Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis

yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. WHO memperkirakan

bahwa lebih dari 346 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Jumlah ini

kemungkinan akan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 tanpa intervensi.

Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah dan

menengah. Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang

prevalensinya terus mengalami peningkatan di dunia, baik pada negara maju

ataupun negara sedang berkembang, sehingga dikatakan bahwa diabetes melitus

sudah menjadi masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (IP. Suiraoka,

2012).

Berdasarkan data statistik, saat ini Indonesia cukup tinggi mencapai angka

8,2 juta jiwa pasien Diabetes mellitus yang akan meningkat pada tahun 2030

menjadi 194 juta (Perkeni, 2007). Organisasi kesehatan dunia (WHO)

memperkirakan Indonesia menduduki kedudukan ke-4 di dunia dalam hal jumlah

pasien diabetes mellitus. Indonesia dengan populasi 230 juta penduduk,

merupakan negara ke-4 terbesar pasien diabetes setelah China, India dan

Amerika Serikat (Xinhua, 2007).

1
Terdapat 3 pengobatan DM antara lain terapi diet, olahraga dan

farmakologis atau obat-obatan. Keberhasilan sebuah pengobatan ditentukan dari

sikap patuh penderita DM terhadap pengobatan tersebut. Dengan adanya

kepatuhan dari penderita DM maka pengobatan akan mencapai tingkat optimal,

dan kualitas kesehatan bisa tetap dirasakan. Sedangkan bagi penderita DM yang

mempunyai sikap tidak patuh hal ini bisa menimbulkan komplikasi dikemudian hari

serta mengakibatkan penyakit DM yang diderita semakin parah. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kepatuhan yang dilakukan

penderita DM dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penderita DM.

Pengetahuan penderita akan penyakit DM juga menjadi penting, mengingat tidak

sedikit penderita DM yang kurang memiliki pmemahaman tentang penyakit DM.

Akibat dari ketidakpahaman akan penyakit DM, banyak penderita DM yang tidak

patuh serta mengalami komplikasi dan mengakibatkan penyakitnya bertambah

parah. Awal mula pemicu timbulnya masalah-masalah kesehatan kronis dan fatal

cukup sederhana, ketidakpatuhan penderita DM dalam menjaga serta menjalani

berbagai macam pengobatan tidak teratur, yang akhirnya menyebabkan terjadinya

komplikasi yang fatal dan berujung pada amputasi dan kematian.

Menurut Arsana (2011), kontrol glikemik pasien sangat dipengaruhi oleh

kepatuhan pasien terhadap anjuran diet meliputi, jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi dan ketidakpatuhan merupakan salah satu hambatan untuk

tercapainya tujuan pengobatan dan juga akan mengakibatkan pasien memerlukan

pemeriksaan atau pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. (Laili, dkk.

2012). Beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pasien

2
diabetes melitus diantaranya: pengetahuan, sikap, pendidikan kesehatan, dan

dukungan keluarga.

Notoadmodjo (2007), mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif, akan

berlangsung baik. Pernyataan ini diperkuat dalam penelitian Tera (2011), yang

menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

penderita tentang penyakit dan komplikasi dengan kepatuhan diet penderita DM.

Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan

menjalankan diet. Ketidakpatuhan terhadap diet pada penderita diabetes melitus

menjadi salah satu faktor risiko memperberat terjadinya gangguan metabolisme

tubuh sehingga berdampak terhadap keberlangsungan hidup penderita diabetes

mellitus. Ketidakpatuhan diet akan menyebabkan kadar gula darah pada penderita

diabetes melitus menjadi tidak terkendali yang akibatnya dapat menyebabkan

terjadinya berbagai komplikasi dan memperpendek harapan hidup (Carpenito,

dalam Herlena Essy Phitri, 2013).

Menurut Hasbullah 2005 pendidikan kesehatan adalah unsur program

kesehatan dan kedokteran yang didalamnya terkandung rencana untuk mengubah

prilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya

program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan peningkatan

kesehatan.

3
Dukungan yang diberikan oleh keluarga memiliki hubungan dengan

kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet dengan derajat keeratan

yang tinggi. Menurut Tumilah (2010), pemberian dukungan sosial dalam bentuk

pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan mengenai diet diabetes melitus

akan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan penderita diabetes melitus untuk

menjalani pengobatan, khususnya pada penatalaksanaan diet penderita diabetes

melitus.

Berdasarkan penelitian Sayetri Usman (2011) yang berjudul faktor-faktor

yang berhubungan dengan kepatuhan diet penderita diabetes melitus di Rumah

Sakit Umum Bahretamas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 mengatakan

ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dengan kepatuhan diet pasien yang di

rawat diRumah Sakit tersebut.

Berdasarakan laporan tahunan program Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2012 prevalensi penyakit Diabetes Melitus 3.501 kasus, sedangkan pada

tahun 2013 terdapat 2.768 kasus Diabetes Melitus, hal ini menunjukkan dimulainya

transisi epidemiologi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan tahunan program

Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 prevalensi Diabetes Melitus

terdiagnosa oleh tenaga kesehatan tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun

sebesar 4,2% terendah pada kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun

sebesar 0,2%. Responden terdiagnosa Diabetes + gejala tertinggi di kelompok

umur 65-74 tahun sebesar 5,3% dan terendah pada kelompok umur 15-24 tahun

sebesar 0,8%. ( data Dinkes 2012-2013 )

4
Berdasarkan hasil data penyakit jumlah kasus Diabetes Melitus di Rumah

Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan rumah

sakit rujukan di Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah Kasus Diabetes Melitus Rawat

Inap tahun 2012 sebesar 282 pasien, 2013 sebesar 282 pasien, 2014 sebesar 270

pasien serta tahun 2015 bulan Januari sampai Maret terdapat 43 responden.

Sedangkan Jumlah kasus Diabetes Melitus Rawat Jalan pada tahun 2012 sebesar

459 pasien, 2013 sebesar 442 pasien, 2014 sebesar 325 pasien, serta tahun 2015

bulan Januari 173 pasien, Februari 150 pasien, dan Maret sebanyak 183 pasien

(Data Rekam Medik RSU Prov. Sultra 2015 )

Berdasarkan observasi awal peneliti yang dilakukan di Poliklinik Interna

BLUD RSU Bahteramas, peneliti melakukan wawancara terhadap pasien diabetes

melitus sebanyak 7 orang yang sedang berkunjung, dimana 5 orang diantaranya

telah melakukan lebih dari 2x kunjungan selama 3 bulan terakhir ini dan 2 orang

lainnya hanya melakukan kontrol biasa. Pada saat calon peneliti bertanya kepada

5 orang responden, tentang apa alasannya sehingga mereka melakukan lebih dari

2x kunjungan kemudian rata-rata responden tersebut menjawab karena gula

darahnya naik, ketik ditanya leih jauh apakah anda melakukan terapi diet DM yang

dianjurkan oleh dokter dan mereka menjawab kadang-kadang dan jarang.

Sedangkan 2 orang yang lainnya, hanya melakukan kontrol biasa, mereka hanya

mencek kadar gula darahnya saja, apakah sudah normal atau bahkan sudah turun.

Kemudian saya bertanya lagi, apakah anda menjalankan terapi diet yang

dianjurkan dokter, mereka menjawab “IYA”. Berdasarkan latar belakang di atas,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor

5
Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam

Menjalankan Terapi Diet di Poliklinik Interna BLUD RSU Bahteramas Kendari

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan sebelumnya dalam latar belakang

masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien diabetes

melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU

Bahteramas Kendari?

2. Apakah ada hubungan sikap dengan kepatuhan pasien diabetes melitus dalam

menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU Bahteramas Kendari?

3. Apakah ada hubungan pendididkan kesehatan dengan kepatuhan pasien

diabetes melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD

RSU Bahteramas Kendari?

4. Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien diabetes

melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU

Bahteramas Kendari?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien

diabetes melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD

RSU Bahteramas Kendari.

