SKRIPSI
Oleh
NIM : 221070038
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Diabetes Mellitus (DM) telah menyebabkan 4,2 juta kematian pada tahun
2019. Di Indonesia, penyakit DM merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular
yang menyebabkan kematian utama. Kepatuhan diet menjadi perilaku yang sangat
penting dan diperlukan kendali diri. Diabetes Melitus selalu mengalami
peningkatan setiap tahun dan menjadi ancaman kesehatan dunia. Prevalensi
Diabetes Melitus tipe 2 menyumbang 90% dari semua diabetes dan merupakan
salah satu yang terbanyak di seluruh dunia. Menurut Federasi Diabetes
Internasional (IDF) (2019), sekitar setengah miliar orang menderita diabetes.
Berdasarkan data dari Open Data Jabar tahun 2019 pasien penderita diabetes
melitus di Kota Depok adalah 48.899 orang. Sedangkan di tahun 2020 pasien
penderita diabetes melitus adalah 50.631 orang. Dari data yang didapat oleh
penulis, penyakit diabetes millitus tipe 2 menjadi urutan ke 8 tertinggi dari 1.029
daftar penyakit-penyakit yang dirawat inap di RS Sentra Medika Cisalak ditahun
2022 dari bulan januari sampai dengan oktober, dengan prevalensinya 1,9%.
Prevalensi rawat jalan bulan september 1,2% meningkat pada bulan oktober
1,8% pasien. Jumlah penderita DM tipe 2 semakin meningkat pada kelompok
umur dewasa terutama pada umur > 30 tahun dan pada seluruh status sosial
ekonomi (Perkeni, 2019). Salah satu indikator hasil terapi yang diberikan pada
pasien diabetes melitus adalah kontrol glukosa darah.Penyakit Diabetes Melitus
memiliki dampak sangat berbahaya karena dapat menimbulkan komplikasi.
Komplikasi diabetes melitus terjadi pada semua organ tubuh dengan Penyebab
kematian adalah penyakit arteri koroner pada 50% dan gagal jantung pada 30%.
Selain kematian, diabetes juga menyebabkan kecacatan, hingga 30% penderita
diabetes menjadi buta akibat komplikasi retinopati dan 10% membutuhkan
amputasi kaki (Bustan, 2015). Oleh karena itu diperlukan usaha pengendalian
yang harus dilakukan oleh pasien Diabetes Melitus.
Menurut penelitian Bertalina & Purnama (2017), lebih responden (60%) yang
tidak patuh terhadap diet diabetes. beberapa hal masih umum mengabaikan
responden tidak mengurangi konsumsi makanan manis bahkan setelah
menggunakan pengganti gula, tidak berolahraga, jarang mengkonsumsi sayuran
dan tidak mengontrol berat badan. Mayoritas dari responden telah mengalami
komplikasi atau memiliki penyakit lain seperti hipertensi dan asam urat. Adanya
komplikasi atau penyakit lain tersebut membuat pasien sering tidak mematuhi
anjuran diet yang diberikan (Bertalina & Purnama, 2017).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
TINJAUAN TEORITIS
A. Diabetes Melitus
1. Pengertian
4) Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi > 4000 gram atau riwayat
pernah menderita diabetes gestational.
5) Riwayat lahir dengan BB kurang dari 2,5 kg (bayi yang lahir dengan BB rendah
mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan BB
normal).
4) Dislipidemia ( HDL250mg/dL)
5) Diet yang tidak sehat (unhealthy diet), diat dengan tinggi gula dan rendah serat
akan meningkatkan risiko menderita pre Diabetes atau intoleransi glukosa dan
DM tipe 2.
