senam lansia setiap hari. Oleh karena harga diri rendah.13
Perbedaan skor rata-rata fungsi kognitif pada
lansia dengan demensia yang terjadi pada
24,0 kelompok intervensi disebabkan karena manfaat
Skor MMSE

Latihan senam otak dan art therapy lebih banyak


22,0
pada merangsang aktivitas otak. Disamping itu
20,0 pada setiap kegiatan latihan senam otak dan art
Minggu  Minggu  Minggu  Minggu  Minggu  therapy diawali dengan kuis atau pertanyaan-
0 I II III IV pertanyaan yang terkait dengan orientasi baik
waktu orang maupun tempat. Sedangkan manfaat
Waktu Evaluasi
senam lansia lebih kepada kekuatan otot, tulang
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
dan sendi. Hal ini sesuai dengan penyataan bahwa
senam lansia adalah serangkaian gerak dengan
nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
Gambar 5.1 diikuti oleh orang yang berusia di atas 60 tahun.
Grafik Evaluasi Skor Fungsi Kognitif Keuntungan dari senam lansia ini adalah melatih
Lansia dengan Demensia fisik dan kekuatan tulang yang melibatkan otot-
Tahun 2012
otot besar dan latihan ditambah dengan beberapa
bentuk permainan-permainan untuk meningkatkan


 
koordinasi otak, keseimbangan dan kelenturan. keseimbangan, kekuatan otot dan kelenturan sendi
Sehingga latihan fisik ini bertitik berat lebih pada lansia.21

Tabel 3
Analisis Perbedaan Peningkatan Fungsi Kognitif Antara Kelompok Intervensi dengan Kelompok Kontrol
pada Lansia dengan Demensia
Tahun 2012

No MDiff
Kelompok Mean N SD SE t df P-Value
(95% CI)
Post Intervensi
1
Kontrol 22,02 41 4,82 0,75 -2,78 -2,58 80 0,012*
Intervensi 24,80 41 4,94 0,77 (‐4,93 ; ‐0,63)   
Selisih Pre-post Intervensi
2
Kontrol 0,46 41 0,95 0,15 -2,68 -10,69 80 0,000*
Intervensi 3,15 41 1,30 0,20 (-3,18; -2,18)
*: bermakna pada α = 0,05

Hasil analisis penelitian memaparkan bahwa pada neuron saraf terhadap latihan fisik yang mencapai
kelompok kontrol rata-rata skor fungsi kognitif batas waktu akhir yaitu 6 (enam) minggu.19
sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia
setiap hari selama 4 (empat) minggu KETERBATASAN PENELITIAN
memperlihatkan peningkatan fungsi kognitif yang Penetapan kriteria inklusi pada subyek penelitian
bermakna yaitu sebesar 1,6 %, begitu juga pada demensia tidak dikategorikan ke dalam kategori
kelompok intervensi sesudah diberikan latihan jenis demensia yaitu demensia alzheimer,
senam otak dan art therapy menunjukkan demensia vaskuler dan demensia campuran.
peningkatan yang bermakna dengan kenaikan rata- Keterbatasan fisik lansia seperti mudah lelah dan
rata skor gungsi kognitif sebesar 10,5%. Hal ini tidak kuat berdiri lama menyebabkan lansia dalam
menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi melaksanakan latihan senam otak dalam posisi
peningkatan fungsi kognitif sebelum dan sesudah duduk walaupun pada gerakan-gerakan yang
dilakukan latihan senam otak dan art therapy jauh berdiri, sehingga ada beberapa lansia yang
melebihi peningkatan fungsi kognitif yang terjadi melaksanakan semua gerakan latihan senam otak
pada kelompok kontrol yang dibuktikan adanya dalam posisi duduk sehingga pelaksanaan latihan
selisih rata-rata skor fungsi kognitif antara senam otak tidak maksimal. Begitu juga saat
kelompok kontrol dan kelompok intervensi yaitu melakukan kegiatan art therapy atau menggambar
sebesar 2,68. Data tersebut didukung oleh suatu peneliti yang menuliskan nama responden pada
pernyataan yang menyebutkan Cognitive Training kertas gambar.
seperti senam otak sangat bermanfaat mengatasi
gangguan fungsi kognitif jika ditambah dengan SIMPULAN
tehnik stimulasi kognitif dan psikoterapi seperti 1. Karakteristik lansia dengan demensia baik
terapi seni.22 pada kelompok kontrol di PSTW Yogyakarta
Unit Abiyoso dan kelompok intervensi di
Tetapi walaupun kedua kelompok mengalami Unit Budi Luhur sebagian besar berusia 70 –
peningkatan yang bermakna dan kelompok 79 tahun dengan jenis kelamin sebagian besar
intervensi lebih tinggi dibandingkan peningkatan adalah perempuan. Sebagian besar tingkat
rata-rata skor fungsi kognitif pada kelompok pendidikan lansia dengan demensia adalah
kontrol tetapi secara klinis peningkatan yang tidak sekolah. Riwayat pekerjaan lansia
terjadi pada kelompok intervensi belum dapat dengan demensia sebagian besar adalah
meningkat ke level atau tingkatan berikutnya, bekerja dengan jenis pekerjaan terbanyak
terbukti kedua kelompok memiliki gambaran rata- adalah buruh dan pembantu rumah tangga.
rata skor fungsi kognitifnya baik sebelum maupun Sebagian besar lansia dengan demensia tidak
sesudah diberikan intervensi masih berada pada mendapatkan dukungan keluarga dengan
tingkatan gangguan fungsi kognitif ringan. Hal ini tidak pernah mendapatkan kunjungan
disebabkan karena pemberian latihan senam otak keluarga.
dan art therapy dilakukan selama 4 (empat)
minggu yang merupakan waktu awal dari adaptasi


