Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN PEMBELAJARAN KIMIA METODE RESITASI


MELALUI MEDIA CHEMSKETCH UNTUK MENINGKATKAN
LITERASI SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI HIDROKARBON

PENELITI

IRFAN FITRIADI, S.Pd.,M.Pd


NIP. 198606102009121006

DEWAN RISET DAERAH


KABUPATEN SUMBAWA BARAT
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada Kurikulum 2013 pembelajaran tidak hanya menekankan
pengetahuan kognitif saja, akan tetapi melibatkan juga pengetahuan afektif
dan pengetahuan psikomotorik siswa. Selain itu, pembelajaran tidak semata-
mata hanya berpusat pada guru (teacher centered) namun juga siswa berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa akan tampak dari
perilakunya di kelas khususnya dalam penyelesaian soal. Namun
kenyataannya, masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan
soal yang diberikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Sunyono,
dkk (2011) yang menyatakan bahwa siswa sulit memahami materi
pembelajaran kimia sehingga mereka kesulitan dalam memecahkan soal
khususnya Hidrokarbon . Banyak metode yang ditawarkan dan telah
diterapkan oleh guru dalam pembelajaran kimia. Penggunaan metode
mengajar yang tepat merupakan alternatif dalam mengatasi masalah
rendahnya daya serap siswa terhadap hasil belajar. Salah satu metode yang
diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif guna meningkatkan hasil
belajar adalah menggunakan metode resitasi. Metode resitasi (penugasan)
adalah pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif, meningkatkan
kreativitas dan mudah memahami materi dengan baik selama pembelajaran
serta bekerja secara mandiri (Ratnaningsih, 2012). Metode resitasi diartikan
sebagai materi tambahan yang harus dipenuhi oleh siswa, baik di dalam
maupun di luar kelas (Danim, 2008). Metode resitasi akan merangsang siswa
mengembangkan kemandiriannya di luar pengawasan guru serta dapat
membina anggungjawab dari hasil tugas yang diberikan oleh guru. Akan tetapi
kekurangan metode ini adalah guru sulit mengontrol apakah siswa benar
menyelesaikan pekerjaan tersebut secara mandiri (Djamarah, dkk, 2006),
sehingga pada materi pembelajaran yang mempunyai tingkatan yang sulit

1
menyebabkan metode ini tidak efektif digunakan. Oleh sebab itu, diperlukan
media pembelajaran yang tepat untuk menunjang hasil belajar siswa.Salah
satu, media pembelajaran yang dapat membantu siswa bekerja secara mandiri
adalah Chemsketch.
Hidrokarbon merupakan salah satu materi pelajaran yang dipelajari di
kelas XI. Materi Hidrokarbon cenderung sulit dipahami oleh sebagaian siswa.
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Sunyono, dkk, (2009) yang
menyatakan bahwa materi kimia kelas XI yang sulit dipahami dan dipelajari
oleh siswa yaitu materi Hidrokarbon. Selain itu, materi ini bersifat abstrak dan
sulit dieksperimenkan sehingga pembelajaran ini sebaiknya dilakukan dengan
bantuan media dua atau tiga dimensi. Kesulitan tersebut bersumber pada
pemahaman mengenai konsep Hidrokarbon yang berhubungan dengan
penulisan struktur kimia sehingga dalam mempelajari Hidrokarbon siswa
dituntut untuk memahami struktur senyawa kimia.
Hal ini juga berdasarkan penelitian Sujak dan Rohaida (2012) yang
menyatakan bahwa dalam mempelajari Hidrokarbon dibutuhkan visualisasi
konsep melalui gambar 2 dimensi dan 3 dimensi atau animasi sehingga
memudahkan siswa mengingat konsep Hidrokarbon. Berdasarkan hasil
observasi di MAN 1 Sumbawa Barat, metode yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran masih menggunakan metode
konvensional atau metode ceramah dan guru hanya menggunakan media
papan tulis dan spidol dalam mengajar Hidrokarbon. Oleh sebab itu,
penggunaan media Chemsketch diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif
dalam belajar dan berdampak positif pada hasil belajarnya. Berdasarkan data
yang diperoleh dari guru MAN 1 Sumbawa Barat, persentase siswa yang telah
tuntas pada materi Hidrokarbon yaitu 55% untuk tahun pelajaran 2018/2019
dengan KKM yaitu 70. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
ketuntasan hasil belajar siswa masih rendah khususnya pada Hidrokarbon .
Oleh karena itu, penulis mengganggap perlu meneliti apakah penerapan
Metode Resitasi pada penggunaan Chemsketch dapat membantu

2
meningkatkan hasil belajar dan Literasi Sains siswa terhadap materi
Hidrokarbon.

B. Batasan Masalah
Cakupan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran terintegrasi yang
terdiri dari ; Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Instrumen Penilaian.
2. Media pembelajaran yang digunakan berbasis Aplikasi Chemsketh
3. Materi pokok bahasan terbatas pada kompetensi kimia Hidrokarbon
4. Hasil belajar yang dimunculkan adalah pada aspek kognitif
5. Observasi dilakukan hanya untuk mengukur Literasi Sains siswa.

C. Defenisi Operasional
Operasional dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Metode Resitasi
Metode resitasi diartikan sebagai materi tambahan yang harus dipenuhi
oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas (Danim, 2008). Metode
resitasi akan merangsang siswa mengembangkan kemandiriannya di luar
pengawasan guru serta dapat membina tanggungjawab dari hasil tugas
yang diberikan oleh guru. Akan tetapi kekurangan metode ini adalah guru
sulit mengontrol apakah siswa benar menyelesaikan pekerjaan tersebut
secara mandiri.
2. Media Aplikasi Chemsketh
Media aplikasi Chemsketch ini sangat mudah menggunakannya. Selain itu,
ukuran file software ini relatif kecil dibandingkan dengan software-
software sejenis lainnya. Aplikasi Chemsketch dapat membantu guru-guru
kimia dalam membuat struktur senyawa kimia,. Dengan pengetahuan dan
keterampilan yang telah yang dimiliki, siswa akan dapat melaksanakan
pembelajaran kimia dengan baik. Pada akhirnya, tujuan untuk

3
meningkatkan hasil belajar siswa akan dapat dicapai dengan efektif dan
efisien.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh, dikuasai, atau dimiliki
oleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung yang dapat
ditunjukkan dengan nilai-nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes.
4. Literasi Sains
Literasi Sains merupakan kemampuan untuk menghubungkan isu-isu yang
berkaitan dengan sains dan gagasan sains, sebagai warganegara yang
reflektif yang terbagi daam 4 aspek yang saling terkait, yaitu aspkek
konten, konteks, kompetensi, dan sikap sains.

D. Rumusan Masalah
1. Apakah penerapan pembelajaran metode resitasi berbasis aplikasi
Chemsketh dapat meningkatkan hasil belajar siswa MAN 1 Sumbawa
Barat Tahun Pelajaran 2019/2020 ?
2. Apakah penerapan pembelajaran metode resitasi berbasis aplikasi
Chemsketh dapat meningkatkan Literasi Sains Siswa MAN 1 Sumbawa
Barat Tahun Pelajaran 2019/2020?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran
metode resitasi berbasis aplikasi Chemsketh materi Hidrokarbon MAN 1
Sumbawa Barat Tahun Pelajaran 2019/2020;
2. Untuk meningkatkan literasi sains siswa melalui penerapan pembelajaran
metode resitasi berbasis aplikasi Chemsketh materi Hidrokarbon MAN 1
Sumbawa Barat Tahun Pelajaran 2019/2020.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengalaman baru tentang peningkatan hasil belajar dan
literasi sains siswa melalui pembelajaran metode resitasi berbasis
aplikasi chemsketh.

4
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis;
a. Manfaat bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan
literasi sains dalam mempelajari kimia.
b. Manfaat bagi guru
Mendapat wawasan tambahan keilmuan khususnya dalam proses
pembelajaran yang menerapkan metode resitasi berbasis aplikasi
chemsketh dalam upaya peningkatan hasil belajar dan literasi sains.
3. Manfaat bagi sekolah
Tersedianya perangkat pembelajaran metode resitasi berbasis aplikasi
chemsketh yang dapat diaplikasikan untuk kegiatan pembelajaran.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Resitasi
Metode resitasi merupakan cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan
memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam
pelajaran. Pelaksanaannya bisa di rumah, diperpustakaan, dan lain-laindan
hasilnya dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya, pengertian metode ini adalah
metode yang memberi tugas kepada siswa, untuk diselesaikan, diperiksa
kemudian dinilai.
Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara
guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan
dankemudiansiswamempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya.
(Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2013:125). Tugas dan resitasi merangsang siswa
untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Metode pemberian
tugas sebagai suatu bentuk usaha yang dilakukan guru dengan memberi sejumlah
tugas kepada siswa, baik berupa soal pekerjaan rumah secara individual maupun
secara kelompok, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif,
psikomotorik dan afektif siswa.(Suherman dan Winataputra, 2002:86).
Ada beberapa pengertian metode resitasi atau definisi yang dikemukakan oleh
para ahli antara lain sebagai berikut:
a. Menurut Nana Sudjana: Tugas atau resitasi tidak sama dengan pelajaran
rumah tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dapat merangsang anak untuk
lebih aktif belajar baik secara individual maupun kelompok.(Nana Sudjana,
2011: 81)
b. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain: Metode Penyajian bahan
dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar. Masalah tugas yang diberikan siswa dapat dilakukan di kelas, di
halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa
atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.(Syaiful Bahri dan Azwan
Zain, 2016:85)

6
c. Menurut Mulyani dan Johan Permana. H: Metode pemberian tugas atau
penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang
ditandai dengan adanya tugas dari guru yang dikerjakan peserta didik di
sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok. (Mulyani. S dan
Johar Permana, 2013: 151)
d. Menurut Dr. Zakiyah Daradjat metode resitasi adalah salah satu metode dalam
proses belajar mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan siswa
mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada
guru.(Zakiah Daradjat dkk, 2015:298)
e. Menurut Slameto mengemukakan :Metode resitasi adalah cara penyampaian
bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan
diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus
dipertanggungjawabkan kepada guru. (Slameto, 2013:115)
f. Menurut Dr.Winarno Surachmad, M. Sc., Ed metode resiasi terkenal dengan
sebutan pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya metode resitasi ini lebih luas
dari itu karena siswa dalam belajar tidak hanya di rumah, mungkin di
laboratorium, di halaman sekolah, di perpustakaan atau di tempat-tempat
lainnya. (Winarno Surachmad, 2012: 90)
Berdasarkan uraian di atas pengertian metode pemberian tugas adalah suatu
cara dari guru dalam proses belajar mengajar untuk mengaktifkan siswa dalam
belajar baik di sekolah maupun di rumah dan untuk dipertanggungjawabkan
kepada guru. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di
dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di
rumah siswa atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. Sedangkan bentuk
tugas itu dapat berupa tugas individu atau kelompok. (Syaiful Bahri, Djamarahdan
Aswan Zain 2016: 96).
Adapun langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode
pembelajaran tugas antara lain :
a. Fase Pemberian Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
mempertimbangkan :
1) Tujuan yang akan dicapai.

7
2) Jenis tugas jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan
tersebut.
3) Sesuai dengan kemampuan siswa.
4) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
5) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
Dalam fase ini tugas yang diberikan kepada setiap anak didik harus jelas
dan petunjuk-petunjuk yang diberikan harus terarah.
b. Langkah Pelaksanaan Tugas
1) Diberikanbimbingan atau pengawasanoleh guru
2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
3) 3)Diusahakanatau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh
4) orang lain
5) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang dia peroleh dengan baik
dan sistematik
Dalam fase ini anak didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai tujuan dan
petunjuk-petunjuk guru.
c. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya
2) Ada tanya jawabdiskusikelas
3) Penilaian hasilpekerjaansiswa baik dengan tes maupun non tes atau cara
lainnya.
Dalam fase ini anak didik mempertanggungjawabkan hasil belajarnya baik
berbentuk laporan lisan maupun tertulis.(Syaiful Bahridan Aswan Zain,
2016:86).

B. Media Aplikasi Chemsketh


Chemsketch adalah aplikasi yang sering digunakan oleh ilmuwan kimia
untuk menuliskan struktur kimia. Chemsketch sebagai media pembelajaran
berbasis program komputer merupakan software pemodelan dan visualisasi
struktur senyawa kimia. Penggunaan Chemsketch sebagai media pembelajaran
mempunyai kemampuan mengubah struktur 2 dimensi menjadi 3 dimensi

8
sehingga memudahkan siswa memahami konsep secara konkret. Menurut
Sudjana, dkk (2002) media tiga dimensi yang sering digunakan dalam
pengajaran merupakan objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu
kecil, terlalu mahal, terlalu jarang atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam
kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya. Akan tetapi, dengan adanya
aplikasi Chemsketch dapat memudahkan guru menampilkan bentuk 3 dimensi
dari suatu senyawa kimia sehingga penggunaan media 3 dimensi yang sulit
untuk dibawa dapat ditanggulangi.
Chemsketch juga dapat dimanipulasi atau diubah secara langsung oleh
guru sehingga dalam menggunakan media pembelajaran ini, dapat
mengefisienkan waktu pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, media
tradisional yang mempunyai banyak keterbatasan dalam penggunaannya dapat
dikurangi. Ada pun kekurangan dari penggunaan media tradisional antara lain
waktu pembelajaran menjadi tidak efisien, mengurangi gairah belajar siswa
sebab tidak memperlihatkan konsep secara konkret, tidak membuat siswa
berinteraksi secara langsung sebab tidak ada pengalaman langsung yang
tersimpan di memori jangka panjang (Rusman, dkk, 2011). Oleh sebab itu,
media Chemsketch mempunyai manfaat sebagai media pembelajaran yang
interaktif.
Penggabungan antara media Chemsketch dengan metode resitasi akan
berdampak positif terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Sitepu (2012) yaitu Chemsketch yang
menggunakan metode resitasi bermanfaat dalam meningkatkan hasil belajar
kimia. Media pembelajaran Chemsketch mengharuskan pemakaian yang
berulang-ulang yang akan memberikan pengalaman kepada siswa sehingga
materi pembelajaran tersebut akan tersimpan di memori jangka panjang. Oleh
sebab itu penulis menggabungkan metode resitasi dengan media pembelajaran
Chemsketch khususnya pada materi Hidrokarbon .

B. Hasil Belajar

9
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan
tindakan mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses
belajar. Sedangkan nilai yang diperoleh waktu ulangan bukanlah menggambarkan
partisipasi, tetapi menggambarkan hasil belajar (Arikunto, 2013: 57).
(Rezeki, Nurhayati, & Mulyani, 2015) membagi hasil belajar menjadi
lima kelompok antara lain informasi verbal (pengetahuan yang dimiliki dapat
diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis), kemahiran intelektual
(berhubungan dengan lingkungannya dan dirinya sendiri), pengetahuan kegiatan
kognitif (dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri),
ketrampilan motorik (mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani
dalam urutan tertentu), dan sikap (kesiapan dan kesediaan untuk menerima atau
menolak sesuatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu).
Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh, dikuasai, atau dimiliki
oleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung yang dapat ditunjukkan
dengan nilai-nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes. Tes merupakan
kegiatan yang dilakukan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis) atau
dalam bentuk perbuatan (tes tindakan) (Sugiono, 2013:86).
Hasil belajar dapat dapat digunakan untuk menilai apakah sistem
pembelajaran yang diberikan berhasil atau tidak, untuk selanjutnya bisa
diterapkan atau tidak dalam proses pembelajaran. Menurut Sugiono (2013:73)
hasil belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek yaitu :
pengetahuan/ ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan membuat.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

10
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan
dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Syah (2014:17),
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal,
eksternal dan pendekatan belajar.
a. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa, meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca
indera) dan aspek psikologis (intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi).
b. Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan di
sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial (guru, teman, masyarakat dan
keluarga) dan faktor non sosial (gedung, sekolah, tempat tinggal, cuaca dan
waktu belajar)
c. Faktor pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan
dalam menunjang efektifitas dan efisiensi dalarn proses pembelajaran materi.

C. Literasi Sains
1. Pengertian Literasi Sains
Literasi sains (scientific literacy) berasal dari gabungan dua kata
Latin, yaitu literatus, artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau
berpendidikan, dan scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. DeBoer
(2014) mengungkapkan bahwa orang yang pertama menggunakan istilah
literasi sains adalah Paul de Hart Hurt dari Stanford University. Hurt
science literacy berarti tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya
bagi kebutuhan masyarakat (Toharudin, dkk, 2011).
Penilaian literasi sains dalam PISA tidak semata-mata berupa
pengukuran tingkat pemahaman terhadap pengetahuan sains, tetapi juga
pemahaman terhadap berbagai aspek proses sains, serta kemampuan
mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains dalam situasi nyata yang

11
dihadapi peserta didik, baik sebagai individu, anggota masyarakat, serta
warga dunia.
Definisi ini dikembangkan lebih lanjut oleh Olsen dan
dioperasionalkan melalui tiga dimensi utama yang harus mencakup item:
a) Dimensi konten yang mengidentifikasi beberapa area dalam ilmu dilihat
sebagai definisi keseluruhan sangat relevan, b) Dimensi kompetensi yang
mengidentifikasi tiga kompetensi ilmiah: i) Menggambarkan, menjelaskan
dan memprediksi fenomena ilmiah ii) Memahami penyelidikan ilmiah iii)
Menafsirkan bukti ilmiah dan kesimpulan yang utama dari kompetensi
tersebut melibatkan pengertian konsep-konsep ilmiah, sedangkan yang
kedua dan ketiga dapat dilabel ulang sebagai pemahaman proses ilmiah.
c) Dimensi Situasi mengidentifikasi tiga konteks atau bidang utama
aplikasi; “Kehidupan dan Kesehatan”, “Bumi dan Lingkungan”, dan “Ilmu
dalam Teknologi”. Literasi sains menurut National Science Education
Standards adalah “scientific literacy is knowledge and understanding of
scientific concepts and processes required for personal decision making,
participation in civic and cultural affairs, and economic productivity”.
Literasi sains yaitu suatu ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai
konsep dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk
membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta
turut terlibat dalam hal kenegaraan, budaya dan pertumbuhan ekonomi.
Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan
aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi sains
adalah penggunaan pengetahuan seseorang dalam menanggapi dan isu-isu
atau fenomena-fenomena di lingkungan sekitar yang terkait dengan sains.

