Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP PENINGKATAN BASAL

METABOLISME PADA PASIEN DIABETES MILITUS DI KOTA


MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

IMAN RUSDIMAN MAE


2118024

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang
kurang lebih 12 juta orang. Global Report on Diabetes (2016)
melaporkan bahwa diabetes melitus menyebabkan 1,5 juta orang
meninggal pada tahun 2012. Diabetes melitus bertanggung jawab
dalam 2,2 juta kematian sebagai akibat dari peningkatan risiko penyakit
kardiovaskuler dan lainnya, dengan total 3,7 juta orang meninggal
dimana sebesar 43% meninggal sebelum usia 70 tahun (WHO, 2016).
Menurut Internasional of Diabetic Federation, bahwa telah terjadi
peningkatan kasus Diabetes Melitus di dunia dari tahun 2013 sampai
tahun 2017 terjadi peningkatan. Dimana pada tahun 2013 terdapat
sekitar 382 juta kasus Diabetes Melitus. Tahun 2015 terjadi
peningkatan menjadi 415 juta kasus Diabetes Melitus. Lalu pada tahun
2017 terjadi peningkatan kasus Diabetes Melitus menjadi 425 juta
kasus (IDF, 2013, 2015, dan 2017). Diabetes mellitus terutama
prevalen di antara kaum lanjut usia. Di antara individu yang berusia
lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Di amerika serikat,
diabetes mellitus merupakan penyebab utama dari kebutaan yang baru
di antara penduduk berusia 25 hingga 74 tahun dan juga menjadi
penyebab utama amputasi diluar trauma kecelakaan. Diabetes berada
dalam urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian akibat penyakit
dan hal ini sebagian besar disebabkan oleh angka penyakit arteri
koroner yang tinggi pada para penderita diabetes. Data dari Studi
Global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus pada
tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan
yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552
juta pada tahun 2030. Diabetes Mellitus telah menjadi penyebab dari
4,6 juta kematian.
DM sendiri menduduki peringkat ke 2 di dunia dengan
penderita terbanyak. International Diabetes Federation Tahun 2013
juga menyatakan bahwa lebih dari 382 juta orang di dunia menderita
DM dan Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke 5 di
dunia dengan Jumlah Penderita DM sebanyak 8,5 juta jiwa
(International Diabetes Federation, 2013). Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka prevalensi Diabetes Mellitus
tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara
(masing-masing 11,1 persen), diikuti Riau (10,4 persen) dan NAD (8,5
persen). Sementara itu, prevalensi Diabetes Mellitus terendah ada di
provinsi Papua (1,7 persen), diikuti NTT (1,8 persen), Prevalensi
Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8 persen),
diikuti Sulbar (17,6 persen) dan Sulut (17,3 persen), sedangkan
terendah di Jambi (4 persen), diikuti NTT (4,9 persen). Angka kematian
akibat DM terbanyak pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan sebesar 14,7 persen, sedangkan di daerah pedesaan
sebesar 5,8 persen (Trisnawati, 2013). Proporsi cakupan penyakit tidak
menular di Sulawesi Selatan tahun 2014. Sumber: Bidang P2PL Dinas
Kesehatan Prov.Sulsel Tahun 2014 Untuk tahun 2014 berdasarkan
laporan P2PL Pemberantasan Penyakit tidak Menular terdapat lima
penyakit tidak menular yaitu kardiovaskuler 60,89%, Diabetes Mellitus
16,99%, Penyakit Kronis dan Degeneratif (PKD) 11,34%, Gangguan
Kecelakaan 10,02%, dan kanker 0,76%. Sedangkan penyebab
kematian tertinggi penyakit tidak menular yaitu kardiovaskuler diurutan
pertama 49,44%, PKD 20,45%, diabetes mellitus 19,24%, Gakece
7,70%, dan kanker 3,14%.
Menurut hasil Riskesdas Tahun 2013 Prevalensi diabetes di
Sulawesi Selatan yang didiagnosis dokter sebesar 1,6 persen dan 0,5
persen. DM yang didiagnosis dokter atau berdasarkan gejala sebesar
3,4 persen. Prevalensi diabetes yang didiagnosis dokter tertinggi
terdapat di Kabupaten Pinrang (2,8%), Kota Makassar (2,5%),
Kabupaten Toraja Utara (2,3%) dan Kota Palopo (2,1%). Prevalensi
diabetes yang didiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi di
Kabupaten Tana Toraja (6,1%), Kota Makassar (5,3%), Kabupaten
Luwu (5,2%) dan Kabupaten Luwu Utara (4,0%). Berdasarkan data
Survailans Penyakit tidak menular Bidang P2PL Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 terdapat Diabetes Mellitus
27.470 kasus baru, 66.780 kasus lama dengan 747 kematian.
Sedangkan Penderita Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Labuang Baji Makassar berdasarkan data dari instalasi
Rekam Medik tahun 2014 berjumlah 321 orang (terdiri dari laki-laki 144
orang, perempuan 177 orang. Tahun 2015 jumlah penderita Diabetes
Mellitus pada Pasien Rawat Jalan sebanyak 277 orang terdiri dari laki-
laki 130 orang, perempuan 147 orang. Tahun 2016 jumlah penderita
Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat Jalan berjumlah 170 orang terdiri
dari laki-laki 75 orang, perempuan 95 orang. Tahun 2017 bulan Januari
sampai Maret penderita Diabetes Mellitus pada Pasien Rawar Jalan 54
orang yang terdiri dari laki-laki 23 orang, perempuan 31 orang. (Data
Rekam medik RS Labuang Baji Makassar, 2014 - 2017).
Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat
kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Percaya atau
tidak, risiko diabetes tipe 2 akan semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Semakin tua usia seseorang, berat badannya akan
cenderung bertambah dan kebiasaan olahraga pun jadi berkurang.
Faktor inilah yang memicu lebih tingginya risiko penyakit diabetes
melitus tipe 2 seiring bertambahnya usia. Diabetes tipe 2 umumnya
dialami oleh orang-orang berusia 40 tahun ke atas. Penelitian antara
umur dengan kejadian diabetes mellitus menunjukan adanya hubungan
yang signifikan. Kelompok umur < 45 tahun merupakan kelompok yang
kurang berisiko menderita DM Tipe 2. Risiko pada kelompok ini 72
persen lebih rendah dibanding kelompok umur ≥45 tahun. Penelitian
Iswanto (2004) juga menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara umur dengan kejadian diabetes mellitus. Selain itu, studi yang
dilakukan Sunjaya (2009) juga menemukan bahwa kelompok umur
yang paling banyak menderita diabetes mellitus adalah kelompok umur
45-52 (47,5%). Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan
umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena
pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa.
Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel
β pancreas dalam memproduksi insulin (Sunjaya, 2009). Selain itu pada
individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria
di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi
insulin.
Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti tertarik untuk
meneliti Apakah ada Hubungan aktivitas fisik terhadap peningkatan
basal metabolisme pada pasien Diabetes Militus di kota Makassar?

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan aktivitas fisik
terhadap peningkatan basal metabolisme pada pasien Diabetes Militus
di kota Makassar”

C. TUJUNAN PENELITIAN
Untuk mengetahui Hubungan aktivitas fisik terhadap
peningkatan basal metabolisme pada pasien Diabetes Militus di kota
Makassar.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi instansi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
informasi dan referensi kepustakaan untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang hubungan aktivitas fisik terhadap peningkatan
basal metabolisme pada penderita diabetes militus di kota makassar.
2. Bagi Klien
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
klien yang menderita diabetes melitus, serta diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran bagi penderita agar lebih menjaga dan
rutin berolahraga minimal melakukan aktivitas gerak fisik pada
penderita diabetes mellitus.