 
2. Tingkat fungsi kognitif pada lansia dengan Developing Patients. Annaks Academiae
demensia sebelum diberikan intervensi baik Medicae Bialostocensis 49 : 227 – 36.
pada kelompok kontrol maupun intervensi 11. Palestin, B., Nurrachmah, E., & Ariawan, I.
termasuk ke dalam kategori gangguan (2006). Pengaruh Umur, Depresi dan
kognitif ringan. Demensia terhadap disabilitas Fungsional
3. Terdapat peningkatan fungsi kognitif yang lansia di PSTW Abiyoso dan PSTW Budi
bermakna pada lansia dengan demensia Dharma Provinsi D.I Yogyakarta (Adaptasi
sebelum dan sesudah dilakukan latihan senam Model Neuman), Fakultas Ilmu Keperawatan
otak dan art therapy selama 4 (empat) Universitas Indonesia. Tesis tidak
minggu pada kelompok intervensi dan pada dipublikasikan.
kelompok kontrol sebelum dan sesudah 12. Peisah, C., Lawrence, G., & Reutens, S.
dilakukan senam lansia. (2011). Case Report : Creative Solution for
4. Terdapat perbedaan peningkatan fungsi severe dementia with BPSD: a case of Art
kognitif pada lansia dengan demensia Therapy used in a patient and residential care
sesudah dilakukan latihan senam otak dan art setting. School of Psychiatriy, University of
therapy pada kelompok intervensi dan New South Wales, Sydney, Australia.
sesudah senam lansia selama 4 (empat) 13. Prasetya, A.S., Achiryani, S.H., & Susanti, H.
minggu pada kelompok kontrol. (2010). Pengaruh Terapi Kognitif dan Senam
5. Peningkatan fungsi kognitif pada kelompok Latih Otak Terhadap tingkat Depresi dengan
intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan Harga Diri Rendah pada Klien Lansia di Panti
kelompok kontrol dengan selisih perbedaan Tresna Wreda Bakti Yuswa Natar Lampung.
sebesar 2,78 poin. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Tesis tidak dipublikasikan
KEPUSTAKAAN 14. Putranto, P.,L., Bahtera, T., & Rahmawati, D.
1. Anonymous. (2009). Learning Empowered by (2009). Pengaruh Senam Otak Terhadap
Movement; Brain Gym Exercise Wake Up Memori Jangka Pendek pada Anak dari
Brain and Body. Biotech Business Week : 1683. Keluarga Status Ekonomi Rendah. Ilmu
2. Badan Pusat Statistik. (2009). Statistik Kesehatan Anak Universitas Diponegoro
Penduduk Lansia 2009. Jakarta : Penerbit Semarang.
Badan Pusat Statistik. 15. Rohana. (2010). Pengaruh senam vitalisasi
3. BKKBN. (2012). Agar Tak Kesepian. Badan otak terhadap fungsi kognitif pada lansia di
Kependudukan dan Keluarga Berencana Balai Perlindungan Sosial (BPS) Dinas Sosial
Nasional Riau. Februari 6, 2012. Propinsi Banten.
4. Crum, R.M., Anthony, J.C., Basset, S.S., & 16. Rustika & Riyadina, W. (2000). Profil
Folstein, M.F. (1993). Population-Based Penduduk Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta
Norms For Mini Mental State Examination by 17. Sensus Penduduk, (2010). Statistik Penduduk
Age and Educational Level; Journal of Lanjut Usia Indonesia 2010 ; Hasil Sensus
American Medical Association, 29 (18). P. Penduduk 2010. Katalog BPS 4104061 Jakarta
2389. : Badan Pusat Statistik
5. Dennison, P.E., & Dennison, G.E. (2006). 18. Sensus Penduduk, (2010). Statistik Penduduk
Buku Panduan Lengkap Brain Gym ; Senam Lanjut Usia Provinsi DI Yogyakarta 2010 ;
Otak. Ventura California : Edu – Kinesthetics, Hasil Sensus Penduduk 2010. Katalog BPS
Inc. 4104001.34. Jakarta : Badan Pusat Statistik
6. Gelder, B. M. (2004). Physical Activity in 19. Suhartono. (2005). Faktor-faktor
Relation to Cognitive Decline in Elderlymen. Keseimbangan Pada Manusia dan Respon
The Journal of Neurology; 63: 2316 – 2321 Umpan Balik Sensori Integrasi. Jakarta : Unit
7. Grayson, C. (2004). All about Alzheimer. Press.
Retrieved on October 2006. 20. Tampubolon, A. (2008). Hubungan antara
8. Hidayati, L.N. (2009). Hubungan Dukungan terjadinya infark pada lokasi tertentu di otak
Sosial dengan Tingkat Depresi pada lansia di dengan timbulnya Demensia pasca stroke di RS
kelurahan Daleman Tulung Klaten. Dr. Kariadi Semarang.
9. Kim, S., K. (2010). Healthy Aging and Art 21. Tilarso, H. (1988). Latihan Fisik dan Usia Tua;
Therapy. Disertasi. Lesley University. Proquest Majalah Cermin Dunia Kedokteran No. 48. Jakarta.
22. Tsolaki, et al. (2009). Effectiveness of Non
Data Base. Pharmacological Approaches in Patients with Mild
10. Kulak, W., & Sobaniec, W. (2004). Molecular Cognitive Impairment. Original Paper
Mechanism of Brain Palsticity: Neurodegenerative Dis ;8; 138 – 145,. Karger AG,
Neurophysiologic and Neuroimaging Stroke in Basel. Proquest Data Base.