6
2. Tujuan Khusus

a. Diketahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien diabetes

melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU

Bahteramas Kendari

b. Diketahui hubungan sikap dengan kepatuhan pasien diabetes melitus

dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU

Bahteramas Kendari

c. Diketahui hubungan pendididkan kesehatan dengan kepatuhan pasien

diabetes melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD

RSU Bahteramas Kendari

d. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien

diabetes melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Intena BLUD

RSU Bahteramas Kendari

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi bagi instansi

Rumah Sakit Umum Bahteramas, serta instansi terkait lainnya, dan menjadi

bahan pengembangan ilmu dan bagi penderita diabetes melitus

b. Sebagai bahan tambahan informasi dan kepustakaan kepada kampus

Mandala Waluya Kendari untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan diet penderita diabetes melitus

7
2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan, dan sikap yang lebih baik dalam hal upaya mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita diet diabetes melitus

dengan baik,dan dapat di jadikan bahan perbandingan dalam penelitian

selanjutnya

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

dari intergral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

menyediakan penyediaan paripurana (komprehenshif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah

sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat

penelitian medik.

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkaan derajat

kesehatan. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan

kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.

Sedangkan menurut undang-undang No.4 tahun 2009 tentang rumah

sakit, berfungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

9
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurana tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan pelayananan kesehatan dengan memperhatikan etika

ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Para Ahli, rumah sakit

adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang terorganisasi serta

sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit

yang diderita oleh pasien (American Hospital Assiciation; dalam Azwar 2006)

Adapun fungsi rumah sakit berdasarkan sistem kesehatan nasional

dalam Djojodibroto (2007) adalah :

a. Memberikan pelayanan rujukan medik spesialistik dan subspesialitik

b. Menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

penyembuhan dan pemulihan pasien.

c. Sarana pendidikan dan pelatihan dibidang kedokteran.

3. Karekteristik Rumah Sakit

Djojodibro dalam Sulistiawati menyatakan bahwa organisasi rumah

sakit mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai

organisasi lainnya, antara lain :

a. Sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga profesional

10
1.) Wewenang kepada rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan

perusahaan

2.) Tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas

kelompok manajerial

3.) Beban kerjanya tidak bisa diatur.

4.) Jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam

5.) Hampir semua kegiatannya bersifat penting.

6.) Pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individual.

7.) Pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat.

8.) Pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari

B. Tinjauan Umum Tentang Diet Diabetes Mellitus

1. Diet Diabetes Melitus

Adanya serat (sayur, buah dan kacangan) memperlambat absorbsi

glukosa, sehingga dapat ikut berperan mengatur gula darah dan

memperlambat kenaikan gula darah, makanan yang cepat dirombak dan juga

cepat diserap dapat meningkatkan kadar gula darah, sedangkan makanan

yang lambat dirombak dan lambat diserap masuk ke aliran darah menurunkan

gula darah (Almatsier, 2006).Karbohidrat atau hidrat arang adalah suatu zat

gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya

menghasilkan 4 kalori, walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar,

namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan

makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang, di negara

sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori,


11
bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%, sedangkan pada

negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%, hal ini disebabkan

sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya

dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein,

karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang

dan sebagainya), serta pada biji-bijian.

Penukar nasi umumnya digunakan sebagai makan pokok, satu porsi

nasi setara dengan ¾ gelas atau 100 gram, mengandung 175 kalori, 4 gram

protein dan 40 gram karbohidrat, untuk menentukan berapa kebutuhan

karbohidrat total perhari dapat ditentukan dengan melihat kebutuhan energi

sehari, jika energi sehari adalah sebesar 2450 kkal, maka energi yang berasal

dari karbohidrat adalah 1470-1838 kkal atau sekitar 368-460 g karbohidrat , 1

gram karbohidrat setara dengan 4 kkal, kebutuhan karbohidrat 60-70% total

kkal (Almatsier, 2006).

Tabel 1. Bahan makanan yang berasal dari karbohidrat

No Bahan makanan Ukuran rumah tangga Berat (gr)


1 Bihun ¼ gelas 50
2 Biskuit 4 keping 40
3 Havermut 5½ sendok makan 45
4 Kentang 2 biji sedang 210
5 Crakers 5 keping 50
6 Macaroni ½ gelas 50
7 Mie kering 1 gelas 50
8 Mie basah 2 gelas 200
9 Nasi ¼ gelas 100
10 Talas 1 potong 125
11 Ubi 1 biji sedang 135
12 Roti putih 3 potong sedang 70

12
Peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof Dr. Dr. H.

Askandar Tjokroprawiro, menggolongkan diet atas dua bagian yaitu:

a. Diet A

Diet A yang terdiri atas 40 - 50% karbohidrat, 30-35% lemak dan 20

- 25% protein.

b. Diet B

Diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20% lemak, dan 12%

protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan dengan diet A. Diet

B selain karbohidrat lumayan, tinggi juga kaya serat dan rendah tinggi,

kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks dalam

dosis terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.

Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A (bayam,

kacang panjang, jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda)

ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, taoge,

ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan

kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah. Bawang merah dan putih

(berkhasiat 10 kali bawang merah) serta buncis baik sekali jika

ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat

menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah

(http://www.indomedia.com/Intisari/diabetes.htm diakses tanggal 24 April

20015).

13
c. Persepsi Diet

1) Makanan camilan yang rendah kaori dengan indeks glikemik yang

rendah dan indeks kekenyangan tinggi,seperti kolang – kaling, cincau,

agar – agar, rumput laut, pisang rebus, kacang hijau serta kacang-

kacangan lainya, sayuran rendah kalori dan buah – buahan yang tidak

manis ( apel, blimbing, jambu ) serta alpukat. Makan buah berserat,

seperti apel dengan kulitnya, setiap hari merupakan kebiasaan ngemil

yang baik.

2) Hindari kebiasaan minum sari buah setiap hari secara berlebihan,

khususnya pada pagi hari dan gantikan dengan minuman berserat air

kelompok sayuran yang rendah kalori seperti blendder tomat, ketimun,

dan labu siam yang sudah direbus.

3) Sertakan rebusan buncis atau sayuran lain yang dapat mengendalikan

glukosa darah dalam menu sayuran anda sedikitnya 2 kali sehari.

Buncis, bawang dan beberapa sayuran lunak lain ( pare, terong,

gambas, labu siam ) dianggap dapat membantu mengendalikan kadar

lukosa darah karena kandungan seratnya.

4) Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti kacang hijau,

jagung rebus atau roti setiap hari.

5) Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi ( sebaiknya nasi beras

merah / beras tumbuk ), kentang, roti dan jagung jangan

menggabungkan dua atau lebih makanan pokok seperti nasi dengan

14
lauk mie goreng atau perkedel kentang ( karena ketiganya memiliki

indeks glisemik yang tinggi )

6) Hindari penambahan gula pasir pada minuman ( kopi, teh ) dan

makanan sereal.

7) Makanan camilan dan minuman bebas gula yang tersedia dipasaran

seperti cookies diet, sirup diet ( Tropicana Slim ), coke diet, dapat

digunakan jika diinginkan tetapi jangan mengkonsumsi secara

berlebihan. Penyandang diabetes yang gemar memasak dapat

membuat kue – kue basah seperti wafel yang terdiri atas tepung

gandum utuh, havermout, putih telur, susu skim dan sedikit buah –

buahan dengan aroma yang mengundang selera.

8) Kurangi konsumsi daging merah yang dapat diganti daging putih seperti

ayam dan ikan.

9) Gunakan minyak goreng dalam jumlah terbatas ( kurang lebih setengah

sendok makan sekali makan ) biasakan memasak dengan menumis,

merebus, memepes, memanggang serta menanak dan hindari

menggoreng makanan dengan mengunakan banyak minyak goreng

10)Biasakan memakan makanan vegetarian pada malam hari.

11)Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap kuning telur

dapat diganti dengan dua putih telor, masakan yang menggunakan

santan bisa diganti dengan susu skim. Untuk menu yang menggunakan

kecap gunakan kecap diet dalam jumlah terbatas.

15
2. Tujuan terapi diet

a. Memulihkan dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran nilai

yang normal sehingga mencegah terjadinya glikosuria beserta gejala-

gejalanya.

b. Mengurangi besarnya perubahan kadar glukosa darah postprandial.

