Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah di atas normal. Dimana kadar glukosa

darah diatur oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Diabetes

melitus dapat mengakibatkan berbagai aneka penyakit serius seperti

hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak, glaukoma,

kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan

fungsi hati, luka yang lama sembuh mengakibatkan infeksi hingga

akhirnya harus diamputasi terutama pada kaki (Dinkes Jateng, 2015

dalam Listyarin, 2017)

Diabetes Melitus Tipe II atau yang disebut Non Insulin Dependent

Diabetes (NIDDM) atau diabetes melitus yang tidak tergantung pada

insulin yang disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi

insulin, faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya

Diabetes Melitus Tipe II adalah usia, obesitas, riwayat dan keluarga

(indriyani R.M., 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan

jumlah penderita DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi

sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. International Diabetes Federation

(IDF) juga memprediksi adanya kenaikan pada penderita DM di Indonesia

1
dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (Eva

Decrolin, 2019).

Menurut Riskerdas 2018 daerah Jawa Timur tercatat 2.02% atau

sejumlah 98.566 jiwa penderita diabetes mellitus. untuk kota Probolinggo

tercatat 1.66% atau 2.889 sebagai penderita diabetes mellitus. WDD

(World Diabetes Day) terakhir IDF, terdapat 382 juta orang yang

menderita diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah

tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang (Infodatin,

pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI 2013). Menurut Kirti

Kaul (2013) diperkirakan pada tahun 2010 secara global penderita

DMmencapai 285 juta jiwa (sekitar 6,4% dari populasi orang dewasa).

Jumlah ini diperkirakan akan meningkat jika tidak adanya kontrol atau

penyembuhan yang lebih baik.

Di kutip dari Restyana (2015) International Diabetes Federation

(IDF) menyebutkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus di dunia mencapai

1,9% dan telah menjadikan penyakit diabetes melitus sebagai penyebab

kematian urutan ke tujuh di dunia, sedangkan tahun 2012 angka kejadian

diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi

kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang

menderita diabetes mellitus.

Tingginya prevalensi DMT2 pada petani dan buruh ini dapat

terkait dengan hipotesis barker yang menyebutkan bahwa pertumbuhan

janin sangat berpengaruh terhadap timbulnya penyakit kronis pada masa

dewasa, termasuk DMT2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada

petani dan buruh dapat berdampak pada rendahnya daya beli mereka

2
terhadap makanan yang bergizi seimbang sehingga dapat berdampak

pula pada asupan zat gizi saat kehamilan yang akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan janin. Faktor lain yang dapat berisiko

menyebabkan DMT2 antara lain genetik, umur, jenis kelamin, obesitas,

resistensi insulin, aktivitas fisik, gaya hidup, tingkat pengetahuan yang

rendah, kebiasaan merokok, dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini

penyakit DM. faktor yang berhubungan dengan kejadian DMT2 adalah

riwayat keluarga, umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, obesitas,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok, gaya hidup (mengonsumsi makanan

siap saji) dan konsumsi minuman ringan. Tingkat pengetahuan mengenai

DMT2 yang kurang juga dapat menjadi penyebab terjadinya DMT2 pada

petani dan buruh, karena pengetahuan akan mempengaruhi perilaku dan

pola hidup suatu masyarakat. Tingkat pengetahuan yang rendah juga

dapat mengakibatkan masyarakat baru sadar terkena penyakit DM

setelah mengalami sakit parah. Selain itu faktor risiko lain yang erat

kaitannya dengan DMT2 adalah pola makan. Pola makan yang tidak

sehat yang mengandung tinggi kalori yang berasal dari karbohidrat

sederhana dan lemak namun rendah serat merupakan pola makan yang

berisiko dapat menyebabkan DMT2 (Gusnadi G, 2017).

Mengatasi penurunan kadar gula darah bisa menggunakan salah

satu terapi yaitu terapi brisk walking dan terapi deep breathing. Jalan

cepat atau brisk walking merupakan salah satu olahraga aerobik yang

dapat menjaga kadar gula darah dalam rentang normal. Selain

bermanfaat untuk menjaga kadar gula darah olahraga yang bersifat

aerobik juga dapat bermanfaat untuk menurunkan resiko diabetes tipe 2,

3
penyakit jantung dan stroke. Jalan cepat ini merupakan salah satu

olahraga yang mudah dilakukan karena dapat dilakukan dimana saja

terutama di luar rumah dan akan lebih baik jika dilakukan pada lapangan

rumput (Maryam, 2008 dalam Listyarini, 2017).

Relaksasi nafas dalam akan memunculkan kondisi rileks. saat

kondisi rileks ini terjadi perubahan implus syaraf pada jalur aferen ke otak

dimana aktifitas menjadi inhibisi. perubahan implus syaraf ini

menyebabkan perasaan tenang secara fisisk maupun mental seperti

berkurangnya denyut jantung, menurun kecepatan metabolisme tubuh

dalam hal ini mencegah peningkatan kadar gula darah (Indriyani RM,

2017).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan

masalah pada penelitian ini “Apakah ada Efektivitas Terapi Brisk Walking

Dan Terapi Deep Breathing Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah

Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja.”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Efektivitas Terapi Brisk Walking Dan Terapi

Deep Breathing Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja.

4
1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi Kadar Gula Darah Sebelum Dilakukan Terapi Brisk

Walking Dan Terapi Deep Breathing Terhadap Penurunan Kadar Gula

Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja.

2. Mengidentifikasi Kadar Gula Darah Setelah Dilakukan Terapi Brisk

Walking Dan Terapi Deep Breathing Terhadap Penurunan Kadar Gula

Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja.

3. Menganalisis Efektivitas Terapi Brisk Walking Dan Terapi Deep

Breathing Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber baru yang bisa

digunakan sebagai pemecahan masalah yang ada kaitannya dengan

diabetes mellitus tipe 2.

1.4.2 Bagi Profesi Perawatan

Setelah diadakan penelitian ini dapat diketahui adanya efektivitas

terapi brisk walking dan terapi deep breathing terhadap penurunan kadar

gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian

Hasil pene;itian ini dapat menjadi informasi bagi lahan penelitian

tentang bagaimana efektivitas terapi brisk walking dan terapi deep

5
breathing terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes

mellitus tipe 2.

1.4.4 Bagi Responden

Memberikan informasi bagi responden tentang efektivitas terapi

brisk walking dan terapi deep breathing terhadap penurunan kadar gula

darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

1.4.5 Bagi Peneliti

Sebagai proses dalam menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan tentang efektivitas terapi brisk walking dan terapi deep

breathing terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes

mellitus tipe 2.

1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bisa menambah referensi untuk peneliti selanjutnya sehingga bisa

dijadikan acuan dan tolak ukur untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan

dengan efektivitas terapi brisk walking dan terapi deep breathing terhadap

penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai