Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT PADA

REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KRAMAT JATI

Untuk Memenuhi Tugas Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu : Titi Indriyati, SKM.,MEpid

Disusun Oleh :
Anggi Maudy A 1032201004
Diana Dwi Lestari 1032201048
Fitri Yani 1032201049
Nadhira Nur Alifiana 1032201050
Novi Indriyani 1032201030

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH TAHMRIN
JAKARTA 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


WHO (Word Health Organization) menjelaskan bahwa Diabetes merupakan penyakit
metabolisme kronis ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang
berdampak pada penyakit serius seperti jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan syaraf.
Diabetes merupakan penyakit kronis yang paling tinggi kenaikan angka prevalensinya saat ini
dan merupakan 10 besar penyebab kematian di dunia (WHO 2016).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) melaporkan bahwa data yang didapat 463
juta orang dewasa di dunia menyandang diabetes dengan prevalensi global mencapai 9,3
persen. Namun, kondisi yang membahayakan adalah 50,1 persen penyandang diabetes
(diabetesi) tidak terdiagnosis. Ini menjadikan status diabetes sebagai silent killer masih
menghantui dunia. Jumlah diabetesi ini diperkirakan meningkat 45 persen atau setara dengan
629 juta pasien per tahun 2045. Bahkan, sebanyak 75 persen pasien diabetes pada tahun 2020
berusia 20-64 tahun. Diabetes Melitus dapat dilansir dari data Riskesdas tahun 2013 dan
tahun 2018 menunjukkan bahwa tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia
meningkat dari 6,9% menjadi 8,5 %, prevalensi penyakit DM menurut diagnosa dokter
meningkat dari 1,2% menjadi 2% (Kemenkes R1, 2021).

Secara umum Diabetes melitus dibagi menjadi tiga, yaitu tipe 1, 2 dan gestasional (terjadi
saat kehamilan). DM tipe 1 diabetes yang bergantung pada insulin. Faktor penyebabnya
adalah virus atau reaksi auto-imun (rusaknnya sistem kekebalan tubuh) yang merusak sel-sel
penghasil insulin, yaitu sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas
sehingga terjadi kekurangan insulin. Diabetes tipe ini biasanya mengenai anak-anak dan
remaja. Sedangkan, DM tipe 2 disebut diabetes life style karena selain faktor keturunan,
disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes tipe 2 tidak bergantung insulin karena
pankreas masih menghasilkan insulin tetapi insulin yang diproduksi, jumlahnya tidak
mencukupi dan kerja insulin tidak efektif karena adanya hambatan pada insulin yang disebut
resistensi insulin (Nurrahmani, 2015).
Adapun beberapa upaya untuk mengurangi faktor pemicu terjadinya Diabetes Melitus yaitu
denga mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan
pola makan ( Kemenkes RI, 2013)

Kepatuhan adalah menjalankan aturan diet sesuai apa yang telah di berikan. Ketidakpatuhan
penderita terhadap diet DM dapat disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah
kurangnya informasi atau pengetahuan tentang diet terhadap penyakit DM serta motivasi
yang kurang tinggi terhadap dirinya sendiri. Maka dari itu pentingnya dukungan keluarga
untuk berpartisipasi dalam menjaga makanan atau diet yang dianjurkan terhadap anggota
keluarga yang menderita diabetes melitus. Salah satu wujud kepatuhan pasien adalah dengan
cara mengikuti anjuran diet yang disarankan oleh ahli gizi (Ilmah dan Rochmah, 2015).
Ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit Diabetes Melitus dapat memberikan efek negatif
yang sangat besar karena presentase kasus penyakit tidak menular tersebut diseluruh dunia
mencapai 54% dari seluruh penyakit pada tahun 2001 (Bertalina dan Purnama, 2016).
Pentingnya dukungan keluarga untuk berpartisipasi dalam menjaga makanan atau diet yang
dianjurkan terhadap anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus. Salah satu wujud
kepatuhan pasien adalah dengan cara mengikuti anjuran diet yang disarankan oleh ahli gizi
(Ilmah dan Rochmah, 2015).

