Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat penyusunan Skripsi untuk mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu di antara penyakit tidak menular
peningkatan kadar glukosa dalam darah atau di sebut hiperglikemia. Dimana tubuh
tidak dapat menghasilkan cukup hormon insulin atau menggunakan insulin secra
(IDF) (2019) menjelaskan bahwa. Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit
kronis paling umum di dunia, terjadi ketika produksi insulin pada pankreas tidak
mencukupi atau pada saat insulin tidak dapat digunakan secara efektif oleh tubuh.
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian
penting karena merupakan bagian dari empat prioritas penyakit tidak menular yang
selalu mengalami peningkatan setiap tahun dan menjadi ancaman kesehatan dunia
juta orang di dunia menderita diabetes melitus atau terjadi peningkatan sekitar 8,5 %
pada populasi orang dewasa dan diperkirakan terdapat 2,2 juta kematian dengan
presentase akibat penyakit diabetes melitus yang terjadi sebelum usia 70 tahun,
diperkirakan akan terus meningkat sekitar 600 juta jiwa pada tahun 2035 (Kemenkes
detik terdapat satu orang yang terdiagnosis diabetes melitus atau hampir setengah
dari populasi orang dewasa di Amerika menderita diabetes mellitus (ADA, 2019).
Indonesia menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, tingginya angka tersebut
dari sepuluh besar negara di dunia, kasus diabetes melitus tipe 2 dengan prevalensi
8,6% dari total populasi, diperkirakan meningkat dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi diabetes melitus yang
terdiagnosis pada tahun 2018, penderita terbesar berada pada kategori usia 55
sampai 64 tahun yaitu 6,3% dan 65 sampai 74 tahun yaitu 6,03% (Riskesdas,2018)
Data Riskesdas tahun 2018 menampilkan bahwa prevalensi diabetes militus hampir
provinsi nusa tenggara timur. Terdapat empat provinsi dengan prevalensi tertinggi
pada tahun 2013 dan 2018. Prevalensi diabetes melitius menunjukan peningkatan
seiring dengan bertambahnya umur penderita yang mencapai puncaknya pada umur
55-64 tahun dan menurun setelah melewati rentang umur tersebut. Pola peningkatan
ini terjadi pada Rikesdes 2013 dan 2018 yang mengindikasikan semakin tinggi umur
maka semakin besar resiko untuk mengalami diabetes. Peningkatan prevalensi dari
tahun 2013-2018 terjadi pada kelompok umur 45-54 tahun, 65-74 tahun dan ≥ 75
tahun. Diabetes menurut provinsi pada tahun 2018 juga menunjukan bahwa provinsi
nusa tenggara timur memiliki prevalensi terendah 0,9%, di ikuti oleh Maluku dan
Latihan fisik yang sesuai untuk penderita Diabetes Medlitus adalah senam
kaki. Senam kaki merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada penderita
sehingga nutrisi ke jaringan lebih lancar, jika tidak dilakukan dapat menimbulkan
( Dedi Rusandi1, Tri Prabowo2, Tetra Saktika Adinugraha1, Media Ilmu Kesehatan
2015). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati dkk (2019), karakteristik
responden dari usia mayoritas termasuk kategori usia pertengahan atau Middle
age (45-59 tahun) dan jenis kelamin dalam penelitian ini didominasi oleh
Lubang Buaya, mayoritas kadar gula darah sebelum intervensi ≥ 200 mg/dL
dan kadar gula darah sesudah senam kaki <150 –199 mg/dL. Rata-rata
kadar gula darah pada lansia diabetes melitus sebelum melakukan senam kaki
adalah 233.23 ± 57.911 dan rata-rata kadar gula darah pada lansia diabetes melitus
penurunan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam kaki adalah 48.85. Jadi
dapat disimpulkan, ada pengaruh sebelum dan sesudah pelaksanaan senam kaki
terhadap pengendalian kadar gula darahpada lansia diabetes melitus pada lansia
diabetes melitus di Posbindu Anyelir Lubang Buaya dengan nilaip - value 0,000
(p< 0.05) dan tingkat kepercayaan 95%. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ginting
(2019) mengatakan bahwa terdapat perbedaan rata rata sensitivitas kaki klien
diabetes melitus yang bermakna antara sesudah dan sebelum diberikan intervensi.
