PROPOSAL
Oleh :
15.02.06.121
MEDAN
2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit menahun yang
bersifat degeneratif yang paling sering diderita masyarakat saat ini
(Safitri, 2013). Penyakit ini timbul secara perlahan dan tanpa disadari oleh
penderita, seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil
lebih sering (poli uria), atau berat badan menurun, gejala ini berlangsung
cukup lama dan biasanya tidak diperhatikan (Harmanto & Utami, 2013).
Insiden atau prevalensi penyakit ini secara global terus meningkat setiap
tahunnya di seluruh wilayah dunia. Sekitar 98 juta orang berusia 65
sampai 79 tahun pada tahun 2017 terkena DM dan yang ber usia 20
sampai 64 tahun sekitar 327 juta orang sehingga total sekitar 425 juta
orang diseluruh dunia usia 20 sampai 79 tahun menderita DM dan
diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045 menjadi 629 juta orang dan
Jumlah terbesar penderita diabetes dari usia 20-79 tahun ada di Cina,
India, Amerika Serikat, brazil, mexico dan Indonesia berada di nomor ke
enam sebagai Negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia
(IDF, 2017).
Ada 326.500.000 orang usia kerja (20-64 tahun) dengan diabetes, dan
122.800.000 orang 65-99 tahun dengan diabetes. Jumlah orang usia kerja
dengan diabetes diperkirakan akan meningkat menjadi 438.200.000, dan
jumlah orang dengan diabetes 65-99 tahun akan meningkat menjadi
253.400.000 di 2045 (IDF 2017). Prevalensi diabetes bagi perempuan 20-
79 tahun diperkirakan 8,4% yang sedikit lebih rendah dari pada laki-laki
(9,1%). Ada sekitar 17,1 juta lebih banyak pria dari pada wanita dengan
diabetes (221,0 juta laki-laki vs 203.900.000 perempuan). Prevalensi
diabetes pada wanita diperkirakan akan meningkat menjadi 9,7% pada
3
wanita dan 10,0% pada laki-laki Kelompok usia 65-79 tahun menunjukkan
prevalensi diabetes tertinggi di kedua perempuan dan laki-laki. (IDF,
2017).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan pasien diabetes menjalankan 4
pilar pengelolaan diabetes mellitus ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengidetifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan
pasien diabetes menjalankan 4 pilar pengelolaan diabetes mellitus
2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi Kateristik Responden pasien diabetes
2. Mengidentifikasi Kepatuhan Pasien Diabetes Menjalankan 4 Pilar
Pengelolaan Diabetes Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
3. Mengidentifikasi Kepatuhan Pasien Diabetes Menjalankan 4 Pilar
Pengelolaan Diabetes Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
4. Mengidentifikasi Perbedaan Kepatuhan Pasien Diabetes
Menjalankan 4 Pilar Pengelolaan Diabetes Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Bagi Responden
Membantu dalam meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan yang
akan membawa dampak positif bagi kesehatan responden mengontrol
kesehatannya dengan menerapkan empat pilar pengelolaan diabetes
secara mandiri di rumah sehingga penderita dapat menikmati
kehidupan yang sehat tanpa komplikasi serta mencapai kualitas hidup
yang optimal
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan penelitian ini dapat dimanafaatkan sebagai
literature tentang penanganan pasien diabetes mellitus
7
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Defenisi pendidikan kesehatan
Pendidikan kehatan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh
perawat sebgai salah satu bentuk implementasi keperawatan kepada
individu, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
klien mencapai kesehatan yang optimal (Niman, 2017).
2. Tujuan
Pendidikan kesehatan merupakan proses yang berlangsung secara terus
menerus yang kemajuannya harus terus diamati terutama bagi yang
memberikannya. Tujuan dari pendidikan kesehatan bagi penyandang
diabetes adalah meningkatkan pengetahuan, pengetahuan menjadi tolak
ukur perubahan sikap dan gaya hidup, yang pada akhirnya merubah
prilaku penyandang diabetes dan meningkatnya kepatuhan yang
selanjutnya akan meningkatan kualitas hidup (Soegondo dkk, 2009).