Tindakan ini bersama-sama dengan normalisasi kadar glukosa darah, akan

membantu mencegah terjadinya komplikasi lanjut yang mencakup penyakit

mikrovaskuler

c. Memberikan masukan semua jenis nutrien yang memadai sehinga

memungkinkankan pertumbuhan normal dan perbaikan jaringan.

d. Memulihkan dan mempertahankan berat badan yang normal.

e. Mencapai dan mempertahankan kadar lipad serum normal.

f. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang

optimal.

g. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan

insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama

serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani .

3. Syarat Penatalaksanaan Diet

Ada beberapa hal yang terkait dengan penatalaksanaan terapi diet, hal

ini untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan dalam melaksanakan diet.

Beberapa syarat bisa dilakukan dalam penatalaksanaan diet antara lain :

a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.

Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk

16
metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal. Makanan dibagi

dalam 3 porsi besar yaitu makanan pagi (20%) siang (30%) dan sore (25%)

serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing 10-15 %).

b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total.

c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu antara 20-25 % dari kebutuhan energi

total.

d. Kebutuhan karbonhidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-

70 %

e. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah

bahan pemanis selain sukrosa.

f. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air

yang terdapat di dalam sayur dan buah.

g. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi

natrium dalam bentuk gram dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari.

h. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,

penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.

4. Jenis-jenis Diet

Menurut E Beck (2011: 300) ada tiga jenis terapi diet untuk penderita

DM antara lain :

a. Diet rendah kalori

Prioritas utama dalam mengatasi pasien DM adalah menurunkan

berat badanya. Pasien DM yang menjalani diet rendah kalori harus

menyadari perlunya penurunan berat badan dan berat badan yang sudah

17
turun tidak boleh dibiarkan naik kembali. Bagi para pasien DM tipe 2 yang

mempunyai berat badan berlebih penurunan berat badan harus

diperhatikan dan didorong dengan mengukur berat secara teratur.

b. Diet bebas gula

Tipe diet ini digunakan untuk pasien DM yang berusia lanjut dan

tidak memerlukan suntikan insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan

dua prinsip:

1) Tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula.

2) Mengkonsumsi makanan sumber hidratarang sebagai bagian dari

keseluruhan hidrat arang secara teratur.

Gula (gula pasir, gula jawa, aren dan lain-lain) dan makanan yang

mengandung gula tidak boleh dimakan karena cepat dicerna dan diserap

sehingga dapat menimbulkan kenaikan gula darah yang cepat. Makanan

bagi pasien DM harus mengandung hidratarang dalam interval yang teratur

selama sehari. Jumlah hidrat arang yag diperbolehkan terkandung dalam

setiap hidangan tergantung kepada kebutuhan energi tiap-tiap pasien.

c. Sistem penukaran hidratarang

Sistem penukaran hidratarang, digunakan pada pasien-pasien DM

yang mendapatkan suntikan insulin atau obat-obat hipoglemik oral dengan

dosis tinggi. Diet yang berdasarkan sistem ini merupakan diet yang lebih

rumit untuk diikuti oleh soerang pasien DM, tetapi mempunyai kelebihan,

diet ini lebih bervariasi serta lebih fleksibel daripada diet bebas gula.

Tujuan dari adanya pembagian penukaran hidratarang ini adalah untuk

18
mengimbangi aktivitas insulin dengan makanan sehingga dapat mencegah

keadaan hipoglikemia (penurunan tekanan darah) maupun hiperglikemia

(peningkatan tekanan darah).

5. Makanan Terbaik untuk Penderita Diabetes yang perlu diketahui, agar

bisa mengelola penyakit ini dengan baik

a. Bayam

Sebenarnya tidak hanya bayam, semua jenis sayuran termasuk

kale, selada, dan brokoli baik bagi penderita diabetes. Sifat sayuran yang

rendah kalori dan rendah karbohidrat, serta mengandung antioksidan yang

tinggi, membuatnya ideal untuk mengatasi penyakit kronis. Sebuah studi

melaporkan terjadi penurunan resiko diabetes tipe 2 sebesar 14 persen

ketika sayuran berdaun hijau dijadikan sebagai bagian dari diet rutin

seseorang.

b. Bawang putih

Meskipun masih belum jelas manfaatnya secara langsung terhadap

diabetes, namun bawang putih diketahui bisa mengurangi kolesterol darah,

mencegah kemungkinan pembekuan darah, mengurangi risiko stroke, dan

menurunkan tekanan darah, yang semuanya ini berhubungan dengan

komplikasi atau indikasi risiko diabetes.

c. Bawang Merah

Bawang merah mengandung banyak zat antioksidan seperti

quercetin, capsaicin, dan flavonoid, sehingga membuatnya menjadi

19
makanan anti-kanker. Selain itu juga baik untuk meningkatkan kesehatan

jantung, serta mengurangi kemungkinan penyakit kronis seperti diabetes.

d. Putih telur

Putih telur adalah makanan yang sehat, mengandung protein dan

sangat rendah karbohidrat. Hal ini berarti tidak akan mempengaruhi kadar

gula darah, bahkan membantu mencegah timbulnya diabetes tipe 2.

e.  Oatmeal

Oatmeal banyak mengandung serat larut, yang membantu

mengurangi rasa lapar. Sementara itu juga mencegah penyerapan

karbohidrat, sehingga menjaga kadar gula darah stabil. Selain itu, oatmeal

juga menurunkan resiko penyakit jantung dan kolesterol tinggi, yang

diketahui membahayakan bagi penderita diabetes.

f. Tomat

Tomat kaya akan karotenoid dan flavonoid, yang bekerja

sebagai agen anti inflamasi dan antioksidan, yang bermanfaat untuk

menurunkan risiko penyakit kronis, kondisi jantung, kolesterol, dan hal lain

yang seringkali bisa menyebabkan diabetes. Tomat juga merupakan

sayuran yang tidak mengandung tepung, sehingga bisa menjaga kadar

gula darah tetap stabil.

Dari beberapa jenis makanan sehat diatas bagi Penderita Diabetes

Melitus alangkah baiknya jika anda menerapakan cara berikut ini Tips Makan

Untuk Diabetes Melitus

20
a. Batasi Karbohidrat

Pastikan untuk menghindari atau membatasi asupan karbohidrat

yang meliputi jagung sirup, madu, permen, gula, beras putih, roti putih atau

item yang mengandung fruktosa, glukosa atau sukrosa.

b. Perbanyak Minum Air Mineral

Air putih sangat dibutuhkan untuk tubuh karena bisa melarutkan

racun-racun yang ada dalam tubuh. Hindarilah meminum yang manis dan

bersoda, karena hal ini dapat berdampak buruk untuk kesehatan.

c. Perbanyak Makan Sayuran

Penderita DM bisa Memperbanyak sayuran setiap hari karena

manfaatnya yang sangat baik untuk tubuh. Konsumsi sayur-sayuran sangat

penting untuk mengontrol tubuh dengan serat yang dapat mengikat

karbohidrat untuk diabetes. Sayuran menyediakan sumber besar serat,

mineral dan vitamin. Adapun sayur-sayuran yang sangat dianjurkan adalah

brokoli, buncis, wortel, tomat dan paprika, kubis, bayam.

d. Makan Buah-buahan

Berbagai buah-buahan juga memberikan serat, mineral dan vitamin

yang diperlukan untuk tubuh.

e. Makan Sedikit Lemak

Penderita diabetes juga dapat makan makanan yang mengandung

banyak protein semisal daging. Jika makan daging cobalah agar makan

daging dengan sedikit lemak seperti misalnya dada ayam, ikan, daging

tanpa lemak atau kalkun tanpa kulit.

21
f. Minum Susu Rendah Lemak

Susu merupakan salah satu sumber diperlukan banyak elemen-

elemen penting yang dibutuhkan tubuh. Sumber bebas lemak susu seperti

yoghurt dan susu rendah lemak sangat baik untuk tubuh.

