Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN I


Program Studi S1 Keperawatan

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Revi Nurhayani 88213002
Syalom Natasya Septiana 88213006
Fatahilah Wangsa Wibisana 88213013
Nabilah Lubnal Wafa 88213015
Zia Agnia Tazkia 88213017
Ani Hayati 88213018
Salma Suciani Putri 88213019
Wisni Yuandari 88213020
Kelas KP. 4A

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
TAHUN 2023
Antapani, Jl. Terusan Sekolah No.1-2 Cicaheum Kec. Kiaracondong
Kota Bandung, Jawa Barat 4028
NAMA : Revi Nurhayani

NIM : 88213002

1. ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI TEKNIK RELAKSASI NAFAS


DALAM SEBAGAI INTERVENSI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH
DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA TIMUR
P : Tn.S dan Ny.E
I : Teknik relaksasi nafas dalam
C : Hasil evaluasi Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari terbukti bahwa
terapi Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan kadar glukosa darah pada Tn. S
351 mg/dL menjadi 111 mg/dL pada Ny. E 385 mg/dL menjadi 193 mg/dL.
O : Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2

2. HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN DIET TERHADAP KADAR GULA DARAH


PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE-II DI RSUD MEURAXA KOTA
BANDA ACEH
P : 100 responden yang merupakan penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan umur > 30
tahun
I : Aktivitas fisik yang terdiri dari latihan aerobic, dan latihan ketahanan, maupun
kombinasi keduanya
C : Diet
O : Tedapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah, serta tedapat
pula hubungan pola diet dengan kadar glukosa darah
3. INTRAVENOUS VERSUS SUBCUTANEOUS INSULIN IN MANAGEMENT OF
HYPERGLYCAEMIA IN INTESIVE CARE
P : 68 responden yang dirawat di ICU denngan usia > 18 tahun dan kadar glukosa darah
> 180 mg/dl
I : infus insulin via intravena
C : infus insulin via subcutan
O : Kadar glukosa darah yang lebih baik dicapai dengan infus insulin intravena
dibandingkan dengan infus insulin subcutan. Namun, frekuensi efek samping lebih
banyak di intravena

4. ASSOCIATION BETWEEN MAGNESIUM STATUS,DIETARY MAGNESIUM


INTAKE,AND METABOLIC CONTROL IN PATIENTS WITH TYPE II DIABETES
MELITUS
P : 119 responden terdiri dari 26 laki – laki, 93 perempuan yang merupakan pasien
diabetes tipe 2
I : Status magnesium, Asupan magnesium
C : Kontrol metabolisme
O : Hipomagnesium pada diabetes mellitus tipe 2 berhubungan langsung dengan control
metabolik yang buruk. Oleh karena itu, harus fokus pada peningkatan status magnesium
dan asupan magnesium yang adekuat pada pasien dengan diaetes mellitus tipe 2

5. LOW-INTENSITY RESISTANCE EXECERCISE REDUCE HYPERGLYCEMIA AND


ENHANCES GLUKOSE CONTROL OVER A 24-HOUR PERIOD IN WOMEN WITH
TYPE 2 DIABETES
P : 12 wanita postmenopause dengan diabetes mellitus tipe 2 antara 48 dan 50 tahun
I : Latihan resistensi intensitas rendah
C : Latihan resistensi intensitas tinggi tidak menunjukan penurunan kadar hiperglikemik
O : Latihan resistensi intensitas rendah secara signifikan menguragi prevalensi
hiperglikemia
NAMA : Wisni Yandari

NIM : 88213020

1. PERBANDINGAN HONEY DRESSING TERHADAP JENIS DRESSING LAINNYA


DALAM PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN DENGAN ULKUS
DIABETIK
P: Pasien dengan ulkus diabetik
I: Honey dressing
C: Dressing jenis lain
O: Proses penyembuhan luka dan berdasarkan telaah kritis yang telah dilakukan, bukti
yang menunjukkan perawatan luka dengan menggunakan honey dressing pada pasien
ulkus diabetik lebih baik dibandingkan dengan dressing jenis lain

2. APLIKASI PERAWATAN LUKA DENGAN MENGGUNAKAN ENZYMATIK


THERAPY: ALOE VERA DALAM MANAJEMEN LUKA DIABETE
P: Pasien Icsada Woundcare yang mempunyai luka diabetic
I: Modern dressing mengunakan hidrogel lidah buaya (Aloevera) serta dengan prinsip
lembab
C: Tanpa debridement
O: Menunjukkan hasil yaitu terdapatnya perubahan jaringan yang terjadi pada beberapa
komponen pengkajian luka menurut Betes Jensen antara lain berkurangnya ukuran luka,
kedalaman luka, prosentase granulasi, epitelisasi, berkurangnya jumlah jaringan nekrosis
serta jumlah slough

3. IMPACT OF LIFESTYLE INTERVENTION AMONG PREDIABETIC INDIVIDUALS


P: 125 orang pradiabetes (pria = 89, wanita = 36) berusia antara 18 dan 50 tahun dari
Rumah Sakit Arthur Asirvatham di Madurai
I: Gaya hidup diet rendah kalori, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan tinggi serat
dalam makanan sehari-hari
C: Gaya hidup konsumsi makanan manis, gorengan, minuman dingin, dan makanan cepat
saji
O: Intervensi gaya hidup lebih efektif dalam mencegah diabetes. Terjadi penurunan rata-
rata asupan kalori total, karbohidrat, lemak dan serat. Seiring dengan olahraga teratur,
peningkatan yang nyata dalam profil glikemik dan profil lipid para peserta diamati dalam
penelitian ini, yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan di pusat kesehatan di
Selandia Baru

4. MANAGEMENT OF BULLOUS PEMPHIGOID WITH DIABETES MELLITUS TYPE


II
P: Pasien wanita berusia 65 tahun dirawat di rumah sakit AVBRH di bangsal dermatolog
I : Management medis seperti injeksi insulin
C: Pendidikan kesehatan berupa diet yang dilaksanakan
O: Hasil management klinis berupa pengurangan gejala nyeri dan gatal serta kondisi
pasien yang membaik

5. AN INTEGRATED PSYCHOSOMATIC TREATMENT PROGRAM FOR PEOPLE


WITH DIABETES (PSY-PAD)
P: 143 pasien dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang dirawat di sebelas praktik khusus
diabetologis
I: Perawatan lintas sektoral, berorientasi psikodinamik, psikososial dan psikosomatis
terpadu
C: Perawatan standar yang dioptimalkan
O: Hasilnya perawatan lintas sektoral, berorientasi psikodinamik, psikososial dan
psikosomatis terpadu mampu mencapai perbaikan yang relavan dalam control glikemik
dibandingkan dengan perawatan standar yang di optimalkan.
NAMA : Ani Hayati

NIM : 88213018

1. EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI BENSON DAN NAFAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN YANG DI LAKUKAN PERAWATAN
ULKUS DIABETIK DI RSUD TUGUREJO
P : 30 responden dengan teknik quota sampling, dibagi menjadi dua kelompok
I : Teknik relaksasi benson
C : Nafas dalam
O : Teknik relaksasi benson dan nafas dalam saat perawatan luka diabetik dapat mengurangi
nyeri pasien

2. PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN NYAMAN NYERI PADA PASIEN DIABETES


MELLITUS TIPE 2 DENGAN SENAM KAKI
P : 2 pasien sesuai dengan kriteria inklusi
I : Senam Kaki
C : Terpenuhinya rasa aman nyaman pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami nyeri
O : Senam kaki dapat menurunkan skala nyeri