3. Bagi Peneliti
Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk memperluas
pengetahuan dan wawasan secara langsung, serta meningkatkan
keterampilan peneliti dalam menyajikan data secara jelas dan
sistematis. Penelitian ini juga diharapkan mampu menambah dan
memperkaya ilmu dalam keperawatan, serta dapat digunakan
sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM DIABETES MILITUS


1. Pengertian
DM atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu
penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi
cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi
insulin), dan di diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam
darah. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kalenjar
pankreas yang berperan dalam memasukkan glukosa dari aliran
darah ke sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi (IDF,
2018).
DM adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau
relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan
pada pasien diabetes mellitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia,
penurunan berat badan, kesemutan (Restyana, 2017).
DM merupakan penyakit metabolisme yang termasuk dalam
kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia
<120 mg/dl atau 120 mg% (Suiraoka, 2019). DM tipe 2 merupakan
kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak terkontrol akibat gangguan
sensitivitas sel beta (β) pankreas untuk menghasilkan hormon insulin
yang berperan sebagai pengontrol kadar gula darah dalam tubuh
(Dewi, 2017). Pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas
insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci
untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya glukosa dalam
darah meningkat. Kemungkinan terjadinya DM tipe 2 adalah bahwa
sel-sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau sudah
resisten terhadap insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah (Tandra,
2019).
2. Etiologi
Hasdianah (2019) menyatakan bahwa etiologi penyakit DM adalah :
1. Kelainan genetik
DM dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab DM akan dibawah oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes mellitus.
2. Usia
Usia seseorang setelah >40 tahun akan mengalami
penurunan fisiologis. Penurunan ini yang akan beresiko pada
penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin
ola hidup dan pola makan
3. Makan
Secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes. Pola
hidup juga sangat mempengaruhi, jika orang malas berolahraga
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena diabetes, karena olahraga
berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh

4. Obesitas
Seseorang dengan berat badan >90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit DM.
5. Gaya hidup stress
Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan
meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat
pada kenaikan kerja pankreas sehingga pankreas mudah rusak
dan berdampak pada penurunan insulin.

6. Penyakit dan infeksi pada pankreas


Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi
pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu
menyebabkan sel beta (β) pada pankreas tidak bekerja secara
optimal dalam mensekresi insulin.
7. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas
dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal
dalam mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme
dalam tubuh, termasuk hormon insulin. Peningkatan jumlah
penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan
beberapa factor yaitu factor resiko yang tidak dapat diubah, factor
risiko yang dapat diubah dan factor lain.
Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM
berkaitan dengan faKtor risiko yang tidak dapat diubah meliputi :
a. Riwayat keluarga dengan DM (first degree relative). Seorang
yang menderita diabetes mellitus diduga mempunyai gen
diabetes diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif
hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif
tersebut yang menderita diabetes mellitus
b. Umur ≥ 45 tahun. Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak
terkena DM adalah >45 tahun.
c. Etnik. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badanlahir >4000
gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional.
d. Riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Sedangkan
faktor resiko yang dapat diubah pada penyakit DM tipe 2
meliputi : Obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar
perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki.Terdapat
korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa
darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi
200mg%.
e. Kurangnya aktivitas fisik. Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya
penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari
dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
f. Dislipidemi adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan
kadar lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat
hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya
HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes
g. Diet tidak sehat
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita
Polycystic Ovary Sindrome (PCOS),penderita sindrom metabolik
memiliki riwatyat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau
Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki
riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau
Peripheral Arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor
stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan
kafein. Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah
terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit
regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah.
Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara
dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
3. Patofisiologi
Patofisiologi DM dikaitkan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
merombak glukosa menjadi energi karena tidak ada atau kurangnya
produksi insulin di dalam tubuh. Insulin adalah suatu hormon
pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan berfungsi
untuk memasukkan gula ke dalam sel tubuh untuk digunakan
sebagai sumber energi. Pada penderita diabetes mellitus, insulin
yang dihasilkan tidak mencukupi sehingga gula menumpuk dalam
darah (Agoes dkk, 2018).
1. Resistensi insulin DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya
sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau
tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim
disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak
terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan.
2. Disfungsi sel β pankreas. Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel
β menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya
sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila
tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya
akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B
pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita
memerlukan insulin eksogen. Pada penderita DM tipe 2 memang
umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin
dan defisiensi insulin.

Menurut ADA (2016), kondisi ini disebabkan oleh


kekurangan insulin namun tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh
tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau
defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2017). Resistensi
insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor
insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang efektif
mengantar pesan- pesan biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013).
Dalam kebanyakan kasus DM tipe 2 ini, ketika obat oral gagal
untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka
pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel β
pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari
DM tipe-2. Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi
lebih dini dan lebih berat dari pada yang diperkirakan sebelumnya.
Selain otot, liver dan sel β, organ lain seperti jaringan lemak
(meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel
alpha (α) pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan
absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut
berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi
glukosa pada DM tipe-2.

Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel β


pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari
DM tipe-2. Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi
lebih dini dan lebih berat dari pada yang diperkirakan sebelumnya.
Selain otot, liver dan sel β, organ lain seperti jaringan lemak
(meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel
alpha (α) pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan
absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut
berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi
glukosa pada DM tipe-2. DeFronzo (2018), menyampaikan, bahwa
tidak hanya otot, liver dan sel beta pankreas saja yang berperan
sentral dalam patogenesis penderita DM tipe-2 tetapi terdapat
organ lain yang berperan yang disebutnya sebagai theominous
octet, bisa dilihat pada gambar berikut :

Menurut Soelistijo dkk (2015), secara garis besar patogenesis


DM tipe 2 disebabkan oleh delapan hal (omnious octet) adalah
sebagai berikut:
1. Kegagalan sel beta (β ) pancreas . Pada saat diagnosis DM tipe
2 ditegakkan, fungsi sel β sudah sangat berkurang. Obat anti
diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sulfonilurea,
meglitinid, GLP-lagonis dan DPP-4 inhibitor.