6. Kebutuhan Eneri dan Zat Gizi penderita DM

a. Kebutuhan Energi

Menurut Perkeni (2011), untuk menentukan jumlah kalori yang di

butuhkan panyandang diabetes dengan memperhitungkan kabutuhan kalori

basal (25 kal/kg berat badan ideal untuk perempuan dan laki-laki sebesar 3

kal/kg berat baddan ideal) lalu di tambah atau di kurangi beberapa faktor

koreksi. Faktor-faktor koreksi yang menentukan kebutuhan kalori antara lain

(Perkeni,2011)

b. Usia

Pengurangan energi diakukan para pasien yang berusia >40 tahun

dengan ketentuan : usia 40-59 tahun, kebutuhan energi dikurangi 5%, usia

60-69 tahun, kebutuhan energi di krangi 10%, dan jika usia >70 tahun,

kebutuhan dikurangi 20%

c. Aktivitas fiisik atau pekerjaan

kebutuhan kalori dapat di tambah sesuai dengan kategori aktivitas

fisik sebagai berikut :

1) Keadaan istirahat : ditambah 10% dari kalori basal

22
2) Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah

tangga dan lain-lain kebutuhan energi di tambah 20% dari kebutuhan

energi basal.

3) Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang

tidak berperang,kebutuhan dinaikkan 30% dari energi basal.

d. Berat badan

Bila berat badan lebih,maka energi dikurangi 10%, bila gemuk energi

dikurangi sebesar 20% tergantung pada tingkat kegemukan. Bila kurus,

energi energi ditambah sekitar 20% sesuai dengan kebutuhan untuk

meningkatkan berat badan. Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah

kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk perempuan

dan 1200-1600 kkal perhari untuk laki-laki.

Cara lain untuk menghitung keadaan energi secara perhitungan kasar

dengan mempertimbangkan status gizi dan aktivitas (Sukardji,2009) yaitu:

Tabel 2. Perhitungan kasar kebutuhan energi penyandang DM

Status gizi Kalori/kg BB ideal


Kerja Santai Kerja sedang Kerja berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
Sumber : Sukardji (2009).

Selain itu, komposisi makanan dibagi dalam 3 makan utama untuk

makan pagi 20%, siang 30%, dan sore 25% serta 2-3 porsi makanan

selingan 10-15%diantara makan utama (Waspadji,2009)

23
7. Kebutuhan Karbohidrat dan Protein

Menurut Perkeni (2011), karbohidrat yang dianjurkan bagi orang

diabetes Indonesia sebesar 45-65% total asupan energi. Makanan harus

mengandung karbohidrat terutama yang karbohidrat kompleks. Selain itu ADA

(2008) juga membatasi konsumsi makanan dengan nilai indeks glikemik tinggi.

Hal ini di sebabkan karena indeks glikemi makanan dapat mempengaruhi

kadar glukosa drah 2 jam setelaah makan.

Selain itu, penggunaan sukrosa (gula murni) tidak bolehh lebih dari 5%

total asipan energi. Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis bergizi dan

pemanis tidak bergizi. Yang termasuk pemanis bergizi yaitu gula alkohol dan

fruktosa. Gula alkohol antara lain isomalt, laktitol, dan xylitol. Dalam

penggunaanya, pemanis bergizi di perhitungkan kandungan kalorinya

sebagaai bagian dari kebutuhan kalori sehari. Fruktosa tidak dianjurkan

sebagai bagian dari kebutuhan energi sehari dan tidak boleh di gunakan untuk

penyanadang diabetes karena efek samping pada lemak darah.

8. Kebutuhan Protein

Protein di butuhkan sebesar 10-20% total asupan energi. Sumber

protein yang baik adalah seafood, produk susu rendah lemak, kacang-

kacangan, yahu, tempe,

9. Kebutuhan Lemak

Asupan lemak orang diabetes di Indonesia diaanjurkan sekitar 20-25%

kebutuhan kaloridan tidak di perkenankan melebihi 30%total asupan energi.

24
Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori. Bahan makanan yang perlu

dibatasiadalah yang banyak mengandung lemak jenuh antara lain daging

berlemak dan susu penuh. Anjuran konsumsi kolestrol yaitu < 200 mg/hari.

(Perkeni 2006)

10. Kebutuhan serat

Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan

mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta

sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral,

serat dan bahan lain yang baik untuk kesehatan. anjuran serat adalah +- 25

g/hari. (Perkeni,2011)

11. Natrium

Anjuran aasupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan

anjuran untuk masyarakat umu yaitu tidak boleh >3000 mg atau sama dengan

7-8 9 (1 sendok teh) garam dapur.

12. Pemilihan jenis makanan

Penderita DM harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa

yang boleh di makan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan

makanan apa yang harus dibatasi secara ketat.( Waspadji,2007)

Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang mengandung

banyak karbohidrat, makanan yang banyak mengandung lemak, serta tinggi

natrium (ADA,2010). Makanan yang diperbolehkan adalah sumber karbohidrat

kompleks , makanan tinggi serat serta larut air, dan makanan yang diolah

dengan sedikit minyak.

25
Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup,

gula, sari buah harus dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi

seperti buncis, kacang panjang, wortel, harus dibatasi,tidak boleh dalam

jumlah yang banyak. Buah-buahan berkalori tinggi seperti nanas, mangga,

sirsak dan sawo sebauknya dibatasi. Sayuran yang bebas di konsumsi adalah

sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti ketimun, labu air, labu siam,

jamur, tomat. Selain itu makanan yang perlu dihindari yaitu makanan yang

mengandung banyak kolestrol, lemak serta tinggi natrium.

Selain itu, Perkeni (2011) menyebutkan bahwa penderita diabetesharus

membatasi maknan dari jenis gula, minyak, dan garam. Banyak pasien DM

megeluh karena makanan yang tercantum dalam daftar diet kurang bervariasi

sehingga sering terasa membosankan. Untuk itu agar ada variasi dan tidak

menimbulkan kebosanan, dapat diganti dengan makanan penukar lain. Perlu

diingat dalam penggunaan makanan penukar, kandungan zat gizinya harus

sama dengan makanan yang di gantikannya (Suryono, 2009)

13. Pengaturan Jadwal Makanan

Pengaturan jadwal makanan juga penting karena berkaitan dengan

kadar glokosa darah (ADA,2010). Penderita DM makan sesuai jadwal, yaitu 3

kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan intervensi 3 jam. Jaddwal

makan standar yang digunakan oleh penderita DM di sajikan dalam tabel

berikut ini. (Waspadji,2007)

26
Tabel 3.Jadwal Makan Penderita DM

Jenis makanan Waktu Total Kalori


Makan pagi 07.00 20%
Selingan 0.00 10%
Makan siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan sore/malam 19.00 20%
Selingan 21.00 10%
Sumber: Waspadji (2007), Pedoman Diet Dm. Jakarta : FKUI

C. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme

kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan

karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam

tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat

digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak

adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan

peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang

sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel. (Tarwoto.dkk, 2012.

Hal: 151).

Menurut WHO (2006) Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik

yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut

Hiperglikemia dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

yang disebabkan karena kerusakan dalam produksi insulin dan kerja dari

insulin tidak optimal.

27
2. Jenis dan Tipe Diabetes Melitus WHO (2006) :

a. DiabetesMelitusTipe 1

b. DiabetesMelitusTipe 2

c. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

d. Diabetes Melitus Tipe Lain

3. Tanda dan gejala diabetes

Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian pada

pasien DM yaitu

a. Keluhan klasik, berupa :

1) Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunanan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif

singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa

dalam darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel kekurangan

bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup,

sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaiutu sel lemak

dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot

sehingga menjadi kurus.

2) Banyak kencing (Poliuri)

Karena sifatnya kadar glukosa darah yang tinggi akan

menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah

yang banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada

malam hari.

28
3) Banyak minum (Polidipsi)

Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya

cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering di salah

tafsirkan. Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban

kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak

minum.

4) Banyak makan (Poliphagi)

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah di metabolisme

menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan,

penderita selalu merasa lapar.

b. Keluhan lain berupa :

1) Gangguan saraf tepi (Kesemutan)

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada

kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.

2) Gangguan penglihatan

Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan

penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya

berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik

3) Gatal (Bisul)

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan

atau daerah lipatan kulit seperti ketiak atau di bawah payudara. Sering

pula keluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.

29
4) Gangguan Ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering

tidak secara terus terang di kemukakan penderitanya. Hal ini terkait

dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan

masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan

seseorang.

5) Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang

sering di temukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala

yang di rasakan.