 
PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP
PENURUNAN GEJALA INKONTINENSIA URIN
PADA LANSIA WANITA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI SEJAHTERA
Amilia, Syahida1*, Warjiman2, Ivana, Theresia3
1Mahasiswa STIKES Suaka Insan Banjarmasin
2,3Staff Pendidikan STIKES Suaka Insan Banjarmasin

*Email : Syahidaamilia@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Inkontinensia Urin pada lansia wanita lazim terjadi. Dampak
yang ditimbulkanpun cenderung beragam mulai dari segi kesehatan, psikologis dan
social. Inkontinensia urine pada lansia wanita dapat diturunkan gejalanya dengan
tindakan non farmakologis, salah satunya adalah senam kegel. Senam kegel ini
bertujuan untuk menguatkan otot dasar panggul dan secara tidak langsung
meningkatkan fungsi kandung kemih dalam mengatur aliran urin.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan pre-eksperimental dengan one
gorup pretest and postest. Jumlah sampel 14 orang lansia wanita dengan teknik
sampling menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
kuesioner Resived Urinary Inkontinence Scale (RUIS). Teknik analisa
menggunakan Uji Wilcoxon.
Hasil: p value = 0,001 (<0,005), menunjukkan hasil yang berbeda pada skor
kuesioner RUIS sebelum dan sesudah melakukan senam segel.
Kesimpulan: Adanya pengaruh yang signifikan antara senam kegel terhadap
penurunan gejala inkontinensia urin pada lansia wanita di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru.
Kata Kunci : Inkontinensia Urin, Lansia Wanita, Senam Kegel.
LATAR BELAKANG yaitu: imobilisasi, ketidakstabilan,
Saat ini jumlah usia lanjut terus gangguan mental dan masalah pada
bertambah, dimana diperkirakan pada sistem perkemihan (Setiati dkk, 2007
tahun 2025, orang dengan lanjut usia dalam Wahyudi 2017). Permasalahan
akan mencapai 1,2 milyar orang. terkait system genitourinaria pada
fenomena ini tentu akan lansia biasanya bisa dari ginjal
menimbulkan suatu masalah baik itu dimana terjadi penurunan laju
masalah fisik, mental, social, infiltrasi, pada ureter dimana terjadi
kebutuhan pelayanan kesehatan dan kehilangan tonus otot, lansia tidak
keperawatan terutama kelainan mampu mengosongkan kandung
degenerative (Nugroho, 2008) kemih secara sempurna, cenderung
Menurut Undang-undang no.13 terjadi retensi urin, atau terjadinya
Tahun 1998 tentang kesejahteraan stress inkontinensia dan urgensi
Usia Lanjut, Lansia adalah seseorang inkotinensia atau BPH (Hiperplasia
yang mencapai usia 60 tahun ke atas Prostat Benign) pada laki-laki.
(Maryam, et al., 2010). Sedangkan (Fatimah, 2010).
Smith dan smith (1999) membagi Data World Health Organisation
Usia lanjut menjadi beberapa (WHO), 200 juta penduduk di dunia
golongan yaitu : young old (65-74 mengalami inkontinensia urin. Di
tahun); middle old (75-84 tahun); dan Amerika Serikat, Unites States
old old (lebih dari 85 tahun) (Tamher Department Of Health And Human
& Noorkasiani, 2011). Services (Departement Kesehatan dan
Sebenarnya usia lanjut merupakan Layanan Masyarakat) melaporkan
sesuatu anugerah yang patut pada tahun 2010, prevalensi lansia
disyukuri. Akan tetapi seseorang yang yang menderita inkontinensia urin
telah mencapai usia lanjut pasti akan mencapai 13 juta penduduk dan 85%
mengalami perubahan baik dari segi diantaranya terjadi pada perempuan
fisik, kognitif dan perilaku. Hal ini (Wahyudi, 2017). Sedangkan di
berkaitan erat dimana seseorang yang Indonesia Prevalensi penderita
berusia lanjut yang telah memasuki inkontinensia urin menurut Depkes
tahap akhir dari fase kehidupannya (2012) sekitar 5,8%. Akan tetapi nilai
ataupun terjadinya proses penuaan ini masih belum dapat dipastikan
(Aging Process). Proses penuaan karena masih banyak kasus pada
adalah suatu perubahan dimana lansia yang belum terdata. Hal ini
terjadinya penurunan fungsi organ dapat dikarenakan lansia cenderung
tubuh pada lansia yang ditandai mengabaikan masalah tersebut
dengan perubahan fisik, biologis, dan sehingga tidak melakukan
psikologis. Perubahan fisik biasanya pemeriksaan kesehatan (Karjoyo,
dimana tubuh menjadi rentan Pangemanan, & Onobala, 2016)
terhadap berbagai serangan penyakit Terdapat beberapa masalah
yang dapat menyebabkan berbagai sehinggu timbulya inkontinensia
masalah kesehatan pada lansia, urine, yaitu perubahan struktur pada
bahkan dampak terburuknya bisa system urinaria dan melemahnya otot
mengakibatkan kematian (Fatimah, dasar panggul serta penurunanan
2010). kapasitas kandung kemih (Wahyudi,
Terdapat empat masalah 2017). Dengan adanya kerusakan atau
kesehatan pada lansia yang perlu kelemahan otot dasar panggul maka
mendapatkan perawatan segera, disfungsi disfungsi buang air kecil
dan penurunan organ bisa terjadi pada (33%) lansia wanita lainnya tidak
individu-individu yang sehat, hal mengalami inkontinensia urin atau
inilah yang mencetuskan terjadinya lansia wanita tersebut masih mampu
inkontinensia urin (Lestari, 2011) untuk berkemih secara normal.
Banyak sekali dampak Adapun masalah yang dirasakan
inkontinensia sendiri jika tidak lansia terkait inkotinensia urin yaitu
dilakukan pengobatan. Seperti yang terkadang urin keluar saat sedang
diungkapkan Ghodsbin, et al (2012), batuk, ngompol saat sedang berjalan
dimana inkotinensia urin berdampak cepat, mengompol sebelum sampai ke
pada gangguan hygiene, gangguan toilet, terkencing saat di toilet
psikologis misalnya harga diri rendah sebelum melepaskan celana, tidak
karena sering mengompol, gangguan mampu menahan rasa ingin kencing,
sosial karena malu dengan malam hari sering terbangun untuk
kondisinya, serta komplikasi yang kencing, bisa 3 sampai 4 kali,
mungkin terjadi seperti infeksi frekuensi berkemih di siang hari bisa
saluran kemih, gangguan tidur, 4 sampai 5 kali. Berdasarkan hasil
ataupun penyakit kulit (Jahromi, wawancara, lansia yang tinggal di
Telebizadeh, & Mirzaei, 2013) Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Penanganan inkotinensia urin Sejahtera Banjarbaru mengatakan
dapat dilakukan dengan cara surgical. belum pernah mengetahui serta
Tetapi dengan penanganan tersebut, melakukan senam kegel ataupun
kebanyakan lansia akan merasakan latihan otot dasar panggul. Hal ini
ketakutan dalam menghadapinya. dikarenakan tidak adanya sumber
Sehingga, penanganan yang paling informasi dari petugas klinik ataupun
efektif dalam mengatasi inkotinensia dari penjaga wisma.
urin adalah terapi non-surgical seperti Kesimpulan dari hasil studi
senam kegel (Park & Kang, 2014). pendahuluan yang dilakukan, peneliti
Widiastuti (2011) menjelaskan bahwa menyimpulkan bahwa mayoritas
senam kegel merupakan latihan lansia wanita di Panti Sosial Tresna
kontraksi otot secara aktif yang Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
bertujuan untuk menguatkan otot mengalami gejala inkontinensia urin
rangka pada panggul, sehingga dan belum pernah dilakukan
memperkuat fungsi sfingter eksternal penangan untuk mengatasinya.
pada kandung kemih yang akan sehingga peneliti tertarik untuk
berpengaruh terhadap pengurangan meneliti tentang “Pengaruh Senam
frekuensi inkontinensia urin yang Kegel Terhadap Penurunan Gejala
dialami oleh lansia (Sutarmi, Inkontinensia Urin Pada Lansia
Setyowati, & Astuti, 2016). Wanita Di Panti Sosial Tresna
Hasil studi pendahuluan yang Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
dilakukan peneliti di Panti Sosial Tahun 2018”.
Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru pada tanggal 1 & 2 METODE
November 2017, didapatkan 54 orang Jenis penelitian yang digunakan
(100%) lansia wanita dari 6 wisma adalah kuantitatif dengan rancangan
perempuan dan 1 wisma campuran pre-eksperimental one gorup pretest
laki-laki dan perempuan, bahwa 36 and postest design, yaitu dengan 1
orang (67%) lansia wanita mengalami kelompok intervensi tanpa ada
gejala inkontinensia urin dan 18 kelompok kontrol.Variabel
independen dalam penelitian ini
adalah senam kegel dan variabel Penelitian ini dilakukan di Panti
dependen dalam penelitian ini adalah Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
inkontinensia urin. Banjarbaru pada tanggal 1 Maret
Sampel yang digunakan sampai 3 April 2018, dengan durasi
berjumlah 14 orang lansia wanita 20 menit setiap perlakuan dan
dengan teknik Purposive Sampling. dilakukan 3 kali seminggu selama 4
minggu. Instrument untuk
a. Kriteria inklusi mengumpulkan data menggunakan
1. Lansia yang bersedia menjadi kuesioner baku Resived Urinary
responden. Inkontinence Scale (RUIS) dengan 5
2. Lansia yang dapat item pertanyaan dan skor hasil yaitu :
berkomunikasi secara verbal. 0 = tidak mengalami inkontinensia
3. Lansia yang telah urin
diwawancara dan mengalami 1-2 = inkontinensia urin ringan
gejala inkontinensia urin 3-6 = inkontinensia urin sedang
kategori ringan sampai 8-9 = inkontinensia urin berat
dengan sedang. 12 = inkontinensia urin sangat berat
b. Kriteria Eksklusi Analisa data menggunakan
1. Adanya penyakit penyerta analisa univariat dengan membuat
pada lansia, seperti : penyakit tabel distribusi frekuensi dan analisa
jantung, lumpuh, riwayat bivariat menggunakan uji Wilcoxon
operasi pelvis, cidera tulang Signed Rank untuk mengetahui
belakang, dan cidera panggul. pengaruh senam kegel terhadap
2. Lansia yang mengalami penurunan gejala inkontinensia urin
gangguan kognitif berat. pada lansia wanita.
3. Lansia yang mengalami
gangguan jiwa atau depresi
berat.