2. Liver. Pada penderita DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yang


berat dan memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa
dalam 8 keadaan basal oleh liver Hepatic Glucose Production
(HGP) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini adalah
metformin, yang menekan proses gluconeogenesis.
3. Otot. Pada penderita DM tipe 2 didapatkan gangguan kinerja
insulin yang multiple di intramioselular, akibat gangguan
fosforilasi tirosin sehingga timbul gangguan transport glukosa
dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan
oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah
metformin, dan tiazolidindion.
4. Sel lemak. Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis
dari insulin, menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan
kadar asam lemak bebas Free Fatty Acid (FFA) dalam plasma.
Peningkatan FFA akan merangsang proses gluconeogenesis,
dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga
akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan
oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja
dijalur ini adalah tiazolidindion.
5. Usus. Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih
besar dibandingkan kalau diberikan secara intravena. Efek yang
dikenal sebagai efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon
Glucogan-Like Polypeptide-1 (GLP-1) dan Glucose-Dependent
Insulinotrophic Polypeptide (GIP)atau disebut juga Gastric
Inhibitory Polypeptide (GIP). Pada penderita diabetes mellitus
tipe 2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP.
Disamping hal tersebut segera dipecah oleh keberadaan ensim
DPP-4 sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat
yang bekerja menghambar kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-
4 inhibitor. Saluran pencernaan juga mempunyai peran dalam
penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa- glukosidase
yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang
kemudia diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa
darah 9 setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat
kinerja ensim alfa- glukosidase adalah akarbosa.
6. Sel alpha (α) pancreas. Sel alpha (α) pankreas merupakan organ
ke-6 yang berperan dalam hiperglikemia dan sudah diketahui
sejak 1970. Sel alpha berfungsi dalam sintesis glukagon yang
dalam keadaan puasa kadarnya didalam plasma akan
meningkat. Peningkatan ini menyebabkan HGP dalam keadaan
basal meningkat secara signifikan dibanding individu yang
normal. Obat yang menghambat sekresi glucagon atau
menghambat reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP-4
inhibitor dan amylin.
7. Ginjal. Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam
pathogenesis DM tipe 2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram
glukosa sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini
akan diserap kembali melalui peran Sodium Glucose co
Transporter (SGLT-2) pada bagian convulated tubulus proksimal.
Sedang 10% sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-1
pada tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak
ada glukosa dalam urin. Pada penderita DM terjadi peningkatan
ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2
ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus
ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urin. Obat yang
bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah
salah satu contoh obatnya.
8. Otak. Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada
individu yang obes baik yang diabetes mellitus maupun non-
diabetes mellitus, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan
mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini
asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi
insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja di jalur ini
adalah GPL-1 agonis, amylin, dan bromokriptin.

Menurut American Diabetes Association (ADA) (2016),


klasifikasi diabetes mellitus atau DM yaitu DM tipe 1, DM tipe 2,
DM gestasional, dan DM tipe lain. Namun jenis DM yang paling
umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.

1. Diabetes Mellitus Tipe 1


DM tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya
gangguan metabolik glukosa yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan
sel beta (β) pankreas baik oleh proses autoimum maupun
idiopatik. Proses autoimun ini menyebabkan tubuh kehilangan
kemampuan untuk memproduksi insulin karena sistem
kekebalan tubuh menghancurkan sel yang bertugas
memproduksi insulin sehingga produksi insulin berkurang atau
terhenti (Rustama dkk, 2010). Diabetes mellitus tipe 1 dapat
menyerang orang semua golongan umur, namun lebih sering
terjadi pada anak-anak. Penderita DM tipe 1 membutuhkan
suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol glukosa
darahnya (IDF, 2017). Diabetes mellitus tipe ini sering disebut
juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), yang
berhubungan dengan antibodi berupa Islet Cell Antibodies
(ICA), Insulin Autoantibdies (IAA), dan Glutamic Acid
Decarboxylase Antibodies (GADA). 90% anak-anak penderita
mempunyai jenis antibody ini (Bustan, 2007).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis diabetes
mellitus yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 85%
pasien DM. keadaan ini ditandai oleh resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif. Diabetes mellitus tipe ini lebih sering
terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi dapat pula terjadi
pada orang dewasa muda dan anak-anak (Greenstein dan
Wood, 2010). Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak
pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul
dengan disfungsi sel beta pankreas (defek sekresi insulin),
yaitu sebagai berikut, menurut Tjokroprawiro (2007).
Sekresi insulin oleh pankrea mungkin cukup atau kurang,
sehingga glukosa yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam
darah terapi jumlah insulin yang efektif belum memadai.
Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000 –
30.000) pada obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.
Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas
reseptor jelek, sehingga kerja insulin tidak efektif (insulin
binding atau afinitas atau sensitifitas insulin terganggu).
Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis
intrasellluler terganggu. Adanya kelainan campuran diantara
nomor, 1,2,3 dan 4. DM tipe 2 ini biasanya terjadi di usia
dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari telah menderita
diabetes mellitus tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi
sangat serius. Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum di
Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup
yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga
(Riskesdas, 2007). DM tipe 2 bisa menimbulkan komplikasi.
Komplikasi menahun diabetes mellitus merajalela ke mana-
mana bagian tubuh. Selain rambut rontok, telinga berdenging
atau tuli, sering berganti kacamata (dalam setahun beberapa
kali ganti), katarak pada usia dini, dan terserang glaucoma
(tekanan bola mata meninggi, dan bisa berakhir kebutaan),
kebutaan akibat retinopathy, melumpuhnya saraf mata terjadi
setelah 10-15 tahun. Terjadi serangan jantung coroner, payah
ginjal neuphropathy, saraf- saraf lumpuh atau muncul
gangrene pada tungkai dan kaki serta serangan stroke. 10
pasien DM tipe 2 mempunyai risiko terjadinya penyakit jantung
coroner dan penyakit pembuluh darah otak 2 kali lebih besar,
kematian akibat penyakit jantung 16,5% dan kejadian
komplikasi ini terus meningkat. Kualitas pembuluh darah yang
tidak baik ini pada penderita diabetes mellitus diakibatkan 20
faktor diantaranya stress, stress dapat merangsang
hipotalamus dan hipofisis untuk peningkatan sekresi hormon-
hormon kontra insulin seperti ketokelamin, ACTH, GH,
kortisol, dan lain- lain.
3. Diabetes Gestasional

DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana


intoleransi glukosa didapati pertama pada masa kehamilan,
biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal.
Penderita DM gestasional memiliki resiko lebih besar untuk
menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun
setelah melahirkan.

4. Diabetes Tipe Lain

DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada efek


genetik fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain,
iatrogenic, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan
genetik lain.
4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang serig dijumpai pada pasien DM menurut


Bararah dan Jauhar (2013) yaitu :
1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) merupakan gejala yang
paling utama yang dirasakan oleh setiap pasie. Jika konsentrasi
glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak mampu menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urin, ekresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan eletrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria).
2. Polidipsia merupakan peningkatan rasa haus akibat volume urine
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti dihidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan derdisfusi keluar mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke
plasma hipertonik. Dihidrasi intrasel merangsang pengeluaran
Antideuretik Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa haus.

3. Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan


gula didalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi. Peningkatan
infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita
diabetes kronik.
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi. Kelainan kulit, yaitu kelainan kulit gatal-gatal
diketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuh jamur.
Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati, pada penderita
DM regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat
kurangnya bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibat banyak persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan.
Luka yang tidak sembuh-sembuh, proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makan
yang lain. Pada penderita DM bahan protein banyak diformulasikan
untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan dipergunakan untuk
pergantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu
luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme yang cepat pada penderita DM. Mata kabur yang
disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia. Dapat disebabkan juga kelainan pada korpus itreum.