Penderita Diabetes Melitus perlu melakukan diet yang sudah ditentukan dan rutin melakukan
pengecekan gula darah dipelayanan kesehatan terdekat, serta menghindari beberapa faktor
yang dapat memicu terjadinya kenaikan gula darah. Salah satunya mengurangi makanan yang
mengandung tinggi gula, karena dengan melakukan kepatuhan diet yang sudah ditentukan
dapat mengontrol gula darah pada tubuh, serta faktor dukungan yang diberikan oleh keluarga
dapat mempengaruhi kepatuhan diet tersebut.

Prevalensi diabetes di Jakarta berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018
meningkat dari 2,5% menjadi 3,4% dari total 10,5 juta jiwa atau sekitar 250 ribu penduduk di
DKI menderita diabetes. Prevalensi diabetes secara nasional 10,9%. DKI Jakarta menjadi
provinsi tertinggi karena banyaknya jumlah penduduk dan sudah banyak tersedia sarana
pemeriksaan gula darah.
Penelitian ini dilakukan untuk menambah informasi dan pengetahuan para pembaca
khususnya usia remaja yang menderita penyakit Diabetes Melitus, agar lebih menerapkan
gaya hidup yang sehat dan mengontrol kadar gula agar tidak menimbulkan komplikasi resiko
pada Diabetes Melitus. Namun apabila peneilitian ini tidak dilakukan maka para penderita
Diabetes Melitus khususnya usia remaja tidak akan mengetahui pentingnya gaya hidup yang
sehat dan pentingnya keluarga untuk medukung diet yang sudah ditentukan , karena
dukungan keluarga sangat berdampak positif pada kelangsungan diet yang sedang dilakukan
oleh penderita Diabetes Melitus. Dan penelitian ini dilakukan akan memberikan dampak yang
sangat besar bagi pembaca karena didalam penelitian ini terdapat beberapa informasi yang
bisa menambah pengetahuan pada penderita, salah satunya pentingngya dukungan keluarga
terhadap kepatuhan diet.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan


kepatuhan diit pada remaja di wilayah puskesmas kramat jati di atas maka bisa dirumuskan
beberapa masalah berikut ini:

 Apa itu diit?


 Apa saja dampak positif dan negatif dari kepatuhan diit pada remaja? 
 Apa tujuan dari dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada remaja?
 Mengapa dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk memenuhi kepatuhan diit
pada remaja?
 Bagaimana cara mempertahankan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada
remaja? 
 Bagaimana cara diit yang benar?
 Seberapa besar pengaruh dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada remaja?
 Bagaimana implementasi dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada remaja?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan
keluarga terhadap kepatuhan diit pada remaja penderita diabetes di Wilayah
Puskesmas Kramat Jati.

2) Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada
remaja Diabetes Melitus di wilayah puskesmas kramat jati.
b. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada Remaja dengan DM terkait
dengan kepatuhan responden terhadap diit Diabetes Militus.
c. Mengidentifikasi kepatuhan diit Diabetes Militus pada Remaja Di Wilayah
Pusksesmas Kramat Jati.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis
Hasil ini dapat digunakan sebagai informadi ilmiah dalam pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan keluarga dalam hal hubungan antara
dukungan keluarga terhadap kepatuhan melakukan diit pada remaja penderita DM.

b. Manfaat Praktis
1. Bagi dinas Kesehatan
Dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi institusi terkait untuk
mengoptimalkan pelayanan kesehatan di bidang keperawatan keluarga
2. Bagi perawat
Dapat melakukan intervensi keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk
meningkatkan kepatuhan melakukan diit pada penderita diabetes melitus
3. Bagi Pendidikan
Manfaat bagi pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai referensi bagi
institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan
diabetes melitus.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan judul yang digunakan dalam penelitian ini. Maka fokus penelitian ini
adalah Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada remaja
penderita diabetes militus. Dimana penelitian ini akan dilakukan pada saat penelitian
dilakukan,tanpa periode waktu tertentu yang dijelaskan dalam judul.Metode penelitian
ini yaitu studi kuantitatif dengan menggunakan instrumen kuesioner untuk
mengumpulkan data tentang dukungan keluarga dan kepatuhan diit remaja penderita
diabetes militus. Penelitian ini terdiri dari 1 variabel dependen yaitu kepatuhan diit
remaja penderita diabetes militus,variabel independennya yaitu dukungan keluarga
yang diterima oleh remaja penderita diabetes militus. Dalam penelitian ini,peneliti
akan mengidentifikasi faktor dukungan keluarga yang berhubungan dengan kepatuhan
diit pada remaja penderita diabetes militus di wilayah puskesmas Kramat jati. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan dukungan keluarga
dan kepatuhan diit pada remaja penderita diabetes militus.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi

Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang diakibatkan karena adanya gangguan
metabolisme yang terjadi di pancreas dan biasanya ditandai dengan Hiperglikemia yang
disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang cuckup didalam tubuh
(Karamoy and Dharmadi 2019).

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang semakin meningkat di
seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga pada anak.
Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan produksi
insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya (Aman B, Pulungan, 2019).

Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang sering terjadi diberbagai
usia, khususnya pada usia remaja. Diabetes Melitus adalah penyakit yang biasanya
ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi dan toleransi glukosa terganggu, serta
kekurangan insulin.( Awaliyah N, F.2020).

2.1.2 Klasifikasi

1. Diabetes Tipe 1 (Insulin Dependent Melitus atau IDDM)

Diabetes Tipe 1 terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi insulin, sehingga insulin
di dalam tubuh berkurang. Glukosa di dalam darah terjadi penumpukan karena tidak dapat
diangkut ke dalam sel. Biasanya penderita diabetes tipe 1 ini banyak ditemukan pada usia
dibawah 35 tahun (Bustan 2015).
2. Diabetes Tipe 2 ( Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus atau NIDDM)

Diabetes tipe 2 merupakan penyakit terbanyak di Indonesia. Biasanya penderita DM tipe 2


ini ditemukan pada usia diatas 40 tahun dan salah satu faktor terjadinya DM ini karena
penderita mengalami obesitas. Selain obesitas, DM tipe 2 juga dosebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya yaitu faktor genetk, keluarga, diet tinggi lemak dan kurang nya
berolahraga (Bustan 2015).

3. Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional merupakan penyakit gangguan metabolik yang terjadi apada ibu
hamil karena adanya kenaikan gula darah, ibu hamil menderita diabetes gestasional
biasanya terjadi pada usia 24 minggu, akan tetapi gula darah akan normal kembali setelah
melahirkan (Ginanti 2022).

2.1.3 Manifestasi Klinis

1) Meningkatnya frekuensi buang air kecil (Poliuri)

Sel-sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa, sehingga ginjal berusaha
mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya, pasien buang air kecil lebih
sering daripada orang normal, buang air kecil lebih dari 5 liter setiap hari dan dapat
terus buang air kecil di malam hari.

2) Rasa haus berlebihan (Polidipsi)

Ketika tubuh kehilangan air karena sering buang air kecil, pasien haus dan
membutuhkan banyak air. Rasa haus yang berlebihan berarti bahwa tubuh sedang
mencoba untuk mengisi kembali hidrasi yang hilang. Sering buang air kecil dan
rasa haus yang berlebihan adalah bagian dari cara tubuh mengalami hiperglikemia.

3) Sering merasa lapar (Polifagi)

Rasa lapar yang berlebihan adalah tanda lain dari diabetes. Ketika kadar gula darah
turun, tubuh berpikir bahwaa kadar gula darah tidak tersuplai dan lebih memilih
glukosa yang dibutuhkan sel.
4) Penurunan berat badan

Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menyebabkan penurunan berat badan yang
cepat. Hormon insulin tidak menyediakan glukosa untuk digunakan sel sebagai
energi, sehingga tubuh memecah protein dari otot sebagai sumber energi alternatif.

5) Terdapat keton dalam urine

Keton adalah produk sampingan dari kehilangan otot dan lemak karena tubuh tidak
dapat menggunakan gula untuk energi.

6) Kulit menjadi bermasalah

Kulit gatal, mungkin dari kulit kering, sering menjadi tanda peringatan diabetes,
serta kondisi kulit lainya, seperti bercak hitam di sekitar leher dan ketiak.