Adalah seringnya buang air kecil terutama pada malam hari dengan volume
banyak. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang tidak bisa
ditoleransi oleh ginjal dan agar urin yang dikeluarkan tak terlalu pekat, ginjal
harus menarik banyak cairan dari dalam tubuh.
c. Polifagia(banyak makan)
Adalah seringnya merasa lapar yang luar biasa. Hal ini disebabkan karena
gula darah yang tidak bisa masuk kedalam sel, dimana sel-sel tubuh tidak dapat
menyerap glucose akibatnya tubuh secara keseluruhan kekurangan energi dan
lemas sehingga sel-sel akan mengirim sinyal lapar ke otak untuk menggerakkan
pasien makan terus menerus. Pada fase ini pasien menunjukan berat badan yang
terus naik atau bertambah gemuk.
5. Klasifikasi
a. DM tipe I (Insulin Dependen Diabetes Melitus atau IDDM)
DM Tipe I (IDDM) muncul pada saat pankreas tidak dapat atau kurang
mampu memproduksi insulin sehingga insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada
sama sekali. Gula darah di dalam darah menumpuk karena tidak dapat diangkut ke
dalam sel. DM tipe ini tergantung pada insulin, oleh karena itu pasien
memerlukan suntikan insulin. DM Tipe I (IDDM) merupakan suatu gangguan
autoimun (autoimmune disorder) yang ditandai dengan kerusakan sel-sel beta
Langerhans pankreas. Karena itu, DM jenis ini kebanyakan ditemukan pada anak
usia muda, minimal sebelum usia 35 tahun. Sebaliknya, DM 2 lebih banyak
menyerang usia lanjut, karena disebabkan oleh adanya degenerasi atau kerusakan
organ dan faktor gaya hidup (Bustan, 2015).
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan
a. Edukasi
Edukasi yang ditujukan untuk mempromosikan pola hidup sehat harus
selalu menjadi bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
penting dari pengelolaan DM secara keseluruhan.
b. Pengaturan makanan/diet
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2
apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani dilakukan secara teratur 3-5 kali seminggu, kira-kira 30-45 menit, jadi
total 150 menit untuk seminggu. Tidak lebih dari 2 istirahat di antara latihan
setiap hari. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
latihan jasmani. Apabila hasil kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien diharuskan
mengkonsumsi karbohidrat dahulu dan bila hasil kadar glukosa >250 mg/dL
disarankan untuk menunda latihan jasmani.
d. Terapi Farmakologis
i. Sulfonilurea
Obat golongan ini memiliki efek utama yaitu meningkatkan hasil sekresi
insulin oleh sel beta pankreas.
ii. Glinid
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivate asam
benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin).
i. Metformin
Metformin merupakan salah satu pilihan pertama pada sebagian besar kasus
DMT2. Dosis Metformin dapat diturunkan pada pasien dengan adanya gangguan
fungsi ginjal (GFR 30-60 ml/menit/1,73 m2).
ii. Tiazolidindion (TZD).
Golongan ini memiliki efek dapat Ini mengurangi resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein transpor glukosa,sehingga meningkatkan
penyerapan glukosa di jaringan perifer.
B. Kepatuhan.Diet
1. Pengertian
Diet merupakan salah satu dari empat pilar dalam pengelolaan Diabetes
Melitus sehingga diet sangat perlu untuk dikelola dengan baik. Kendala utama
pada penanganan diet Diabetes Melitus adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti
diet. Kunci utama diet pada DM adalah 3J yaitu jumlah kalori makanan, jenis dari
makanan, dan jadwal pemberian makanan. Zanti (2017) menemukan bahwa
mayoritas penderita diabetes (53,1%) 3J (jumlah, jenis,Jadwal waktu).
2. Komposisi/Jenis Makanan
3. Batasi makanan
Pasien DM juga harus membatasi makanan dari jenis gula, minyak dan
garam. Makanan untuk diet DM biasanya kurang bervariasi, sehingga banyak
pasien DM yang merasa bosan, sehingga variasi diperlukan agar pasien tidak
merasa bosan. Hal itu diperbolehkan asalkan penggunaan makanan penukar
memiliki kandungan gizi yang sama dengan makanan yang digantikan (Suyono,
2011).
1) Karbohidrat
i. Karbohidrat yang dianjurkan adalah sebesar 45-65% total asupan energi. Terutama
karbohidrat yang berserat tinggi.
ii. Pembatasan karbohidrat total jika <130 g/hari tidak dianjurkan. Kadar gula dalam
bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes melitus dapat makan sama
dengan makanan keluarga yang lain.
iv. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak melebihi
batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI)
v. Dianjurkan makan 3 kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan selingan
seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori dalam sehari.
2) Lemak
i. Asupan lemak yang dianjurkan dan tidak kurang lebih 20-25% dari kebutuhan
kalori harian jangan melebihi 30% dari total konsumsi energi. Konfigurasi yang
disarankan:
ii. Ada banyak bahan yang perlu dibatasi antara lain, mengandung asam lemak
jenuh dan trans antara lain: daging berlemak dan susu fullcream
3) Protein
ii. Protein sumber yang baik adalah ikan, udang, cumi-cumi, daging merah,
unggas tanpa kulit, dan produk susu.rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, tempe
Penderita diabetes harus mengurangi asupan protein hingga 0,8 g/kg berat badan
atau kebutuhan energi 10 % per hari, 65% di antaranya bernilai biologis tinggi
kecuali pasien DM yang menjalani hemodialisa dapat mengkonsumsi 1-1,2 g/kg
protein BB per hari.
4) Natrium
i. Asupan natrium yang dianjurkan untuk pasien DM adalah orang yang sehat
kurang dari 2300 mg setiap hari
ii. Penderita diabetes juga memiliki tekanan darah tinggi dan perlu mengurangi
natrium secara individual
iii. Sumber natrium termasuk garam meja, MSG, dan soda pengawet seperti
natrium benzoat dan natrium nitrit.
5) Serat
i. Penderita DM
ii. Asupan serat yang dianjurkan adalah 20-35 gram per hari
6) Pemanis alternatif
ii. Pemanis alternatif dibagi menjadi pemanis kalori dan non kalori.
2) Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya
25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat
badan, dan lain-lain.
ii. Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi:
BB Normal : BB ideal (x 10 %)
iii. Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT :
BB Kurang <18,5
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih ≥23,0
Obes I 25,0-29,9
Obes II ≥30.
Tabel 2.1
2 Protein rendah lemak Ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tahu, tempe,
kacang kacangan
3 Lemak (dalam jumlah Makanan yang diolah dengan cara dipanggang,
terbatas) dikukus, direbus, dan dibakar.
Sumber : (Almatsier, 2013)
3. Jumlah Makanan
Jumlah makanan yang akan dikonsumsi oleh pasien ditentukan oleh aktifitas,
Berat Badan, Tinggi Badan, usia dan jenis kelamin. Kebutuhan kalori dihitung
menggunakan rumus Harris Benedict untuk menentukan Basal Energy
Expenditure (BEE).
4. Jadwal makanan
Jadwal makan pasien DM harus diatur sedemikian rupa sehingga gula darah
pasien normal atau stabil. Pasien tidak boleh terlambat untuk makan. Jam makan
yang tidak teratur bisa menyulitkan pengaturan gula darah..Jam makan diatur
sekitar 5 sampai 6 jam diantara menu berat pagi, siang dan malam. Kudapan
diberikan 2-3 jam setelah menu berat (Tandra, 2013). Pengaturan jam makan bisa
juga dihitung berdasarkan berat ringannya aktifitas yang akan dilakukan oleh
pasien. Bila pasien beraktifitas pada siang hari maka jam sarapan pagi dengan jam
makan siang tidak masalah mengalami sedikit jarak pendek, untuk makan malam
mereka makan jam 18.00 atau 19.00. semua harus disesuaikan dengan keadaan
pasien. Sering melanggar jadwal makan akan berakibat gula darah naik turun yang
bisa merusak pembuluh darah dan komplikasi tidak dapat dihindari (Beck, 2011).