5. Komplikasi

Komplikasi yang berkaitan dengan DM diklasifikasikan sebagai


komplikasi akut dan kronik.Komplikasi akut terjadi apabila kadar
glukosa darah seorang meningkat atau menurun tajam dalam waktu
yang singkat (Anonim, 2001). Sedangkan komplikasi kronik terjadi
apabila kadar glukosa darah secara berkeoanjangan tidak terkendali
dengan baik sehingga menimbulkan berbagai komplikasi kronik
diabetes melitus (Perkeni, 2011). Beberapa komplikasi akut dan kronik
dari DM adalah :
1. Hipoglikemia. Hipoglikemia (kadar glukosa dalam darah yang
abnormal rendah) terjadi jika glukosa darah turun dibawah 50 hingga
60 mg/dl. Penyebab hipoglikemia dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Gejala terdiri atas
gejala adrenergik seperti tremor, takikardia, palpitasi, rasa lapar, dan
gejala neuro-glikopenik seperti perasaan ingin pingsan, penurunan
daya ingat, gelisah, kejang, kesadaran menurun sampai
koma.Rekomendasi biasanya berupa pemberian 10 hingga 15 gr
gula yang bekerja cepat peroral. Penderita DM tipe II yang
menggunakan obat hipoglikemia oral juga dapat mengalami
hipoglikemia (khususnya pasien yang menggunakan klorpropamid
yang merupakan obat hipoglikemia oral dengan kerja lama) (Brunner
& Suddarth, 2013).
2. Diabetes ketoasidosis. Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak
adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin. Apabila jumlah
insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemia.
Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan, ginjal
akan mensekresikan glukosa bersama air dan elektrolit. Diuresis
osmotik yang ditandai oleh poliuri akan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangan elektrolit. Terapi ketoasidosis diabetik diarahkan pada
perbaikan utama, yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis
(Brunner & Suddarth, 2013).
3. Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan DM
yang mencakup : Penyakit makrovaskuler (pembuluh darah besar) :
memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan
pembuluh darah otak. Penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil)
: memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Penyakit
neuropatik : memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom serta
berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti impotensi dan
ulkus kaki diabetik (Brunner & Suddarth, 2013).

6. Pemeriksaan Penunjang
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni,2011), menjelaskan
bahwa pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis DM ditegakkan
bila ada gejala khas DM berupa polyuria (peningkatan pengeluaran
urin), polydipsia (peningkatan rasa haus) , polifagia (peningkatan rasa
lapar) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Jika terdapat gejala khas, maka pemeriksaan
dapat dilakukan, yaitu :

1. Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl


diagnosis DM sudah dapat ditegakkan.
2. Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga
dapat digunakan untuk pedoman diagnosis DM.
3. Pemeriksaan Hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan
tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka
panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM.
Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan
kendaliglikemik.
4. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin
pada pasien DM. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui
keadaan glikemik pada tahap awal penanganan, pemeriksaan
selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan
pengendalian. Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil
pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja belum cukup
kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan investigasi
lebih lanjut yaitu: Pemeriksaan GDP ≥126 mg/dl, GDS ≥200
mg/dl pada hari yang lain.
5. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200mg/dl
B. TINJAUAN UMUM AKTIVITAS FISIK

A. PENGERTIAN AKTIVITAS FISIK


Aktifitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktifitas
otot -otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Setiap
orangmelakukan aktifitas fisik antara individu satu dengan yang
laintergantung gaya hidup perorangan dan faktor lainnya.
Aktifitasfisik terdiri dari aktifitas selama bekerja, tidur, dan pada
waktu senggang. Latihan fisik yang terencana, terstruktur,
dilakukanberulang-ulang termasuk olahraga fisik merupakan bagian
dariaktifitas fisik. Aktifitas fisik sedan yang dilakukan secara terus
menerus dapat mencegah resiko terjadinya penyakit tidak
menularseperti penyakit pembuluh darah, diabetes, kanker dan
lainnya

Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan yang dilakuakn oleh

otot untuk mengeluarkan suatu energi, atau biasa dinyatakan dalam

KiloKalori (Kkal).

Beberapa pengertian aktivitas fisik menurut para ahli

diantaranya:

 Aktivitas fisik adalah bentuk gerakan tubuh yang dilakukan oleh

oto- otot rangka yang merupakan bentuk pengeluaran tenaga

(Kkal) seperti melakuakn suatu pekerjaan, waktu senggang dan

aktivitas sehari – hari lainnya. (Adi Sapoetra : 2005)

 Aktivitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh bebagai

macam otot serta sistem yang menunjangnya. (Almatsier : 2003)


 Aktivitas fisik adalah kerja fisik yang menyangkut sistem lokomotor

yang bertujuan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari – hari.

(Lesmana : 2002)

 Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka

yang memerlukan suatu pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas

fisik akan menjadi salah satu faktor resiko independen dalam

suatu penyakit kronis yang bisa menyebabkan kematian secara

globa. (WHO : 2008)

 Aktivitas fisik pada ibu hamil merupakan berbagai macam

kegiatan yang sebaiknya dilakukan oleh inu hamil yang berguna

agar proses kelahiran bayi menjadi lancar.

 Aktivitas fisik anak adalah berbagai macam gerakan dan kegiatan

yang dilakukan pada anak seperti merangkak, berjalan, dsb.

 Aktivitas fisik lansia merupakan berbagai macam aktivitas fisik

yang bisa dilakukan atau tidak bisa dilakukan oleh orang yang

sudah tua renta seperti berlari, berjalan, dll.

B. JENIS – JENIS AKTIVITAS FISIK

 Aktivitas ringan

Aktivitas ringan yaitu aktivitas yang hanya memerlukan

sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebebkan perubahan dalam

pernafasan atau ketahanan.

Contoh : berjalan kaki, menyapu,dll

 Aktivitas sedang
Aktivitas ringan merupakan aktivitas yang membutuhkan

tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot yang berirama

atau kelenturan.

Contoh : berlari kecil, jalan cepat,dd

 Aktivitas berat

Aktivitas berat biasanya berhubungan dengan olahraga dan

membutuhkan kekuatan.

Contoh : bermain sepak bola, aerobik, outbond,dll

C. MANFAAT AKTIVITAS FISIK

Manfaat aktivitas fisik bagi kesehatan jauh lebih besar ketimbang

resiko terjadinya cidera. Ilmu pengentahuan menunjukkan bahwa

aktivitas fisik dapat mengurangi resiko kematian dini akibat penyebab

utama kematian, seperti penyakit jantung dan kanker.Manfaat

aktivitas fisik dalam jangka panjang yaitu:

a. Mengurangi resiko kematian dini

b. Badan menjadi bugar

c. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari - hari

d. Memperbaiki kesehatan mental

e. Mengurangi rasa deprsi dan kecemasan

f. Membantu membangun dan memelihara tulang, otot, dan sendi

yang sehat

g. Menyenangkan dan mengontrol berat badan

h. Mengurangi kematian akibat penyakit jantung

i.  Mengurangi resiko terjadinya diabetes

j. Mengurangi resiko timbulnya tekanan darah tinggi

k. Produktifitas kerja meningkat

l. Meningkatkan daya tahan tubuh


D. PRINSIP AKTIVITAS FISIK

Terdapat 4 prinsip dalam melakukan aktivitas fisik yang

harus difahami,yaitu:

1. BBTT

 Baik : dimulai sejak dini

 Benar : dalam melakukan aktivitas fisik dimulai dengan

peregangan pemanasan selama 5-10 menit, lalu masuk aktivitas

inti selama 30-60 menit dan diakhiri dengan pendinginan 5-10

menit

 Terukur : dihitung denyut nadi maksimal (DNM) dengan rumus

220 – umur. Zon Latihan dengan tujuan mencapai kesehatan

dan kebugaran jasmani 60%-85%.

 Teratur : 3-5 kali/minggu, diselingi istirahat 1 hari, dan durasi

aktivitas minimal 30 menit.

2. FITT

 Frekuensi : 3-5 kali/minggu, diselingi istirahat 1 hari, dan durasi

aktivitas minimal 30 menit

 Intensitas : terlebih dahulu dimuali dari aktivitas yang ringan.

