Disusun Oleh :
Kelompok 2
Revi Nurhayani 88213002
Syalom Natasya Septiana 88213006
Fatahilah Wangsa Wibisana 88213013
Nabilah Lubnal Wafa 88213015
Zia Agnia Tazkia 88213017
Ani Hayati 88213018
Salma Suciani Putri 88213019
Wisni Yuandari 88213020
Kelas KP. 4A
NIM : 88213002
NIM : 88213020
NIM : 88213018
NIM : 88213017
P : 30 responden yang dibagi menjadi 15 responden pada kelompok perlakuan dan 15 responden
pada kelompok kontrol
C : Hasil uji t dependen menunjukkan adanya perbedaan signifikan nilai risiko ulkus kaki
diabetik sebelum dan sesudah dilakukan ROM aktif kaki pada kelompok perlakuan (p=0,000)
dan kelompok kontrol (p=0,000).
O : Terdapat pengaruh ROM aktif kaki terhadap risiko ulkus kaki diabetik pada pasien DM tipe
2. Perawat diharapkan dapat menerapkan latihan ROM aktif kaki sebagai salah satu intervensi
untuk mencegah timbulnya ulkus kaki diabetik.
P : 5 responden terdiri dari 4 responden berjenis kelamin perempuan dan laki – laki 1 responden.
Rata – rata lama partisipan menderita DM adalah 8,6 tahun dengan rentang usia 50 – 65 tahun
P : : 60 responden yang dibagi menjadi kelompok A (n=30) diobati dengan terapi fisik (PT) dan
kelompok B (n=3=) diobati dengan asam alfa lipoat (ALA)
I : Terapi fisik
O : Penelitian kamu menunjukkan bahwa terapi fisik memiliki pengaruh yang lebih besar yang
lebih besar dalam pengurangan nyeri dari pada asam alfa lipoat pada pasien DM DSP
C: Pengaruh senam qigong yang dilakukan selama 1,2, dan 3 kali seminggu terbukti menurunkan
kadar gula darah sebelum senam qigong mengalami p-value 0,0433>, 0,05 dan setelah
dilakukan senam didapat p-value 0,018<0,05
O : Senam qigong fektif menurunkan kadar gula darah pada paseien diabetes mellitus tipe 2.
Oleh karena itu disarankan bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2 untuk selalu melakukan
aktivitas fisik seperti Senam Qigong dan memeriksakan kadar glukosa darah ke petugas
kesehatan secara teratur sehingga tekanan darah dapat dikontrol.
NAMA : Salma Suciani Putri
NIM : 88213019
I : monitor kadar glukosa darah dan monitor tanda dan gejala hiperglikemia, memberikan
cairan asupan oral, menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga atau Latihan
kolaborasi pemberian insulin
C : Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien 1 yang berumur 39 tahun
dengan berat badan 47 kg dan IMT 18,3 dan pada pasien 2 yang berumur 67 tahun
dengan berat badan 48 kg dan IMT 18,7 didapatkan data adanya masalah defisit nutrisi
pada kedua pasien dengan diagnosa medis DM Tipe II. Setelah diberikannya
implementasi berupa indetifikasi status nutrisi (IMT), tindakan oral hygiene, dan edukasi
diet DM didapatkan bahwa maslah defisit nutrisi pada pasien teratasi ditandai dengan
kenaikan BB dan IMT selema dilakukannya implementasi keperawatan.
O : Manajemen Nutrisi bertujuan untuk meningkatkan intake nutrisi yang seimbang, serta
merupakan gambaran bagi penderita tentang jenis nutrisi yang dibutuhkan bagi penderita
Diabetes Mellitus tipe 2.
I : Mengatasi masalah pola nafas tidak efektif dan kurang nafsu makan dan IMT masih
kurang dari normal
C : Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan pada kedua pasien selama 3 hari untuk
mengatasi defisit nutrisi didapatkan adanya rasa mual berkurang. Selain itu setelah
diberikan edukasi tentang diet DM kedua pasien mampu mengetahui bagaimana cara diet
DM yang benar.
O : Kondisi kedua Pasien berangsur membaik, dan mual muntah yang dirasakan tidak
parah lagi. Ny.L dan Ny.N dianjurkan dapat menerapkan kembali diet diabetes mellitus
yang benar dirumah sesuai dengan apa yang diajarkan. Semua kriteria evaluasi sudah
sesuai, semua masalah teratasi sebagian. Sehingga intervensi tetap dilanjutkan oleh
perawat ruangan. Selain itu, penulis juga memberikan penguat dan dukungan kepada
pasien untuk tetap menjaga pola makan
C : Dua ratus delapan puluh pasien dengan diabetes melitus dimasukkan. Seratus tujuh
puluh satu (61,07%) adalah laki-laki dan 109 (38,93%) adalah perempuan, dengan usia
rata-rata 59,52 ± 12,441. Kekurangan vitamin B12 pada kelompok I terlihat pada 30
(10,71%) dan pada 9 pasien (3,21%) pada kelompok II (OR >1).
