Anda di halaman 1dari 12

ASPEK BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TRANSFER, INGATAN, dan LUPA DALAM BELAJAR dan


PEMBELAJARAN

MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu

Oleh:
AHMAD FIKRI JAUHARI
NIM: 213206030037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UIN KH. AHMAD SIDDIQ JEMBER
2021
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia diberi anugerah berupa otak yang mampu menyimpan jutaan
bahkan milyaran informasi yang masuk ke dalamnya. Bahkan device
penyimpanan yang paling canggih sekalipun tidak mampu menandingi
kapasitas daya tampungnya. Namun, manusia belum mampu mengoptimalkan
fungsi otak secara maksimal, sehingga memori atau ingatan yang masuk ke otak
tidak mampu terus menerus disimpan secara sempurna. Seiring dengan
berjalannya waktu, sedikit-sedikit informasi ini menghilang.
Ketika manusia berupaya untuk menggali lagi informasi tersebut dengan
berusaha mengingatnya, bagian yang hilang dari informasi tersebut biasanya
diisi dengan informasi baru yang berasal dari hasil kreasi manusia terhadap
informasi tersebut. Peristiwa yang dialami oleh manusia terekam dalam ingatan.
Namun suatu saat ketika ia mengingat kembali kejadian yang dulu dialaminya,
ada detail peristiwa yang ia lupa dan ia buat detail itu sesuai dengan kreasi dan
imajinasinya. Sehingga perubahan alur cerita banyak terjadi seiring dengan
banyaknya detail peristiwa yang ia lupakan.
Proses ta’lim, atau transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara. Dari beragam cara yang ada, semuanya
bermuara pada satu tujuan yang sama, yakni memberikan pemahaman serta
ingatan kepada peserta didik atas materi yang disampaikan. Namun setiap
peserta didik pasti pernah lupa terhadap sesuatu yang telah diingatnya, termasuk
materi pembelajaran yang telah disampaikan pendidik / gurunya. Selain itu,
baik pendidik atau peserta didik pasti pernah mengalami kejenuhan atau
kesulitan dalam belajar, sehingga proses kegiatan belajar mengajar tidak bisa
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini tentu harus segera diatasi karena
apabila dibiarkan terus menerus, akan menimbulkan berbagai permasalahan
yang baru, antara lain: proses belajar-mengajar tidak bisa dilaksanakan dengan
maksimal, standar ketuntasan belajar tidak terpenuhi, peserta didik kehilangan
minat belajar, dan lain sebagainya.
B. RUMUSAN MASALAH
Pembahasan materi kali ini akan kami rumuskan ke dalam dua pokok
permasalahan, yaitu:
1. Apakah pengertian dari transfer, ingatan dan lupa dalam belajar dan
pembelajaran?
2. Faktor apa saja yang berperan dalam transfer, ingatan, dan lupa dalam
belajar dan pembelajaran?

C. TUJUAN
Sebagaimana rumusan masalah di atas, makalah ini dibuat selain
bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Islam, juga
bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian dari transfer, ingatan dan lupa dalam belajar dan
pembelajaran
2. Mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam transfer, ingatan, dan lupa
dalam belajar dan pembelajaran.
PEMBAHASAN
I. TRANSFER
A. Pengertian
Menurut L.D. Crow dan A. Crow dalam Suryabrata (2004), transfer
belajar adalah pemindahan-pemindahan kebiasaan berfikir, perasaan, atau
pekerjaan, ilmu pengetahuan, atau keterampilan dari sautu kedanaan ke
keadaan belajar yang lain. Transfer belajar (transfer of learning)
mengandung arti pemindagan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke
situasi berikutnya (Santrock, 2008). Pemindahan ini bukan berarti
keterampilan yang lama hilang kemudian diganti dengan keterampilan
yang baru diperoleh saat pembelajaran. Oleh karena itu definisi di atas
harus dimaknai sebagai pengaruh keterampilan yang baru untuk melakukan
sesuatu terhadap tercapainya keterampilan yang lama melakukan sesuatu
yang lain, sehingga hal tersebut memberikan dampak baik positif maupun
negatif dalam aktifitas dan hasil pembelajaran.
Hasil pembelajaran peserta didik di masa lalu sangat
mempengaruhi proses belajar yang sedang dialami pada masa sekarang.
Transfer belajar akan mudah terjadi apabila situasi belajar peserta didik
dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-hari yang akan ditempati
peserta didik kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang dia pelajari di sekolah. Transfer positif seperti ini merupakan tujuan
dari pelaksanaan transfer belajar yakni terciptanya sumber daya manusia
berkualitas yang edukatif.
B. Faktor Penyebab Transfer dalam Belajar dan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan proses belajar, peserta didik mempunyai
kemudahan dan kesulitan yang berbeda-beda dalam memahami dan
menerima informasi yang disampaikan oleh pendidik. Tingkatan
kemampuan dalam menerima informasi dalam belajar, secara umum
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Intelegensi / Kecerdasan
Peserta didik yang lancar dan pandai biasanya mampu menganalisa dan
melihat hubungan yang logis dengan cepat. Ia segera mengetahui unsur-
unsur, pola dasar, atau kaidah hukum, sehingga proses transfer menjadi
mudah.
2. Sikap
Sikap positif / bersiap menerima transfer akan sangat mempengaruhi
keberhasilan dari proses transfer belajar. Kecenderungan peserta didik
untuk menolak akan menjadikan proses transfer gagal meskipun ia
mengerti dan memahami sesuatu.
3. Materi Pelajaran
Mata pelajaran yang mempunyai daerah yang berdekatan akan mudah
terjadi transfer. Contohnya: matematika dengan statistika, ilmu jiwa
daya dengan sosiologi, nahwu dengan shorof, dan sebagainya.
4. Sistem Penyampaian Pendidik / Guru
Seorang pendidik yang mampu menunjukkan hubungan antara pelajaran
yang sedang dipelajari dengan pelajaran yang lain, atau
menggambarkan materoi pelajaran dengan kehidupan nyata yang
dialami peserta didik, akan mudah diterima oleh peserta didik sehingga
proses transfer dapat dilakukan dengan mudah.