d. Kepercayaan masyarakat
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
3. Flayer (selebaran)
4. Flif chart (timbal balik)
5. Rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah
6. poster
b. Media elektronik
1) Televisi
2) Radio
3) Video
4) Slide
5) Film strip
c. Media papan (billboard)
Papan yang di pasang di tempat umum diisi dengan pesan pesan
atau informasi informasi kesehatan
B. Diabetes mellitus
1. Defenisi
Diabetes mellitus, lebih sering disebut diabetes adalah kondisi kronis
yang terjadi ketika naiknya kadar glukosa dalam darah karena tubuh
tidak dapat menghasilkan atau cukup hormon insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin secara efektif.( (IDF, 2017). Suatu penyakit yang
mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengubah makanan menjadi
energi (Waspadji dkk , 2012).
2. Etiologi
Penyakit diabetes disebabkan kurangnya produksi dan ketersediaan
insulin dalam tubuh atau karena penggunaan yang tidak efektif dari
produksi insulin yang sebenarnya jumlahnya cukup. Penyebab DM tipe
1 terjadinya kerusakan sel sel pankreas yang memproduksi insulin, ini
terjadi akibat faktor keturunan (genetik) maupun reaksi alergi sebagi
konsekuensi insulin disuplai dari luar tubuh, pencetus lain yaitu infeksi
viru, obat/ zat kimia dan radikal bebas.penyebab DM tipe 2 akibat
ketidakmampuan tubuh memanfaatkan hormone insulin karena terjadi
resistensi tubuh terhadap hormone tersebut, salah satunya yaitu karna
faktor genetik dan lingkungan, faktor genetik yaitu penderita diabetes
tipe 2 yang memilki anggota keluarga yang mengidap penyakit diabetes
tipe 2 atau penyakit berhubungan dengan diabetes misalnya kolestrol
tinggi, hipertensi, obesitas, faktor lingkunganyaitu pola makan dan pola
hidup yang buiruk (Soegondo dkk, 2009).
3. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus Menurut Tandra (2017) yaitu :
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe ini disebabkan ketika pankreas tidak dapat atau kurang
mampu memproduksi insulin akibatnya insulin tubuh kurang atau
tidak ada sama sekali, gula menjadi menumpuk di dalam peredaran
12
darah karena tidak dapat diangkut kedalam sel. diabetes tipe 1 ini
biasanya adalah penyakit autoimun, yaitu penyakit yang disebabkan
oleh gangguan system imun atau kekebalan tubuh pasien dan
mengakibatkan rusaknya pankreas.
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe ini adalah jenis paling sering di jumpai, biasanya
terjadi pada usia diatas 40 tahun,diabetes tipe ini pankreas masi bisa
memproduksi insulin tetapi kualitas insulinnya buruk tidak dapat
berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan gula
kedalam sel. akibatnya gula dalam darah meningkat, biasanya tidak
memerlukan tambahan suntikan insulin tetapi memerlukan obat
untuk memperbaiki fungsi insulin, menurunkan gula, memperbaiki
pengolahan gula di hati, dll.
Kemungkinan lain iyalah sel sel jaringan tubuh dalam otot tidak
peka atau sudah resisten terhdap insulin sehingga gula tidak dapat
masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.
4. Faktor resiko
Faktor resiko diabetes mellitus Parkeni (2015) yaitu :
a. Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi
1) Ras dan etnik
2) Riwayat keluarga dengan DM
3) Umur : resiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat
seiring dengan meningkatnya usia > 45 tahun harus dilakukan
pemeriksaan DM
4) Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram
atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG).
5) Riwayat lahir dengan berat badan rendah (BBLR), kurang dari
2,5 kg. bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai resiko
yang lebih tinggi disbanding bayi yang lahir BB normal
b. Faktor resiko yang bisa di modifikasi
1. Berat badan lebih (IMT >23 kg/m2 )
2. Kurangnya aktifitas fisik
3. Hipertensi (>140/90 mmhg)
4. Dislipedemia (HDL < 35 mg/dl atau trigliserida >250 mg/dl)
5. Diet tak sehat (unhealthy diet), diet dengan tinggi glukosa dan
rendah serat akan meningkatkan resiko menderita pre diabetes/
intoleransi glukosa dan DMT2
c. faktor lain yang terkait dengan resiko diabetes
1) penderita polycystic ovary syndrome (PCOS) atau keadaan klinis
lain yang terkait dengan resistensi insulin
2) penderita sindrom metabolik yang memiliki riwayat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT) sebelumnya.