Jika tubuh sudah beradaptasi dengan aktivitas fisik yang teratur

maka intensitas dapat ditingkatkan ke aktivitas sedang.

 Tempo : dimulai dari tempo lambat lalu perlahan ditingkatkan.

 Tipe : aerobik tipe 1 (jogging), tipe 2 (senamn aerobik), tipe 3

(sepak bola).
3. Usia dan penyikit

Aktivitas fisik pada anak membuat anak lebih sehat, tidak

mudah lelah, dan tidak mudah sakit. Bahkan aktivitas BBTT

membantu anak lebih fokus dalam menerima mata pelajaran, lebih

bahagia dan kompotitif.

Pada usia dewasa aktivitas fisik membantu agar lebih

produktif, lebih bugar dan tentunya juga lebih bahagia dan

kompetitif.

4. Minimal sekali setahun melakukan tes kebugaran jasmani

Bugar merupakan keadaan yang lebih baik daripada

sehat. Sehat belum tentu bugar, tetapi bugar sudah pasti sehat.

E. DAMPAK AKTIFITAS FISIK YANG TIDAK TERATUR


Dalam melakukan aktivitas fisik yang tidak teratur maka akan
berdampak pada kesehatan itu sendiri. Misalnya mudah terasa
pegal, daya tahan tubuh menurun,kalori yang menumpuk akan
menjadi lemak,dll. Hal tersebut terjadi karena tidak teraturnya
aktivitas (berolahraga) yang dilakukan, sehingga akan
mengakibatkan tau menimbulkan banyak dampak buruk bagi tubuh,
terutama untuk kesehatan.

F. MERANCANG AKTIVITAS FISIK YANG TERATUR

Untuk melakukan aktivitas fisik, dilakukan secara teratur paling

sedikit 30 menit dalam sehari, untuk kesehatan jantung, paru- paru

serta organ tubuh lainnya. Untuk mendapatkan ketahanan dan

kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 20 menit (4-7

hari per minggu). Misalnya :


 (ketahanan) : Berjalan kaki,misalnya turunlah dari mobil lebih awal

menuju tempat kerja atau sekolah kira-kira menghabiskan 20


menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte yang

menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah


 (kekuatan) : Peregangan,mulai dengan perlahan-lahan tanpa

kekuatan atau sentakan,lakukan secara teratur untuk 10-30

detik,bisa di mulai dari tangan dan kaki.

C. TINJAUAN UMUM DIABETES MILITUS


1. Pengertian Metabolisme
Metabolisme merupakan suatu proses pembentukan atau
pengurain zat di dalam sel yang di sertai dengan adanya
perubahan energi. Proses – proses ini terjadi di dalam sel mahluk
hidup. Proses yang ter jadi dapat berupa pembentukan zat atau
dapat pula berupa penguraian zat menjadi zat – zat yang lebih
sederhana. Proses pembentukan zat terjadi pada proses
fotosintesis , kemosintesis, sintesis lemak, dan sintesis protein.
Proses penguraian zat dapat berupa respirasi sel dan fermentasi
sel.
Metabolisme adalah segala proses resksi kimia yang terjadi di
dalam mahluk hidup  mulai mulai dari mahluk bersel satu yang
sangat sederhana seperti bakteri, protozoa, jamur, tumbuhan,
hewan, sampai kepada manusia, mahluk yang susunan tubuhnya
sangat kompleks. Di dalam proses ini mahluk hidup mendapat,
mengubah, dan memakai senyawa kimia dari sekitarnya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Hampir setiap reaksi yang berlangsung in vivo, di katalis oleh
enzim. Bila kami membayangkan suatu organism hidup sebagai
suatu laboratorium kimia yang sangat istimewa, maka enzim
merupakan operator – operator yang terlatih, yang mampu
membuat reaksi – reaksi canggih dengan kecepatan terkendali dan
hasil yang tinggi.           
Dalam proses metabolisme, enzim sangat diperlukan sebagai
katalisator ( senyawa yang dapat mempercepat proses terjadinya
reaksi tanpa habis reaksi ). Enzim bekerja dengan cara menempel
pada permukaan molekul zat – zat yang bereaksi, dan dengan
demikian dapat mempercepat proses reaksi.
Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme
untuk dapat bertahan hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan
oleh suatu senyawa yang disebut sebagai hormon, dan
dipercepatkan oleh senyawa organik yang disebut sebagai enzim.
Pada senyawa organik, penentu arah reaksi kimia
disebut promoter dan penentu percepatan reaksi kimia
disebut katalis.
Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan
sejumlah substrat yang berinteraksi dengan enzim pada jenjang-
jenjang reaksi guna menghasilkan senyawaintermediat yang lazim
disebut dengan metabolit, yang merupakan substrat pada jenjang
reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada
suatu jenjang reaksi disebut metabolom. Semua ini dipelajari pada
suatu cabang ilmu biologi yang disebutmetabolomika.
2. Pembagian Metabolisme
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa dalam proses
metabolisme ada dua proses yaitu proses pembentukan dan
penguraian.Proses pembentukan dalam metabolisme di sebut juga
proses anabolisme. Sedangkan proses penguraian disebut juga
dengan proses katabolisme. Kedua proses ini disebut juga sebagai
arah lintasan dari proses metabolisme. 
1. Anabolisme
Anabolisme adalah lintasan metabolisme yang menyusun
beberapa senyawa organik sederhana menjadi senyawa kimia
atau molekul kompleks.Proses ini membutuhkan energi dari
luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa
energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut,
selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa
sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks.
Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak
hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada
senyawa kompleks yang terbentuk.
Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi
prekursor sepertiasam amino, monosakarida, dan nukleotida.
Kedua, adalah aktivasi senyawa-senyawa tersebut menjadi
bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga,
penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks,
seperti protein, polisakarida, lemak, danasam nukleat.
Hasil-hasil anabolisme berguna dalam fungsi yang esensial.
Hasil-hasil tersebut misalnya glikogen dan protein sebagai
bahan bakar dalam tubuh, asam nukleat untuk pengkopian
informasi genetik. Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun
struktur tubuh makhluk hidup, baik intraselular maupun
ekstraselular. Bila sintesis bahan-bahan ini lebih cepat dari
perombakannya, maka organisme akan tumbuh.
Reaksi yang termasuk dalam reaksi anabolisme yaitu
fotosintesis dan kemosintesis. Fotosintesis ialah reaksi
anabolisme yang menggunakan energi cahaya.  sedangkan
kemosintesis ialah reaksi anabolisme  yang menggunakan
energi kimia. Berikut akan di jelaskan lebih lanjut mengenai
salah satu reaksi anabolisme yaitu fotosintesis.
Fotosintesis merupakan suatu proses dimana terjadi proses
pengolahan energi yang diperoleh dari sinar matahari dan juga
karbon dioksida ( CO2 ) menjadi senyawa kimia organik. Proses
fotosintesis dilakukan oleh tumbuhan tingkat tinggi, tumbuhan
pakis, lumut, ganggang ( ganggang hijau, biru, merah dan
cokelat ).
Energi matahari yang di tangkap oleh proses fotosintesis
merupakan lebih dari 90% sumber energi yang di pakai oleh
manusia untuk pemanasan, cahaya, dan tenaga.Batu bara, gas
bumi, dan minyak bumi adalah sumber energi yang berasal dari
hasil perombakan bahan alam hayati oleh adanya jasad
berfotosintesis dalam waktu jutaan tahun yang silam. 
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena
masih ada sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan,
meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses
vital ini. Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan
semua cabang ilmu pengetahuan alam utama,
seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya
fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang
memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini.
Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya
pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat)
biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi
menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan
cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum),
sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma. Dalam reaksi
terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan
menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap
terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar
CO2 dan energi (ATP danNADPH). Energi yang digunakan
dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada proses
reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap
bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom
karbon menjadi molekul gula. Dari semua radiasi matahari yang
dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang
dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang
gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700
nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm),
hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (<
400 nm).
Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap
fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya
yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada
membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang
gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya
pada panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas mengandung
beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap
cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya biru
dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a
berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b
tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang. Proses
absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron
berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan
dan ditangkap oleh akseptor elektron. Proses ini merupakan
awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis.
Berikut rumus umum atau persamaan umum dari proses
fotosintesis :
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Tumbuhan menggunaka karbon dioksida dan air untuk
menghasilkan gula danoksigen yang diperlukan sebagai
makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari
fotosintesis. Selain itu, cahaya matahari juga punya peran
penting dalam proses fotosintesis.
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang
disebut klorofil.Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada
tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut
kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam
fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang
berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar
energi dihasilkan di daun.
Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil
yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter
perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa
warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya
sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya
dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk
mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun
penguapan air yang berlebihan.
Proses fotosintesis berlangsung pada organel tumbuhan
yaitu kloroplas.Kloroplas terdapat pada semua
bagian tumbuhan yang berwarna hijau,
termasuk batang dan buah yang belum matang. Di dalam
kloroplas terdapat pigmenklorofil yang berperan dalam proses
fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram
dengan ruang yang disebut stroma. Stroma ini dibungkus oleh
dua lapisan membran. Membran stroma ini disebut tilakoid,
yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang
disebut lokuli.
Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang
bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum).
Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan
tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang
merupakan ruang di antara membran tilakoid. Bila sebuah
granum disayat maka akan dijumpai
beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil
b, karetonoid, dan lipid. Secara keseluruhan, stroma berisi
protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-vitamin,
dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun
perak (Cu). Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.
Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia
berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa
glukosa yang dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri
sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam
fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.
2. Katabolisme
Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim.
Penguraian senyawa ini menghasilkan atau melepaskan energi
berupa ATP yang biasa digunak4an organisme untuk
beraktivitas. Katabolisme mempunyai dua fungsi, yaitu
menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul lain, dan
menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan
aktivitas sel. Reaksi yang umum terjadi adalah reaksi
oksidasi. Energi yang dilepaskan oleh reaksi katabolisme
disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP
(Adenosin trifosfat) dan berenergi elektron tinggi NADH2
(Nikotilamid adenin dinukleotida H2) serta FADH2 (Flavin
adenin dinukleotida H2). 