HASIL
Analisis Univariat

Tabel 1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Tingkat Pendidikan, Status


Perkawinan dan Riwayat Persalinan
Usia F %
65-74 tahun 14 100
75-90 tahun 0 0
>90 tahun 0 0
TOTAL 14 100
TINGKAT PENDIDIKAN F %
Tidak sekolah 2 14,3
SD 11 78,6
SMP 1 7,1
SMA 0 0
Perguruan Tinggi 0 0
TOTAL 14 100
STATUS PERKAWINAN F %
Menikah 0 0
Tidak menikah 2 14,3
Janda 12 85,7
TOTAL 14 100
RIWAYAT PERSALINAN F %
Melahirkan 11 78,6
(spontan/lewat vagina)
Tidak Melahirkan 3 21,4
Operasi Caesar 0 0
TOTAL 14 100
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa Inkontinensia 6 42,86


karakteristik usia responden 100% urin ringan
berada dalam rentang usia 65-74 Inkontinensia 8 57,14
tahun; tingkat pendidikan responden urin sedang
78,6% (11 orang Lansia) Total 14 100
berpendidikan Sekolah Dasar (SD); Sumber : Data Primer, 2018.
dengan status pernikahan 85,7%
responden (12 orang lansia) adalah Tabel 1.3 mennujukan bahwa 8 orang
janda; dan dengan riwayat persalinan (57,14%) responden mengalami
78,6% (11 orang lansia) pernah inkontinensia sedang sebelum
melahirkan normal atau spontan diberikan perlakuan terapi senam
pervagina. kegel.

Tabel 1.2 Karakteristik Responden Tabel 1.4 Inkontinensia Urin Lansia


Berdasarkan Riwayat Penyakit Yang Wanita Sesudah Pelaksanaan Senam
Pernah di Derita kegel
Riwayat Penyakit F % Kategori Post
DM 2 14,3 F %
Jantung 0 0 Inkontinensia 12 85,72
Cidera panggul 0 0 urin ringan
Cidera 0 0 Inkontinensia 2 14,28
tulang belakang urin sedang
Riwayat 0 0 Total 14 100
Operasi pelvis Sumber : Data Primer, 2018
Tida ada 12 85,7
riwayat penyakit Tabel 1.4 menunjukan bahwa 12
Total 14 100 orang responden (85,72%)
Sumber : Data Primer, 2018 mengalami inkontinensia urin ringan
setelah diberikan tindakan yaitu terapi
Tabel 1.2 menunjukan bahwa 12 senam kegel.
orang (85,7%) responden tidak
memiliki riwayat penyakit. Analisa Bivariat

Tabel 1.3 Inkontinensia Urin Lansia Tabel 1.5 Hasil Uji Normalitas Data
Wanita Sebelum Pelaksanaan Senam
kegel Variabel Z p
Kategori Pre Pre-test 0.798 0.005
F % Post-test 0.640 0.000
Sumber : Data Primer, 2018. gangguan inkontinensia urin pernah
melewati pernikahan. Disamping itu
Tabel 1.5 menunjukan bahwa hasil uji jua data menunjukan sebagian besar
normalitas data dengan menggunakan responden memiliki riwayat
Shapiro-wilk didapatkan hasil nilai persalinan normal. Dari kedua
signifikansi atau nilai p<0,05. gambaran ini peneliti beranggapan
Tabel 1.6 Hasil Uji Wilcoxon bahwa sebenarnya salah satu
penyebab inkontinensia urine adalah
IU N Mean Z p riwayat persalinan. Hal ini
Pre 14 3,57 -3,336 0,001 dikarenakan riwayat persalinan yang
post 14 1,54 dapat menjadi resiko terjadinya
Sumber : Data Primer, 2018. inkontinensia urin jika dengan
persalinan yang lama (Fritel,
Tabel 1.6 memperlihatkan nilai Fauconnier, Levet, & Benifla, 2004).
Signifikansi pada Hasil Uji Wilcoxon Penelitian lainnya menyebutkan
adalah p value = 0,001 atau lebih kecil bahwa riwayat persalinan yang terlalu
dari α 0,05. dekat ternyata dapat mempengaruhi
terjadinya resiko inkontinensia urin
PEMBAHASAN sebesar 30% (Bai, et al., 2004). Pada
Analisa Univariat wanita dengan riwayat kehamilan dan
Responden pada penelitian ini persalinan ≥ 3 kali ternyata memiliki
adalah para lansia wanita dengan resiko lebih tinggi untuk terjadinya
batasan usia 65-74 tahun yang tinggal inkontinensia urin (Tendean, 2007).
di wisma salah satu panti sosial yang Temuan lainnya juga
diperuntukan bagi para lansia. Usia mengungkapkan dimana resiko
pada responden ini termasuk dalam kerusakan otot dasar panggul pada
usia lanjut, dimana menurut UU wanita, salah satunya adalah riwayat
No.13 1998 bahwa usia lanjut adalah persalinan pertama dengan usia
seseorang yang telah mencapai usia kurang dari 20 tahun. Hal ini
60 tahun ke atas (Maryam, et al., berkaitan dengan terjadinya
2010). Sedangkan usia 65-74 penekanan pada otot dasar panggul
termasuk dalam kategori The Young selama sembilan bulan menyebabkan
Old (Fatimah, 2010). melemahnya otot dasar panggul
Orang-orang dengan usia (Jayani, 2010).
lanjut cenderung memiliki resiko Terkait distribusi responden
untuk terjadinya Inkontinensia Urin. berdasarkan riwayat penyakit dan
Seperti yang diungkapkan Fatimah operasi pada penelitian ini memang
(2010) dalam bukunya dimana sebagian besar tidak ada yang
permasalahan pada lansia adalah memiliki riwayat penyakit. Ada
perubahan secara fisik, yaitu beberapa penyakit ataupun tindakan
perubahan Genitourinaria. Lansia operasi yang dapat menjadi faktor
dengan gender wanita cenderung resiko terjadinya inkontinensia urin,
memiliki permasalahan system misalnya penyakit stroke, prolaps
perkemihan lebih besar dibandingkan uteri dan riwayat histerektomi
laki-laki. (Tendean, 2007).
Karakteristik responden Karakteristik responden