14
5. Patofisiologi
Pankreas merupakan kelenjar penhasil insulin yang terletak di belakang
lambung, di dalam pankreas terdapat sel yang berbentuk seperti pulau,
yang disebut dengan pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur
kadar glukosa darah. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta sebagai
kunci yang dapat membuka pintu masuk glukosa kedalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisme menjadi energy
atau tenaga, apabila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak
dapat masuk kedalam sel akibatnya kadar glukosa darah meningkat,
keadaan inilah yang terjadi pada pasien DM tipe 1.
Pada DM tipe 2 , jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak,
tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang,
reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuknya kedalam sel. sehingga meskipun insulin banyak (kunci)
tetapi karena reseptor kurang (lubang kunci), maka glukosa yang masuk
kedalam sel menjadi sedikit, sehingga kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat dalam darah
karena tidak dapar masuk dalam sel untuk di metabolisme menjadi
energi. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1
perbedaanya adalah pada DM tipe 2 di samping kadar glukosa tinggi,
kadar insulin juga tinggi atau normal atau juga bisa ditemukan jumlah
insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal
membawa glukosa masuk ke dalam sel. dismping penyebab diatas, DM
juga terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga
gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism energi
(Soegondo dkk, 2009 ).
15
6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala menurut (Dewi K, 2014 & Tandra, 2017) :
1. Berat badan menurun
2. Poliuri (Banyak kencing)
3. Polidipsi (Rasa haus)
4. Polipagia (banyak makan)
5. Rasa seperti flu dan lemah / kelelahan
6. Mata kabur
7. katarak
8. Luka yang sukar sembuh
9. Rasa kesemutan
10. Gusi merah dan bengkak
11. Kulit terasa kering dan gatal
12. Gatal pada kemaluan
13. Gejala saraf
14. Gangguan serangan jantung
7. Diagnosisis
Kriteria Diagnosis DM menurut Perkeni (2015) :
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah
kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.(B) Atau
b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
(B) Atau
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan
keluhan klasik (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya). Atau
d. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).
16
8. Komplikasi
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut menurut Harmanto & utami (2013) yaitu :
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan seseorang dengan kadar glukosa
darah di bawah nilai normal. Ada 4 macam keadaan hipoglkemia :
a) Hipoglikemia murni jika kadar glukosa darah kurang dari 50
mg/dl
b) Reaksi hipoglikemia akibat penurunan kadar glukosa darah
secara mendadak
c) Koma hipoglikemia akibat kadar glukosa darah yang sangat
rendah
d) Hipoglikemia reaktif jika gejala hipoglikemia terjadi 3-5 jam
setelah makan
Gejala umum hipoglikemia adalah lapar, gemetar, mengeluarkan
keringat dan berdebar debar, pusing, gelisa, serta keadaan
penderita bisa menjadi koma, gejala tersebut muncul akaibat
kelebihan katekolamin dalam darah (hiperkatekolaminemia).
Hipoglikemia jarang menyebabkan kematian selama penderita
cepat di tolong.
2) Ketoasidosis diabetic-koma diabetic
Suatu keadaan tubuh yang sangat kekurangan insulin dan sifatnya
mendadak. Glukosa yang tinggi tidak dapat memenuhi kebutuhan
energy tubuh, kebutuhan energi yang tidak terpenuhi
mengakibatkan sel lemak pecah dan membentuk senyawa keton.
Keton akan terbawa dalam urin dan dapat dicium baunya saat
bernafas. Akibatnya darah menjadi asam, jaringan tubuh rusak,
tidak sadarkan diri, dan mengalami koma.
Penyebab umunya akibat infeksi dan bisa juga lupa suntik insulin,
pola makan yang terlalu bebas, atau stress semua itu
18
b. Komplikasi kronis
Menurut Soegondo dkk (2009 )penyulit kronik DM pada dasarnya
terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh tubuh ( angiopati
diabetik ) yang terbagi 2 yaitu makroangiopati (maksrovaskular)
dan Mikroangipati (mikrovaskular) walaupun tidak berarti bahwa
satu sama lain saling terpisah dan tidak sekaligus.