Pada penelitian lain yang telah dilakukan oleh Agrina (2018) didapatkan hasil
diabetes menggunakan bola plastik yang signifikan pada kedua kelompok yang telah
diteliti.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pangaruh senam kaki
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap penurunan kadar gula darah
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengaruh senam kaki terhadap penurunan kadar gula darah
a. Bagi peneliti
peneliti tentang Pengaruh Aktivitas fisik terutama senam kaki terhadap penurunan
a. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan menambah
a. Mahasiwa
terutama senam kaki terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes
mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang
dalam darah (hiperglikemia) karena defek sekresi insulin,defek kerja insulin atau
kombinasi keduanya. Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi
insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan jangka
panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta
Menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 2020. klasifikasi diabetes diabagi
menjadi 4 jenis antara lain: Diabetes Melitus Tipe 1, Diabetes Melitus Tipe 2, Diabetes
Yaitu diabetes Melitus yang tergantung insulin. Pada diabetes tipe1 ini sel sel beta
terjadi pada usia muda yaitu usia < 30 tahun, bertubuh kurus saat terdiagnosis dan
Yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat
jumlah produksi insulin. Diabetes tipe 2 lebih sering diketemukan pada usia dewasa
dan obesitas meskipun dapat terjadi pada semua umur, ketosis jarang terjadi kecuali
trimester kedua dan ketiga kehamilan meski bisa terjadi kapan saja selama kehamilan.
misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit pancreas dan penyakit endoktin
seperti akromegali atau syndrome chusing, karena zat kimia atau obat, infeksi dan
disebut juga diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui
10 tahun melahirkan.
integritas dan fungsi sel beta pancreas. Secara genetik resiko DM Tipe 2 meningkat pada
saudara kembar monozigotik seoran DM Tipe 2, ibu dari neonatus yang beratnya lebih
2.3.2. Obesitas
Prevalensi obesitas pada Diabetes Melitus cukup tinggi, demikin pula sebaliknya
kejadian Diabetes Melitus dan gangguan toleransi glukosa pada obesitas sering dijumpai.
khusus. Penurunan berat badan 5-10% sudah memberikan hasil yang baik (Perkeni,
2015).
2.3.3. Usia
Faktor usia yang resiko menderita DM Tipe 2 adalah usia diatas 30 tahun, hal ini
Setelah seorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2 mg% tiap
tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan hal
tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes
tinggi (Hipertensi) yaitu tekanan darah >140/90 mmHg, pada umumnya pada DM
menderita hipertensi. Hipertensi yang tidak dikelola dengan baik akan mempercepat
kerusakan pada ginjal dan kelainan kardiovaskuler. Sebaiknya apabila tekanan darah
hipertensi penderita DM Tipe 2 sangat kompleks, banyak factor yang berpengaruh pada
peningkatan tekanan darah. Kadar gula darah plasma, obesitas selain faktor lain pada
DM Tipe 2 selain faktor genetik, juga bisa dipacu oleh lingkungan yang menyebabkan
perubahan gaya hidup tidak sehat, seperti makan berlebihan (berlemak dan kurang sehat),
kurang aktivitas fisik, stress. DM Tipe 2 sebenarnya dapat dikendalikan atau dicegah
terjadinya melalui gaya hidup sehat, seperti makanan sehat dan aktivitas teratur
(Damayanti, 2016).
f. Stress
Stress muncul ketika ada ketidakcocokan anatara tuntutan yang dihadapi dengan
kemampuan yang dimiliki. Stress memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur, yaitu
neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon stress yaitu sekresi system saraf
jantung. Kondisi ini menyebabkan glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk
2.4. Patofisiologi
memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut merupakan penyakit
autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel anti - islet
dalam darah (WHO, 2014). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
limfositik dan kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya
penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya,
insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta
pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1
membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan obat
oral.
insulin, produksi glukosa hepar yang berlebihan dan metabolisme lemak yang tidak
normal. Pada tahap awal, toleransi glukosa akan terlihat normal, walaupun sebenarnya
telah terjadi resistensi insulin. Hal ini terjadi karena kompensasi oleh sel beta pankreas
hiperinsulinemia yang terus menerus terjadi akan mengakibatkan sel beta pankreas tidak
lagi mampu berkompensasi (Harrison, 2012). Apabila sel beta pankreas tidak mampu
terjadi DM tipe 2. Keadaaan yang menyerupai DM tipe 1 akan terjadi akibat penurunan
sel beta yang berlangsung secara progresif yang sampai akhirnya sama sekali tidak
mampu lagi mensekresikan insulin sehingga menyebabkan kadar glukosa darah semakin
Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang berlebihan
saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada
ibu yang terkait dengan kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak. Mayoritas
wanita dengan DM gestasional kelebihan berat badan atau obesitas, dan banyak yang
memiliki sindrom metabolik laten, predisposisi genetik untuk DM tipe 2, gaya hidup
yang tidak aktif secara fisik dan kebiasaan makan yang tidak sehat sebelum kehamilan.
proinsulin relatif terhadap sekresi insulin dapat menjadi penyebab atau konsekuensi
dari sekresi dan aksi insulin yang disfungsional (Kautzky Willer, 2015).