lainnya menunjukan bahwa rata-rata berdasarkan tingkat pendidikan dalam
responden yang mengeluh akan penelitian ini menggambarkan bahwa
mayoritas responden masih memberikan kontrol yang baik
berpendidikan rendah yaitu tamat terhadap kandung kemih, walaupun
Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan memakan waktu yang lama dan
hasil tersebut peneliti menganalisa kesabaran tetapi hasilnya cukup
bahwa tingkat pendidikan yang memuaskan (Darmojo, 2011 dalam
rendah dapat mempengaruhi motivasi Novera 2017).
lansia dalam mencari informasi
mengenai penyakit ataupun KESIMPULAN
pengobatan untuk masalah Dari hasil penelitian ini diatas
inkontinensia urin, sehingga mereka dapat ditarik kesimpulan bahwa
cenderung mengabaikan terdapat pengaruh senam kegel
permasalahan ini dan menganggap terhadap penurunan gejala
ketidakmampuan menahan kencing inkontinensia urin pada lansia di Panti
yang mereka alami adalah wajar pada Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
usia tua seperti mereka. Menurut Banjarbaru. Senam kegel tersebut
Teori Notoatmodjo (2010) bahwa akan efektif dilaksanakan jika
pengetahuan seseorang dapat diberikan sebanyak 3 kali dalam
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, seminggu.
semakin tinggi tingkat pendidikan Hasil penelitian ini
diharapkan tingkat pengetahuan diharapkan dapat menjadi landasan
seseorang juga dapat lebih meningkat. bagi pengelola Panti Sosial khusus
Lansia dimanapun berada untuk dapat
Analisa Bivariat memperhatikan lansia terkait gejala
Pada penelitian dari analisa inkontinensia urin dengan
hasil uji Wilcoxon Signed Rank menerapkan senam kegel bagi lansia
menunjukan bahwa nilai signifikansi wanita. Tujuannya adalah tercapainya
(p Value) lebih kecil dibandingkan kesejahteraan lansia dimasa tua.
nilai α 0,05 dan juga terjadinya Hasil penelitian ini juga
penurunan rata-rata inkontinensia diharapkan dapat menjadi landasan
urin pada sebelum dan sesudah senam bagi peneliti-peneliti selanjutnya
kegel. Artinya hasil penelitian ini yang ingin mengembangkan
teradapat pengaruh antara penelitian dibidang Komunitas dan
pelaksanaan senam kegel 3 kali Gerontik. Selain itu hasil penelitian
seminggu dalam rentang waktu 4 ini diharapkan dapat dimanfaatkan
minggu terhadap penurunan gejala dalam mengembangkan bahan ajar
inkontinensia urin lansia wanita di bagi mahasiswa kesehatan terutama
Panti Sosial Tresna Werdha Budi keperawatan.
Sejahtera Banjarbaru.
Penelitian dari penemu dari ACKNOWLEDGMENT
senam kegel, yaitu Arnold Kegel juga Pembimbing 1 Warjiman, MSN;
melaporkan bahwa perbaikan atau Pembimbing 2 Theresia Ivana, MSN ;
kesembuhan mencapai 84% dengan Yohana Gabrilinda selaku
latihan otot dasar panggul untuk Koordinator Research; Lanawati,
wanita dan pria dengan berbagai S.Kep, Ners dan Sapariah Anggraini,
macam tipe inkontinensia urin. M.Kep selaku pembimbing akademik
Setelah 4 sampai 6 minggu di STIKES Suaka Insan Banjarmasin.