Menurut Parkeni (2015) penyulit menahun yaitu :
1) Makroangiopati
- Pembuluh darah jantung : penyakit jantung koroner
- Pembuluh darah tepi : penyakit arteri perifer yang sering
terjadi pada penyandang DM, gejala yang biasa muncul
yaitu nyeri pada saat beraktifitas dan berkurang saat
istirahat namun sering juga tanpa disertai gejala ulkus
19
3) Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga, lemak terdapat dalam
minyak. Margarin santan, kulit ayam, kulit bebek, dan lemah
hewan lainnya. Lemak yang berlebihan dapat membuat tubuh
menjadi gemuk. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25 %
kebutuhan kalori, dan tidak diperkenanakan melebihi 30 %
total asupan energi
4) Protein
Kebutuhan protein sebesar 10-20% total asupan energy, protein
banyak terdapat dalam : ikan, ayam, daging, tahu, tempe, dan
kacang kacangan.
5) Vitamin dan mineral
Merupakan sumber zat pengatur berfungsi untuk membantu
melancarkan kerja tubuh, terdapat pada sayuran dan buah-
buahan
6) Natrium
Anjuran asupan natrium untuk menyandang DM sama dengan
orang sehat yaitu < 2300 mg perhari
Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu
dilakukan pengurangan natrium secara individual
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit
7) Pola makan sehari
Sebagai pedoman secara umum setiap hari dianjurkan
makanan sebagai berikut
Makan 3 kali sehari terdiri dari :
23
Malam :
Karbohidrat ½ 1 1 ½ 2 2 2 2
Hewani 1 1 1 1 1 1 1 1
Nabati 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
f. Obat
Perencanaan makanan dan latihan jasmani teratur adalah
penanganan pertama untuk penyandang diabetes tipe 2 , apabila
penanganan tersebut kemudian membuahkan oengendalian glukosa
darah seperti yang diharapkan, penyandang diabetes sebaiknya
mengetahui dengan lengkap informasi mengenai OHO yang
diminumnya mulai dari nama obatnya (nama generic dan merk),
28
dosis, cara dan waktu meminumnya serta cara kerja OHO tersebut.
Sehubungan dengan obat yang diresepkan dokter untuk anda, perlu
diperhatikan hal hal di bawah ini :
1) Jangan mengubah dosis ataupun merk obat tanpa izin dokter
2) Jadwal penggunaan obat harus diikuti secara tepat tiap hari
3) Jangan menambah obat ekstra bila kadar glukosa darah tinggi
4) OHO tetap diperlukan walaupun kadar glukosa drah sudah
normal.
C. Konsep Kepatuhan
1. Defenisi kepatuhan
Kepatuhan adalah perilaku pasien untuk menikuti permintaan medis
atau sebagai kemampuan individu mengikuti praktik kesehatan yang
dianjurkan (Branno dan Feist, 2010). Menurut Ndraha, S. (2014)
berdasarkan Primahuda (2016) Kepatuhan dalam praktik keperawatan
lebih menekankan kepada kemampuan seseorang untuk tetap
melaksanakan tindakan medikasi atau terapi yang telah diberikan oleh
penyedia layanan kesehatan yang bertujuan untuk mencegah,
memonitor, dan menyembuhkan suatu penyakit.
2. Klasifikasi ketidakpatuhan ko
Menuturt Niman (2017) Ketidakpatuhan yang dapat dibedakan
menjadi :
a. Ketidak patuhan yang disengaja (intenational non non compliance )
Ketidak patuahan yang disengaja disebabkan oleh keterbatasan
biaya pengobatan, sikap apatis klien dan keluarga, ketidak
percayaan klien dan keluaga terhadap terapi yang diberikan.
b. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja (intenational non non
compliance )
Ketidakpatuhan yang tidak sengaja umunya disebabkan karena
ketidakpatuhan, lalai dan kesalahan dalam menafsirkan informasi.