Tabel macam-macam reaksi katabolisme :


Respirasi sel
Tahapan Tempat Substrat hasil
2ATP, 2Asam
piruvat,
Glikolisis Sitoplasma C6H12O6 2NADH
Dekarboksilasi
oksidatif Mitokondria Asam piruvat Asetil CO-A
Matriks
Siklus asam sitrat mitokondria Asetil CO-A NADH2 + ATP
30ATP +
Membran dalam NADH2 dan 4ATP + H2O+
Transpor elektron mitokondria FADH2 CO2
Matriks
Siklus krebs mitokondria Glukosa
Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan
energi (dalam bentuk ATP dan NADPH) dari molekul-
molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan protein).
Jalur-jalur metabolisme respirasi sel juga terlibat dalam
pencernaan makanan.
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi
energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan
senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam
menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan
kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan
pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup
proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah
pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan
organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil,
sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan
penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi
tidak melulu melibatkan oksigen.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang
dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada
organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-
asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan
beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah
reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas
ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau
NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia
endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan
energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini.
Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia
memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang
demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun
demikian, banyak proses respirasi yang tidak melibatkan
oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa
dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh
khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob
menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa
logam sebagai oksidator. Respirasi dilakukan pada satuan
sel. Proses respirasi pada organisme eukariotik terjadi di
dalam mitokondria.
A. Respirasi Aerob
- Glikolisis
Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi
glukosa. Glikogenolisis adalah lintasan metabolisme yang
digunakan oleh tubuh, selain glukoneogenosis, untuk
menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma
darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada
glikogenolisis, glikogen digradasi berturut-turut dengan 3
enzim, glikogen fosforilase, glukosidase, fosfoglukomutase,
menjadi glukosa. Hormon yang berperan pada lintasan ini
adalah glukagon dan adrenalin.
Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan
ATP tanpa membutuhkan .oksigen. Glikolisis adalah
serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi
menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis adalah salah satu
proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal,
dan terjadi (dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel
dalam hampir seluruh bentuk organisme.
Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit
energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi
aerobik yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan
dalam senyawa organik berupa adenosine triphosphate atau
yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP dan NADH.
Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan
Embden-Meyerhof-Parnas (bahasa Inggris: EMP pathway),
yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto
Meyerhof dan Jakub Karol Parnas. Selain itu juga terdapat
lintasan Entner–Doudoroff yang ditemukan oleh Michael
Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya
pada selprokariota, dan berbagai lintasan heterofermentatif
dan homofermentatif.
Ringkasan reaksi glikolisis pada lintasan EMP adalah
sebagai berikut:
Sedangkan ringkasan reaksi dari glikolisis, siklus asam sitrat
dan fosforilasi oksidatif adalah:
Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari
glukosa. Jalur pentose fosfat adalah adalah jalur alternative
metabolism glukosa. Jalur ini berlangsung di sitosol. Enzim
yang terlibat antara lain G6P, transketolase, dan
transaldolase.
- Siklus Krebs
Siklus krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob.
Nama siklus ini berasal dari nama orang yang menemukan
reaksi tahap kedua respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs.
Siklus ini disebut juga siklus asam sitrat. Siklus krebs diawali
dengan adanya 2 molekul asam piruvat yang dibentuk pada
glikolisis yang meninggalkan sitoplasma masuk ke
mitokondria.Sehingga, siklus krebs terjadi di dalam
mitokondria.
Tahapan siklus krebs adalah sebagai berikut:
a. Asam piruvat dari proses glikolisis, selanjutnya masuk ke
siklus krebs setelah bereaksi dengan NAD+
(Nikotinamida adenine dinukleotida) dan ko-enzim A atau
Ko-A, membentuk asetil Ko-A. Dalam peristiwa ini, CO2
dan NADH dibebaskan. Perubahan kandungan C dari 3C
(asam piruvat) menjadi 2C (asetil ko-A).
b.  Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam oksalo
asetat (4C) dan terbentuk asam sitrat (6C). Dalam
peristiwa ini, Ko-A dibebaskan kembali.
c.  Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam alfa
ketoglutarat (5C) dengan membebaskan CO2.
d. Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu pembentukan
asam suksinat (4C) setelah bereaksi dengan NAD+
dengan membebaskan NADH, CO2 dan menghasilkan
ATP setelah bereaksi dengan ADP dan asam fosfat
anorganik.
e. Asam suksinat yang terbentuk, kemudian bereaksi
dengan FAD (Flarine Adenine Dinucleotida) dan
membentuk asam malat (4C) dengan membebaskan
FADH2.
f. Asam malat (4C) kemudian bereaksi dengan NAD+ dan
membentuk asam oksaloasetat (4C) dengan
membebaskan NADH, karena asam oksalo asetat akan
kembali dengan asetil ko-A seperti langkah ke 2 di atas.
Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap
kedua dalam respirasi aerob yang mempunyai tiga fungsi,
yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk
kembali oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus
krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs, dihasilkan 6 NADH, 2
FADH2, dan 2 ATP.

- Transpor electron
Transpor elektron terjadi di membran dalam
mitokondria, dan berakhir setelah elektron dan H+ bereaksi
dengan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir,
membentuk H2O. ATP yang dihasilkan pada tahap ini
adalah 32 ATP. Reaksinya kompleks, tetapi yang berperan
penting adalah NADH, FAD, dan molekul-molekul khusus,
seperti Flavo protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom.
Dikenal ada beberapa sitokrom, yaitu sitokrom C1, C, A, B,
dan A3. Elektron berenergi pertama-tama berasal dari
NADH, kemudian ditransfer ke FMN (Flavine Mono
Nukleotida), selanjutnya ke Q, sitokrom C1, C, A, B, dan A3,
lalu berikatan dengan H yang diambil dari lingkungan
sekitarnya. Sampai terjadi reaksi terakhir yang membentuk
H2O. Jadi hasil akhir proses ini terbentuknya 32 ATP dan
H2O sebagai hasil sampingan respirasi. Produk sampingan
respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh, pada
tumbuhan melalui stomata dan melalui paru-paru pada
pernapasan hewan tingkat tinggi. Ketiga proses respirasi
dapat diringkas sebagai berikut.
- Fosforilasi oksidatif
Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan
metabolisme yang menggunakan energi yang dilepaskan
oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan ATP, dan
mereduksi gas oksigen menjadi air.
Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi
menggunakan berbagai jenis nutrien, hampir semuanya
menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.
Lintasan ini sangat umum digunakan karena sangat efisien
untuk mendapatkan energi, dibandingkan dengan proses
fermentasi alternatif lainnya seperti glikolisis
anaerobik. Dalam proses fosforilasi oksidatif, elektron yang
dihasilkan oleh siklus asam sitrat akan ditransfer ke
senyawa NAD+ yang berada di dalam matriks mitokondria.
Setelah menerima elektron, NAD+akan bereaksi menjadi
NADH dan ion H+, kemudian mendonorkan elektronnya ke
rantai transpor elektron kompleks I dan FAD yang berada di
dalam rantai transpor elektron kompleks II. FAD akan
menerima dua elektron, kemudian bereaksi menjadi
FADH2 melalui reaksi redoks.
Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan
untuk membentuk ATP. Pada eukariota, reaksi redoks ini
dijalankan oleh serangkaian kompleks protein di dalam
mitokondria, manakala pada prokariota, protein-protein ini
berada di membran dalam sel. Enzim yang saling
berhubungan ini disebut sebagai rantai transpor elektron.
Pada eukariota, lima kompleks protein utama terlibat dalam
proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak
enzim-enzim berbeda yang terlibat.
Elektron yang melekat pada molekul rantai transpor
elektron di sisi dalam membran mitokondria akan menarik
ion H+ menuju membran mitokondria sisi luar, disebut
kopling kemiosmotik,[4] yang menyebabkan kemiosmosis,
yaitu difusi ion H+ melalui ATP sintase ke dalam mitokondria
yang berlawanan dengan arah gradien pH, dari area dengan
energi potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju matriks
dengan energi potensial lebih tinggi. Proses kopling
kemiosmotik menghasilkan kombinasi gradien pH dan
potensial listrik di sepanjang membran ini yang disebut gaya
gerak proton. Energi gaya gerak proton digunakan untuk
menghasilkan ATP melalui reaksi fosforilasi ADP.
Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital
metabolisme, ia menghasilkan spesi oksigen reaktif seperti
superoksida dan hidrogen peroksida pada kompleks I. Hal ini
dapat mengakibatkan pembentukan radikal bebas, merusak
sel tubuh, dan kemungkinan juga menyebabkan penuaan.
Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini
juga merupakan target dari banyak obat dan racun yang
dapat menghambat aktivitas enzim.
- Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif atau disingkat dengan DO
adalah proses Perubahan Piruvatmenjadi Asetilkoezim –
A. Proses ini berlangsung karboksilasi Oksidatif ini di
membran luar mitocondria sebagai fase antara sebelum
Siklus Krebs ( Pra Siklus Krebs ) sehingga DO sering
dimasukkan langsung dalam Siklus krebs. Reaksi oksidasi
piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan
tahap reaksi penghubung yang penting antara glikolisis
dengan jalur metabolisme lingkar asam trikarboksilat (daur
Krebs). Reaksi yang diaktalisis oleh kompleks piruvat
dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan tiga
macam enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil
transasetilase, dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam
koenzim (tiaminpirofosfat, asam lipoat, koenzim-A, flavin
adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenine dinukleotida)
dan berlangsung dalam lima tahap reaksi. 
Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini irreversibel,
dengan ∆ G 0 = - 80 kkal per mol. Reaksi ini merupakan
jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs. Tahap
reaksi pertama dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang
menggunakan tiamin pirofosfat sebagai
koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa
α-hidroksietil yang terkait pada gugus cincin tiazol dari tiamin
pirofosfat. 
Pada tahap reaksi kedua α-hidroksietil
didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian dipindahkan
dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang
berikutnya, yaitu asam lipoat, yang terikat pada enzim
dihidrolipoil transasetilase. 
Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah
menjadi bentuk reduksinya, gugus sulfhidril. Pada tahap
reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara
enzim dari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol
(sulfhidril pada koenzim-A).
Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim
kompleks piruvat dehidrogenase. Pada tahap reaksi
keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat pada
dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk
disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang
berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida).
Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk
reduksi dari FAD) yang tetap terikat pada enzim, dioksidasi
kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida)
manjadi FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH
(bentuk reduksi dari NAD +).
B. Reaksi anaerob
- Fermentasi
Fermentasi adalah proses pembebasan energy tanpa
oksigen. Ciri-ciri dari fermentasi adalah :
1. Terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen
bebas
2. terjadi proses glikolisis
3. tidak terjadi penyaluran elektron ke Siklus Krebs dan
Transpor Elektron
4. energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan
dengan Respirasi aerob
Fermentasi terdiri atas 3 macam, yaitu:
a. Fermentasi Asam Laktat
b. Fermentasi Alkohol
c. Fermentasi Asam Cuka