3. EFFECT OF DEEP TISSUE LASER THERAPY TREATMENT ON PERIPHERAL


NEUROPATHIC PAIN IN OLDER ADULTS WITH TYPE 2 DIABETES: A PILOT
RANDOMIZED CLINICAL TRIAL
P : Semua peserta diacak ke kelompok DTLT dan 85% (17dari 20) peserta diacak ke
kelompok SLT
I : Terapi laser jaringan dalam
C : Setelah periode intervensi 12 minggu, tingkat nyeri menurun secara signifikan pada
kedua kelompok dan secara signifikan lebih rendah pada kelompok DTLT dibandingkan SLT
O : Terapi laser jaringan dalam secara signifikan mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan neuropati perifer diabetic
4. EFFECT OF HIGH-FREQUENCY (10-KHZ) SPINAL CORD STIMULATION IN
PATIENTS WITH PAINFUL DIABETIC NEUROPATHY A RANDOMIZED CLINICAL
TRIAL
P : 216 pasien acak, 136 (63,0%) adalah laki-laki, dan usia rata-rata (SD) adalah 60,8 (10,7)
tahun
I : Stimulasi Sumsum Tulang Belakang Frekuensi Tinggi (10-kHz)
C : Untuk kelompok CMM, rata-rata skor nyeri VAS adalah 7,0 cm (95% CI, 6,7-7,3) pada
awal dan 6,9 cm (95% CI, 6,5-7,3) pada 6 bulan. Untuk kelompok SCS plus CMM 10-kHz,
rata-rata skor nyeri VAS adalah 7,6 cm (95% CI, 7,3-7,9) pada awal dan 1,7 cm (95% CI,
1,3-2,1) pada 6 bulan.
O : Penghilang rasa sakit yang substansial dan peningkatan kualitas hidup terkait kesehatan
yang dipertahankan selama 6 bulan

5. EFFECT OF DIFFERENT EXERCISE TRAINING INTENSITIES ON


MUSCOLOSKELETAL AND NEUROPATHIC PAIN IN INACTIVE INDIVIDUALS
WITH TYPE 2 DIABETES – PRELIMINARY RANDOMISED CONTROLLED TRIAL
P : 30 orang dewasa
I : Intensitas pelaksanaan pelatihan yag berbeda pada Muskuloskeletal
C : Tidak ada perbedaan dalam fungsi sensorik yang diamati antara kelompok. Tingkat efek
samping yang serupa terlihat pada kedua intervensi latihan (19 C-HIIT; 17 C-MICT),
semuanya kecuali satu yang ringan.
O : Kombinasi latihan aerobik dan resistensi intensitas tinggi dapat diresepkan dengan aman
untuk individu yang tidak aktif dengan DM T2 dan dapat mengurangi nyeri muskuloskeletal
tetapi bukan gejala neuropatik.
NAMA : Zia Agnia Tazkia

NIM : 88213017

1. PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF KAKI TERHADAP RISIKO


TERJADINYA ULKUS KAKI DIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI
DESA KALIWINING KABUPATEN JEMBER

P : 30 responden yang dibagi menjadi 15 responden pada kelompok perlakuan dan 15 responden
pada kelompok kontrol

I : Range of Motion (ROM) aktif kaki

C : Hasil uji t dependen menunjukkan adanya perbedaan signifikan nilai risiko ulkus kaki
diabetik sebelum dan sesudah dilakukan ROM aktif kaki pada kelompok perlakuan (p=0,000)
dan kelompok kontrol (p=0,000).

O : Terdapat pengaruh ROM aktif kaki terhadap risiko ulkus kaki diabetik pada pasien DM tipe
2. Perawat diharapkan dapat menerapkan latihan ROM aktif kaki sebagai salah satu intervensi
untuk mencegah timbulnya ulkus kaki diabetik.