Menurut Smeltzer and Bare, (2014) Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien
2.5.2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi
2.5.3. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama,
katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
peningkatan konsentrasi glukosa diskresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan
aliran darah pada penderita diabetes kronik.
2.5.5. Kelainan kulit: gatal-gatal,bisul. Kelainan kulit berupa gatal- gatal,biasanya terjadi di
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
2.5.6. Kelainan ginekologis keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.
Pada penderita diabetes Melitus regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utamayang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel
2.5.8. Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuh proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus
bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang
2.5.9. Pada laki-laki biasanya mengeluh impotensi penderita Diabetes Melitus mengalami
penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testosteron dan sistem yang
berperan. Mata kabur Disebabkan oleh katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada korpusvitreum.
2.6. Diagnosis
Dalam menentukan adanya diabetes Melitus tes urin tunggal tidak boleh di lakukan
namun perlu di tambah dengan tes gula darah, dapat di katakan diabetes ketika adanya gejala
dan peningkatan kadar gula darah. Kriteria diagnosis diabetes berdasarkan panduan WHO
Keterangan :
b. Oral glucosa tolerance test (OGTT) diukur setelah puasa semalaman, lalu
pasien diberikan cairan 75 gr glukosa untuk diminum. Lalu gula darah diukur 2
jam kemudian.
d. Untuk mendiagnosa DM, perlu dilakukan uji ulang ketika mendapatkan hasil
a. Akut
reaction) terjadi karena peningkatan insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa
darah yang diakibatkan oleh terapi insulin yang tidak adekuat. Resiko hipoglikemia
terjadi akibat ketidaksempurnaan terapi saat ini, dimana pemberian insulin masih belum
b. Kronis
1) Komplikasi Makrovaskuler
tidak meningkatkan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM tipe II sangat
serebral atau pembentukan emboli ditempat lain dalam sistem pembuluh darah
yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah
pada ekstremitas bawah menyebabkan oklusi arteri ekstremitas bawah. Tanda dan
2) Komplikasi Mikrovaskuler
tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus. Nefropati
biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain itu juga bisa terjadi poliradikulopati
diabetikum yang merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan pada satu
atau lebih akar saraf dan dapat disertai dengan kelemahan motorik, biasanya dalam
2.8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat Diabetes Melitus.
Caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia serta
memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes
tipe 2 yaitu terapi nutrisi (diet), latihan fisik, pemantauan, terapi farmakologi dan
mempertahankan kadar glukosa darah dan lipit mendekati normal, mencapai dan
mempertahankan berat badan dalam batas2 normal atau kurang lebih 10% dari
berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan kronik, serta meningkatkan
yang dianjukan konsensus Perkeni (2006) adalah karbohidrat 45-65%, protein 10-
20%, lemak 20-25%, kolesterol <300mg/hr, serat 25g/hr, garam dan pemanis saat
2016). Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang aman dan
dapat di terima untuk pasien DM termasuk yang sedang hamil adalah: sakarin,
dengan status gizi, umur, ada tidaknya setres akut, kegiatan jasmani (Damayanti,
2016).
sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Manfaat latihan fisik adalah
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah, dan
tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL
2016).
Pada studi yang lain dikatakan bahwa pada pasien DM tipe II terjadi
peningkatan resiko gangguan fisik atau aktifitas fisik atau olahraga dapat
sama saja dengan prisip latihan jasmani pada umumnya, yaitu mengikuti : F,I,D,J
intensita ringan dan sedang (60-70 % Maximum Heart Rate), D : Durasi 30-60
menit setiap melakukan latihan jasmani dan J : jenis latihan fisik yang dianjurkan
adalah aerobik yang bertujuan untuk meningkatkan stamina seperti jalan, jogging,
berenang, senam berkelompok atau aerobik, senam yoga, senam kaki dan
ringan. SMBG telah menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin (Damayanti,
2016).
Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau
jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika dengan diet,latihan
fisik dan Obat Hipoglikemia Oral (OHO) tidak dapat menjaga gula darah dalam
hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari fluktuasi
kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif
dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang. Pasien
harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, latihan,
Kadar gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari
karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan dalam bentuk glikogen di dalam
hati dan otot rangka (Tandra, 2014). Menurut Callista Roy, Kadar gula darah
adalah jumlah glukosa yang beredar dalam darah. Kadarnya dipengaruhi oleh
berbagai enzim dan hormon yang paling penting adalah hormon insulin. Faktor
yang mempengaruhi dikeluarkan insulin adalah makanan yang berupa glukosa,
Darah Sewaktu (GDS), jika pengambilan sampel darah tidak dilakukan puasa
sebelumnya. Gula Darah Puasa (GDP), jika pengambilan sampel darah dilakukan
setelah klien puasa selama 8-10 jam, Gula Darah 2 jam Post Pradinal (Soegondo,
2011).
Pemeriksaan guka darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
tersebut.
Pemantauan kadar gula darah adalah cara yang lazim untuk menilai pengendalian
DM. Disamping indikator yang lainnya, hasil pemantauan gula darah tersebut digunakan
untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian diet, olahraga dan
obat-obatan untuk mencapai kadar gula darah senormal mungkin serta terhindar dari
yang dapat digunakan untuk pemantauan kadar gula darah pada pasien DM menurut
2.10.1. Pengertian
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan yang dilakukan oleh
kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
(Widiyanti & Proverawati, 2009). Senam kaki diabetik yang dilakukan pada
telapak kaki terutama diarea organ yang bermasalah akan memberikan rangsangan
pada titik-titik saraf yang berhubungan dengan pancreas agar menjadi aktif
sehingga menghasilkan insulin melalui titik-titik saraf yang berada di telapak kaki.
kerusakan saraf perifer sehingga neuropati dapat menurun dan sensitivitas kaki
meningkat.
diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali
seminggu lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes.
Latihan fisik yang bermaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam
dan berenang. Latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan unsure dan status
Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes
Melitus dengan tipe 1 maupun tipe 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien
didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Senam kaki
ini juga dikontraindikasikan pada klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis
seperti dispnea atau sesak. Orang yang depresi, khawatir atau cemas. Keadaan-keadaan
Selain itu kaji keadaan umum dan keadaan pasien apakah layauntuk dilakukan
senam kaki tersebut, cek tanda-tanda vital dan status respiratori (adakah Dispnea atau
nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana hati/mood, motivasi), serta perhatikan
indikasi dan kontraidikasi dalam pemberian tindakan senam kaki (Damayanti, 2016).
Prosedur terapi senam kaki menurut penelitian dari (Sukesi, 2017) yaitu senam kaki
(Anggraini Sri Sulistyowati, 2017) yaitu senam kaki dilakukan selama 4 kali dalam 1
minggu dengan rentang waktu 30 menit setiap melakukan senam kaki, kemudian peneliti
mengukur kembali kadar gula darah responden. Lansia dikatakan aktif melakukan
gerakan senam jika nilainya 60 sampai 80 dan lansia dikatakan kurang aktif dalam
melakukan gerakan senam yaitu 40 sampai 60.
a) Persiapan
- Sarung tangan
b) Persiapan Klien:
Lakukan kontak topik, waktu, tempat, dan tujuan dilaksanakan senam kaki
Prosedur
- Jika dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku
dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi duduk tegak
diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi
Gambar 2.1.
a.
Sumber : Damayanti, 2016
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan
10 kali.
Gambar 2.2
c) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke
atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit
menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan
Pada posisi tidur kaki harus diangkat sedikit agar dapat melakukan
e) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara
bergantian. Gerakan ini sama dengan posisi tidur
Gambar 2.6. Kaki diluruskan dan diangkat, putar kaki pada pergelangan kaki
f) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
tersebut dengan kedua kaki, lalu letakkan sobekan kertas pada bagian
bentuk bola
Gambar 2.7. Robek kertas koran kecil-kecil dengan menggunakan jari-jari kaki lalu lipat menjadi
bentuk bola
Sumber: Damayanti, 2016
individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki
kontribusi terhadap kesehatan dan kesembuhan dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakan tanpa bantuan bila iya memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan
yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali
keperawatan:
Keperawatan
Dapat
Gambar 2.8 Teori Virginia Priyoto (2018)
Faktor 1. Insuli
Diabetes Mellitius
keturunan 2. Obat hipoglikemia
atau genetic Oral ( OHO )
Obesitas
Usia di atas
30 tahun
Tekanan
darah tinggi
Aktifitas fisik Non farmakologi :
kurang
Kadar 1. Diet
kolesterol 2. Latihan fisik
tinggi - Senam diabetes
- Senam kaki
3. Pemeriksaan kesehatan
4. Pemantauan kadar gula
darah
Koping
terhadap
ketergantunga
n Perubahan kadar gula darah
Pendidikan
kesehatan
Kehidupan
dan kesehatan
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep atau kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting
(Sugiyono, 2019). Berdasarkan kerangka teori, maka disusun kerangka konsep mengenai
efektivitas terapi pijat dengan kompres hangat terhadap nyeri haid pada remaja putri.