II. INGATAN / DAYA INGAT


A. Pengertian
Berdasarkan arti katanya, daya merupakan kemampuan untuk
melakukan sesuatu, sedangkan ingat adalah berada dalam pikiran. Daya
ingat dapat diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali. Daya ingat
yang dimiliki oleh seseorang berbeda-beda, tergantung pada pengalaman
yang dimiliki. Daya ingat tidak hanya kemampuan untuk menyimpan
peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang, namun juga termasuk di
dalamnya kemampuan untuk menerima (encoding), menyimpan (storage)
serta menimbulkan kembali (retrival) apa yang telah dialami / diketahui.
1) Proses encoding
Merupakan pengkodean terhadap pengalaman yang dialami dengan
cara mengubah informasi menjadi simbol-simbol sesuai dengan daya
ingat seseorang. Proses ini sangat mempengarubi terhadap lamanya
sebuah informasi disimpan di dalam pikiran/ jiwa seseorang. Proses ini
dapat terbentuk karena sengaja maupun tidak disengaja.
2) Proses storage (menyimpan hasil encoding)
Setelah informasi diubah ke dalam simbol-simbol tertentu, kemudian
informasi tersebut diendapkan. Proses ini biasa juga disebut dengan
retensi.
3) Proses retrival
Yaitu memilih dan mengingat kembali apa yang telah dialami dan
disimpan di dalam memori. Untuk digunakan kembali. Seorang peserta
didik yang mampu menggali lagi informasi yang telah ia dapatkan, akan
mampu mengaplikasikannya untuk menyelesaikan permaasalahan di
masa yang akan datang. Kemampuan ini biasa dikenal dengan istilah
yang sederhana, yaitu belajar dari pengalaman.
Berdasarkan jenisnya, daya ingat dibagi menjadi dua, yaitu daya
ingat jangka pendek (short term memory) dan daya ingat jangka Panjang
(long term memory).
1) Daya ingat jangka pendek (short term memory)
Merupakan sistem penyimpanan yang dapat menahan / menyimpan
informasi dalam jumlah terbatas selama beberapa detik (Slavin, 2008).
Ini adalah bagian data ingat yang menjadi tempat informasi yang saat
itu dipikirkan. Ketika seseorang berhenti memikirkan sesuatu, maka hal
tersebut akan hilang dalam memori jangka pendek kita. Daya ingat ini
juga bisa disebut dengan work memory yang berarti tempat untuk
mengelola, memanipulasi, serta memadukan memory untuk membantu
dalam memahami sebuah permasalahan, memecahkannya, serta
mengambil keputusan.
2) Daya ingat jangka panjang (long term memory)
Merupakan tempat untuk menyimpan informasi dalam waktu yang
lama (Slavin, 2008). Daya ingat ini memiliki kapasitas yang sangat
besar dengan kemampuan mengingat yang sangat lama. Para ahli
membagi daya ingat ini menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Daya ingat episodik
Adalah daya ingat tentang sesuatu yang kita lihat dan kita dengar.
b) Daya ingat semantik
Merupakan daya ingat jangka panjang yang berisi fakta atau
informasi yang digeneralisasi yang kita ketahui, konsep, prinsip,
atau aturan bagaimana kita menggunakannya. Daya ingat peserta
didik atas materi yang diajarkan di sekolah kebanyakan jenis dari
daya ingat ini.
c) Daya ingat prosedural
Menurus Solso (dalam Slavin, 2008) daya ingat prosedural merujuk
“mengetahui bagaimana”, bukan “mengetahui bahwa”.
Ketiga jenis daya ingat ini menyimpan dan mengorganisasikan
informasi dengan cara yang berbeda-beda. Daya ingat episodic
meyimpan informasi dalam bentuk citra yang diorganisasikan
berdasarkan kapan dan dimana kejadian / peristiwa berlangsung.
Informasi dalam daya ingat semantik disimpan sebagai bentuk jaringan
gagasan. Dan daya ingat prosedjural disimpan ke dalam bentuk suatu
kompleks pasangan rangsangan-tanggapan.
Dengan Latihan dan proses yang berulang-ulang, ingatan dari memori
jangka pendek dapat dikirim ke dalam memori jangka panjang.
B. Permasalahan yang sering dialami peserta didik terkait ingatan
Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, dibutuhkan
kemampuan daya ingat yang baik dari peserta didik. Hal itu dapat
menjadikan penguasaan materi pembelajaran menjadi maksimal karena ia
dengan mudah menyerap dan memahami materi. Namun tidak semua
peserta didik memiliki daya ingat yang baik, karena masing-masing
informasi diperoleh dari hasil proses interaksi dengan lingkungan.