2. MOTIVASI LATIHAN FISIK PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

P : 5 responden terdiri dari 4 responden berjenis kelamin perempuan dan laki – laki 1 responden.
Rata – rata lama partisipan menderita DM adalah 8,6 tahun dengan rentang usia 50 – 65 tahun

I : Motivasi latihan fisik

C : Hasil penelitian menunjukan motivasi berpengaruh terhadap penderita DM untuk melakukan


latihan fisik.

O : Motivasi penderita DM melakukan latihan fisik dipengaruhi oleh harapan untuk


menstabilkan gula darahnya, pengalaman baik dari diri sendiri maupun orang lain serta sikap
yang muncul karena dalam diri klien sudah terbekali suatu pengetahuan. Lingkungan yang
bersih, sejuk dan nyaman, demikian pula adanya suatu dukungan dari keluarga dimana dukungan
tersebut dapat berbentuk dana, perhatian dan informasi. Harapan, sikap dan pengetahuan
merupakan faktor intrinsik sedangkan lingkungan dan dukungan merupakanfsktor ektrinsik
diabetesi melakukan latihan fisik. Disarakan diabetesi dapat saling memotivasi untuk melakukan
latihan fisik

3. THE EFFECTS OF THE PHYSICAL PROCEDURES IN PATIENTS WITH DIABETIC


NEUROPATHY

P : : 60 responden yang dibagi menjadi kelompok A (n=30) diobati dengan terapi fisik (PT) dan
kelompok B (n=3=) diobati dengan asam alfa lipoat (ALA)

I : Terapi fisik

C : Asam alfa lipoat

O : Penelitian kamu menunjukkan bahwa terapi fisik memiliki pengaruh yang lebih besar yang
lebih besar dalam pengurangan nyeri dari pada asam alfa lipoat pada pasien DM DSP

4. EFEKTI DVONEDELJNOG PROGRAMA INDIVIDUAINO DOZIRANE FIZICKE


AKTIVNOSTI NA INSULINSKU REZISTENCIJU KOD GOJAZNIH INSULIN-
NEZAVISNIH DIJABETICARA
P : 10 responden DM tipe 2
I : Aktivitas fisik aerobik
C : Pengaruh aktivitas fisik aeribik yang dilakukan selama 14 hari 10 sesi jalan kaki 35 menit
terbukti memperoleh peningkatan yang signifikan pada M/(1,23±0,78 vs 2,42±0,95 (mg/kg/min)
(ml)p<0,001, 96,75%)
O : Hasilnya menunjukkan bahwa program pelatihan aerobic dua minggu yang diterapkan pada
subjek kami memiliki efek yang sangat signifikan terhadap peningkatan kapasitas aerobic dan
sensitifitas insulin

5. EFFECTIVENESS OF QIGONG GYMNASTICS ON DECREASING BLOOD GLUCOSE IN


PATIENTS DIABETES MELLITUS TYPE 2
P : 48 responden pasien diabetes mellitus tipe 2
I : Senam qigong

C: Pengaruh senam qigong yang dilakukan selama 1,2, dan 3 kali seminggu terbukti menurunkan
kadar gula darah sebelum senam qigong mengalami p-value 0,0433&gt, 0,05 dan setelah
dilakukan senam didapat p-value 0,018&lt;0,05

O : Senam qigong fektif menurunkan kadar gula darah pada paseien diabetes mellitus tipe 2.
Oleh karena itu disarankan bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2 untuk selalu melakukan
aktivitas fisik seperti Senam Qigong dan memeriksakan kadar glukosa darah ke petugas
kesehatan secara teratur sehingga tekanan darah dapat dikontrol.
NAMA : Salma Suciani Putri

NIM : 88213019

1. PENERAPAN MANAJEMEN NUTRISI PADA ASUHAN KEPERAWATAN


DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT
NUTRISI
P : Ny.Z dan Ny.A

I : monitor kadar glukosa darah dan monitor tanda dan gejala hiperglikemia, memberikan
cairan asupan oral, menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga atau Latihan
kolaborasi pemberian insulin

C : Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien 1 yang berumur 39 tahun
dengan berat badan 47 kg dan IMT 18,3 dan pada pasien 2 yang berumur 67 tahun
dengan berat badan 48 kg dan IMT 18,7 didapatkan data adanya masalah defisit nutrisi
pada kedua pasien dengan diagnosa medis DM Tipe II. Setelah diberikannya
implementasi berupa indetifikasi status nutrisi (IMT), tindakan oral hygiene, dan edukasi
diet DM didapatkan bahwa maslah defisit nutrisi pada pasien teratasi ditandai dengan
kenaikan BB dan IMT selema dilakukannya implementasi keperawatan.

O : Manajemen Nutrisi bertujuan untuk meningkatkan intake nutrisi yang seimbang, serta
merupakan gambaran bagi penderita tentang jenis nutrisi yang dibutuhkan bagi penderita
Diabetes Mellitus tipe 2.

2. MANAJEMEN NUTRISI PASIEN MELITUS TIPE II DENGAN MASLAH


DESIFIT NUTRISI
P : Ny.L dan Ny.N

I : Mengatasi masalah pola nafas tidak efektif dan kurang nafsu makan dan IMT masih
kurang dari normal

C : Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan pada kedua pasien selama 3 hari untuk
mengatasi defisit nutrisi didapatkan adanya rasa mual berkurang. Selain itu setelah
diberikan edukasi tentang diet DM kedua pasien mampu mengetahui bagaimana cara diet
DM yang benar.

O : Kondisi kedua Pasien berangsur membaik, dan mual muntah yang dirasakan tidak
parah lagi. Ny.L dan Ny.N dianjurkan dapat menerapkan kembali diet diabetes mellitus
yang benar dirumah sesuai dengan apa yang diajarkan. Semua kriteria evaluasi sudah
sesuai, semua masalah teratasi sebagian. Sehingga intervensi tetap dilanjutkan oleh
perawat ruangan. Selain itu, penulis juga memberikan penguat dan dukungan kepada
pasien untuk tetap menjaga pola makan

3. ASSOCIATION OF VITAMIN B12 DEFICIENCY AND METFORMIN USE IN


PATIENTS PRESENTING WITH TYPE II DIABETES MELLITUS.

P : Semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan mengunjungi OPD

I : Defisiensi vitamin B12

C : Dua ratus delapan puluh pasien dengan diabetes melitus dimasukkan. Seratus tujuh
puluh satu (61,07%) adalah laki-laki dan 109 (38,93%) adalah perempuan, dengan usia
rata-rata 59,52 ± 12,441. Kekurangan vitamin B12 pada kelompok I terlihat pada 30
(10,71%) dan pada 9 pasien (3,21%) pada kelompok II (OR >1).

O : Pasien dengan penggunaan metformin memiliki defisiensi vitamin B12 yang


terdokumentasi dan oleh karena itu harus diskrining khususnya bagi mereka yang
menjalani terapi jangka panjang.

4. PREVALENCE OF VITAMIN D3 DEFICIENTY IN PATIENTS WITH TYPE II


DIABETES AND PROTEINURIA
P : Pasien dengan diabetes tipe 2

I : Diet antidiabetes atau hipoglikemik oral

C : Dari 109 pasien yang diskrining untuk penelitian ini, 19 di antaranya memiliki kadar
vitamin D3 yang normal. Dengan demikian, prevalensi pasien dengan defisiensi vitamin
D3 pada sampel penelitian adalah 82,56%, sedangkan nilai normal vitamin D3 ditemukan
pada 17,43% subjek, di mana 10 (52,63%) adalah laki-laki dan 9 (47,36%). ) wanita.

O : Perawatan individu dengan suplemen vitamin D3 diperlukan dengan interval


intermiten, yang harus disesuaikan dengan pola makan dan paparan sinar matahari.

