PENDAHULUAN
2.1.4. Patofisiologi
Pada individu yang secara genetip rentan terhadap diabetes tipe
1,kejadian pemicu, yakni kemungkinan infeksi virus, akan menimbulkan
produksi autoantibodi terhadap sel-sel beta prankeas. Destruksi sel
beta yang diakibatkan menyebabkan penurunan sekresi insulin dan
akhirnya kekurangan hormon insulin.defisiensi insulin mengakibatkan
keadaan hiperglikemia, peningkatan lipolisis ( penguraian lemak ) dan
katabolisme protein.karakteristik ini terjadi ketika sel-sel beta yang
mengalami destruksi melebihi 90%.ICA dan antibodi insulin secara
progresif menurunkan keefektifan kadar sirkulasi insulin.
2.1.8. komplikasi
Menurut KOWALAK, WELSH, MAYER ( 2014 ) komplikasi DM yaitu:
1. Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar nonketotik
2. Kronik
a. Makroangiopati,mengenai pembuluh darah besar; pembuluh
darah jantung,pembuluh darah tepi,pembuluh darah otak.
b. Mikroangiopati,mengenai pembuluh darah kecil; retinopati
diabetik,nefropati diabetik.
c. Neuropati
d. Rentan infeksi,seperti tuberkulosis paru,gingivitis,dan infeksi
saluran kemih.
e. Kaki diabetik.
2.1.9. Penatalaksanaan
11
2.2.1. Definisi
2.2.3. Patofisiologi
12
13
a. Hipoglikemia ringan
b. Hipoglikemia sedang
c. Hipoglikemia berat
Tabel 53.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
14
16
18
2) Persiapan klien
3) Prosedur
21
Gerakan 4: ditunjukkan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan
hingga menyentuh kedua telinga.
b. Fokuskan perhatian gerakan pada kontras ketegangan
yang terjadi dibahu, punggung atas, dan leher.
22
Gerakan 5 dan 6: ditunjukkan untuk melemaskan otot-otot
wajah (seperti otot dahi, mata, rahang dan mulut).
a. Gerakkan dan otot dahi dengan cara mengerutkan
dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya keriput.
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan disekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7: ditunjukkan untuk mengendurkan ketegangan
yang dialami oleh otot rahang.
a. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.
B. Penelitian terkait
Menurut penelitian yang dilakukan Putriyani & Setyawati (2018) bahwa
ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi relakasi otot progresif
yaitu dengan nilai rata-rata kadar gula darah sewaktu pre 188,85 mg/dl dan
setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif dengan nilai kadar gula darah
sewaktu rata-rata 179,22 mg//dl.Penelitian kami juga menunjukan bawah
terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok yang diberikan terapi
relaksasi otot progresif dan kelompok kontrol.hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan rujukan dalam memberikan tindakan keperawatan kepada
25
B. Subjek penerapan
Subjek penerapan yang diambil adalah 1 orang pasien dengan diabetes
mellitus. Adapun kriteria subjek dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Penderita tetap melakukan terapi farmakologi dengan obat anti diabetik
(OAD), banyak klien diabetes minum penghambat angiotensin-converting
enzim (ACE) untuk menurunkan tekanan darah dan meminimalkan
perubahan nefropatik dan minum aspirin atau tiklopidin untuk menurunkan
pembentukan trombus. Clasium chanel blocker dan diuretikmungkin juga
digunakan untuk mengelola hipertensi dan dosis insulin 0,5 unit//kg/hari.
2. Pasien yang tidak menjalani perawatan tirah baring (bed rest) dan tidak
mengalami keterbatasan gerak.