Selain itu, kurangnya ketertarikan dari peserta didik terhadap materi
yang disampaikan sehingga menjadikan semakin cepat lupa. Hal tersebut
tentu menjadikan pendidik sulit untuk meneruskan pembelakatan karena
pembahasan sebelumnya belum sepenuhnya dipahami.
C. Faktor yang mempengaruhi daya ingat peserta didik dalam belajar
Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi hal tersebut,
yakni faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal yang mempengaruhi peserta didik terhadap
kemampuan mengingat / recall memory adalah:
1. Intelegensi. Peserta didik yang cerdas akan mampu menyerap dan
mengingat pelajaran dengan mudah.
2. Motivasi, merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran. Peserta didik yang tidak memiliki motivasi belajar
akanmengalami kesulitan menyerap materi dan mengingat pelajaran
yang disampaikan. Begitu juga sebaliknya, peserta didik yang memiliki
motivasi belajar akan lebih semangat dalam menyerap dan mengingat
materi yang disampaikan.
3. Kondisi fisik. Kondisi fisik yang prima / sehat akan memaksimalkan
fokus dan kemampuan peserta didik dalam menyerap and mengolah
informasi. Kondisi peserta didik yang sakit, kurang tidur, atau
kelelahan dapat berdampak pada menurunnya prestasi ingatan.
4. Modalitas dalam individu. Daya ingat peserta didik, baik short term
memory atau long term memory, sangat dipengaruhi oleh modal awal /
kemampuan awal peserta didik dalam mempelajari dan memahami
materi.
5. Gangguan. Gangguan terjadi ketika informasi bercampur-baur atau
disingkirkan oleh informasi lainnya. Sehingga dapat mempengaruhi
kinerja daya pikir peserta didik.
6. Emosi. Kondisi peristiwa yang menyentuh perasaan / emosi yang
menyenangkan dapat menjadikan peserta didik mampu menyerap
informasi yang masuk dengan baik. Permasalahan yang sudah
dipahami dengan benar akan dipertimbangkan baik-baik dan akan
melekat kuat ke dalam ingatan.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi proses maupun
hasil belajar peserta didik adalah lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial.
Keberadaan ruang belajar yang bersih, nyaman, dengan sirkulasi
udara yang lancar tentu menjadikan peserta didik lebih semangat dalam
mempelajari materi, sehingga tingkat keberhasilan pembelajaran lebih
maksimal dibanding belajar di ruangan yang pengap, bau, kotor, dengan
suara kendaraan yang lalu-lalang. Begitu juga dengan lingkungan sosial
yang kondusif. Adanya interaksi yang positif dan mendukung yang terjalin
antar pendidik, peserta didik, dengan orang-orang yang berada di
sekitarnya tentu menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih mudah.
Sebaliknya, kondisi lingkungan / sosial masyarakat yang kurang kondusif
juga dapat menurunkan minat belajar peserta didik yang berdampak pada
menurunnya daya ingat peserta didik.
D. Cara meningkatkan Long Term Memory peserta didik
Upaya untuk meningkatkan daya ingat jangka panjang peserta didik
dapat dilakukan dengan cara sebagaimana berikut:
1) Memperbaiki strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik akan
berperan meningkatkan ingatan jangka panjang mereka. Strategi
pembelajaran yang efektif dan efisien bertujuan untuk:
- Mengembangkan emosi dan kemauan peserta didik supaya kegiatan
pembelajaran lebih menyenangkan
- Pendidik tidak menyampaikan materi terlalu cepat / terlalu lambat
sehingga membuat peserta didik menjadi bosan.
- Memaksimalkan seluruh indera peserta didik untuk mengamati,
memahami dan menyimpulkan materi pembelajaran untuk
membentuk sebuah pengetahuan.
2) Menyediakan waktu untuk mengulang materi pembelajaran
Pengulangan merupakan hal penting untuk mengingat kembali apa
yang telah diperoleh. Ketika tidak ada kesempatan untuk mengulang,
maka pengetahuan hanya akan berada pada ingatan jangka pendek.
Oleh karena itu, pengulangan, atau dalam bahasa pesantren disebut
dengan takror / muraja’ah adalah upaya untuk menarik pengetahuan
dari ingatan jangka pendek menuju ingatan jangka panjang.
3) Membuat pembelajaran menjadi bermakna
4) Overlearning / belajar lebih
5) Tambahan waktu belajar