5. IMPACT OF PHYSICIAN LED LIFE STYLE MODIFICATIONS (DIET AND DAILY


STEP COUNT BY USING PEDOMETER) ON GLYCEMIC CONTROL OF
PATIENTS WITH TYPE II DIABETIC

P : Pasien diabetes

I : Non farmakologi, Peningkatan pemanfaatan kalori, penurunan resistensi insulin, lebih


banyak produksi insulin, lebih sedikit asupan karbohidrat, modifikasi neuroendokrin dll
telah menjadi beberapa mekanisme yang dapat meningkatkan kontrol glikemik di antara
pasien diabetes

C : Hasil kami mendukung asumsi ini dan modifikasi diet yang dikatakan oleh dokter
sesuai dengan pedoman WHO membantu pasien dalam mempertahankan kontrol
glikemik

O : Perbedaan yang signifikan secara statistik dalam kontrol glikemik pada pasien yang
menerima modifikasi gaya hidup yang dipimpin dokter selain pengobatan biologis
konvensional daripada mereka yang hanya Dampak Modifikasi Gaya Hidup yang
Dipimpin Dokter.
NAMA : Nabilah Lubnal .W.

NIM : 88213015

1. PENGELOLAAN PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK DENGAN PEMBERIAN


RESUSITASI CAIRAN DI IGD RSUD TUGUREJO SEMARANG

P: 2 orang pasien gangguan hipovolemik

I: Pemberian Resusitasi cairan

C: Hasil observasi sebelum dan sesudah pemberian resusitasi cairan heart rate pada kedua
responden terjadi penurunan, terjadi penurunan suhu 0,3°C pada responden ke dua,
saturasi oksigen pada angka 100%, dan respiration rate pada kedua responden rata-rata
pada angka 20-24.

O: Hasil dari pemberian manajemen pengelolaan resusitasi cairan pada pasien dengan
syok hipovolemik yaitu pasien dapat tertangani dengan tepat, setelah diberikan tindakan
status hemodinamik pasien menjadi lebih stabil.

2. LIFESTYLE INTERVEUNTIONS ON PREVENTION OF TYPE II DIABETES MELITUS IN


PRE-DIABETES PATIENTS
P: pasien pra-diabetes.

I: Perubahan gaya hidup yang berfokus pada pengaturan pola makan termasuk diet
(nutrisi).

C: Peningkatan aktivitas fisik 150 menit seminggu oleh 74% kelompok intervensi pada
24minggu

O: ntervensi gaya hidup efektif dapat mencegah risiko perkembangan DM tipe 2 pada
penderita pradiabetes, yang ditandai dengan peningkatan sensitivitas insulin, penurunan
glukosa plasma kapiler, HbA1C, HOMA-IR, penurunan berat badan, BMI, lingkar
pinggang, persentase lemak tubuh dan massa lemak peningkatan aktivitasfisik,perilaku
kesehatan, dan manajemen stres.
3. PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) IS EFFECTIVE TO LOWER
BLOOD GLUCOSE LEVELS OF PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS

P: Pasien penderita diabetes dari umur 33-60 tahun

I: progressive muscle relaxation

C: Terapi Relaksasi Otot Progresif (ROP)

O: Pasien T2DM yang dirawat di rumah sakit mampu mempraktekkan PMR untuk
menurunkan darah kadar glukosa. Latihan PMR menjadi efektif bila dilakukan terus
menerus, berirama intensitas, bertahap, dan memiliki daya tahan.

4. EFECTIVENESS OFF COUNSELLING IN THE MANAGEMENT OF ANXIETY


AMONG THE ELDERLY DIABETIC PATIENT

P : Pasien lansia diabetes

I : Efektivitas konseling

C: Keberhasilan konseling dalam skor kecemasan post-test yang disesuaikan dari


kelompok eksperimen yang banyak menangani masalah psikologis sangat tinggi terutama
pada kelompok rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

O: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling efektif dalam Oleh karena itu
mengurangi kecemasan di antara pasien diabetes. Kemanjuran konseling dalam skor
kecemasan post-test yang disesuaikan dari kelompok eksperimen

5. ASSES THE EFFECTIVENESS PLANNED TEACHING PROGRAMAN ON


KNOWLEDGE REGARDING HYPOGLUCEMIA AMONG THE DIABETIC
PATIENT

P: pasien diabetes usia 60 tahun

I: Planned Teaching Programm On Knowledge Regarding Hypoglycemia


C: program pengajaran yang direncanakan

O: Penelitian menunjukkan bahwa setelah melakukan program pengajaran yang


direncanakan ada peningkatan pengetahuan tentang hipoglikemia di antara pasien
diabetes dan ada perbedaan yang sangat signifikan pada skor pre test dan post test.

NAMA : Fatahilah wangsa wibisana

NIM : 88213013

1. IMPLEMENTASI SELFCARE ACTIVITY PENDERITA DIABETES MELITUS DI


WILAYAH PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

P : 112 penderita DM2

I : meningkatkan minim pengetahuan self care penderita pasien dm di daerah perdesaan

C : rancangan deskriptif kuantitatif, untuk mengetahui gambaran fenomena implementasi


self care activity pada penderita DM. Sampel diambil secara total sebanyak 112
responden yang berkunjung ke Puskesmas dalam rentang waktu 1 bulan

O : Selfcare Activity bertujuan untuk melindungi serta mengurangi resiko cidera bagi
penderita Diabetes Mellitus tipe 2.

2. EFEKTIVITAS MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP SENSASI PROTEKSI KAKI


PADA PASIEN DIABETES MELITUS

P : 95 responden

I : mengatasi Peningkatan kadar gula darah pada pasien DM dapat mengakibatkan


neuropati perifer dan terjadi penurunan sensasi proteksi kaki.

C : Uji statistik Wilcoxon menunjukkan terdapat perubahan sensasi proteksi kaki


sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p= 0.02 (< 0.05); dan uji statistik Mann-
Whitney menunjukkan terdapat perbedaan signifikan sensasi proteksi kaki pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p=0.000. Secara simultan variabel
independen dalam penelitian ini memberikan pengaruh sebanyak 40.7 % terhadap sensasi

pr: Terjadi oteksi kaki

O: Penurunan sensasi proteksi kaki pada pasien diabetes melitus yang dapat mecegah
terjadinya ulkus diabetik.

3. WOUND COMPLICATIONS DUE TO DIABETES IN PATIENTS UNDERGOING


ABDOMINAL SURGERY

P : 183 pasien dengan Diabetes tipe I

I : komplikasi pada area abdomen paska operasi pada pasien DM II

C : Infeksi (13,1%) adalah komplikasi luka yang paling umum di antara populasi target
diikuti oleh nyeri. Usia rata-rata pasien yang menjalani operasi adalah 40,13 ± 4,945
tahun. Durasi yang panjang dari lama dan indeks massa tubuh yang tinggi memiliki
hubungan yang signifikan dengan adanya komplikasi luka di antara pasien diabetes tipe 2
yang menjalani operasi abdomen

O : Pasien dengan diabetes melitus perlu perhatian khusus ketika akan dan setelah
dilakukanya tindakan operasi pada bagian abdominal untuk mengurangi resiko cedera
luka pada area paska operasi

4. THE INFLUENCE OF DIABETES MELITUS TYPE II ON THE CENTRAL


CORNEAL THICKNESS THE INFLUENCE OF DIABETES MELITUS TYPE II ON
THE CENTRAL CORNEAL THICKNESS

P : 96 Pasien dengan diabetes tipe 2

I : pengujian pengaruh DM tipe 2 terhadap ketebalan kornea sentral

C : Dengan hanya menganalisis pasien DM, nilai CCT tertinggi diamati pada pasien yang
memiliki HbA1C > 7,0%, serta mereka yang telah mengobati DM selama lebih dari 15
tahun, dengan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam kaitannya dengan
subkelompok pasien yang sesuai (p = 0,002 dan p = 0,037)

O : terkuat pada TIO dan selanjutnya TIO memiliki pasien dengan kontrol glikemik
yang buruk, serta mereka yang telah mengobati DM selama lebih dari 15 tahun yang
menandakan kurangnya pengaruh signifikat terhadap ketebalan kornea sentral.