2. Dimensi Literasi Sains


Dimensi Literasi Sains Berikut ini adalah penjelasan dari setiap
dimensi literasi sains yang dipaparkan oleh PISA (OECD, 2016).

12
a. Konteks
Definisi modern tentang literasi sains menekankan pentingnya
mengenal dan memahami konteks aplikasi sains, serta mampu
mengaplikasikan sains dalam memecahkan masalah nyata yang
dihadapinya, baik yang terkait pada pribadi anak (contohnya makan),
komunitas lokal tempat anak berada (contohnya pasokan air), maupun
kehidupan muka bumi secara lebih global (contohnya pemanasan
global). PISA membagi bidang aplikasi sains ke dalam tiga kelompok
berikut: (Hayat dan Suhendra, 2010). 1) Kehidupan dan kesehatan 2)
Bumi dan lingkungan, dan 3) Teknologi.
b. Kompetensi
Kompetensi yang dimaksudkan oleh PISA adalah menjelaskan
fenomena ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah,
dan menafsirkan data dan bukti ilmiah. Berikut ini penjelasan lebih
lanjut menurut PISA (2015).
(1) Menjelaskan fenomena ilmiah
(2) Mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah
(3) Menafsirkan data dan bukti ilmiah
c. Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan ilmiah menurut OECD 2016 terdapat tiga kompetensi
yang dibutuhkan untuk literasi sains untuk membentuk pengetahuan
yaitu pengetahuan konten, pengetahuan prosedural dan pengetahuan
epistemic.
d. Sikap
Sikap yang dimaksudkan menurut OECD tahun 2016 adalah
mengevaluasi sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan dalam tiga
bidang, seperti minat sains, menilai pendekatan ilmiah dan kesadaran
lingkungan. Berikut merupakan penjelasan dari tiga bidang sikap yaitu
sebagai berikut: 1) Minat sains, 2) Menilai pendekatan ilmiah dan c)
Kesadaran Lingkungan.

13
D. Materi Hidrokarbon
1. Defenisi Senyawa Hidrokarbon
Senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon karena
hanya terdiri dari dua unsur, yaitu karbon (C) dan hidrogen (H). Meskipun
demikian jumlah senyawa yang dihasilkan dari kedua unsur ini sangat
banyak. Sebagian besar senyawa kimia yang terdapat di alam ini merupakan
senyawa karbon. Salah satu senyawa karbon yang jumlahnya sangat banyak
dan pengunaannya cukup penting adalah senyawa hidrokarbon. Senyawa
hidrokarbon adalah senyawa yang terbentuk dari unsur hidrogen dan karbon
(Justiana et al., 2009).
2. Kekhasan atom karbon
Atom karbon mempunyai nomor atom 6, sehingga dalam sistem
periodic terletak pada golongan IVA dan periode 2. Keadaan tersebut
membuat atom karbon mempunyai beberapa keistimewaan sebagai berikut.
1) Atom karbon dapat membentuk 4 ikatan kovalen
2) Atom karbon dapat membentuk ikatan tunggal, rangkap dua, dan rangkap
tiga.
3) Atom karbon dapat membentuk rantai karbon
Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, senyawa karbon dibagi menjadi
2, yaitu senyawa alifatik dan siklik.
1) Senyawa alifatik yaitu senyawa karbon yang rantai C-nya terbuka, berupa
rantai lurus dan rantai bercabang.
2) Senyawa siklik yaitu senyawa karbon yang rantai C-nya tertutup atau
melingkar.
Senyawa siklik dibagi menjadi dua, yaitu senyawa karbosiklik dan
heterosiklik.
a. Senyawa karbosiklik
Senyawa karbosiklik yaitu senyawa siklik yang rantai lingkarnya
hanya terdiri atas
atom karbon. Senyawa karbosiklik masih dibagi lagi menjadi dua yaitu
senyawa aromatik dan alisiklik.

14
b. Senyawa aromatik
Senyawa aromatik merupakan senyawa siklik yang rantai lingkar atom
karbonnya
memiliki ikatan tunggal berselang-seling dengan ikatan rangkap. Salah
satu contoh senyawa aromatik adalah benzena. Perhatikan rumus
struktur senyawa benzene berikut.

Gambar 2.1 Contoh senyawa aromatik (benzena)

c. Senyawa alisiklik
Senyawa alisiklik adalah senyawa alifatik yang rantai karbonnya
tertutup atau melingkar. Perhatikan rumus struktur siklopropana dan
siklopentana berikut.

Gambar 2.2 Rumus struktur siklopropana dan siklopentana

d. Senyawa hetrosiklik
Senyawa heterosiklik adalah senyawa siklik yang rantai lingkarnya terdiri
atas atom karbon dan atom lain. Perhatikan rumus struktur berikut.

Gambar 2.3 Rumus struktur heterosiklik


(Khamidinal et al., 2009)

15
3. Pengelompokan Senyawa karbon
Atom-atom karbon selain dapat membentuk rantai karbon, juga dapat
membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Sehingga
membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Sehingga
senyawa hidrokarbon dapat dibagi menjadi 2 yaitu senyawa hidrokarbon
jenuh dan senyawa hidrokarbon tak jenuh. Senyawa hidrokarbon jenuh adalah
senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya jenuh (tunggal). Contoh
senyawa-senyawa alkana. Sedangkan senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah
senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan kovalen rangkap 2 atau 3
pada rantai karbonnya. Contoh: alkena dan alkuna.

E. Penelitian Lain yang Relevan


Dalam penelitian ini, terdapat beberapa kajian penelitian yang relevan
terkait pembelajaran Kimia yang menerapkan Problem Based Learning
(PBL) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Penelitian yang mengkaji tentang hubungan korelasi pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning), kemampuan hasil belajar dan
hasil belajar telah banyak dilakukan. Siswa yang memiliki kemampuan hasil
belajar yang baik akan menunjukkan hasil yang baik. Beberapa kajian
penelitian relevan yang berkaitan dengan korelasi pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning), kemampuan hasil belajar dan hasil
belajar adalah sebagai berikut.
(1) Susanti (2013) dalam penelitiannya diperoleh hasil bahwa pembelajaran
model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
(2) Danial (2010) melakukan penelitian pengaruh model PBL terhadap
keterampilan hasil belajar. Berdasarkan hasil uji ANAKOVA diperoleh
bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan keterampilan hasil belajar
peserta didik yang dibelajarkan melalui strategi PBL dengan peserta
didik yang dibelajarkan melalui strategi konvensional. Selain itu,
penerapan strategi PBL juga direspon secara positif oleh peserta didik
yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi tersebut.

16
(3) Penelitian yang dilakukan oleh Sastrawati (2011) yang menyelidiki
pengaruh Problem Based Learning (PBL) Model dan strategi hasil belajar
pada tingkat tinggi keterampilan berpikir peserta didik dalam Pelajaran
Matematika. Diperoleh hasil bahwa penerapan strategi PBL memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan hasil belajar dan
keterampilan berpikir peserta didik.
(4) Penelitian yang dilakukan oleh Raimi dan Adeoye (2011) menunjukkan
bahwa teknik pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada metode
mengajar konvensional dan belajar sains. Ia juga mengungkapkan bahwa
latihan keterampilan sains peserta didik dapat ditingkatkan melalui
penggunaan teknik pembelajaran berbasis masalah (PBL). Peserta didik
dengan kemampuan kuantitatif juga menunjukkan dapat mempengaruhi
kinerja pada kognitif tetapi tidak pada tingkat psikomotorik.
(5) Penelitian yang dilakukan oleh Downing dkk. (2009) menjelaskan dari
hasil penelitiannya bahwa kelompok peserta didik yang diberikan
perlakuan pembelajaran Problem Based Learning menunjukkan pengaruh
signifikan terhadap pengembangan hasil belajar peserta didik, sementara
kelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran non Problem Based
Learning menunjukkan pengaruh kurang signifikan terhadap
pengembangan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian tersebut, ternyata penerapan
pembelajaran dengan model PBL selain dapat meningkatkan tingkat berpikir
peserta didik, juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini kemudian
menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK)
Kimia berbasis masalah (PBL) spesifik materi Hidrokarbon. Penelitian ini
diharapkan bisa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

F. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran sering kali terpusat pada aktivitas guru. Hal ini
membuat siswa menjadi pasif bosan dalam mengikuti pelajaran dan
menjadikan literasi sains siswa kurang terlihat. Permasalahan pembelajaran

17
tersebut akan berdampak pada hasil belajar yang kurang baik pada siswa,
sehingga permasalahan ini perlu dicari solusinya.
Berdasarkan kondisi tersebut perlu dilakukan proses pembelajaran yang
menitikberatkan pada kegiatan kemandirian siswa dengan menerapkan
metode Resitasi (penugasan) berbasis media pembelajaran dengan
menggunakan aplikasi Chemsketh. Setelah dilakukan tindakan tersebut
diharapkan literasi sains siswa mengalami peningkatan yang disertai dengan
peningkatan hasil belajar. Kerangka berpikir ditunjukkan sebagai berikut:

- Literasi Siswa rendah


Guru belum menerapkan
- Hasil belajar kurang Hasil belajar dan literasi
memuaskan pembelajaran aktif dan
sains siswa rendah
kemampuan menerapkan aplikasi
sederhana

Siklus I
Guru menerapkan Metode
Tindakan Resitasi berbasis Aplikasi
Chemsketh

Siklus II

Kondisi Akhir Literasi Sains meningkat


Hasil belajar meningkat

G. Hipotesis Tindakan
1. Penerapan Metode Resitasi berbasis aplikasi Chemsketh dapat
meningkatkan Hasil Belajar siswa
2. Penerapan Metode Resitasi berbasis aplikasi Chemsketh dapat
meningkatkan Literasi Sains siswa

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 22 Juli – 2 September
2019 semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020. Tempat yang dijadikan
penelitian adalah Madrasah Aliyah Negeri 1 Sumbawa Barat Jl. Pondok
Pesantren No.28 Kelurahan Menala Kec. Taliwang Kab. Sumbawa Barat.

B. Subjek Penelitian
Penelitian telah dilakukan pada siswa MAN 1 Sumbawa Barat, kelas XI
Mia tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah 37 siswa.

C. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian


1. Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan Classroom Action
Research (CAR), yaitu penelitian tindakan (action research) yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, dengan cara (1) merencanakan, (2)
melaksanakan (3) mengamati dan (4) merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat (Kusumah dan
Dwitagama, 2012:9). PTK bertujuan memperbaiki kinerja guru dalam
mengajar, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasikan.
Namun demikian hasil penelitian tindakan dapat saja diterapkan oleh
orang lain yang memiliki latar belakang yang mirip dengan peneliti.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru bidang studi IPA
lain di MAN 1 Sumbawa Barat yaitu membantu dalam hal observasi dan
sharing data. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan terdiri dari dua
siklus. Masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/analisis dan refleksi.

19
2. Model Penelitian Tindakan Kelas
Alur rancangan siklus penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut,
yaitu:

Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 merupakan model penelitian tindakan kelas yang digunakan


oleh peneliti, dimulai dari perencanaan, yaitu dengan merencanakan
pembelajaran dengan penggunaan penerapan Problem Based Learning
(PBL). Kemudian dilanjutkan pada tahapan pelaksanaan dan pengamatan.
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan analsis dan pertimbangan untuk
mengetahui pencapaiaan indikator keberhasilan penelitian, agar dapat
memutuskan berhenti pada siklus tersebut atau melanjutkannnya pada
siklus selanjutnya apabila indikator keberhasilan belum mencapai yang
peneliti harapkan.
3. Tindakan atau Siklus Penelitian

20
Adapun untuk rancangan penelitian yang digunakan dapat dilihat melalui
tabel berikut;
Studi Pendahuluan :
Observasi Kegiatan Pembelajaran
(Kurikulum, Metode Ajar, Siswa,
Alat pendukung dll)

Penerapan Model Problem Based


Learning (PBL)

Tahap Perencanaan :
Merencanakan Pembelajaran,
mengacu pada Kegiatan Persiklus
Tahap Pelaksanaan :
Melaksanakan Pembelajaran sesuai
dengan yang direncanakan
Tahap Pengamatan/Analisis :
Melakukan analisis pada siklus 1
Tahap Refleksi :
Mengadakan refleksi berdasarkan
analisis data untuk perbaikan pada
pelaksanaan siklus 2.

Hasil :
Adanya perubahan (peningkatan aktivitas dan hasil belajar) dari siklus 1
ke siklus 2

Gambar 3.2 Bagan Tindakan Penelitian


Gambar 3.2 merupakan proses tindakan penelitian dimulai dari penelitian
pendahuluan dengan melakukan observasi analisis kurikulum, metode
pembelajaran, potensi siswa, fasilitas pendukung dan pengelolaan kelas,
sehingga ditemukannya solusi dengan harapan aktivitas dan hasil belajar
siswa pada materi Hidrokarbon dapat meningkat.

21
4. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru bidang
IPA lainnya. Adapun peneliti berperan sebagai pengajar yaitu mengajar
dan merancang kegiatan pembelajaran serta mengolah data hasil
penelitian. Sedangkan guru bidang studi IPA lainnya berperan sebagai
observer, yaitu mengamati kegiatan pembelajaran dan memberikan saran
dan kritik dalam pembelajaran.
5. Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, setiap siklus terdiri dari 2
kali pertemuan. Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan,
ditunjukan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Tahapan Intervensi Tindakan
Kegiatan Uraian
Pendahuluan a. Melakukan ijin penelitian kepada kepala Madrasah
b. Konsultasi pada guru IPA yang lain pada tempat
dilaksanakannya penelitian
c. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek
penelitian.
d. Melakukan studi pendahuluan untuk memperoleh
gambaran kondisi sekolah. Studi pendahuluan
dilakukan dengan observasi dan analisis kurikulum,
metode pembelajaran, potensi siswa, fasilitas
pendukung, pengelolaan kelas dan lingkungan.
SIKLUS 1
Perencanaan a. Menyiapkan rencana pembelajaran yang menerapkan
penggunaan model PBL (Silabus, RPP, Bahan Ajar)
b. Menyiapkan instrumen (tes, lembar observasi)
Pelaksanaan a. Menyiapkan langkah-langkah sesuai rencana
(Tindakan) pembelajaran yang telah disusun
b. Memberi tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
c. Selama proses pembelajaran berlangsung,
dilakukannya observasi kegiatan siswa dan guru.
d. Melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar
siswa sesudah diberikan tindakan.
Pengamatan/ a. Mengumpulkan data penelitian.
Analisis b. Melakukan diskusi dengan guru IPA lainnya untuk
membahas tentang kelemahan dan kekurangan selama
proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Refleksi a. Menganalisis data yang telah diperoleh untuk

22
Kegiatan Uraian
memperbaiki dan menyempurnakan tindakan pada
siklus selanjutnya.
b. Menganalisis temuan saat melakukan pengamatan
proses pembelajaran yang telah dilakukan.
c. Menganalisis kelemahan dan kelebihan dari proses
pembelajaran yang berlangsung dan
mempertimbangkan langkah selanjutnya.
SIKLUS 2
Perencanaan a. Menyiapkan rencana pembelajaran yang menerapkan
penggunaan model PBL (Silabus, RPP, Bahan Ajar)
b. Menyiapkan instrumen (tes, lembar observasi)
Pelaksanaan a. Menyiapkan langkah-langkah sesuai rencana
(Tindakan) pembelajaran melanjutkan dari siklus 1
b. Memberikan tes awal untuk mengetahui pemahaman
awal siswa berdasarkan hasil evaluasi siklus 1
c. Memberi tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
d. Selama proses pembelajaran berlangsung,
dilakukannya observasi kegiatan siswa dan guru.
e. Melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar
siswa sesudah diberikan tindakan
Pengamatan/ a. Mengumpulkan data penelitian.
Analisis b. Melakukan diskusi dengan guru IPA lainnya untuk
membahas tentang kelemahan dan kekurangan selama
proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Refleksi a. Menganalisis data yang telah diperoleh
b. Menganalisis temuan saat melakukan pengamatan
proses pembelajaran yang telah dilakukan.
c. Menganalisis proses pembelajaran yang berlangsung
dan menyimpulkan intervensi tindakan akhir
Penulisan Laporan Penelitian

6. Hasil Intervensi Tindakan


Hasil dalam penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas dan hasil
belajar kimia pada materi Hidrokarbon, ditandai dalam proses
pembelajaran siswa tidak cenderung pasif tetapi mau melakukan
pemecahan masalah. Siswa dipandang mencapai tuntas belajar, apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% peserta didik terlibat aktif dalam
proses pembelajaran (Mulyasa, 2014:131). Dengan demikian diharapkan

23
dapat menimbulkan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Peneliti
mendata 80% siswa telah mencapai keberhasilan KKM sebesar 75.

7. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Pada penelitian ini terdapat dua teknik pengumpulan data yang
dipergunakan yaitu tes dan observasi. Tes dalam penelitian ini adalah tes
formatif. Tes formatif berbentuk pilihan ganda, digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa setelah diberi pembelajaran dengan model
Problem Based Learning (PBL).
Observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan
agar lebih efektif dan efisien. Dalam penelitian kegiatan observasi ini
dilakukan seorang observer. Observasi ini dilakukan di kelas XI Mia MAN
1 Sumbawa Barat. Dengan diketahui hasil observasi ini, maka peneliti
dapat merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan selanjutnya agar dapat
memperbaiki proses pembelajaran.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi atau data-
data yang diperlukan untuk data awal penelitian. Misalnya, data nilai
siswa, data nama siswa di kelas XI Mia MAN 1 Sumbawa Barat serta data-
data tertulis lainnya yang digunakan untuk menunjang kegiatan penelitian.
Instrumen dalam pengumpulan data pada penelitian ini akan menggunakan
dua jenis instrumen, yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen
tes berupa butir-butir soal pilihan ganda yang akan diberikan kepada siswa
pada akhir pembelajaran siklus I maupun siklus II. Sedangkan instrumen
non tes berupa penilaian menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan
aktivitas siswa.
a. Lembar Soal Tes
Instrumen tes dalam penelitian ini berupa lembar soal kimia pada
Materi Hidrokarbon. Tes dilakukan untuk mengungkapkan hasil
belajar setelah pemberian materi pada tiap siklus. Jenis tes yang
digunakan adalah tes formatif berupa pilihan ganda.

24
b. Lembar Observasi
Instrumen observasi dalam penelitian ini berupa lembar observasi
untuk mengobservasi penerapan pembelajaran Kimia melalui model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Lembar observasi
dalam penelitian ini terdiri dari:
(1) Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati
penerapan pembelajaran Kimia melalui model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan oleh guru dan
diamati oleh teman sejawat. Sebelum lembar observasi dibuat,
maka dibuat dahulu kisi-kisi instrumen observasi.
(2) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati
aktivitas siswa penerapan pembelajaran Kimia melalui model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan oleh
guru melalui bantuan teman sejawat.
D. Analisis Data
Data yang diperoleh di setiap siklus akan di analisis dengan
menggunakan rumus berikut.
1. Hasil Belajar
a. Rata-rata nilai
Jumlah Nilai
Rumus : Rata−Rata=
Banyak Siswa
Untuk menguji peningkatan hasil belajar siswa dilakukan dengan
metode tes. Dalam metode tes, peneliti menggunakan proses pre-test dan
post-test yang kemudian diukur peningkatan skor rata – rata pre-test dan
post-test dengan menggunakan rumus N-gain adalah sebagai berikut.
( Skor post test )−( Skor Pre test )
N−gain=
( Skor Maksimal )−(Skor pre test )

25
Tafsiran besaran gain menunjukan peningkatan hasil belajar siswa setelah
dilakukan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) ditunjukan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Tafsiran Peningkatan Hasil Belajar N-Gain
Nilai N-gain Tafsiran
N-gain < 0,30 Rendah
0,30 ≤ N-gain ≤ 0,70 Sedang
N-gain > 0,70 Tinggi

b. Ketuntasan
Siswa tuntas
Rumus : Ketuntasan= x 100 %
Bany ak Siswa

2. Aktivitas Belajar
Skor Perolehan
Rumus : Aktivitas= x 100 %
Skor Maximal
Kriteria :
Persentase Rata-Rata Kategori
80-100 Sangat aktif
70-79 aktif
60-69 Cukup
50-59 Kurang
0-49 Sangat Kurang

E. Indikator Kinerja
Penelitian ini dikatakan berhasil / selesai apabila sudah mencapai
indikator kinerja. Indikator kinerja untuk penelitian ini ditentukan sebagai
berikut.
1. Indikator kinerja untuk variabel aktivitas belajar siswa adalah 80% siswa
aktif;
2. Indikator kinerja untuk variabel hasil belajar adalah dengan nilai KKM 75
dan ketuntasan klasikal sebesar 80%.

26
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal/Pra Siklus


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 1 Sumbawa Barat
pada pelajaran Kimia dengan materi Hidrokarbon di kelas XI Mia dengan jumlah
siswa 37 orang yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki 26 orang siswa
perempuan. Berdasarkan observasi awal, dapat dilihat bahwa suasana
pembelajaran di kelas masih kurang kondusif, sesuai RPP yang mencantumkan
KKM 75 belum tercapai. Siswa masih kurang aktif dan kurang antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Siswa masih cenderung diam dan malu bertanya serta
masih mengalami kesulitan dalam menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan
oleh guru karena mereka belum memahami materi pelajaran dan takut bertanya
kepada guru. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum memenuhi standar
ketuntasan belajar. Dalam proses pembelajaran, peneliti menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ). Peneliti memilih menggunakan
tipe ini, karena dapat memotivasi keaktifan dan semangat belajar siswa dalam
memecahkan masalah pada proses pembelajaran materi Hidrokarbon.
Sebelum pelaksanaan tindakan, dilakukan pengujian keadaan awal
kemampuan siswa yaitu dengan memberikan pretest pada pokok bahasan
hidrokarbon. Hasil dari pretest siswa dapat dilihat Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Pretest (Data Awal)
N Hasil Tes Pencapaian
O
1. Nilai Tertinggi 76
2. Nilai Terendah 60
3. Jumlah Siswa yang Tuntas 17
4. Jumlas Siswa Kelas XI Mia 37
5. Presentase Tuntas Belajar Secara Klasikal 45,95%

Berdasarkan tabel di atas hanya 45,95 % siswa yang dapat mencapai


ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sebelum diberi

28
tindakan masih jauh di bawah standar ketuntasan belajar. Berdasarkan observasi
dan informasi beberapa siswa, mereka merasa enggan dan malu bertanya kepada
guru meskipun sebenarnya mereka belum memahami materi yang diajarkan.
Sehingga data ini pada dasarnya masih dalam kategori wajar oleh peneiti,
dikarenakan masih pada proses tahapan pretes.
Mengacu pada hal tersebut diatas, selama proses penelitian peneliti
melakukan berbagai persiapan perencanaan yang maksimal agar hasil yang
diperoleh benar-benar bersifat original dan representatif. Persiapan dan
perencanaan tersebut harus disiapkan oleh peneliti sebelum proses pembelajaran
dimulai. Adapun rangkaian perangkat pembelajaran yang disiapkan oleh peneliti
dalam proses pembelajaran adalah rencana pelaksanaan pembelajaran, soal dan
materi untuk evaluasi, dan lembar pengamatan untuk siswa.
Tabel 4.2. Data Aktivitas Siswa Pra Siklus
Jumlah
No. Kategori Aktivitas Indikator Persentase
Siswa
1. Listening Aktivities Mendengarkan 27 72,97%
penjelasan guru
2. Writing Aktivities Mencatat materi 29 78,38%
pembelajaran
3. Oral Aktivities Bertanya dan 18 48,65%
menjawab
4. Motor Aktivities Aktif dalam 22 59,45%
diskusi
5. Oral Aktivities Menyumbang ide 22 59,45%
dalam diskusi
6. Oral Bekerjasama 25 67,57%
Aktivities dalam
kelompok
RATA-RATA 23,8 64,32%

B. Hasil Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan
Berdasarkan masalah yang teridentifikasi pada observasi awal telah
direncanakan pembelajaran siklus I pada materi Hidrokarbon dengan
memberikan pembelajaran berbasis masalah dan semangat kerja sama demi
kemajuan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

29
2. Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 7 dan 14 Agustus 2019 di MAN 1
Sumbawa Barat pada pelajaran Kimia dengan materi Hidrokarbon di kelas XI
Mia. Siklus I membutuhkan waktu 4 jam pelajaran dengan 2 kali pertemuan.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I mengacu pada silabus dan rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan dengan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL). Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti
mengadakan observasi terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar individual
siswa. Pada akhir siklus I diadakan tes Pilihan Ganda untuk mengukur hasil
belajar siswa. Dari pelaksanaan siklus I, diperoleh berbagai data mengenai
hasil observasi aktivitas siswa, observasi guru dan hasil hasil belajar siswa.
a) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Observasi digunakan untuk mengadakan penilaian aktivitas siswa
dan sikap siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi
terhadap siswa dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh observer.
Hasil observasi dapat dilihat dari catatan lapangan yang dibuat pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil catatan lapangan
dapat diketahui adanya beberapa siswa yang kurang aktif dan hanya
mengandalkan siswa yang lebih pandai.
Siswa yang lebih pandai biasanya tidak mau bekerjasama,mereka
biasanya hanya mengerjakan sendiri dan tidak berdiskusi dengan teman
sekelompoknya. Siswa dengan kemampuan rata-rata lebih mampu
memanfaatkan pembelajaran ini karena mereka dapat saling melengkapi
dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Dari lembar observasi
aktivitas siswa diperoleh hasil yang tersaji pada Tabel 4.3.

30
Tabel 4.3. Data Aktivitas Siswa Siklus I
Jumlah
No. Kategori Aktivitas Indikator Persentase
Siswa
1. Listening Aktivities Mendengarkan 32 86,48%
penjelasan guru
2. Writing Aktivities Mencatat materi 31 83,78%
pembelajaran
3. Oral Aktivities Bertanya dan 24 64,86%
menjawab
4. Motor Aktivities Aktif dalam 32 86,48%
diskusi
5. Oral Aktivities Menyumbang ide 27 72,97%
dalam diskusi
6. Oral Bekerjasama 30 81,08%
Aktivities dalam
kelompok
RATA-RATA 29,33 79,28%

Hasil penelitian aktivitas siswa siklus I menunjukkan bahwa


indikator pencapaian aktivitas siswa yang seharusnya ≥80% belum
tercapai karena hanya sebesar 79,28%. Dari hasil observasi, beberapa
siswa sudah memperhatikan penjelasan peneliti tetapi sulit bekerjasama
dalam diskusi, belum menggunakan kesempatan bertanya dan menjawab
secara maksimal.

b) Data Hasil Belajar Siswa


Penilaian digunakan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan
yang terjadi. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang
mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil
belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui
sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut Hasil
Belajar.

31
Tabel 4.4. Data Postes Siklus I
N Hasil Tes Pencapaian
O
1. Nilai Tertinggi 88
2. Nilai Terendah 72
3. Jumlah Siswa yang Tuntas 29
4. Jumlas Siswa Kelas XI Mia 37
5. Presentase Tuntas Belajar Secara Klasikal 78,37%

Tabel 4.5. Data Ketuntasan Belajar Siklus 1


N Kategori Frekuensi Persentase
O
1. Tuntas 29 78,37%
2. Belum Tuntas 8 21,63%
Jumlah 37 100%

Dengan melihat hasil tes akhir siklus I secara individual ternyata


dari 37 siswa masih terdapat 8 siswa yang belum tuntas mencapai
21,63%, jadi kentutasan kelas secara klasikal minimal 80% belum
tercapai.

3. Refleksi
Berdasarkan data tes ketuntasan belajar pada siklus I sudah tercapai,
ketuntasan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I adalah 78,37%,
pembelajaran sudah efektif tetapi hasil belum maksimal. Hal ini terlihat dari
data hasil observasi aktivitas individual siswa saat diskusi masih belum
terlihat selama proses pembelajaran. Siswa masih belum terbiasa dengan
model pembelajaran kelompok dan masih terlihat individual. Beberapa siswa
tidak menanggapi kesempatan bertanya yang diberikan oleh peneliti.
Berdasarkan analisis data pada siklus I, dibutuhkan penjelasan ulang
mengenai manfaat peran aktif siswa dalam pembelajaran. Peningkatan belajar
dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Peningkatan Hasil Belajar Siklus I


N NAMA SISWA PRA SIKLUS I N-gain

32
O SIKLUS
1 Ahmad Rohim Desta Ramdhany 76 88 50%
2 Alif Naufal Nurrafiq 60 72 30%
3 Amri Muttaqin 68 80 38%
4 Ardhika Abdi Dzikri 67 84 52%
5 Armila 60 80 50%
6 Cita Septian Mahardita 76 84 33%
7 Desa Fitri Ayu 76 88 50%
8 Dika Kartika Sari 76 80 17%
9 Etika Amanda 64 72 22%
10 Fatma 64 72 22%
11 Hastuti 76 80 17%
12 Hevi Bunga Manora 76 88 50%
13 Hidayati Arika 76 88 50%
14 Ikmal Akbar 76 88 50%
15 Indra Afriansayh 64 72 22%
16 Juliani 76 84 33%
17 Larasati 64 72 22%
18 Mariani 76 88 50%
19 Muhammad Hasyim 60 80 50%
20 Muhammad Rizal 60 72 30%
21 Nabila Salsabila 68 84 50%
22 Nuput Ansari 76 88 50%
23 Nur Buruj Amira 72 88 57%
24 Nurwasila 68 72 13%
25 Patri Aisyah Faridah 76 80 17%
26 Renata Hadiprawira 72 84 43%
27 Riwa Sajendra 68 80 38%
28 Selviati oktavia 64 80 44%
29 Siti Umniah 76 76 0%
30 Sri Ade Kayanti 64 80 44%
31 Sri Jayanti Tamrin 76 80 17%
32 Sukmawati 64 84 56%
33 Sulastri 76 80 17%
34 Titin Lisnawati 64 72 22%
35 Tamim Murtaja Al Faruq 76 84 33%
36 Wiwin Windartini 68 72 13%
37 Zulkarnaen 76 80 17%
Rata-Rata 70.13 80.43 34%

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, N-gain peningkatan hasil belajar rata-


rata siswa adalah 34% (0,34) dengan kategori “Sedang”. Hal ini menunjukkan

33
bahwa telah terdapat perbedaan yang signifikan pada proses peningkatan hasil
belajar siswa kelas XI Mia pada saat postes dari nilai pretes sebelumnya pada
kegiatan prasiklus. Meskipun demikian, secara individual kategori “Kurang”
masih terdapat pada 17 siswa. Hal ini yang akan menjadi refleksi
berkelanjutan pada siklus berikutnya agar peningkatan terjadi minimal pada
kategori “Sedang”.

C. Hasil Deskripsi Siklus II

Tindakan siklus II ini dilakukan, karena hasil yang diperoleh pada siklus I
belum mencapai indikator keberhasilan, masih ada beberapa siswa yang
berperilaku kurang aktif pada saat kegiatan pembelajaran. Siklus II ini dilakukan
untuk mengatasi masalah yang terjadi pada siklus I sehingga mencapai hasil yang
memuaskan.
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti harus lebih
meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran dan dibutuhkan
perbaikan teknik pemberian motivasi kepada siswa untuk bertanggungjawab
dan kerjasama dalam kelompok.
2. Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 4
jam pelajaran yaitu 4 x 45 menit. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 dan
28 Agustus 2019. Pelaksanaan siklus II pada rencana pembelajaran II dengan
materi pokok Hidrokarbon. Pada siklus II peneliti tidak hanya memberikan
penjelasan mengenai jawaban yang benar dari soal, tetapi ditambah dengan
motivasi belajar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif siswa
dalam pembelajaran Kimia. Dari pelaksanaan siklus II, diperoleh berbagai
data yaitu data mengenai hasil observasi aktivitas siswa dan data tentang hasil
belajar siswa.

a) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa

34
Berdasarkan hasil catatan lapangan dapat diketahui adanya
peningkatan aktivitas siswa yang signifikan pada saat proses pembelajaran.
Aktivitas siswa di kelas pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Data Aktivitas Siswa Siklus II
Jumlah
No. Kategori Aktivitas Indikator Persentase
Siswa
1. Listening Aktivities Mendengarkan 35 94,59%
penjelasan guru
2. Writing Aktivities Mencatat materi 35 94,59%
pembelajaran
3. Oral Aktivities Bertanya dan 32 86,49%
menjawab
4. Motor Aktivities Aktif dalam 30 81,08%
diskusi
5. Oral Aktivities Menyumbang ide 30 81,08%
dalam diskusi
6. Oral Aktivities Bekerjasama dalam 35 94,59%
kelompok
RATA-RATA 33,17 89,64%

Hasil penelitian siklus II menunjukkan bahwa aktivitas siwa sebesar


89,64%, jadi telah mencapai indikator pencapaian. Beberapa siswa yang pada
siklus I kurang aktif dan hanya mengandalkan siswa yang lebih pandai, pada
siklus II ini lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa dengan kemampuan rata-
rata lebih bisa memanfaatkan pembelajaran. Hal ini karena mereka bisa saling
melengkapi dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya.

b) Data Hasil Belajar Siswa


Dengan melihat hasil tes akhir siklus II secara individu, siswa yang
kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sudah berkurang
dibandingakan siklus I. Prestasi belajar siswa pada siklus II juga meningkat.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.8. Data Hasil Test Siklus II yang
menunjukkan bahwa siswa yang mecapai ketuntasan sebanyak 33 siswa atau
89,19%.

35
Tabel 4.8. Data Postes Siklus II
N Hasil Tes Pencapaian
O
1. Nilai Tertinggi 96
2. Nilai Terendah 72
3. Jumlah Siswa yang Tuntas 33
4. Jumlas Siswa Kelas XI Mia 37
5. Presentase Tuntas Belajar Secara Klasikal 89,19%.

Tabel 4.9. Data Ketuntasan Belajar Siklus II


N Kategori Frekuensi Persentase
O
1. Tuntas 33 89,19%.
2. Belum Tuntas 4 10,81%
Jumlah 37 100%

3. Refleksi
Hasil tes siklus II diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa 89,19%.
Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya. Peran
aktif siswa dalam pembelajaran juga semakin meningkat, peneliti tidak
mendominasi kegiatan diskusi. Siswa merasa tidak tegang pada saat proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan individual terhadap
pembelajaran juga semakin meningkat. Tanggapan siswa terhadap teman
yang masih membutuhkan bantuan dalam memahami materi semakin baik.
Hampir keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan dalam aktivitas dan
hasil hasil belajar selama pembelajaran Hidrokarbon di kelas. Berdasarkan
hasil refleksi, indikator kinerja peneliti sudah tercapai secara klasikal, semua
siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dan dapat dilihat pada Tabel 4.10.

