Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN

DIABETES MELLITUS DI RUANG RAMBAI


RSUD SULTAN SURIANSYAH BANJAMASIN

PROPOSAL

Oleh :
SRI LESTARI
NPM. 2314201210023

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN RPL
TAHUN 2023

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN


DIABETES MELLITUS DI RUANG RAMBAI
RSUD SULTAN SURIANSYAH BANJAMASIN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi S.1 Keperawatan RPL
Oleh :
SRI LESTARI
NPM. 2314201210023

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN RPL
TAHUN 2023

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Diabetes Melitus atau yang biasa di singkat DM merupakan salah satu
penyakit kronis di Indonesia khususnya masyarakat di daerah perkotaan yang
dikenal tidak dapat disernbuhkan selama rentang hidup penderitanya sehingga
disebut life long disease. Diabetes Melitus merupakan gangguan proses
metabolisme pada tubuh yang dikarateristikkan dengan kurangnya hormon dari
insulin, ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa didalam darah
(hiperglikemia) akibat penurunan sekresi insulin oleh sel-sel beta pancreas
sehingga terjadi gangguan pengeluaran insulin, resistensi insulin atau keduanya
(Maria, 2021). Dari sepuluh penyebab utama kematian, dua diantaranya adalah
penyakit tidak menular. Salah satunya Diabetes Melitus merupakan penyakit yang
tidak menular yang mengalami peningkatan terus-menerus dari tahun ke tahun
(Haskas et al., 2019).

IDF Diabetes Atlas (2021) melaporkan bahwa 10,5% populasi orang dewasa (20-
79 tahun) menderita diabetes, dan hampir setengahnya tidak menyadari bahwa
mereka menderita penyakit tersebut. Pada tahun 2045, proyeksi IDF
menunjukkan bahwa 1 dari 8 orang dewasa, sekitar 783 juta jiwa, akan hidup
dengan diabetes, peningkatan sebesar 46%. Lebih dari 90% penderita diabetes
menderita diabetes tipe 2, yang disebabkan oleh faktor sosial ekonomi,
demografi, lingkungan, dan genetik.

Antara tahun 2000 dan 2019, terdapat peningkatan sebesar 3% pada angka
kematian akibat diabetes menurut standar usia. Di negara-negara berpendapatan
menengah ke bawah, angka kematian akibat diabetes meningkat 13% (WHO,
2020).
Di wilayah Asia Tenggara, Indonesia menempati peringkat ketiga dengan
prevalensi sebesar 11,3 persen. Jumlah penderita diabetes sebanyak 10,7 juta
orang pada tahun 2019 (Infodatin, 2020). Sedangkan penderita diabetes militus di
tahun 2020 meningkat menjadi 10,8 juta orang (Magdalena et al., 2021).
Indonesia menjadi negara dengan jumlah penderita diabetes terbesar kelima di
dunia yaitu sebanyak 19,5 juta pada tahun 2021 dari sepuluh negara dengan
jumlah pasien diabetes tertinggi. China berada di posisi pertama dengan penderita
diabetes sebanyak 140,9 juta jiwa. India di urutan selanjutnya dengan jumlah
th
pengidap diabetes sebesar 74,2 juta jiwa (IDF Diabetes Atlas 10 edition, 2021).

Prevalensi diabetes melitus di provinsi Kalimantan Selatan tercatat sebanyak


15.930 pada tahun 2022. Di Kota Banjarmasin tercatat sebanyak 516 penderita
diabetes pada tahun 2022 (Dinkes Prov. Kalsel, 2023).

Berdasarkan data RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin yang didapat dari Rekam
Medik, angka kejadian DM pada bulan Agustus adalah sebanyak 473 pasien, pada
bulan September adalah sebanyak 892 pasien, pada bulan Oktober adalah
sebanyak 436 pasien.

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin.
Kelebihan berat badan merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya DM.
Obesitas dan Overweight dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin
(resisten insulin). Insulin berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel
dan dengan cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi
resistensi insulin oleh sel, maka kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami
gangguan (Rita E, Saputri IN, Widakdo G, Permatasari TAE, Kurniaty, 2020).

Peningkatan prevalensi overweight dan obesitas menyebabkan terjadinya


peningkatan penyakit tidak menular (PTM) antara lain peningkatan tekanan
darah, aterosklerosis, hipertrofi ventrikel kiri, terjadinya penyumbatan jalan nafas
saat tidur (obstructive sleep apnea), asma, kanker, sindrom polikistik ovarium,
diabetes mellitus tipe-2, perlemakan hati, dislipidemia dan sindrom metabolik.
Hal ini juga dikatkan dengan peningkatan risiko semua penyebab dan mortalitas
CVD (Cardiovascular Disease). Penderita overweight maupun obesitas juga
beresiko terjadi demensia daripada orang dengan berat badan normal (Jensen et
al., 2013; Barlow, 2007; Anstey et al., 2011; Kemenkes, 2017).

Berdasarkan data prevalensi dunia 39% dewasa usia lebih dari 18 tahun
mengalami overweight (antara lain 39% laki-laki dan 40% wanita) dan 13%
populasi dewasa mengalami obesitas (antara lain 11% pria dan 15% wanita)
(WHO, 2021).

Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan gizi.


Terutama ketidakseimbangan asupan gizi, yang meliputi kekurangan gizi yang
dapat menyebabkan stunting dan gizi berlebih yang dapat menyebabkan obesitas.

Pada 2018, 1 dari 5 anak usia sekolah (20 persen, atau 7,6 juta), 1 dari 7 remaja
(14,8 persen, atau 3,3 juta) dan 1 dari 3 orang dewasa (35,5 persen, atau 64,4 juta)
di Indonesia hidup dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Selama beberapa
dekade terakhir, kelebihan berat badan dan obesitas terus meningkat di semua
kelompok umur. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan peningkatan tajam
pada prevalensi dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan orang
dewasa (dari 28,9 persen pada 2013, menjadi 35,4 persen pada 2018). Wanita
dewasa terpengaruh secara tidak proporsional; pada 2018, 44,4 persen wanita
hidup dengan kelebihan berat badan atau obesitas (dibandingkan dengan 26,6
persen pria). Data yang tersedia juga menunjukkan peningkatan prevalensi
kelebihan berat badan dan obesitas dalam kelompok yang biasanya tidak
dianggap berisiko termasuk rumah tangga berpenghasilan rendah dan penduduk
pedesaan dan di provinsi yang masih dipengaruhi oleh tingginya tingkat stunting
dan wasting (UNICEF, 2022).

Kalimantan Selatan menunjukkan prevalensi status gizi kategori kurus 10,72%,


kategori normal 56.34%, kategori berat badan lebih 13.42%, dan kategori obesitas
18.63%. Sedangkan di Banjarmasin menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurus
pada golongan usia 19-65 tahun sebesar 8.91%, kategori normal sebesar 51.42%,
gizi lebih sebesar 14.20%, dan prevalensi obesitas sebesar 25.47 %. Gizi kurang,
lebih, dan obesitas di Banjarmasin berada di atas prevalensi provinsi. Hal ini
menunjukkan status gizi pada dewasa usia 19-65 tahun masih menjadi salah satu
masalah di Banjarmasin (Riskesdas, 2018)..

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di ruang rawat inap bedah RSUD
Ratu Zalecha Martapura pada tanggal 10 Desember 2022, didapatkan pasien
dengan diagnosa diabetes mellitus type 2 + diabetic foot sinistra , hasil kadar gula
darah sewaktu 212 mg/dl. Pasien mengatakan luka di bersihkan oleh perawat
setiap hari menggunakan cairan infus dan kasa, pasien sudah di rawat selama 4
hari. Hasil wawancara dengan perawat yang bertugas di bangsal mengatakan
perawatan luka yang dilakukan setiap hari masih menggunakan metode
konvensional. Dari 20 perawat di ruang bedah hanya ada 2 orang yang pernah
mengikuti pelatihan luka modern.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara status
gizi dengan kejadian diabetes mellitus di ruang Rambai RSUD Sultan Suriansyah
Banjarmasin”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian diabetes
mellitus di ruang Rambai RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengidentifikasi status gizi di ruang Rambai RSUD Sultan
Suriansyah Banjarmasin.

1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian diabetes mellitus di ruang Rambai


RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin.

1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara status gizi dengan kejadian


diabetes mellitus di ruang Rambai RSUD Sultan Suriansyah
Banjarmasin.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Pasien dan Keluarga
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pasien maupun keluarga
dalam memilih perawatan luka yang dibutuhkan untuk penyembuhan kaki
diabet yang diderita.

1.4.2 Bagi Ruangan


Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah
pengetahuan bagi perawat di ruangan dalam perawatan luka kaki
diabet.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit


Hasil penelitan ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan atau
informasi dalam penerapan perawatan luka kaki diabet pada pasien
diabetes mellitus.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan menambah
referensi bagi penulis selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan
tema yang sama.

1.5 Penelitian Terkait


Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah:
1.5.1 Kartika & Sukesi ( 2022). Indonesian Journal of Global Health
Research volume 4 nomor 3 dengan judul “Application Of The Use Of
Modern Dressing In The Healing Process of Diabetic Foot Ulcus”. Metode
yang digunakan adalah deskriptif untuk menjelaskan bagaimana penerapan
balutan perawatan luka modern terhadap proses penyembuhan luka pada
pasien ulkus kaki diabetik. Penelitian ini memberikan intervensi kepada 4
responden yang akan dirawat dan membandingkan hasil sebelum dan
sesudah balutan luka modern dengan lembar observasi Bates Jansen
Assessment Wound Tool. Hasil yang diperoleh penerapan modern dressing
pada keempat responden berpengaruh terhadap proses penyembuhan ulkus
diabetik.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini


menggunakan desain penelitian quasi eksperimen (eksperimen semu)
dengan pre and post test with control group design. Variabel independen
(bebas) pada penelitian ini adalah metode dressing modern dan metode
dressing konvensional, sedangkan variabel dependen pada penelitian ini
adalah penerapan tindakan perawatan kaki diabet. Untuk pengambilan
sampel dilakukan di RSUD Ratu Zalecha Martapura dengan menggunakan
accidental sampling. Sampel sebanyak 10 responden perlakuan dan 10
responden kontrol. Penelitian ini memberikan intervensi kepada responden
perlakuan dengan metode dressing modern dan responden kontrol dengan
metode dressing konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar observasi Betes Jensen Wound Assessment Tool.

1.5.2 Yunitamara & Husain (2022). Jurnal Indogenius Volume 1 nomor 3


dengan judul “Penerapan Modern Dressing terhadap Perubahan Kondisi
Luka Ulkus Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II”. Jenis
penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan desain penelitian
deskriptif. Jumlah sampel yang digunakan adalah 2 responden dari Klinik
Fatchul Care Center Klinik Godong. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi
Bates-Jansen Wound Assessment Tool (BWAT). Penelitian dilakukan
selama 14 hari, dengan rata-rata perlakuan setiap 3 hari sekali. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa modern dressing memiliki efektifitas dalam
perubahan kondisi luka ulkus diabetikum pada pasien diabetes mellitus
type II.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini


menggunakan desain penelitian quasi eksperimen (eksperimen semu)
dengan pre and post test with control group design. Variabel independen
(bebas) pada penelitian ini adalah metode dressing modern dan metode
dressing konvensional, sedangkan variabel dependen pada penelitian ini
adalah penerapan tindakan perawatan kaki diabet. Untuk pengambilan
sampel dilakukan di RSUD Ratu Zalecha Martapura dengan menggunakan
accidental sampling. Sampel sebanyak 10 responden perlakuan dan 10
responden kontrol. Penelitian ini memberikan intervensi kepada responden
perlakuan dengan metode dressing modern dan responden kontrol dengan
metode dressing konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar observasi Bates Jensen Wound Assessment Tool.

Anda mungkin juga menyukai