3. Bersedia menjadi responden.
4. Mampu berkomunikasi dengan baik.
26
C. Batasan istilah
Diabetes melitus adalah suatu keadaan tubuh tidak dapat
menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh, terjadi gangguan
metabolisme yang ditandai hiperglikemia serta diabetes melitus
merupakan penyakit kronis progresif. Hiperglikemia didefinisikan sebagai
kondisi kadar glukosa darah tinggi : kadar glukosa plasma puasa 126
mg/dl atau lebih,atau kadar glukosa plasma sewaktu atau 2 jam pasca-
makan lebih dari 200 mg/dl.Relaksasi otot progresif adalah salah satu
terapi nonfarmakologis yaitu suatu teknik sistemis untuk mencapai
keadaan relaksasi dimana metode yang ditetapkan melalui metode
progresif dengan melatih otot-otot untuk rileks. Alat ukur yang digunakan
yaitu lembar kuesioner mengenai karakteristik responden, lembar
observasi untuk menuliskan perubahan kadar gula darah, gula darah
sewaktu (GDS) untuk mengecek kadar gula darah.
D. Lokasi dan Waktu
Penerapan relaksasai otot progresif terhadap kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 akan dilakukan selama 3 hari pada tanggal tahun
2021, penerapan ini dilakukan pagi hari diwilayah UPTD PUSKESMAS 29
Banjar sari metro utara kota Metro.
27
E. Instrumen Penerapan
Instrumen penerapan yang digunakan adalah lembar kuesioner mengenai
karakteristik responden (usia, jenis kelamin, diagnosa medis, obat diabetes
mellitus yang diminum), lembar observasi diisi oleh peneliti dengan
menuliskan pelaksanaan terapi teknik relaksasi otot progresif dan hasil
mengecekan kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikannya teknik
relaksasi otot progresif. Instrumen penelitian selanjutnya adalah gula daah
sewaktu (GDS) untuk mengecek kadar gula darah responden baik sebelum
atau pun sesudah diberikannya terapi teknik relaksasi otot progresif.
F. Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penerapan ini melalui sebagai
berikut:
1. Prosedur Teknis
Tahapan prosedur teknis yaitu sebagai berikut:
a) Memberikan penjelasan tentang maksud
dan tujuan penerapan kepada calon responden.
b) Meminta kesediaan responden untuk
menjadi sampel penerapan dengan mengisi atau menandatangani
informed consent penerapan relaksasi otot progresif (terlampir).
28
29
4) Setelah penerapan dilakukan sesuai dengan jadwal, selanjutnya
penulis melakukan evaluasi hasil tindakan. Selanjutnya hasil
pengecekan kadar gula darah pada hari pertama sampai hari
terakhir intervensi dilakukan analisis data untuk melihat perubahan
kadar gula darah responden.
G. Analisis Data
Analisis data merupakan tahap dimana data diolah dan dianalisis dengan
teknik tertentu. Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikan dan
menginterprestasikan data yang telah diolah. Secara rinci tujuan analisis data
adalah memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan
dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis penelitian yang telah
dirumuskan, memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian
(Notoatmodjo,2014). Analisis data pada karya tulis ilmiah ini dilakukan
dengan melihat perubahan sebelum (pre) dan sesudah (post) diberikan
intervensi relaksasi otot progresif. Hasil yang didapat didokumentasikan
untuk disajikan dan kemudian dibahas bagaimana hasil presentase sebelum
(pre) dan sesudah (post) diberikan intervensi relaksasi otot progresif untuk
mendapatkan perbandingkan.
29
H. Etika Penerapan
Notoatmodjo (2014) mengungkapkan bahwa secara garis besar ada
empat prinsip etika penerapan, yaitu sebagai berikut:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Prinsip ini perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penerapan untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan dilakukan penerapan tersebut.Perawat
juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau
tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Pada karya tulis ilmiah ini,
sebagai ungkapan menghormati harkat dan martabat subjek, maka penulis
menyiapkan lembar persetujuan subjek (inform concent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and
confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
sebab itu, perawat tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
dan kerahasiaan identitas subjek. Pada karya tulis ilmiah ini, penulis tidak
akan mencantumkan nama lengkap responden dan hanya akan
menampilkan inisial responden untuk menjaga privasi dari responden.
30
31