7) Penyembuhan lambat

Infeksi, luka dan memar yang tidak cepat sembuh adalah tanda lain dari diabetes.
Ini biasanya terjadi karena pembuluh darah rusak oleh glukosa dalam jumlah
berlebihan yang mengelilingi pembuluh darah dan arteri.

8) Keletihan dan mudah tersinggung

Kadar gula darah yang tinggi seringkali membuat tidak nyaman, tergantung
lamanya kadar gula darah tersebut. Jika lelah ketika bangun beberapa kali di tengah
malam dan pergi ke kamar mandi, mereka cenderung mudah tersinggung.

9) Pandangan kabur

Penglihatan kabur atau kilatan cahaya sesekali adalah akibat langsung dari kadar
hiperglikemik. Membiarkan kadar gula darah tidak terkontrol untuk waktu yang
lama dapat menyebabkan kerusakan permanen dan dalam beberapa kasus
menyebabkan kebutaan.

10) Kesemutan atau mati rasa


Sakit atau mati rasa pada anggota badan, nyeri terbakar dan bengkak adalah tanda-
tanda bahwa diabetes merusak saraf.

Pada diabetes, hiperglikemik bertindak seperti racun. Diabetes sering disebut


sebagai “Sillent Killer” ketika gejala diabaikan dan komplikasi diidentifikasi (RI
2019).

2.1.4 Patoflowdiagram
2.1.5 Faktor Resiko

A. faktor seperti faktor keturunan, berat badan berlebih atau obesitas, gaya hidup
serta pola makan yang tidak baik, aktivitas fisik kurang dilakukan, mengonsumsi
obat- obatan yang berpengaruh pada kadar glukosa darah, adanya proses penuaan,
serta stres (Imelda, 2019; Tandra, 2013).

Faktor Risiko terjadinya Diabetes Mellitus Tipe I terdiri dari beberapa faktor yaitu
terdiri dari Faktor usia, jenis kelamin, riwayat diabetes gestasional, faktor genetik,
penyakit autoimun dan ras. Sedangkan untuk faktor perilaku meliputi kebiasaan
mengonsumsi obat. Faktor sosial ekonomi terdiri dari status pekerjaan dan status
pendidikan. Faktor interemdietnya meliputi IMT dan kondisi psikologis. Faktor
lingkungan terdiri dari virus dan cuaca dingin (Awaliyah, N, F. 2020).

B. Faktor Yang Dapat Diubah

1. Obesitas

Beberapa penelitian longitudinal telah menunjukkan bahwa obesitas adalah


prediktor kuat perkembangan DM longitudinal juga menunjukkan bahwa lingkar
pinggang atau pinggang-pinggul, yang mencerminkan status lemak, merupakan
indikator indeks massa tubuh yang lebih baik sebagai faktor risiko (Persedia &
Perkeni 2019).

2. Aktivitas Fisik

Pengurangan intensitas aktivitas fisik pada kelompok populasi yang berbeda telah
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan obesitas di seluruh
dunia. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kurang olahraga merupakan
salah satu perkembangan DM pada pria ataupun wanita (Persedia & Perkeni 2019).

3. Nutrisi
Total kalori yang tinggi, diet rendah serat, beban glukosa darah tinggi, dan rasio
poly unsaturated fatty acid (PUFA) rendah terhadap lemak jenuh merupakan faktor
risiko DM (Persedia & Perkeni 2019).

5. Alkohol dan Merokok

Alkohol merupakan jenis minuman yang menyebabkan metabolisme gula darah


terganggu, terutama pada penderita diabetes, sehingga sulit untuk mengatur kadar
gula darah dan meningkatkan tekanan darah (Fatimah 2015). Studi menunjukkan
bahwa nikotin dan bahan kimia berbahaya lainnya dalam tembakau dapar
mengurangi sensitivitas insulin (Nuraisyah 2018).

6. Faktor lainnya

Meskipun faktor genetik dan gaya hidup merupakan faktor risiko terbesar
terjadinya DM. Namun ada beberapa faktor yang dapat diubah yaitu: berat badan
lahir rendah, paparan lingkungan diabetes di dalam rahim dan beberapa komponen
inflamasi (Persedia & Perkeni 2019).

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi dari diabetes dapat diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler dan makrovaskuler.


Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem saraf (neuropati), kerusakan sistem
ginjal (nefropati) dan kerusakan mata (retinopati). Sedangkan, komplikasi makrovaskular
termasuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer (Rosyada, 2013).

2.1.7 Penatalaksanaan

Lima pilar tata laksana DM tipe-1 diantaranya yaitu :

1. Injeksi insulin

Insulin diklasifikasikan berdasarkan lama kerjanya yaitu cepat, pendek atau reguler,
menengah, dan panjang. Penyesuaian dosis insulin selanjutnya ditentukan
berdasarkan pola kadar gula darah sewaktu harian. Pada pemberian insulin kerja
cepat disarankan untuk dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu 1-2 jam setelah
makan untuk menentukan efikasi insulin. Peningkatan gula darah sebelum sarapan
memerlukanpenyesuaian dosis insulin kerja menengah sebelum makan malam atau
sebelum tidur atau insulin kerja panjang. Peningkatan gula darah setelah makan
memerlukan peningkatan dosis insulin kerja cepat atau reguler. Jika peningkatan
gula darah terjadi sebelum makan siang atau makan malam, perlu
dilakukanpenyesuaian dosis insulin basal atau insulin kerja cepat/ pendek sebelum
makan. Dosis insulin sebaiknya ditentukan berdasarkan konsumsi makanan atau
karbohidrat dan hasil pemeriksaan GDS.

2. Pemantauan gula darah

Pemantauan pada pasien DM tipe-1 mencakup pemantauan gula darah mandiri


(PGDM), HbA1C, keton, dan glukosa darah berkelanjutan. Ikatan Dokter Anak
Indonesia menyarankan PGDM paling tidak 4-6 kali per hari, yaitu (1) pagi hari
saat bangun tidur, (2) sebelum makan, (3) 1,5-2 jam setelah makan, dan (4) malam
hari. Pemantauan gula darah mandiri dapat lebih sering dilakukan dan bervariasi
pada setiap individu.

3. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik penting untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan


kebutuhan insulin. Selain itu, aktivitas fisik dapat meningkatkan kepercayaan diri
anak, mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan kapasitas kerja jantung,
meminimalisasi komplikasi jangka panjang, dan meningkatkan metabolisme
tubuh.10 Rekomendasi aktivitas fisik pada anak dengan DM tipe-1 sama dengan
populasi umum, yaitu aktivitas ≥60 menit setiap hari yang mencakup aktivitas
aerobik, menguatkan otot, dan menguatkan tulang. Aktivitas aerobik sebaiknya
tersering dilakukan, sementara aktvitas untuk menguatkan otot dan tulang
dilakukan paling tidak 3 kali per minggu.

4. Edukasi

Edukasi memiliki peran penting dalam penangan DM tipe-1 karena didapatkan


bukti kuat berpengaruh baik pada kontrol glikemik dan keluaran psikososial.
Edukasi dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri atas paling tidak dokter anak
endokrinologi atau dokter umum terlatih, perawat atau edukator DM, dan ahli
nutrisi. Edukasi tahap pertama dilakukan saat pertama terdiagnosis atau selama
perawatan di rumah sakit yang meliputi pengetahuan dasar mengenai DM tipe-1.

5. Nutrisi

Nutrisi yang baik dibutuhkan agar tumbuh kembang anak dengan DM tipe-1
optimal, serta mencegah komplikasi akut dan kronik. Prinsip dari terapi nutrisi
adalah makan sehat. Pasien disarankan untuk mengonsumsi buah, sayur, produk
susu, gandum utuh, dan daging rendah lemak dengan jumlah sesuai usia dan
kebutuhan energi. Kebutuhan kalori per hari dapat dihitung berdasarkan berat
badan ideal dan dan kecukupan kalori yang dianjurkan.

(Aman B, Pulungan, 2019).

Anda mungkin juga menyukai