5. TINGKAT KEPARAHAN GLAUKOMA SUDUT TERBUKA PRIMER PADA


PASIEN DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES

P : 221 pasien

I : Untuk mengevaluasi tingkat keparahan POAG pada pasien dengan diabetes

C: Analisis menggunakan SPSS versi 20 dilakukan. Tingkat keparahan POAG ditemukan


secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan HTN, DM, atau keduanya ketika
dievaluasi berdasarkan kehilangan anatomi dan fungsional

O: Terteranya hasil dengan adanya perusakan indra penglihatan pada pasien diabetes
melitus yang meninggkatkan resiko cedera pada penderita dm dengan tingkat keparahan
POAG.
Nama : Syalom Natasya Septiana

Nim : 88213006

1. APLIKASI PEMBERIAN PHMB GEL (POLIHHEXAMETHYLENE BIGUANIDE


GEL) PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS UNTUK KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT

P : Ny.S Dengan Kerusakan Integritas Kulit


I : PHMB Gel (Polihhexamethylene Biguanide Gel)
C : Efektif meringankan kerusakan kulit
O: Hasil evaluasi masalah kerusakan integritas kulit teratasi . Masalah teratasi
dipengaruhi oleh faktor mekanisme perawatan luka menggunakan PHMB Gel

2. ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN LUKA LEMBAB PADA PASIEN


DIABETES MELLITUS

P: pasien yang mengalami ulkus diabetikum


I : perawatan luka lembab
C : Hasil didapatkan keluhan utama pasien luka kaki yang lama sembuh
O: Hasil evaluasi yang dilakukan selama tiga hari menunjukan nyeri yang berkurang,
resiko infeksi teratasi dan perubahan luka yang cukup baik.

3. FRUIT AND VEGETABLE PRESCRIPTION PROGRAM FOR DIABETES


CONTROL AMONG COMMUNITY HEALTH CENTERS IN RURAL IDAHO
AND OREGON

P: orang dewasa dengan diabetes positif


I: pengendalian diabetes di pedesaan Idaho dan oregon
C: efektif meningkatkan pengendalian diabetes
O: hasil uji menunjukan penurunan yang signifikan.
4. EFFECTIVENESS OF SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) BASED
GLYCAEMIC CONTROL

P: 218 pasien dengan diabetes


I: efektivitas control glikemik berbasis short massage service (SMS)
C: Grup A diberi paket SMS yang disesuaikan setiap hari selama 6 bulan. Sedangkan,
Grup B hanya diberi instruksi diet tercetak
O: penggunaan intervensi berbasis SMS terstruktur di Grup A menunjukkan
penurunan yang signifikan secara statistic pada kadar HbA1c dibandingkan dengan
Grup B (P-nilai <0,05)

5. EFFECTIVENESS OF COUNSELLING IN THE MANAGEMENT OF ANXIETY


AMONG THE ELDERLY DIABETIC PATIENS

P : 30 pasien diabetes lansia


I : efektivitas konselling pada kecemasan di antara pasien diabetes lanjut usia
C : perbandingan kelompok control dan eksperimen pasien diabetes pada kecemasan
O: hasil penelitian ini menunjukan bahwa konseling efektif dalam mengurangi
kecemasan pada pasien diabetes. Konseling efektif dalam mengobati depresi ,
kecemasan, dan masalah neurotic lainnya. Tingkat kecemasan pada pasien lansia
diabetes dapat dikelola dengan konseling psikologis

Anda mungkin juga menyukai