melakukan senam kegel secara teratur
akan mengurangi kebocoran urin dan
DAFTAR PUSTAKA Lestari, W. (2011). Perbandingan
Senam Kegel 1x seminggu
Bai, S., Lee, J., Shin, J., Park, J., Kim, dengan 3x seminggu terhadap
S., & Park, K. (2004). The penurunan frekuensi Buang
Predictive Values of Various Air Kecil pada wanita dewasa
Parameters in The Diagnosis suai 50-60 tahun dengan SUI.
of Stress Urinary Portal Garuda. Retrieved
Incontinence. Yonsei Med J, Oktober 20, 2017, from
87-92. http://ojs.unud.ac.id/index.ph
p/mifi/article/view/5629.
Fatimah. (2010). Merawat Manusia
Lanjut Usia Suatu Maryam, R. S., Ekasari, M.,
Pendekatan Proses Rosidawati, Hartini, T.,
Keperawatan Gerontik. Suryati, E., & Noorkasiani.
Jakarta: CV. Trans Info (2010). Asuhan Keperawatan
Medika. Pada Lansia. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Fritel, X., Fauconnier, A., Levet, C.,
& Benifla, J. (2004). Stress Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Urinary Incontinece 4 Years Penelitian Kesehatan Edisi
After the First Delivery : a Revisi Cetakan Pertama.
Retrispective Cohort Survey. Jakarta : Rineka Cipta
Acta Obstet Gynecol Scand.
Novera, M. (2017). Pengaruh Senam
Jahromi, M. K., Telebizadeh, M., & Kegel Terhadap Frekuensi
Mirzaei, M. (2013). The BAK Pada Lansia Dengan
Effect Of Pelvic Muscle Inkontinensia Urine. Jurnal
Exercise On Urinary IPTEKS Terapan. VII.i3
Inkotinency And Self Esteem (240-245).
Of Elderly With Stress Nugroho, W. (2008). Keperawatan
Urinary Incontinency. Global Gerontik & Geriatrik. Jakarta:
Journal of Health Science, 71- EGC.
79.
Park, S., & Kang, C. (2014). Effect Of
Jayani, L. P. D. (2010). Hubungan Kegel Exercise on The
Kelebihan Berat Badan Management Of Female
Dengan Inkontinensia Urin Stress Urinary Incontinence :
Pada Wanita Di Wilayah A Systematic Review of
Surakarta, Diakses tanggal 28 Randomized Controlled
Desember 2017, dari Trials. Advances In Nursing,
https://eprints.uns.ac.id/4723/ 1-10.
1/143181208201002381.pdf.
Sutarmi, Setyowati, T., & Astuti, Y.
(2016). Pengaruh Latihan
Karjoyo, J. D., Pangemanan, D., & Kegel Terhadap Frekuensi
Onobala, F. (2016). Pengaruh Inkontinensia Urin Pada
Senam Kegel Terhadap Lansia Di Unit Rehabilitasi
Frekuensi Inkontinensia Urine Sosial Margo Mukti
Pada Lanjut Usia. e-Journal Rembang. Jurnal Riset
Keperawatan, 1-7. Kesehatan (JRK) Politeknik
Kesehatan Semarang.
Retrieved Oktober 20, 2017,
from http;//ejournal.
Poltekkes.sing.ac.id/ojs/index
.php/jrk.
Tamher, S., & Noorkasiani. (2011).
Kesehatan USia Lanjut
dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Tendean, H. M. (2007, Februari).
Deteksi Inkontinensia Urin
pada Usia Post Menopause
dengan menggunakan
Kuisioner IIQ-7 dan UDI-6.
JKM, 6, 26-42.
Wahyudi, A. (2017). Pengaruh
Latihan Senam Kegel
Terhadap Frekuensi Berkemih
Pada Lansia. 1-11. Retrieved
Oktober 28, 2017, from
http://eprints.ums.ac.id/50141
/1/NASKAH%20PUBLIKAS
I.pdf.

Anda mungkin juga menyukai