III. LUPA DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Daya ingat memberikan kemampuan kepada manusia untuk mengingat
suatu hal. Ini menunjukkan bahwa manusia mampu menyimpan dan
memunculkan kembali informasi-informasi yang pernah ia alami. Akan tetapi
tidak semua yang pernah dialami bisa dimunculkan kembali dengan utuh.
Terkadang ada hal-hal yang tidak dapat ditimbulkan kembali atau yang
dilupakan. Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa lupa merupakan
ketidakmampuan untuk mengingat atau menimbulkan kembali informasi-
informasi, peristiwa, pengalaman tertentu yang pernah dia alami.
Reber (dalam Santrock, 2008) mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengingat atau memunculkan kembali apa yang telah
dipelajari. Dalam kondisi lupa, item informasi dan pengetahuan yang disimpan
tidak hilang, tetapi karena lemahnya item tersebut menjadikan sulit untuk
memunculkannya kembali.
Faktor penyebab lupa antara lain: ada gangguan konflik antara materi
yang ada dalam sistem memori siswa, ada tekanan terhadap item yang telah
ada, perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu
mengingat kembali, perubahan sikap dan minat siswa, materi pelajaran tidak
pernah digunakan atau dihafalkan siswa, dan perubahan urat syaraf otak.
PENUTUP
KESIMPULAN dan SARAN
Suatu ketika Imam Syafi’i pernah bertanya kepada guru beliau, yaitu
Imam Waki’, tentang kesulitan yang beliau alami di masa belajar, yaitu sulit
untuk menghafal dan gampang lupa. Imam Waki’ memberikan solusi kepada
Imam Syafi’i untuk menjauhi kemaksiatan. Logika yang beliau gunakan adalah
karena ilmu bagaikan cahaya, dan kemaksiatan bagaikan kegelapan. Orang
yang terjerumus dalam hal kemaksiatan seperti berada di dalam kegelapan, dan
hal tersebut menjauhkan dari nur / cahaya ilahi yang berupa ilmu.
Dalam tradisi pesantren, santri dibiasakan untuk berdoa sebelum
belajar, memohon kepada Allah untuk dibukakan pintu hatinya, dengan
harapan ilmu yang ia terima dapat meresap ke dalam hati serta membekas
dalam perbuatannya sehari-hari. Tidak hanya itu, setelah selesai belajar juga
dibiasakan untuk membaca doa yang berarti menitipkan ilmu yang telah di
dapatkan untuk kemudian dimunculkan lagi sewaktu-waktu ia membutuhkan.
Hal-hal di atas hendaknya menjadi pedoman bagi pendidik dalam
mendampingi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, sehingga
diharapkan ingatan peserta didik tentang materi pembelajaran dapat melekat
kuat sehingga membentuk pribadi yang berilmu, serta mengaplikasikan apa
yang ia ketahui ke dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Muliadi, M.Hum. 2020. Filsafat Umum/ Fak. Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati

Bandung.

Nurani Suyomukti. 2011. Pengantar Filsafat Umum. Arruzz Media.

Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan: Edisi kedua. Jakarta: Kencana Pranada

Media Group

Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta:Indeks

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. IPB Press

Suryabtara, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan denganPendekatan baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Waris. 2014. Pengantar Filsafat, STAIN Ponorogo Press

Winkel. W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai