Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

MELAKUKAN KONTROL RUTIN PADA PENDERITA DIABETES


MELLITUS DI PUSKESMAS PASEH

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Keperawatan

DENI MERDANI SEPTIAN


NIM 191FK01031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kondisi kronis dimana terjadi


peningkatan kadar glukosa darah karena tubuh tidak dapat memproduksi atau
memproduksi insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif
(International Diabetes Federation, 2017). DM juga biasa disebut sebagai Mother of
Disease karena DM merupakan induk dari berbagai penyakit lain seperti hipertensi,
stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan amputasi kaki. Menurut World Health
Organization (2016), 1 dari 2 penderita diabetes masih belum menyadari bahwa
dirinya mengidap diabetes. DM akan menjadi tidak terkendali jika penderita tidak
melakukan pengendalian secara rutin dan akan menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan kesehatan tubuh.

Orang dengan diabetes memerlukan perawatan yang sistematis, rutin dan


terorganisir yang disediakan oleh penyedia layanan kesehatan. Hal ini dapat
ditingkatkan di tingkat perawatan primer dengan intervensi seperti pengobatan,
konseling kesehatan dan gaya hidup, dan pendidikan tentang penyakit dengan tindak
lanjut yang teratur dan tepat (International Diabetes Federation, 2017). Miller (2012),
dukungan keluarga dapat mempengaruhi fungsi psikososial individu dan mengatasi
suatu masalah. Kurangnya dukungan dari keluarga membuat koping menjadi negatif,
sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi kepatuhan penderita diabetes
dalam melakukan kontrol rutin.

Pada 2015, 415 juta orang dewasa menderita diabetes, meningkat empat kali
lipat dari 108 juta pada 1980-an. Pada tahun 2040 diperkirakan jumlah penderita
diabetes akan meningkat menjadi 642 juta orang (International Diabetes Federation,
2017). Hampir 80% penderita DM berada di negara berpenghasilan rendah dan
menengah (World Health Organization, 2016).Pada tahun 2015 Indonesia menduduki
peringkat ketujuh prevalensi penderita diabetes di dunia setelah Cina, India, Amerika
Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan perkiraan jumlah penderita diabetes
kurang lebih 10 juta orang (International Diabetes Federation, 2017). . Prevalensi
penderita DM di Indonesia yang berusia 15 tahun cenderung meningkat dari 5,7%
(2007) menjadi 6,9% (2013) dengan jumlah penderita diabetes mencapai 12.191.564
juta orang. Sebanyak 2/3 penderita DM di Indonesia tidak mengetahui bahwa dirinya
menderita DM dan cenderung mengalami komplikasi sehingga penderita DM
terlambat mengakses pelayanan kesehatan (World Health Organization, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penderita DM adalah wanita


berusia 51-60 tahun, berpendidikan SD dan pernah menderita DM kurang dari lima
tahun. Di Jawa Barat, 4,2% penderita DM terdiagnosis dengan perkiraan jumlah
penderita sebanyak 605.974 orang dan jumlah orang yang tidak menderita diabetes
tetapi mengalami gejala diabetes dalam 1 bulan terakhir adalah 0,4% atau sebanyak
115.424 orang (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Di Puskesmas
Paseh tercatat 32.381 penderita DM di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pada
tahun 2016.

Penatalaksanaan pengobatan DM harus dilakukan seumur hidup sehingga


pasien sering mengalami kebosanan dan sering terjadi ketidakpatuhan dalam
pengelolaan pengobatan DM. Penderita diabetes akan memiliki tingkat kualitas hidup
yang tinggi jika dapat mengelola diabetesnya dengan baik (International Diabetes
Federation, 2017). Hasil penelitian terhadap 600 orang, menunjukkan bahwa hanya
16,6% pasien yang patuh dalam pengobatan antidiabetes dan kontrol gula darah,
23,3% pasien DM yang patuh terhadap pengaturan diet dan 31,7% pasien DM yang
patuh terhadap latihan fisik. Sharma, Kalra, Dhasmana, & Basera, 2014). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat kepatuhan kontrol pasien DM tipe 2 berupa
kepatuhan kontrol terhadap pelayanan kesehatan, kontrol gula darah, melakukan
olahraga atau aktivitas fisik dan melakukan perencanaan makan yang tepat sesuai
kebutuhan kalori pasien DM tipe 2 per hari, maka komplikasi yang terjadi, terutama
komplikasi kronis, dapat dicegah atau risiko terjadinya dapat dikurangi. Karena
kepatuhan terhadap kontrol tersebut dapat membantu penderita DM tipe 2 untuk
menjaga kadar gula darahnya, karena kadar gula darah yang tinggi dalam jangka
panjang dapat menimbulkan komplikasi, baik komplikasi makrovaskuler yaitu IMA
dan stroke maupun komplikasi mikrovaskuler yaitu neuropati, nefropati dan
retinopati. , sehingga dengan gula darah yang stabil, komplikasi tersebut dapat
dicegah.

Dalam meningkatkan kepatuhan penderita DM sangat penting untuk


mengetahui beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan penderita DM.
Beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan penderita DM antara lain faktor
demografik (status ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, dan etnik), faktor
psikologis, dukungan sosial, tenaga kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan, sifat
penyakit serta pengobatannya (Sharma et al., 2014) .Hasil penelitian menunjukkan
bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan terapi adalah dukungan
keluarga, karena dukungan keluarga merupakan faktor yang memiliki kontribusi yang
signifikan dan sebagai faktor penguat yang sangat mempengaruhi kepatuhan minum
obat pada pasien DM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat tergolong positif sedang, artinya semakin
tinggi nilai dukungan keluarga maka semakin tinggi pula nilai kepatuhan pasien DM
dalam menjalani pengobatan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Paseh, pada


tanggal 8 Maret 2022 ditemukan 7 pasien (70%) masih berobat ke puskesmas sendiri,
sedangkan 3 pasien (30%) berobat ke puskesmas didampingi oleh keluarga mereka. 4
pasien (40%) keluarganya mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan rutin di
puskesmas dan 6 pasien (60%) keluarganya belum mengingatkan pasien untuk
melakukan pemeriksaan rutin di puskesmas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
keluarga yang memberikan dukungan kepada pasien DM masih rendah. Di
puskesmas, rata-rata jadwal pemeriksaan rutin minimal 1 kali/bulan. Yang dilakukan
di puskesmas saat melakukan pemeriksaan rutin adalah pengecekan kadar gula darah,
minum obat, merencanakan diet yang akan dilakukan, dan penyuluhan tentang
diabetes. Dan hanya 40% yang melakukan pemeriksaan rutin di puskesmas,
sedangkan 60% masih tidak melakukan pemeriksaan rutin di puskesmas dan
melakukan pemeriksaan rutin hanya jika ada keluhan dan gula darahnya turun atau
naik. Sedangkan target jika dikatakan pengendalian rutin adalah 90%. Dari hasil
wawancara dengan beberapa responden mengatakan bahwa banyak pasien yang
belum mematuhi kontrol rutin dan tidak menjalankan 4 pilar lainnya yang meliputi
diet, olahraga dan minum obat secara teratur, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran
diri dan kurangnya kesadaran diri. dukungan dari keluarga mereka.

Keluarga merupakan orang terdekat yang dapat berperan aktif dalam mencapai
kepatuhan dan keberhasilan pengobatan pada pasien DM. Perawat juga dapat
berperan sebagai pemberi asuhan dengan melakukan pengkajian untuk mengetahui
sumber dukungan keluarga dan hambatan yang dapat muncul dalam memberikan
dukungan keluarga. Penderita DM dituntut untuk dapat beradaptasi dengan
penyakitnya sehingga dapat mengelola dan menghadapi perubahan gaya hidup yang
terjadi pada dirinya sehingga dapat mengubah perilakunya dari perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif. Proses adaptasi memiliki dua bagian proses, dimulai dari
dalam lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang
memerlukan respon. Salah satu lingkungan eksternal yang diperlukan dalam adaptasi
adalah lingkungan keluarga itu sendiri. Hasbi (2012) mengatakan bahwa pendekatan
individu dalam penanggulangan penyakit DM lebih mengarah pada pendekatan
keluarga karena keluarga merupakan pemberi pelayanan kesehatan utama bagi
individu yang menderita penyakit kronis seperti DM.

Melihat permasalahan yang ada maka peneliti bermaksud untuk melakukan


penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Kontrol
Rutin Pada Pasien DM”. Diharapkan dari penelitian ini, hubungan keluarga dengan
kepatuhan kontrol rutin dapat dipelajari dengan baik sehingga kedepannya petugas
kesehatan dapat memberikan pemahaman yang benar.

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol


rutin pasien DM di Puskesmas Paseh?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol rutin pasien


DM di Puskesmas Paseh

1.3.2 Tujiuan Khusus

1 .Mengidentifikasi dukungan keluarga bagi pasien DM untuk dilakukan


kontrol rutin.

2. Mengidentifikasi kepatuhan pasien DM untuk melakukan kontrol rutin.

3. Mengalilisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan DM untuyk


mrelakukan pemeriksaan rutin.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

1.4.1.1 Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah dalam


pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan komunitas dalam hal
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol rutin pasien DM.

1.4.1.2 Manfaat Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan sdan pengalaman terkait dengan Hubungan


Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Melakukan Kontrol Rutin Pada Penderita
Diabetes Melitius Di Puskesmas Paseh

1.4.2 Manfaat praktis

1. Untuk Dinas Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan bagi instansi terkait untuk
mengoptimalkan pelayanan kesehatan dibidang keperawatan komunitas

2. Untuk perawat

Dapat melakukan intervensi keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk


meningkatkan kepatuhan kontrol rutin pada penderita diabetes

3. Untuk Puskesmas

Dapat memberikan informasi dalam mengembangkan program permanen untuk


pengelolaan pasien diabetes yang melibatkan keluarga.

1.5 Ruang lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Tempat

Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan Di Puskesmas Paseh

1.5.2 Ruang Lingkup Waktu

Untuk waktu penelitian akan dilakukan dari bulan Februari sampai dengan
bulan Juli 2022

Anda mungkin juga menyukai