4. Perbandingan keadaan DM Tipe 1 dan Tipe 2

Tabel 4. Perbandingan keadaan DM Tipe 1 dan Tipe 2

DM Tipe 1 DM Tipe 2
Sel pembuat insulin rusak Lebih sering dari tipe 1
Insulin absolut di butuhkan Biasanya diawali (trigger) dengan
seumur hidup kegemukan
Bukan turunan tapi autoimun Komplikasi kalau tidak terkendali
Umumnya usia muda Muncul saat dewasa

5. Patogenesis Diabetes Mellitus

a. Tipe Diabetes Melitus

1.) Diabetes Melitus Tipe 1

Pada Diabetes Melitus Tipe 1 dikenal dengan diabetes

tergantung Insulin. Tipe ini berkembang jika sel-sel Beta Pánkreas

memproduksi insulin terlalu sedikit atau tidak memproduksi sama

sekali, yang disebabkan autoimunitas atau idiopatik. Diabetes Tipe 1

30
disebabkan karena kerusakan sel beta yang menyebabkan defisiensi

insulin abslut (Sutjahjo dkk, 2006).

2.) Diabetes MelitusTipe 2

Diabetes Melitus tipe 2 dikenal sebagai diabetes tidak tergantung

insulin. Diabetes tipe ini berkembang ketika tubuh masih menghasilkan

insulin tetapi tidak cukup dalam pemenuhannya atau bisa juga insulin

yang dihasilkan mengalami resistensi yang menyebabkan insulin tidak

dapat bekerja secara maksimal. Kondisi pada pasien tipe 2 bervariasi,

mulai dari resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang

dominan defek sekresi insulin disertasi resistensi insulin.

3.) Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

DMG diakibatkan dari kombinasi kemampuan reaksi dan

pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup. Biasanya terjadi pada

kehamilan dan akan sembuh setelah melahirkan. Penderita DMG terjadi

2-5% dari seluruh kehamilan.

4.) Diabetes Melitus Tipe Lain

DM disebabkan karena kelainan genetic, penyakit pancreas,

obat, infeksi, antibody, sindroma penyakit lain. Diabetes tipe lain dapat

juga disebabkan defek genetik fungsi insulin, defek genetik kerja

insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau

zat kimia (Sutjahjo dkk, 2006)

Dalam masyarakat,mereka yang kelompok resiko DM :

a.)Usia >45 tahun

31
b.)Obesitas

c.)Hipertensi

d.)Ibu dengan riwayat melahirkan bayi

e.)Riwayat keturunan DM

f.)Kurang aktivitas fisik

b. Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi-komplikasi penderita diabetes melitus:

1) Sistem kardiovaskuler (peredaran darah jantung) seperti hipertensi,

infarck miokard ( gangguan pada otot jantung).

2) Mata: retinopathy diabetika, katarak

3) Saraf: neropathy diabetika

4) Paru-paru: TBC (tuberculosis)

5) Ginjal: pielonefritis (infeksi pada piala ginjal), Glumerulosklerosis

(Pengerasan pada glomerolus).

6) Hati: Sirosis Hepatis (Pengerasan pada hati)

7) Kulit: Gangren (jaringan mati pada kulit, jaringan), ulcus (luka)

D. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam Menjalankan Terapi Diet

1. Kepatuhan

a. Pengertian Kepatuhan

Secara umum dalam kamus besar bahasa Indonesia yang

dimaksud dengan kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam

menjalankan perintah atau sebuah aturan. Menurut Milgram kepatuhan

32
merupakan suatu perilaku yang ditunjukan seseorang untuk memenuhi

perintah orang lain.

Di dalam penelitian ini, ketidakpatuhan yang dimaksud adalah

individu tidak melaksanakan sebuah program pengobatan yang disarankan

dari pihak luar, yakni otoritas individu yang kuat yang menyebabkan

individu enggan untuk melaksanakan kepatuhan yang disarankan. Dalam

hal ini sosial preasure atau tekanan sosial baik dari petugas kesehatan

atau keluarga tidak memberikan efek pada perubahan individu dalam

melaksanakan pengobatan atau terapi. Ketidakpatuhan dapat

mendatangkan beberapa konsekuensi yang harus ditanggung individu.

Beberapa konsekuensi yang harus ditanggung individu mungkin tidak

dirasakan secara langsung, namun dampak serius akibat sikap tidak patuh

mampu memberikan efek dikemudian waktu. Pasien yang tidak patuh

dianggap sebagai orang yang lalai, dan masalahnya dianggap sebagai

masalah kontrol, riset terdahulu berusaha untuk mengidentifikasi kelompok-

kelompok pasien yang tidak patuh dan patuh berdasarkan berbagai faktor

seperti kelas sosio-ekonomis, pendidikan, umur dan jenis kelamin. Usaha-

usaha tersebut sedikit berhasil dan menunjukan bukti bahwa setiap orang

dapat menjadi patuh dan tidak patuh kalau situasi dan berbagai kondisi

memungkinkankan. Pasien yang patuh adalah pasien yang tanggap

terhadap saran tenaga medis dan kontrol terhadap menu makanan yang

dikonsumsi, sedangkan pasien yang tidak patuh adalah pasien yang lalai

serta tidak mematuhi saran yang dianjurkan tenaga medis.

33
Perilaku kepatuhan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya. Bahkan jika tidak dilakukan hal tersebut bisa

menimbulkan resiko mengenai kesehatannya, faktor penting ini sering

dilupakan banyak pasien. Dokter juga beranggapan bahwa pasien akan

mengikuti apa yang mereka nasehatkan, tanpa menyadari bahwa para

pasien tersebut pertama-tama harus memutuskan terlebih dahulu apakah

mereka akan benar-benar melakukan saran dari tenaga kesehatan tersebut

atau tidak sama sekali.

2. Cara –cara meningkatkan kepatuhan

Smet menyebutkan beberapa strategi yang dapat dicoba untuk

meningkatkan kepatuhan, antara lain :

a. Segi penderita (internal)

Usaha yang dapat dilakukan penderita DM untuk meningkatkan

kepatuhan dalam menjalani terapi diet, olahraga dan pengobatan yaitu :

b. Meningkatkan kontrol diri.

Penderita DM harus meningkatkan kontrol dirinya untuk

meningkatkan ketaatannya dalam menjalani pengobatan, karena dengan

adanya kontrol diri yang baik dari penderita DM akan semakin

meningkatkan kepatuhannya dalam menjalani pengobatan. Kontrol diri

yang dilakukan meliputi kontrol berat badan, kontrol makan dan emosi.

34
c. Meningkatkan efikasi diri.

Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang penting dari

kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka sendiri untuk dapat

mematuhi pengobatan yang kompleks akan lebih mudah melakukannya.

d. Mencari informasi tentang pengobatan DM

Kurangnya pengetahuan atau informasi berkaitan dengan

kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk mencari informasi

mengenai DM dan terapi medisnya, informasi tersebut biasanya didapat

dari berbagai sumber seperti media cetak, elektronik atau melalui program

pendidikan di rumah sakit. Penderita DM hendaknya benar-benar

memahami tentang penyakitnya dengan cara mencari informasi

penyembuhan penyakitnya tersebut.

e. Meningkatkan monitoring diri

Penderita DM harus melakukan monitoring diri , karena dengan

monitoring diri, penderita dapat lebih mengetahui tentang keadaan dirinya

seperti keadaan gula dalam darahya, berat badan, dan apapun yang

dirasakanya.

3. Segi tenaga medis (external)

Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar penderita DM

untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani pengobatan antara lain :

a. Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter

Salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan adalah

memperbaiki komunikasi antara dokter dengan pasien. Ada banyak cara

35
dari dokter untuk menanamkan kepatuhan dengan dasar komunikasi yang

efektif dengan pasien.

b. Memberikan informasi yang jelas kepada.

Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang berstatus

tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia katakan secara umum

diterima sebagai sesuatu yang sah atau benar.

c. Memberikan dukungan sosial

Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi dukungan sosial.