Keterangan :
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi literatur yang bersifat sitematik, jelas,
data-data yang sudah ada dengan metode pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses
telaah kritis dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu
peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subyek topik yang
dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut sehingga dapat menjadi
Dalam penelitian systematic review ada beberapa tahapan yang harus di lakukan
sehingga hasil dari studi literatur tersebut dapat di akui kredibikitasnya. Adapun tahapan-
Identifikasi pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan yang akan kita gunakan sebagai
dasar melakukan review, sebagai acuan untuk kita merumuskan pertanyaan penelitian
P (Populasi) : Jurnal Nasional yang berhubungan dengan Pengaruh Senam Kaki Terhadap
Pertanyaan penelitian berdasarkan “PICO” adalah apakah ada Pengaruh Senam Kaki
2. Menyusun Protokol
Menyusun protokol merupakan detail perencanaan yang telah di persiapkan secara tepat,
yang mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria untuk menilai
kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi), skala penelitian yang akan dilakukan. untuk
a.Pencarian Data
Pencarian data mengacu pada sumber data base seperti pubmed , proquest, Google
Scholar, Science Direct, dan lain-lain yang sifatnya resmi, yang di sesuaikan dengan
judul penelitian,abstrak dan kata kunci yang di gunakan untuk mencari artikel, kata kunci
ini dapat di sesuaikan dengan pertanyaan penelitian yang telah di buat sebelumnya.
b.Skrining Data
Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel penelitian) yang bertujuan untuk
memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topic atau judul, abstrak dan kata kunci
yang diteliti.
Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data (artikel penelitian) dengan teks
lengkap (full text) dengan memenuhi kriteria yang di tentukan (kriteria insklusi dan
eksklusi).
d.Hasil Pencarian Dari
semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian kuantitatif atau kualitatif yang
memenuhi semua syarat dan kriteria untuk dilakukan analisis lebih lanjut.
Strategi pencarian di lakukan mengacu pada protokol yang telah di buat dan menentukan
lokasi atau sumber database untuk pencarian data serta dapat melibatkan orang lain untuk
membantu riview.
4. Ekstrasi Data
Ekstrasi dapat di lakukan setelah proses protokol telah di lakukan dengan menggunakan
metode PRISMA, ekstrasi data dapat dilakukan secara manual dengan membuat formulir
yang berisi tentang : tipe artikel, nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci,
“Studi Literatur Pengaruh Senam Kaki Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Screening Screening
Kriteria Inklusi :
1. Populasi
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jurnal nasional dan
internasional yang berkaitan dengan judul penelitian “Studi Literature Pengaruh Senam
2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian
melalui sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 2 jurnal nasional yang berkaitan
dengan judul penelitian “Studi Literature Pengaruh Senam Kaki Terhadap Penurunan
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruhan subjek penelitian. Pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sample diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat
karakteristik populasi yang telah diketahui, maka dibuat kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi adalah semua aspek yang harus ada dalam sebuah penelitian yang akan
kita review dan kirteria eksklusi adalah faktor – faktor yang dapat menyebabkan sebuah
a. Kriteria inklusi
1) Jurnal penelitian nasional dalam rentang waktu tahun 2016-2021.
2) Jurnal penelitian mencakup variabel atau permasalahan yang sesuai dengan judul atau
b. Kriteria eksklusi
1) Jurnal penelitian nasional dan internasional yang tidak berkaitan dengan permasalahan
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menunjukkan pada variabel yang diteliti, terdiri dari variabel variabel
independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah senam kaki
terhadap penurunan kadar gula darah, sedangkan variabel dependen dalam penelitian
E. Analisa Data
Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstraksi data, maka analisis data dilakukan
dengan menggabungkan semua data yang telah memenuhi kriteria inklusi menggunakan
teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran sesuai permasalahan yang diteliti.