1. Fermentasi Asam Laktat 


Fermentasi Asam Laktat merupakan proses
fermentasi yang menghasilkan Asam Laktat. Ciri-ciri dari
fermentasi asam laktat adalah:
1. Terjadi pada hewan tingkat tinggi dan manusia
2. menghasilkan Asam Laktat sebagai produk sampingan
yang mengakibatkan:
 napas tersengal-sengal
 pegal-pegal di sekujur tubuh
3. dihasilkan energi sebesar 2 ATP
4. reaksi sederhananya: 2CH3CCOCOOH →
2CH3CHOHCOOH + 47 kkal
2. Fermentasi Alkohol 
Fermentasi Alkohol merupakan proses fermentasi
yang menghasilkan alkohol sebagai produk sampingan.
Ciri-ciri fermentasi alkohol:
1. terjadi pada sel Ragi (Saccharomyces cerreviceae).
2. menghasilkan alkohol sebagai produk sampingan.
Alkohol mengakibatkan racun bagi organisme tersebut.
3. dihasilkan energi sebesar 2 ATP + 2 NADH2
4. reaksi sederhananya:
2CH3COCOOH → 2CH3CH2OH + 2CO2 + 28 kkal
3. Fermentasi Asam Cuka
Fermentasi asam cuka merupakan proses fermentasi
yang berlangsung dalam keadaan aerob dan menghasilkan
asamcuka.
Ciri-ciri fermentasi asam cuka:
- terjadi pada bakteri asam cuka
- substratnya adalah Etanol (Alkohol)
- dihasilkan energi 5 kali lebih besar dari fermentasi
alkohol, yaitu 10 ATP
3. Contoh Metabolisme
1. Metabolisme Karbohidrat
Glukosa merupakan pusat dari semua metabolisme.
Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan
merupakan sumber karbon untuk sintesis sebagian besar
senyawa lainnya, sebagian besar seyawa lainnya. Semua jenis sel
menggunakan glukosa untuk memperoleh energi. Gula lain dalam
makanan terutama fruktosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa
atau zat antara dalam metabolisme glukosa.
Metabolisme karbohidrat terdiri dari 3 fase :
a. Glikolisis→ proses merubah glukose → asetil Co-A
b. siklus kreb→ proses merubah asetil Co-A → H
c. fosforilasi Oksidatif → proses mereaksikan H + O → H2O +
ATP

Tahap pertama Metabolisme Karbohidrat

 Glikolisis: proses perubahan glukose menjadi asam piruvat atau


asetil ko-enzim A
 Glikolisis merupakan proses awal metabolisme karbohidrat
 Glikolisis terjadi didalam sitoplasma sel, dan telah menghasilkan
2    ATP
  Glukose → asam piruvat + 2 ATP .(4)
2.  Metabolisme Lemak
Sebagian besar lemak yang ada didalam tubuh akan masuk
kedalam kategori asam lemak dan triasigliserol; gliserofosfolipid
dan sfingolipid; eikosanoid, kolesterol, garam empedu dan hormon
steroid serta vitamin larut lemak. Lemak-lemak ini memiliki fungsi
dan struktur kimia yang sangat beragam, namun memiliki satu sifat
yang sama, relatif tidak larutdalam air. (4)
Metabolisme lemak terdiri dari 3 fase :
a. β oksidasi → proses merubah asam lemak → asetil Co-A
b. Siklus Kreb → proses merubah asetil Co-A →H
c. Fosforilasi Oksidatif → proses mereaksikan H + O → H2O +
ATP
Tahap Pertama Metabolisme lemak

 Beta oksidasi: proses pemecahan lemak menjadi asetil


koenzim-A
 Asetil koenzim-A adalah senyawa organik yang mempunyai
2 rantai karbon
 Beta oksidasi memecah lemak (rantai C yang panjang)
menjadi asetil koenzim-A (2 rantai C)
 Lemak dengan x rantai carbon akan dipecah dengan beta
oksidasi menjadi: (x/2) asetil koenzim-A.(4)
3. Metabolisme Protein
Protein bagi manusia merupakan senyawa yang sangat penting
artinya dan tersebar baik intra maupun ekstraseluler diberbagai
jaringan atau organ. Dalam tubuh manusia terdapat ribuan protein
ddengan berbagai fungsi dan bentuk yang beranekaragam.
Metabolisme protein terdiri dari 3 fase
a. Deaminasi → proses merubah asam amino → asetil Co-A
b. Siklus Kreb → proses merubah asetil Co-A → H
c. Fosforilasi Oksidatif →proses mereaksikan H + O → H2O +
ATP

Tahap Pertama Metabolisme Protein

 Deaminasi: proses pembuangan gugus amino dari asam amino


 Asam α-ketoglutarat + Asam Amino → Asam α –keto + Asam
Glutamat + NH3
 Deaminasi adalah proses pengambilan gugus amino dari asam
amino menjadi zat yang dapat masuk siklus Krebs
 Zat yang dapat masuk siklus Krebs adalah: asam alfa keto
glutarat, suksinil koenzim-A, asam fumarat, oksaloasetat, asam
sitrat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah melihat hubungan aktivitas
fisik terhadap peningkatan basal metabolism pada pasien Diabetes Militus di
kota Makassar.

Variabel Independen Variabel Dependen

Aktivitas Fisik Diabetes Militus

Keterangan :

: Variabel Independent
::

: Variabel Dependen

: Garis penghubung Variabel


B. DEFINISI OPERASIONAL

Tebel Definisi Operasional

Variab-
Definisi Variabel Skala Alat ukur Kriteria
No el
1 Aktivitas Ordin- Kuesio-
Aktivitas fisik -Aktivitas ringan
     
Fisik al ner
merupakan Aktivitas ringan yaitu

suatu gerakan aktivitas yang hanya

yang dilakuakn memerlukan sedikit tenaga

oleh otot untuk dan biasanya tidak

mengeluarkan menyebebkan perubahan

suatu energi, dalam pernafasan atau

atau biasa ketahanan.

dinyatakan b. -Aktivitas sedang

dalam KiloKalori Aktivitas ringan

(Kkal). merupakan aktivitas yang

membutuhkan tenaga

intens atau terus menerus,

gerakan otot yang berirama


atau kelenturan.

       -Aktivitas berat

Aktivitas berat biasanya

berhubungan dengan

olahraga dan membutuhkan

kekuatan.

2 Diabetes DM adalah Ordin Kuesio


Millitus penyakit yang al ner
ditandai
dengan
terjadinya
hiperglikemia
dan
gangguan
metabolisme
karbohidrat,
lemak dan
protein yang
dihubungkan
dengan
kekurangan
secara
absolut atau
relatif dari
kerja dan
atau sekresi
insulin.
Gejala yang
dikeluhkan
pada pasien
diabetes
mellitus yaitu
polidipsia,
poliuria,
polifagia,
penurunan
berat badan,
kesemutan
C. Rancangan/Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan “cross
sectional”. yaitu metode pengambilan data dimana variabel independent dan
variabel dependent diteliti dalam waktu yang bersamaan.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi ini adalah pasien dengan penyakit Diabetes Millitus yang menjalani
perawatan di RSUD kota Mkassar
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi
itu.Dengan jumlah sampel sebanyak 108 responden.

E. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah kota Makassar dari
bulan Februari – April 2021

F. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis 1. Data
sekunder Data sekunder yaitu data pendukung yang meliputi data pasien Rawat
Jalan di RS Labuang Baji Makassar, tinjauan literatur, dan hasil penelitian
terdahulu. 2. Data Primer Data primer diperoleh dengan wawancara langsung
dengan responden sebagai sampel dan menggunakan kuesioner observasi yang
telah disediakan.
G. Cara Pengolahan
Data yang diperoleh diolah atau di input secara elektronik dengan fasilitas
computer
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penelitian perlu mendapat rekomendasi dan
institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi
atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah
melakukan penelitian dan dalam melaksanakan penelitian tetap memperhatikan
masalah etik yang meliputi :
1. Informed consent/Lembar persetujuan
Lembar persetujuan iniakan diberikan kepada responden yang diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
Selama penelitian, peneliti tidak memaksakan kehendak dan tetap
menghormati hak-hak subjek.
2. Anonimity/Kerahasiaan identitas
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidakakan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3. Confidentiality/Kerahasiaan informasi
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai