DISUSUN OLEH:
1. Fase motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil informasi yang
telah dipelajari sebelumnya.
2. Fase pengenalan : siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial
dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase perolehan : apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap
untuk menerima pelajaran.
4. Fase retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan kembali
5. Fase pemanggilan : pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-kaitan
antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat diterapkan
diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila stimulus
mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya berubah dari situasi
sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan
mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang
diajarkan.
B. SLAVIN (2000)
Teori pemrosesan informasi adalahteori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak.
C. AUSUBEL (1968)
Ausubel mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi
struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Pengetahuan yang lebih umum dan abstrak
yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru
yang rinci proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian
informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).
D. SIEGLER dan STEVENSO (1993)
Teori pemrosesan informasi lebih menekankan kepada bagaimana individu
memproses informasi tentang dunia mereka,bagaimana informasi itu masuk kedalam fikiran
dan bagaimana informasi disimpan dan disebarkan dan bagaimana asumsi diambil kembali
untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas yang komplek seperti memecahkan masalah dan
berfikir. Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi berikut :
1. Pemrosesan informasi ketika pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu
tertentu;
2. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk
ataupun isinya;
3. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktur dan
pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan
informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses
terjadinya ”lupa”.
Ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sensory Receptor (SR) : sel pertama tempat informasi pertama kali diterima. Informasi
berbentuk asli. Bertahan dalam waktu yang singkat, mudah terganggu da terganti.
2. Working Memory (WM) : kapasitas terbatas (15 detik saja jika tidak diadakan
pengulangan). Informasi dapat dibuat menjadi bentuk berbeda dari stimulus aslinya.
3. Long Term Memory (LTM) :
a. berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu,
b. mempunyai kapasitas tidak terbatas,
c. bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang. Sedangkan lupa adalah proses gagalnya memunculkan kembali informasi
yang diperlukan.
Teori pemrosesan informasi memiliki keunggulan dalam strategi pembelajaran, yaitu
sebagai berikut :
1. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
6. Kontrol belajar memungkinkan belajaar sesuai irama masing-masing individu
7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja
yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan
Kekurangan teori belajar pemrosesan informasi juga memiliki kekurangan dalam
strategi pembelajarannya, yaitu :
1. Apabila guru tidak dapat menyampaikan materi secara kreatif dan menarik maka peserta
didik tidak dapat menerima materi yang disampaikan dengan baiik sehingga tujuan
pembelajaran tidak dapat tercapai
2. Apabila ada peserta didik yang tidak aktif dalam proses belajar maka guru akan sulit
menyampaikan materi.
Kodontie, J. Robert dan Syarif, Rostam.2008.Tata Ruang Air. Yoyakarta : CV.Andi Offset.
Reed K.Stephen. 2007.Kognisi : Teori danAplikasi Edisi 7. Jakarta: Salemba
Humanika.