C : Dari 109 pasien yang diskrining untuk penelitian ini, 19 di antaranya memiliki kadar
vitamin D3 yang normal. Dengan demikian, prevalensi pasien dengan defisiensi vitamin
D3 pada sampel penelitian adalah 82,56%, sedangkan nilai normal vitamin D3 ditemukan
pada 17,43% subjek, di mana 10 (52,63%) adalah laki-laki dan 9 (47,36%). ) wanita.
P : Pasien diabetes
C : Hasil kami mendukung asumsi ini dan modifikasi diet yang dikatakan oleh dokter
sesuai dengan pedoman WHO membantu pasien dalam mempertahankan kontrol
glikemik
O : Perbedaan yang signifikan secara statistik dalam kontrol glikemik pada pasien yang
menerima modifikasi gaya hidup yang dipimpin dokter selain pengobatan biologis
konvensional daripada mereka yang hanya Dampak Modifikasi Gaya Hidup yang
Dipimpin Dokter.
NAMA : Nabilah Lubnal .W.
NIM : 88213015
C: Hasil observasi sebelum dan sesudah pemberian resusitasi cairan heart rate pada kedua
responden terjadi penurunan, terjadi penurunan suhu 0,3°C pada responden ke dua,
saturasi oksigen pada angka 100%, dan respiration rate pada kedua responden rata-rata
pada angka 20-24.
O: Hasil dari pemberian manajemen pengelolaan resusitasi cairan pada pasien dengan
syok hipovolemik yaitu pasien dapat tertangani dengan tepat, setelah diberikan tindakan
status hemodinamik pasien menjadi lebih stabil.
I: Perubahan gaya hidup yang berfokus pada pengaturan pola makan termasuk diet
(nutrisi).
C: Peningkatan aktivitas fisik 150 menit seminggu oleh 74% kelompok intervensi pada
24minggu
O: ntervensi gaya hidup efektif dapat mencegah risiko perkembangan DM tipe 2 pada
penderita pradiabetes, yang ditandai dengan peningkatan sensitivitas insulin, penurunan
glukosa plasma kapiler, HbA1C, HOMA-IR, penurunan berat badan, BMI, lingkar
pinggang, persentase lemak tubuh dan massa lemak peningkatan aktivitasfisik,perilaku
kesehatan, dan manajemen stres.
3. PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) IS EFFECTIVE TO LOWER
BLOOD GLUCOSE LEVELS OF PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS
O: Pasien T2DM yang dirawat di rumah sakit mampu mempraktekkan PMR untuk
menurunkan darah kadar glukosa. Latihan PMR menjadi efektif bila dilakukan terus
menerus, berirama intensitas, bertahap, dan memiliki daya tahan.
I : Efektivitas konseling
O: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling efektif dalam Oleh karena itu
mengurangi kecemasan di antara pasien diabetes. Kemanjuran konseling dalam skor
kecemasan post-test yang disesuaikan dari kelompok eksperimen
NIM : 88213013
O : Selfcare Activity bertujuan untuk melindungi serta mengurangi resiko cidera bagi
penderita Diabetes Mellitus tipe 2.
P : 95 responden
O: Penurunan sensasi proteksi kaki pada pasien diabetes melitus yang dapat mecegah
terjadinya ulkus diabetik.
C : Infeksi (13,1%) adalah komplikasi luka yang paling umum di antara populasi target
diikuti oleh nyeri. Usia rata-rata pasien yang menjalani operasi adalah 40,13 ± 4,945
tahun. Durasi yang panjang dari lama dan indeks massa tubuh yang tinggi memiliki
hubungan yang signifikan dengan adanya komplikasi luka di antara pasien diabetes tipe 2
yang menjalani operasi abdomen
O : Pasien dengan diabetes melitus perlu perhatian khusus ketika akan dan setelah
dilakukanya tindakan operasi pada bagian abdominal untuk mengurangi resiko cedera
luka pada area paska operasi
C : Dengan hanya menganalisis pasien DM, nilai CCT tertinggi diamati pada pasien yang
memiliki HbA1C > 7,0%, serta mereka yang telah mengobati DM selama lebih dari 15
tahun, dengan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam kaitannya dengan
subkelompok pasien yang sesuai (p = 0,002 dan p = 0,037)
O : terkuat pada TIO dan selanjutnya TIO memiliki pasien dengan kontrol glikemik
yang buruk, serta mereka yang telah mengobati DM selama lebih dari 15 tahun yang
menandakan kurangnya pengaruh signifikat terhadap ketebalan kornea sentral.
P : 221 pasien
O: Terteranya hasil dengan adanya perusakan indra penglihatan pada pasien diabetes
melitus yang meninggkatkan resiko cedera pada penderita dm dengan tingkat keparahan
POAG.
Nama : Syalom Natasya Septiana
Nim : 88213006