Jadwal makan adalah waktu makan yang tetap yaitu makan pagi, siang dan malam
pada pukul 7.00-8.00, 12.00-13.00, dan 17.00-18.00, serta selingan pada pukul
10.30-11.00 dan 15.30-16.00 (Almatsier, 2013)
5. Kerangka Teori
Kerangka Teori
Penyebab DM
Komplikasi : :
genetik/faktor
Penyakit jantung koroner
keturunan
Gagal jantung
Umur
Kematian
Jenis kelamin
Kecacatan
Obesitas
Kebutaan
Pola makan retinopati
Aktivitas fisik
Amputasi tungkai kaki
Ras/etnis
Stress
Obat-obatan
Pengelolaan/ penatalaksanan
Diet Diabetes
Sumber Melitus
: (Bustan, 2015), Perkeni (2015), Kepatuhan
Kemenkes pengaturan
Manajemenolahraga
RI, (2017) Diet
/Latihan Jasmani 3.Terapi Jumlah makanan
farmakologi/minum obat Jenis makanan
4.Kontrol glikemik Jadwal makanan
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konseptual
Variabel Independent Variabel Dependent
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan ketertarikan antara variabel (baik
variabel yang diteliti dan tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu
penelitian menghubungkan hasil penelitian dengan teori (Nursalam, 2017). Pada
penelitian ini variabel independen adalah Kepatuhan diet dan variabel dependent
adalah Pengendalian gula darah dalam batas normal.
Dari gambar kerangka konsep penelitian di atas menjelaskan bahwa peneliti akan
meneliti tentang kepatuhan diet dengan pengendalian kadar gula darah pada
pasien Diabetes mellitus dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara kedua variabel tersebut
B. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian, patokan atau
dugaan, serta dalil sementara tentang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan bentuk rumusnya, hipotesa digolongkan menjadi 2 yakni hipotesa
kerja (hipotesa alternatif) yang menyatakan ada hubungan antara variabel X dan
Y, dan hipotesa nol (hipotesa statistik) yang menyatakan tidak ada hubungan
antara variabel X dan Y. Berdasarkan kerangka konsep yang telah diajukan diatas,
maka hipotesa penelitian ini adalah :
1. Hipotesis Nol (Ho):
Tidak ada hubungan bermakna antara kepatuhan diet dengan pengendalian kadar
gula darah pada pasien dengan Diabetes Melitus di RS Sentra Medika Cisalak
Depok.
2. Hipotesis alternatif (H1) :
Ada hubungan bermakna antara kepatuhan diet dengan pengendalian kadar gula
darah pada pasien dengan Diabetes Melitus di RS Sentra Medika Cisalak
Depok.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah jenis kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2018), data kuantitatif merupakan metode penelitian yang
berlandaskan positivistic atau data konkrit, data penelitian yang berupa angka-
angka yang akan diukur menggunakan uji statistic sebagai alat uji penghitungan,
berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
Desain atau rancangan penelitian yang digunakan adalah non eksperimen dengan
menggunakan desain descriptive correlational dengan pendekatan cross sectional,
yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari hubungan antara dua
variabel. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena
(variabel dependent) dihubungkan dengan penyebab (variabel independent)
(Notoatmodjo, 2012).
Dalam penelitian ini, menggambarkan kepatuhan diet dan pengendalian
kadar gula darah pasien DM di RS Sentra Medika Cisalak Depok. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan pengukuran kadar gula darah pada
pasien DM di RS Sentra Medika Cisalak Depok.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penderita Diabetes Melitus di
Ruang perawatan RS Sentra Medika Cisalak Depok dari bulan Agustus –
Oktober 2022 dengan jumlah penderita sebanyak 187 pasien.
2. Sampel
Sampel adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Sugiyono, 2016). Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive
Sampling. Purposive Sampling pemilihan sampel yang berdasarkan pada suatu
karakterisktik tertentu dalam suatu populasi (Sugiyono, 2016).
Teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi
sebanyak 187 pasien. Besar sampel pada penelitian ini ditentukan rumus
pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
n=N
Nd ²+1
dimana
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d² = Presisi yang ditetapkan (0,05)
Dengan perhitungan sebagai berikut :
═ 187
1 + 187 (0.0025)
= 187
1,46
= 128 orang
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 128 orang.