29
D. Penelitian terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Restuning p. (2015) yang berjudul
efektifitas edukasi diabetes dalam meningkatkan kepatuhan
pengaturan diet pada diabetes mellitus tipe 2 di kelurahan Wiroguna
dan Brontokusuman . Desain penelitian ini adalah quasi experimental
pre-post test without control group desaign, teknik pengambilan
sampel purposive sampling dengan jumlah sampel 41 orang kelompok
intervensi dan 41 orang kelompok control sehingga total rsponden
adalah 82 responden.penelitian ini menggunakan uji non parametrik
yaitu Wilcoxon test dan mann whitney test, rata rata kepatuhan
pengaturan diet sebelum sebesar 32 % dan sesudah intervensi 49 %
pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol sebelum sebesar
39 % dan sesudah 46 % sehingga hasil penelitian menunjukkan
edukasi diabetes berpengaruh bermakna terhdap kepatuhan pengaturan
diet pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
E. Kerangka konsep
F. Hipotesis
Ha : ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien
Diabetes Menjalankan 4 Pilar Pengelolaan Diabetes Tipe 2
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian
Quasi eksprimen dengan pendekatan “one group pre-post test design”,
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
Kepatuhan Pasien Diabetes Menjalankan 4 Pilar Pengelolaan Diabetes.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan april s/d juni 2019.
36
E. Defenisi operasional
Table 3.1
Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pendidikan Penyampain materi SAP Media booklet Nominal
Kesehatan kesehatan mengenai 4
pilar pengelolaan diabetes
pertanyaan,
masing-masing
domain
berturutturut
terdiri atas 8 item,
5 item, dan 4
item.
Obat Kepatuhan pengobatan Kuesioner 8: patuh = 1 Ordinal
merupakan sikap taat dan
MMAS-8
patuh dalam meminum <8 : tidak patuh = 0
obat antidiabetes (morisky
medication
adherence scale
8- items) yang
dimodifikasi
untuk kepatuhan
diabetes melitu
F. Aspek Pengukuran
1. Alat untuk mengukur variable pengetahuan / edukasi pasien Diabetes
mellitus menggunakan kuesioner DKQ yang berjumlah 24 pertanyaan,
dengan jawaban benar di bei nilai 1 dan jawban salah mendapat nilai 0
Rumus yang dipakai untuk menghitung presentase adalah sebagai
berikut :
𝑓
x = 𝑥 100%
𝑛
Keterangan :
X = hasil presentase
f = hasil pencapaian/jumlah jawaban benar
n = hasil pencapaian maksimal/jumlah total pertanyaan
100 % = bilangan konstanta tetap
Selanjutnya hasil perhitungan yang diperoleh di kategorikan kedalam
tiga kategori yaitu :
1) Baik : jika 76%-100% jawaban benar
38
2. Kuesioner Baecke ini terdiri atas indeks kerja, indeks olah raga, dan
indeks waktu luang.
a) Tidak pernah=1
b) Jarang= 2
c) Kadang-kadang= 3
d) Sering= 4
e) Sangat sering= 5
Indeks olah raga terdiri atas 5 pertanyaan yang harus diisi yaitu
terkait dengan kebiasaan olah raga yang dilakukan. Pertanyaan
pertama pilihan jawaban yang disediakan adalah:
39
a) Ya= diberi nilai sesuai dengan hasil skor olah raga yang
Diperoleh
b) Tidak= 1
Indeks olah raga (iwo)= [nilai skor olah raga+ 2c+ 2d+ 2e+]/4
40
a) Tidak pernah=1
b) Jarang= 2
c) Kadang-kadang= 3
d) Sering= 4
e) Sangat sering= 5
Jawaban, yaitu:
Setelah mendapatkan hasil dari indeks kerja, indeks olah raga, dan
indeks waktu luang maka kita dapat menghitung tingkat aktivitas fisik
yang dilakukan responden dengan menggunakan rumus:
1. Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan atau perbaikan isian
formulir atau kuesioner. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum
lengkap, kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang
untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut.
2. Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf.
Pengelolahan data secara coding berupa colom-colom untuk merekan
data secara manual.
3. Entry data
44
H. Etika Penelitian
sebelum dilakukan penelitian, peneliti menentukan etika penelitian
terahdap calon responden antara lain sebagai berikut:
b. Uji Normalitas
pada penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik saphiro wilk
untuk menguji normalitas data. Jika uji statistik saphiro wilk > 0,05
maka berdistribusi datanya normal (Santoso S, 2010)
c. Analisa bivariat