36
Tabel 4.10 Peningkatan Hasil Belajar Siklus II
N PRA
NAMA SISWA SIKLUS I SIKLUS II N-Gain
O SIKLUS
1 Ahmad Rohim Desta Ramdhany 76 88 92 67%
2 Alif Naufal Nurrafiq 60 72 72 30%
3 Amri Muttaqin 68 80 84 50%
4 Ardhika Abdi Dzikri 67 84 88 64%
5 Armila 60 80 84 60%
6 Cita Septian Mahardita 76 84 88 50%
7 Desa Fitri Ayu 76 88 92 67%
8 Dika Kartika Sari 76 80 84 33%
9 Etika Amanda 64 72 76 33%
10 Fatma 64 72 72 22%
11 Hastuti 76 80 84 33%
12 Hevi Bunga Manora 76 88 92 67%
13 Hidayati Arika 76 88 96 83%
14 Ikmal Akbar 76 88 92 67%
15 Indra Afriansayh 64 72 76 33%
16 Juliani 76 84 96 83%
17 Larasati 64 72 76 33%
18 Mariani 76 88 92 67%
19 Muhammad Hasyim 60 80 84 60%
20 Muhammad Rizal 60 72 72 30%
21 Nabila Salsabila 68 84 88 63%
22 Nuput Ansari 76 88 96 83%
23 Nur Buruj Amira 72 88 88 57%
24 Nurwasila 68 72 76 25%
25 Patri Aisyah Faridah 76 80 96 83%
26 Renata Hadiprawira 72 84 88 57%
27 Riwa Sajendra 68 80 84 50%
28 Selviati oktavia 64 80 84 56%
29 Siti Umniah 76 76 96 83%
30 Sri Ade Kayanti 64 80 84 56%
31 Sri Jayanti Tamrin 76 80 84 33%
32 Sukmawati 64 84 84 56%
33 Sulastri 76 80 84 33%
34 Titin Lisnawati 64 72 72 22%
35 Tamim Murtaja Al Faruq 76 84 88 50%
36 Wiwin Windartini 68 72 76 25%
37 Zulkarnaen 76 80 84 33%
Rata-Rata 70.13 80.43 84.97 50%

37
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, N-gain peningkatan hasil belajar rata-
rata siswa adalah 50% (0,5) dengan kategori “Sedang”. Hal ini menunjukkan
bahwa telah terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Mia sebesar 0,2
dari siklus I sebelumnya (0,3). Secara individual kategori “Kurang” hanya
terdapat pada terdapat pada 5 siswa. Meskipun demikian, secara rerata bahwa
proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara sangat signifikan.

D. Analisis Data Hasil Penelitian

1. Presentase Hasil Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II


Setelah melaksanakan penelitian, peneliti melakukan berbagai
analisis data yang maksimal agar hasil yang diperoleh benar-benar bersifat
original dan representatif. Untuk mengetahui perkembangan Peningkatan
Aktivitas Siwa dalam Pembelajaran Hidrokarbon dengan Model Problem
Based Learning (PBL), dilakukam serangkaian uji analisis data sebagai
berikut :
a. Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Pada Tabel 4.11, dapat diketahui meningkatnya aktivitas
belajar siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dikarenakan adanya
perubahan suasana yang kaku diubah menjadi suasana yang santai
tetapi tetap serius.
Tabel 4.11 Data Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Frekuensi Persentase
Kategori
Pra Siklus Siklus I Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II
Aktif mengikuti
pelajaran
23 29 35 62,16% 78,37% 94,59%
Cukup aktif mengikuti
pelajaran
14 8 2 37,84% 21,63% 5,41%
Tidak aktif mengikuti
pelajaran
0 0 0 0% 0% 0%
Jumlah 36 100%

38
b. Diagram Peningkatan Aktivitas Siswa
Berdasarkan pengamatan pada pra siklus, siklus I dan II, dapat
diketahui peningkatan aktivitas siswa. Pada pra siklus dan siklus I
belum memenuhi indikator pencapaian yang ditetapkan, terlihat dari
siswa yang aktif mengikuti pelajaran baru mencapai 62,16% (23 siswa)
begitu pula pada siklus I baru mencapai 78,37% (29 siswa).
Pencapaian indikator keberhasilan terlihat pada siklus II yang
mencapai 94,59% (35 siswa) hampir seluruh siswa aktif mengikuti
pembelajaran, sehingga suasana kelas menjadi lebih kondusif. Siswa
lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran ini, terlebih pada saat salah
satu kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, siswa yang lain mendengarkan dan memperhatikan
dengan serius kemudian mereka berdiskusi bersama untuk menanggapi
tugas temannya tersebut. Suasana kelas juga terlihat lebih santai dan
tidak ada siswa yang bermalas-malasan, siswa lebih banyak bertanya
dan mencatat hal-hal dirasa penting. Berdasarkan keterangan di atas
diperoleh kesimpulan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa pada
saat proses pembelajaran.
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00% Aktif mengikuti pelajaran
50.00% Cukup aktif mengikuti
pelajaran
40.00% Tidak aktif mengikuti
pelajaran
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

39
2. Presentase Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
a. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II
Perbandingan peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan II
pada pembelajaran Hidrokarbon di MAN 1 Sumbawa Barat tersaji
dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Data Postes Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
N Hasil Tes Prasiklus Siklus I Siklus II
O
1. Nilai Tertinggi 76 88 96
2. Nilai Terendah 60 72 72
3. Jumlah Siswa yang Tuntas 17 29 33
4. Jumlas Siswa Kelas XI Mia 37 37 37
5. Presentase Tuntas Belajar 45,95% 78,37% 89,19%
Secara Klasikal

Hasil analisis data prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan


yang baik. Pencapaian nilai tertinggi semakin baik dan nilai terendah
siswa juga semakin meningkat. Ketuntasan prestasi belajar siswa
meningkat pesat meskipun belum seluruh siswa mencapai ketuntasan.
Dari tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar
siswa semakin baik. Hal ini terlihat dari jumlah ketuntasan prestasi
belajar siswa yang mengalami peningkatan pada siklus I adalah
78,37% kemudian pada siklus II meningkat menjadi 89,19%.

b. Diagram Hasil Belajar Siswa


Berdasarkan analisis data dan hasil belajar siswa pada siklus I
dan siklus II, dapat diketahui peningkatan hasil belajar Hidrokarbon
pada siklus I, prestasi belajar Hidrokarbon belum memenuhi indikator
pencapaian yang ditetapkan yaitu masih mencapai 78,37% (29 siswa),
sedangkan pada siklus II hamper seluruh siswa mencapai ketuntasan
belajar yaitu 89,19% (35 siswa) dan target pencapaian indikator
keberhasilan tercapai. Pencapaian peningkatan ketuntasan hasil belajar
Hidrokarbon ini dapat di lihat lebih jelas pada Gambar 4.2

40
35

30

25

20

15

10

0
Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.2 Jumlah Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Semakin baik penerapan model pembelajaran Problem Based


Learning (PBL) dan semakin baik tanggapan siswa terhadap proses
pembelajaran maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.
Selain itu adanya penghargaan kelompok akan lebih mengaktifkan
siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Yang terpenting dalam
model pembelajaran ini adalah sikap kerjasama, pemecahan masalah,
mengeluarkan pendapat, saling menghargai dan kekeluargaan terlihat
pada sikap siswa. Adapun hasil peningkatan aktivitas siswa dalam
beberapa aspek dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Data Aktivitas Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No. Kategori Aktivitas Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Listening Aktivities 72,97% 86,48% 94,59%
2. Writing Aktivities 78,38% 83,78% 94,59%
3. Motor Aktivities 59,45% 81,08% 86,48%
4. Oral Aktivities 58.56% 72.57% 87.39%

Adapun hasil peningkatan aktivitas siswa dalam beberapa aspek juga


dapat dilihat pada Gambar 4.3

41
100.00% 94.59% 94.59%
90.00% 86.48% 86.48% 87.39%
83.78% 81.08%
78.38%
80.00% 72.97% 72.57%
70.00%
59.45% 58.56%
60.00%
Pra Siklus
50.00%
Siklus I
40.00% Siklus II
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

Gambar 4.3 Hasil Peningkatan Aktivitas Siswa


Dari data yang ada maka ditarik kesimpulan bahwa semua
aspek baik dari listening aktivities, oral aktivities, motor aktivities
maupun writing aktivities mengalami peningkatan pada siklus II
dengan rata-rata 90,76% dari target pencapaian indikator keberhasilan
sebesar 80%.

E. Pembahasan

1. Peningkatan Aktivitas Siswa dengan Penerapan Model Problem Based


Learning (PBL)
Peningkatan ini terlihat dari kenaikan presentase aktivitas siswa
dalam pembelajaran di kelas. Mendengarkan penjelasan guru pada pra
siklus 72,97%, siklus I mencapai 86,48% dan pada siklus II naik menjadi
94,59%. Kegiatan menacatat materi pelajaran pada pra siklus mencapai
78,38%, siklus I 83,78% dan pada siklus II naik menjadi 94,59%.
Keaktifan dalam berdiskusi pada pra siklus mencapai 59,45%, siklus I
72.57% dan pada siklus II naik menjadi 86,48%. Siswa aktif bertanya,
Menyumbang ide dan Kerja sama dalam kelompok rata-rata pada pra
siklus menacapai 58.56%, siklus I 72.57% dan pada siklus II naik menjadi
87.39%.

42
Rata-rata aktivitas siswa pada pra siklus 67,54%, siklus I 80,98%
dan siklus II menjadi 90,76%. Jadi seluruh indikator keberhasilan pada
aktivitas siswa kelas XI Mia MAN 1 Sumbawa Barat telah tercapai. Hasil
peneliti ini didukung oleh teori dari Sardiman (2014) Dalam pembelajaran
sangat diperlukan adanya suatu aktivitas yang mampu merangsang semua
potensi peserta didik untuk berkembang secara optimal. Aktivitas
diperlukan dalam belajar karena tidak ada belajar tanpa aktivitas.
Aktivitas belajar dilakukan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung, seperti : bekerjasama, mengerjakan tugas, memecahkan
masalah, menyumbang ide, menghargai pendapat, berinteraksi, menulis,
mengembangkan hasil karya, bertanya, menjawab dan menanggapi. Dalam
menjalani proses belajar mengajar, keaktifan peserta didik merupakan
faktor utama dalam mencapai tujuan pendidikan.

2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model Problem


Based Learning (PBL)
Hasil dari tes siklus I diperoleh nilai tertinggi 88 dan nilai terendah
72. Jumlah siswa yang belajar tuntas meningkat sebanyak 34% dari
45,95% menjadi 78,37% setelah diberi tindakan. Hasil tes siklus II
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I. Ketuntasan belajar siswa meningkat 50% dari 45,95% menjadi
89,19%. Peningkatan prestasi belajar siswa karena siswa sudah
memanfaatkan kerjasama dalam memahami materi yang diberikan oleh
peneliti.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Syah
(2014:17), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari
faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar. a) Faktor internal adalah
faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa, meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca indera) dan
aspek psikologis (intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi), b) Faktor
eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan di

43
sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial (guru, teman, masyarakat
dan keluarga) dan faktor non sosial (gedung, sekolah, tempat tinggal,
cuaca dan waktu belajar), c) Faktor pendekatan belajar adalah segala cara
atau strategi yang digunakan dalam menunjang efektifitas dan efisiensi
dalarn proses pembelajaran materi. Hasil belajar adalah bukti keberhasilan
atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pembelajaran
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Materi Hidrokarbon di
MAN 1 Sumbawa Barat diperoleh bahwa peningkatan hasil belajar siswa
sudah tercapai. Dimana hasil belajar siswa sudah mencapai standar KKM
yang ditentukan yaitu 75 dengan ketuntasan klasikal 80%.

44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah di lakukakan pada
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model Problem
Based Learning (PBL) Materi Hidrokarbon di MAN 1 Sumbawa Barat, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Aktivitas belajar siswa degan metode konvensional di MAN 1 Sumbawa
Barat masih rendah, banyak siswa yang membuat kesibukan sendiri pada
saat pelajaran, mengobrol dengan teman sebangkunya bahkan ada yang
melamun.
2. Melalui Penerapan Model Problem Based Learning (PBL), dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Materi Hidrokarbon di
kelas XI Mia dilihat adanya peningkatan. Peningkatan ini terlihat dari
kenaikan presentase aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas.
Peningkatan ini terlihat dari kenaikan presentase aktivitas siswa dalam
pembelajaran di kelas. Mendengarkan penjelasan guru pada pra siklus
72,97%, siklus I mencapai 86,48% dan pada siklus II naik menjadi
94,59%. Kegiatan menacatat materi pelajaran pada pra siklus mencapai
78,38%, siklus I 83,78% dan pada siklus II naik menjadi 94,59%.
Keaktifan dalam berdiskusi pada pra siklus mencapai 59,45%, siklus I
72.57% dan pada siklus II naik menjadi 86,48%. Siswa aktif bertanya,
Menyumbang ide dan Kerja sama dalam kelompok rata-rata pada pra
siklus menacapai 58.56%, siklus I 72.57% dan pada siklus II naik menjadi
87.39%.
3. Melalui Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran Materi Hidrokarbon di kelas XI Mia dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Peningkatan ini terlihat dari jumlah ketuntasan hasil
belajar siswa kelas XI Mia yang mengalami peningkatan. Hasil dari tes
siklus I diperoleh nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 72. Jumlah siswa

45
yang belajar tuntas meningkat sebanyak 34% dari 45,95% menjadi 78,37%
setelah diberi tindakan. Hasil tes siklus II menunjukkan bahwa prestasi
belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I. Ketuntasan belajar
siswa meningkat 50% dari 45,95% menjadi 89,19%. Peningkatan hasil
belajar siswa karena siswa sudah memanfaatkan kerjasama dalam
memahami materi yang diberikan oleh peneliti. Ketuntasan belajar siswa
secara klasikal dan individual sudah terpenuhi yaitu 89,19% dari jumlah
siswa memperoleh ≥ 75 sebesar 80%.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan :
1. Pada pembelajaran hidrokarbon sebaiknya menggunakan model
pembelajaran yang sesuai sehingga memberikan rangsangan siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar dan menumbuhkan keaktifan siswa.
2. Bagi guru khususnya guru mata pelajaran Kimia, penelitian ini hendaknya
mampu disajikan didalam RPP sebagai alternatif dalam meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa dan keberhasilan dalam proses
pembelajaran dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi siswa.
3. Bagi pihak sekolah dan lembaga terkait lainnya serta peneliti berikutnya
diharapkan dapat mengadakan penelitian lanjutan dengan materi yang
lainnya sehingga diperoleh simpulan yang lebih luas guna memperkaya
khasanah penelitian di Kabupaten Sumbawa Barat, melengkapi
perbendaharaan Model pembelajaran, serta meningkatkan mutu
pendidikan di Kabupaten Sumbawa Barat.

46
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Addiin, I., Redjeki, T., & Dwi, R. (2014). Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning ( PBL ) Pada Materi Pokok Larutan Asam dan Basa
di Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Karanganyar. Pendidikan Kimia, 3(4), 7–
16.
Danial, M. 2010. Pengaruh Strategi PBL Terhadap Keterampilan Hasil belajar
dan Respon Mahasiswa. Jurnal Chemica (11) 2 Desember 2010, 1-10.
Djamarah,S.B dan Zain, Aswan. 2011. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT
Asdi Mahasatya.
Downing, K., Kwong, T., Chan, S.W., Lam, T.F., & Downing, W.K. 2009.
Problem Based Learning and Development of Metacognition. High Educ,
57(1): 609–621.
Hamalik, O. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Haryani, S. 2012. Membangun Hasil belajar dan Karakter Calon Guru Melalui
Pembelajaran Praktikum Kimia Analitik Berbasis Masalah. Semarang :
UNNES PRESS.
Justiana, M & Muchtaridi. 2009. Chemistry 1 For Senior High School Year X
Bilingual Based On KTSP 2006. Yudhistira
Kemendiknas. 2013. Pedoman Kurikulum 2013. Jakarta : Kementerian
Pendidikan Nasional.
Mulyasa. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosda.
Munawaroh, A, dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sistem Pencernaan SMP. Jurnal
Pendidikan Biologi Volume 1 Nol. Universitas Negeri Semarang
Petrucci, R.H., Herring, F.G., Madura, J.D., & Nette, C.B. 2011. General
Chemistry Principles and Modern Applications, TENTH EDITION.
Chemistry-Textbooks. Toronto-Ontario: Pearson Canada Inc.
Raimi & Adeoye. 2011. Problem Based Learning Strategy And Quantitative
Ability In College Of Education Students' Learning Of Integrated Science.
Journal of Educational Research, 5(1): 39-49.
Rais, M. (2010). Model Problem Based-Learning Sebagai Upaya Meningkatkan
Prestasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 43(3),

47
246–252. https://doi.org/10.23887/jppundiksha.v43i3.129
Rezeki, R., Nurhayati, N., & Mulyani, S. (2015). Penerapan Metode Pembelajaran
Problem Based Learning ( PBL ) Disertai dengan Peta Konsep Untuk
Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Redoks
Kelas X-3 Sma Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Jurnal
Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 4(1), 74–81.
Saraswati, E., Rusdi, M., & Syamsurizal. 2011. Problem-Based Learning, Strategi
Hasil belajar, Dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Tekno-
Pedagogi, 1(2) September 2011 : 1-14 ISSN 2088-205X.
Sardiman.2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sitaresmi, K., Saputro, S., & Utomo, S. (2017). Penerapan Pembelajaran Problem
Based Learning ( PBL ) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Siswa Pada Materi Sistem Periodik Unsur (SPU) Kelas X MIA 1 SMA
Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan
Kimia Universitas Sebelas Maret, 6(1), 54–61.
Sugiyono.2013. Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D. Bandung: Alfabeta
Susilowati, Iswari, & Sukaesih. (2013). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Sistem Pencernaan Manusia. Journal
of Biology Education, 2(1).
Syah, M. 2014. Psiologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Kontemporer Inovatif Kontemporer.
Jakarta : Bumi Aksara.

48

Anda mungkin juga menyukai