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan memperhatikan kriteria
inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang akan diteliti. Kriteria inklusi yang
digunakan pada penelitian ini yaitu pasien yang didiagnosa menderita DM
minimal 3 bulan dan merupakan data rekam medis periode Agustus-Oktober 2022
di RS Sentra Medika Cisalak Depok. Kriteria ekslusi merupakan kriteria untuk
menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang mempengaruhi kriteria inklusi
dari studi karena berbagai sebab. Tidak ada kriteria ekslusi khusus di dalam
penelitian ini.
C. Tempat Penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap RS Sentra
Medika Cisalak Depok.
D. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Agustus sampai dengan 26
Oktober 2022 dari jam 12.00-jam 16.00
E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan
sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran atau manipulasi suatu penelitian. Konsep
yang dituju dalam suatu penelitian dapat diukur secara konkret dan langsung.
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan cara
menentukan variabel dan mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi
operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang membantu peneliti yang
ingin menggunakan variabel yang sama. Variabel yang telah didefinisikan perlu
didefinisikan secara operasional, sebab istilah variabel dapat diartikan secara
berbeda - beda oleh orang yang berlainan. Definisi operasional dirumuskan untuk
kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi. Definisi operasional merupakan
suatu objek atau kegiatan yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).
Definisi Operasional
Contoh:
Pada kategori usia pada karakteristik demografi:
Coding 1 = Dewasa awal (26-35 tahun)
Coding 2 = Dewasa akhir (36-45 tahun)
Coding 3 = Lansia awal (46-55 tahun)
Coding 4 = Lansia akhir (56-65 tahun)
Coding 5 = Manula (>65 tahun)
c) Entri
Entri merupakan proses pemasukan data yang diperoleh ke dalam komputer untuk
dilakukan analisa data dengan menggunakan sistem komputer. Kemudian peneliti
akan melakukan proses pemasukan data ke komputer.
d) Verifikasi
Peneliti akan melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang sudah di
input.
e) Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel yang tersedia,
kemudian dilakukan pengukuran pada masing-masing variabel.
2. Analisis Data
Analisis data harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur yang ada.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah
dirumuskan dalam tujuan penelitian. Setelah data diolah, kemudian di analisa
dengan menggunakan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS.
Adapun analisa yang digunakan yaitu analisa univariat.Teknik ini berlaku pada
setiap variabel tunggal serta berfungsi untuk memberikan gambaran populasi dan
penyajian hasil deskriptif melalui distribusi frekuensi dalam bentuk tabel dan
diagram batang sehingga memudahkan orang lain dalam menginterpretasikan
hasil penelitian.
Rumus sederhana yang digunakan adalah:
Keterangan:
X: hasil persentase
f: frekuensi hasil penelitian
n: total seluruh observasi
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat izin dari instansi terkait, maka penelitian ini akan dilakukan
dengan menekankan masalah etika, meliputi:
1. Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan, (Hidayat, 2017).
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembaran pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan,
(Hidayat,2018).
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya (Hidayat, 2018).
4. Respect for justice an inclusiveness
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kehati -hatian.
Peneliti mengkondisikan pencatatan data pasien DM tetap berada dalam ruang
rekam medis dengan tujuan mendukung privasi pasien selama dilakukan
pencatatan.
5. Beneficence
Salah satu hal positif yang dapat diambil dari penelitian adalah mengandung
nilai yang bermanfaat bagi pasien. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan
gambaran pentingnya melakukan kontrol gula darah secara rutin agar tercegah
dari bahaya komplikasi.
6. Maleficence
Penelitian yang baik adalah penelitian yang tidak mengandung unsur yang
berbahaya atau dapat merugikan pasien. Pada prosesnya pihak rumah sakit
mengijinkan dan tidak merasa dirugikan dalam pengambilan data ini.