Selain itu keluarga juga dilibatkan dalam memberikan dukungan kepada

pasien, karena hal tersebut juga akan menigkatkan kepatuhan, dalam Smet

(1994: 260) menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa diberikan dengan

bentuk perhatian dan memberikan nasehatnya yang bermanfaat bagi

kesehatannya.

d. Pendekatan perilaku

Pengelolaan diri (self managment) yaitu bagaimana pasien

diarahkan agar dapat mengelola dirinya dalam usaha meningkatkkan

perilaku kepatuhan. Dokter dapat bekerja sama dengan keluarga pasien

untuk mendiskusikan masalah dalam menjalani kepatuhan serta

pentingnya pengobatan

4. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Notoadmodjo (2007), mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau

36
perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap

positif, akan berlangsung baik. Pernyataan ini diperkuat dalam penelitian

Tera (2011), yang menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan penderita tentang penyakit dan komplikasi dengan

kepatuhan diet penderita diabetes melitus.Bila pengetahuan di pahami,

maka akan timbul suatu sikap dan prilaku untuk berpartisipasi. Selain itu

tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi prilaku dan sikap

individu.

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif, menurut

Notoatmodjo,S (2007), mempunyai enam tingkatan yaitu :

1.) Tahu (Know)

Tahu diartiakan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap yang spesifik dari seluruh bahan

yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2.) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat

37
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyimpulkan, meramal dan sebagainya terhadap objek yang di

pelajari

3.) Aplikasi (Application)

Aplikasi diarikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi lain

4.) Analisis (Analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata

kerja,seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya

5.) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain,sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,

38
dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6.) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1.) Umur

Umur individu yang terhitung mulai saat berulang tahun

(Nursalam, 2007), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

2.) Pendididikan

Bimbingan yang di berikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu.

Pendidikan di perlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup.

Makin tnggi tingkat pendididikan seseorang, makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru di perkenalkan.

(Nursalam, 2007)

39
3.) Pekerjaan

Keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan,berulang banyak tantangan. Bekerja umumnya

merupakan kegiatan menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. (Nursalam, 2007)

4.) Pendapatan

Pendapatan keluarga biasanya dilihat dari satu bulan, dimana

pendapatan ini digunakan untuk menopang kebutuhan ekonomi

keluarga dalam mmenuhi kebutuhan biaya sehari-hari termasuk untuk

pemeliharaan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga

maka akan semakin terpenuhi kebutuhannya, sebaliknya semakin

rendah pendapatan keluarga maka pemenuhan kebutuhannya akan

kurang juga sehingga terkadang akan lebih mementingkan kebutuhan

primernya dibandingkan kebutuhan akan kesehatan.

5.) Letak geografis

Lokasi geografis yang buruk misalnya daerah terpencil akan sulit

menerima informasi dari luar

5. Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan

untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objektif, jadi sikap senantiasa

40
terarah terhadap suatu hal, suatu objek, tidak ada tindak yang tanpa suatu

objek. (Purwanto dalm Sayetri 2013)

b. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni

1.) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang di berikan (objek)

2.) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah orang itu

menerima ide tersebut.

3.) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan sessuatu atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga,misalnya seseorang mengajak ibu yang lain

(tetangga,saudaranya,dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu

atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anaknya.

4.) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah memepunyai sikap yang paling tinggi.

41
6. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku dalam diri

manusia yang diperoleh dari berbagai pengalaman belajar yang mendorong

dan memungkinkan seseorang, kelompok atau masyarakat mencapai hidup

sehat (Hadi Siswanto, 2010).

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut

masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut

diharapkan dapat mempengaruhi terhadap perilakunya. Dengan kata lain,

dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap

perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2012).

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu:

1.) Menetapkan masalah dari kebutuhan mereka sendiri

2.) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,

dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar.

3.)Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf

hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

42
c. Metode Penyampaian Pendidikan Kesehatan

Metode penyampaian pesan dalam pendidikan kesehatan

merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tujuan secara optimal.

Oleh karena itu dalam pemberian pendidikan kesehatan perlu dipilih metode

yang tepat.

Menurut Notoatmodjo (2012) metode tersebut sebagai berikut :

1.) Individu

Digunakan untuk membina perilaku baru, pendekatannya antara

lain:

a.) Bimbingan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas

kesehatan lebih intensif, sehingga akan memungkinkan petugas

dapat menggali masalah klien lebih dalam. Dengan demikian akan

dapat membantu menyelesaikan masalahnya dan akhirnya klien

dengan suka rela berdasarkan kesadaran, dan pengertian menerima

perilaku baru (mengubah perilaku).

b.)Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien

untuk menggali informasi mengapa klien belum bisa menerima

perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu

43
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila

belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2.Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari

sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan

kelompok yang kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula

pada besarnya sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar (lebih dari 15 orang)

Metode yang tepat untuk penyuluhan kelompok ini adalah

ceramah dan seminar.

2) Kelompok kecil

Diskusi kelompok, curah pendapat, memainkan peran dan

simulasi.

3) Massa (publik)

7. Dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial keluarga berbeda-beda

dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap

siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini

meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.

44
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

prilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Fridman dalam Sudiharto

(2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi

elektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial,

saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan

mendukung.

Dukungan dalam kesehatan keluarga sangat berpengaruh dalam

kesembuhan seseorang. Dukungan keluarga mempunyai arti penting dan

berperan dalam memotivasi pasien agar memenuhi semua diet yang di berikan

oleh ahli gizi maupun dokter. Dengan adanya motivasi dari keluarga maka

pasien akan dapat mencapai keberhasilan untuk sembuh dari penyakit

Pelaksanaan diet Diabetes Mellitus sangat dipengaruhi adanya

dukungan dari keluarga. Menurut Friedman dalam Setiadi (2007) peran

dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan diet yaitu mengenal

gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota yang menderita Diabetes

Mellitus, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat pada

pasien Diabetes Mellitus, memberikan perawatan kepada anggota keluarga

yang menderita Diabetes Mellitus, mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarganya, memanfaatkan dengan baik fasilitas – fasilitas kesehatan untuk

pasien Diabetes Mellitus.

45
Menurut Friedman dalam Setiadi (2008) membagi 5 tugas keluarga

dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu : mengenal gangguan

perkembangan kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota

keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena

cacat dan usianya yang terlalu muda, mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarganya, mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota dan

lembaga – lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik

fasilitas – fasilitas kesehatan yang ada.

Dukungan yang diberikan oleh keluarga memiliki hubungan dengan

kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet dengan derajat keeratan

yang tinggi. Menurut Tumilah (2010), pemberian dukungan sosial dalam

bentuk pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan mengenai diet DM akan

meningkatkan kesadaran dan kepatuhan penderita DM untuk menjalani

pengobatan, khususnya pada penatalaksanaan diet penderita DM.

Kendala utama pada penanganan diet Diabetes Mellitus adalah

kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk

mencapai keberhasilan. Pelaksanaan diet Diabetes Mellitus sangat dipengaruhi

oleh adanya dukungan dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai

perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif

dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di

lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan

46
terisolasi. Jika dukungan keluarga tidak ada maka pasien Diabetes Mellitus

akan tidak patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga penyakit Diabetes Mellitus

tidak terkendali dan terjadi komplikasi yaitu penyakit jantung, ginjal, kebutaan,

ateroskleorosis, bahkan sebagian tubuh dapat diamputasi. Dan apabila

dukungan keluarga baik maka pasien Diabetes Mellitus akan patuh dalam

pelaksanaan diet, sehingga penyakit Diabetes Mellitus terkendali

47
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian Variabel Yang Diteliti

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan

sikap positif, akan berlangsung baik. Bila pengetahuan di pahami, maka akan

timbul suatu sikap dan prilaku yang baik sehingga tingkat pengetahuan seseorang

juga mempengaruhi prilaku dan sikap individu.

Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan

menjalankan diet. Ketidakpatuhan terhadap diet pada penderita diabetes melitus

menjadi salah satu faktor risiko memperberat terjadinya gangguan metabolisme

tubuh sehingga berdampak terhadap keberlangsungan hidup penderita diabetes

mellitus. Ketidakpatuhan diet akan menyebabkan kadar gula darah pada

penderita diabetes melitus menjadi tidak terkendali yang akibatnya dapat

menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi dan memperpendek harapan hidup

Pendidikan kesehatan adalah unsur program kesehatan dan kedokteran

yang didalamnya terkandung rencana untuk mengubah prilaku perseorangan dan

masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan,

rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan

Pelaksanaan diet diabetes mellitus sangat dipengaruhi adanya dukungan

dari keluarga. Peran dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan diet yaitu

mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota yang menderita

diabetes mellitus, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat


48
pada pasien diabetes mellitus, memberikan perawatan kepada anggota keluarga

yang menderita diabetes mellitus, mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,

memanfaatkan dengan baik fasilitas – fasilitas kesehatan untuk pasien Diabetes

Mellitus

B. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Sikap

Pendidikan Kepatuhan diet


Kesehatan pasien DM

Dukungan
keluarga

Tindakan

Keterangan :
: variabel dependent

: variabel independent yang di teliti

: variabel independen yang tidak diteliti

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

49
C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent (Variabel Bebas) dalam penelitian ini adalah

a. Pengetahuan,

b. Sikap,

c. Pendidikan Kesehatan

d. Dukungan keluarga

2. Variabel Dependent (Variabel Terikat) dalam penelitian ini adalah Kepatuhan

Diet Pasien Diabetes Melitus

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Kepatuhan Diet

Sejauh mana prilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh

profesional kesehatan dalam mengikuti cara terapi yang disarankan oleh

dokternya atau orang lain. Kriteria penilaian berdasarkan atas jumlah

pertanyaan yaitu sebanyak 10 pertanyaan yang diberi skor atau bobot. Dimana

setiap pertanyaan akan diberi nilai/skor yang mengacu pada skala Likert, bila

menjawab akan diberi skor sebagai berikut :

SL = Selalu :5

SRG = Sering :4

KDG = Kadang- Kadang :3

JR = Jarang :2

TP = Tidak Pernah :1

Dengan rumus interval kelas sebagai berikut (Sugiyono, 2008)

50
R
I¿ K

dimana :

I = interval skor tertinggi = 5x10=50 (100%)

R = range ( 100-0=100 ) Skor terendah = 1x10=10 (20%)

K = jumlah kategori (2)

Interval kelas :

100−20
I= 2 = 40

Jadi, 100%-40% = 60%

Kriteria Objektif :

Patuh : Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total skor

maksimal

Tidak Patuh : Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total skor

maksimal

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang di ketahui oleh pasien tentang

penyakitnya dan terapi dietnya yang sesuai dengan keperluan setiap harinya

sehingga dapat di capai kesehatan yang optimal. Kriteria penilaian Dihitung

berdasarkan 10 pertanyaan yang didapat dengan kuisioner dan diukur

menggunakan skala Guttman yakni jawaban positif diberi 1 dan jawaban

negatif diberi nilai 0, sehingga diperoleh dengan skor nilai :

Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100%)

51
Skor terendah : 10 x 0 = 0 (0%)

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus :

R
I= dimana :
K

I = Interval kelas

R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi - nilai terendah)

K = Jumlah kategori = 2 (cukup dan kurang)

Jadi, untuk I = R = 100 %


= 50 %
K

Kriteria Objektif :

Cukup : bila jawaban responden lebih dari >50% dari total skor maximal

Kurang : bila jawaban responden ≤ 50% dari total skor maksimal

3. Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang ditandai kecenderungan untuk

bertindak sesuai dengan sikap dalam melakukan terapi diet. Kriteria penilaian

berdasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 10 pertanyaan yang

diberi skor atau bobot. Dimana setiap pertanyaan akan diberi nilai/skor yang

mengacu pada skala Likert, bila menjawab akan diberi skor sebagai berikut :

SS = Sangat setuju :5

S = Setuju :4

Ragu-ragu :3

TS = Tidak setuju :2

STS = Sangat Tidak Setuju :1

Dengan rumus interval kelas sebagai berikut (Sugiyono, 2008)

52
R
I¿ K

dimana :

I = interval skor tertinggi = 5x10=50 (100%)

R = range ( 100-0=100 ) Skor terendah = 1x10=10 (20%)

K = jumlah kategori (2)

Interval kelas :

100−20
I= 2 = 40

Jadi, 100%-40% = 60%

Kriteria Objektif :

Cukup :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total skor

maksimal

Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total skor

maksimal

4. Pendidikan kesehatan

Pendidikan Kesehatan adalah penyampaian informasi yang diberikan oleh

dokter atau perawat kepada pasien yang berhubungan dengan diet DM. Dihitung

berdasarkan 5 pertanyaan yang didapat dengan kuisioner dan diukur

menggunakan skala Guttman yakni jawaban positif diberi 1 dan jawaban

negatif diberi nilai 0, sehingga diperoleh dengan skor nilai :

Skor tertinggi : 5 x 1 = 5 (100%)

Skor terendah : 5 x 0 = 0 (0%)

53
Kemudian diukur dengan menggunakan rumus :

R
I= dimana :
K

I = Interval kelas

R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi - nilai terendah)

K = Jumlah kategori = 2 (cukup dan kurang)

Jadi, untuk I = R = 100 %


= 50 %
K

Kriteria Objektif :

Cukup : Jika jawaban responden >50%

Kurang : Jika jawaban responden ≤50% (Arikunto)

5. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah cara keluarga dalam berperan memotivasi

pasien agar mematuhi semua diet dalam menjalankan terapi diet di rumah

sesuai anjuran profesional kesehatan. Kriteria penilaian berdasarkan atas

jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 5 pertanyaan yang diberi skor atau bobot.

Dimana setiap pertanyaan akan diberi nilai/skor yang mengacu pada skala

Likert, bila menjawab akan diberi skor sebagai berikut :

SS = Sangat setuju :5

S = Setuju :4

RG = Ragu-ragu :3

TS = Tidak setuju :2

STS = Sangat Tidak Setuju :1

Dengan rumus interval kelas sebagai berikut (Sugiyono, 2008)

54
R
I¿ K

dimana :

I = interval skor tertinggi = 5x5=25 (100%)

R = range ( 100-0=100 ) Skor terendah = 1x5=5 (20%)

K = jumlah kategori (2)

Interval kelas :

100−20
I= 2 = 40

Jadi, 100%-40% = 60%

Kriteria Objektif :

Cukup :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥ 60% dari total skor

maksimal

Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai < 60% dari total skor

maksimal

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Nol (Ho)

1. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien diabetes melitus

dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU Bahteramas

Kendari

2. Tidak ada hubungan sikap dengan kepatuhan pasien diabetes melitus dalam

menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU Bahteramas Kendari

55
3. Tidak ada hubungan pendidikan kesehatan dengan kepatuhan pasien

diabetes melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU

Bahteramas Kendari

4. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien diabetes

melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU

Bahteramas Kendari

Hipotesis Alternatif (Ha)

1. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien diabetes melitus dalam

menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU Bahteramas Kendari

2. Ada hubungan sikap dengan kepatuhan pasien diabetes melitus dalam

menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU Bahteramas Kendari

3. Ada hubungan pendidikan kesehatan dengan kepatuhan pasien diabetes

melitus dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU

Bahteramas Kendari

4. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien diabetes melitus

dalam menjalankan terapi diet di Poliklinik Interna BLUD RSU Bahteramas

Kendari

56
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitaian

Untuk mengetahui faktor-faktor yg berhubungan dengan kepatuhan pasien

Diabetes Melitus dalam menjalankan terapi diet yang dirawat jalan di Poliklinik

Interna BLUD RSU Bahteramas, peneliti menggunakan metode penelitian survei

analitik dengan pendekatan Cross Sectional study dengan menggunakan variabel-

variabel baik sebagai variabel independen dan variabel dependen yang di lakukan

pada saat bersamaan.

Populasi
(sampel)

Faktor Resiko Faktor Resiko


+

Efek + Efek - Efek + Efek -

Gambar 2. Desain Penelitian Cross Sectional Study (Sugiono,2006)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015
57
2. Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di Poliklinik Interna BLUD RSU

Bahtermas Kendari

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Melitus

yang datang berkunjung di Poliklinik Interna BLUD RSU Bahteramas pada

bulan Maret 2015 berjumlah 183 orang

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang datang

berkunjung di Poliklinik Interna BLUD RSU Bahteramas yaitu sebanyak 65

orang yang mewakili populasi. Adapun rumus pengambilan sampel yaitu :

N
n= 2 ( Soekidjo Notoatmojo, 2010)
1+ N (d )

keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d² = tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan = 0,1

N
n=
1+ N (d 2)

183
n=
1+ 183(0,01)

= 64,66

= 65 orang

58
Sehingga banyaknya pasien diabetes melitus yang di jadikan

responden penelitian adalah sebanyak 65 orang

3.Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental

sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang

kebetulan ada atau di jumpai

Adapun kriteria yang menjadi responden adalah :

a. Kriteria sampel

 Kriteria inklusi

1).Penderita diabetes melitus

2).Pasien yang sedang berkunjung di Poliklinik Interna BLUD RSU

Bahterams Kendari

3).Bersedia menjadi responden

 Kriteria kriteria inklusi

1). Bukan penderita diabetes mellitus

D. Instrumen Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari responden

dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) serta wawancara

langsung kepada responden. Data primer ini yang akan di tanyakan kepada

responden adalah variabel penelitian yang meliputi : pengetahuan, sikap,

pendidikan kesehatan dan dukungan keluarga.

59
Data yang di peroleh dari hasil pengamatan langsung di lapangkan

dengan menggunakan kuesioner ,diolah dengan menggunakan komputerisasi

dan kalkulator kemudian hasilnya di sajikan dalam bentuk tabel serta analisis

hubungan variabel bebas dan variabel terikat.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

Data tersebut berupa hasil pencatatan yang di dapatkan dari Komite

Keperawatan Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari berupa hasil

pencatatan dan laporan kasus Diabetes Melitus pada rekam medik yaitu

jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2012 sampai 2014 dan jumlah

pasien DM yang datang berkunjung di Poliklinik Interna selam 3 bulan

terakhir (Januari-Maret) Tahun 2015.

E. Pengolahan Data

1. Editing (pengeditan)

Adalah untuk meneliti apakah kuisioner sudah lengkap atau belum

sehingga ada kekurangan dapat segera dilengkapi. Editing dapat dilakukan

ditempat pengumpulan dan sehingga jika terjadi kesalahan, maka upaya

perbaikan dapat dilaksanakan.

2. Koding (pengkodean)

Adalah suatu usaha memberikan kode atau menandai jawaban responden

atas pernyataan yang ada pada kuisioner.

60
3. Entry / processing (pemasukan data)

Adalah pemasukan data-data penelitian tabel sesuai dengan kriteria.

4. Tabulasi

Untuk memudahkan analisa data maka data dikelompokan kedalam tabel

kerja, kemudian data dianalisa secara statistik deskriptif melalui perhitungan

presentase dan hasil perhitungan jumlah.

F. Analisa data

Pada bagian ini peneliti akan memberikan gambaran sekilas mengenai

pengumpulan dan analisa data yaitu pengumpulan data menggunakan

kuisioner.

1. Analisa Univariat

Dilakukan dengan menghitung frekuensi dalam bentuk presentase dari

variabel yang diteliti

Rumus :

f
x= xk
n

Keteangan :

f : frekuensi kategori variabel yang diteliti

n : jumlah sampel penelitian

k : konstan (100%)

x : presentase hasil penelitian ( Arikunto,2007 )

2. Analisa bivariat

61
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel berupa

tabel analisis univariat dari masing-masing variabel penelitian dan tabel

analisis bivariat hubungan variabel dependen dan independen.

Tabel 5. Kontigensi 2 x 2

Kriteria Kelompok Studi Jumlah


Efek positif Efek negative
Positif A B a+b
Negatif C D c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

dependen dan variabel independen menggunakan uji Chi Square

menggunakan SPSS dengan derajat kemaknaan 0,05. Bila nilai p value ≤ α

(0,05) berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan), dan apabila

nilai p value < α (0,05) berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna (tidak

signifikan)

3. Uji Keeratan Hubungan

Untuk mengetahui besarnya keeratan hubungan antar variabel dengan

menggunakan rumus :

Φ= √ x2
N

Nilai (Φ ) antara 0-1 dan klasifikasi keeratannya :

0,00 - 0,25 = hubungan lemah

0,26 - 0,50 = hubungan sedang

0,51- 0,75 = hubungan kuat

0,76 – 1,00 = hubungan sangat kuat

G. Penyajian Data

62
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel beserta narasi

penjelasan.

H. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, masalah etika sangat diperhatikan dengan

menggunakan metode seperti disebelah :

1. Informend consent ( lembar persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan (informend consent). Informant

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informend consent adalah

agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui

dampaknya

2. Anonimity (tanpa nama)

Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar

alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasian)

Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

63
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). (2009). “Nutrition Recommendation and


Intervention for Diabetes”. Diabetes Care, 31 (Suppl. 1): 61-78. Diakses pada
25 mei 2015 dari http://www.care.diabetesjournals.org

ADA (American Diabetes Association). (2010). “Position Statemen: Standar of


Medical Care in Diabetes – 2010”. Diabetes Care, 33 (Suppl.1 ): S11-61.
Diakses pada 25 Mei 2015 dari http://www.care.diabetesjournals.org

Almatsier, S. (2006). Penuntun Diet. Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi.

American Diabetes Association, 2006. Standards of Medical Care in Diabetes,


Diabetes Care, 2006: 29, S4-42

Data Rekam Medik Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara,
Kendari, 2015

Dinas Kesehatan Kota, Data profil kesehatan, Kendari, 2015

Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo


Persada. 2005

Laili, dkk. 2012. Edukasi Dengan Pendekatan Prinsip Diabetes Melitus Self
Management Education (DSME) meningkatkan Perilaku Kepatuhan Diet Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. (online). http://www.journal.unair.ac.id. Di
akses 9 April 2013.

Murti.B, Prinsip dan metode riset epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
press,2007

Notoatmojo, S. Teori dan Aplikasi Promosi Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta, 2005

Notoatmodjo.S, Metodologi penelitian kesehatan,Jakarta 2007

Notoatmodjo,S. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Rineke Cipta: Jakarta.2007

Nursalam, Konsep dan penerapan metodologi ilmu keperawatan, pedoman skripsi,


tesis, dan instrumen penelitian. Salemba Medika : Jakarta, 2007

Perkeni. (2007). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus di


Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI

64
Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). (2011) Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitu di Indonesia Tahun 2011. Diakses pada 25 Mei
2015 dari http://www.perkeni.net

Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara, Rekam Medik RSU Provinsi
Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Tenggara,2015.

Skripsi Sarjana Keperawatan, Universitas Diponegoro, Semarang. Diakses pada


tanggal 18 April 2015 dari situs: http://eprints.undip.ac.id/32591/1/393_
Banu_Hanifah_Al_Tera_G2C007014

Sulisriawati, Hubungan Sikap dan Pengawasan Dengan Pelaksanaan


Pendokumentasian Asuhan Keperawan diRuang Rawat Inap Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Konawe Tahun 2014, Skripsi tidak di
publikasikan. Stikes Mandala Waluya Kendari, Kendari 2014 (akses 2 Mei
2015)
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Edisi: 1. Yogyakarta :
Graha Ilmu

Sutjahjo, A., Tjokroprawiro, A., Murtiwi, S., Wibisono, S., 2006. Konsensus
pengelolaan dan pencegahan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia tahun 2006.

Suiraoka.IP. 2012. Penyakit Degeneratif. Nuha Medika. Yogyakarta.

Suryono, S. (2009). Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes


Melitus dalam : Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Edisi 2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI

Stikes Mandala Waluya Kendari. Panduan Penulisan Skripsi. Kendari, 2015

Tarwoto, dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Trans
Info Media. Jakarta.

Tera, B. H. (2011). Determinan ketidak patuhan diet penderita DM. Publikasi

Usman, Sayetri, Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diet Penderita


Diabetes Melitus di RSU Sulawesi Tenggara, Skripsi tidak di publikasikan.
Stikes Mandala Waluya Kendari, Kendari 2011 (akses 23 Februari 2015)

Tumilah. (2010). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan diet pada


pasien diabetes mellitus di RS Emanuel Banjarnegara. Skripsi Sarjana
Keperawatan tidak dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Purwokerto.

Waspadji, S. (2007). Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI


65
Waspadji, S. (2009). Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaan yang
rasional Dalam: Penatalaksanaa Diabetes Melitus Terpadu Edisi Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
World Health Organization. 2012. Data and Statistics. (online)
http://www.who.int/gho/child_health/en.html Diakses 4 maret 2015

Xinhua. (2007). Indonesia Ranks 4th in Terms of Diabetes Sufferers. English.

66

Anda mungkin juga menyukai