Anda di halaman 1dari 14

KONSEP INGATAN, PERASAAN, DAN EMOSI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Dasar Perilaku Tingkah Laku

Dosen Pengampu
Dian Purbo Utomo M.Pd., Kons.
Dr. Lailawati Bte Madlan

Disusun Oleh
Novelia Ramadhani (2301040039)
Luthfan Aji Firmansyah (2301040029)
Deviana Pratiwi (2301040136)
Dinda Riestia (2301040123)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Konsep Ingatan,

Perasaan, dan Emosi" ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya

kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat

serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi

Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah

ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Allah S.W.T.yang

telah memberi kemudahan untuk menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Semarang, 14 September 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Ingatan................................................................................2

B. Konsep Perrasaan.............................................................................5

C. Konsep Emosi..................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkah laku didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu
satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata (Sarwono, 1993).
Menurut Morgan (1986) tidak seperti pikira atau perasaan, perilaku
merupakan sesuatu yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun
dipelajari. Sedangkan menurut Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor
yang saling berinteraksi.
Dalam teori psikologi mendefinisikan tingkah laku adalah tindakan atau
respons yang ditunjukkan oleh individu dalam berbagai situasi. Hal ini
meliputi perilaku yang dapat diamati secara langsung, seperti berbicara,
berjalan, atau tertawa, serta perilaku yang tidak langsung, seperti memikirkan
atau merasa cemas. Cara individu bertingkah laku ini banyak dipengaruhi baik
dari diri individu itu sendiri ataupun dari lingkungan luar. Faktor-faktor yang
memengaruhi individu antara lain faktor genetika, faktor biologis, faktor
sosiopsikologis, faktor emosi, faktor lingkungan dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan konsep ingatan?
b. Apa yang dimaksud dengan konsep perasaan?
c. Apa yang dimaksud dengan konsep emosi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Ingatan
Dalam kajian psikologi modern, kata “ingatan” mengandung batasan yang
bervariasi. Kohnstam dalam bukunya: Winkler Prins Encyclopedie hal 31 [11]
memberikan batasan ingatan sebagai “setiap ungkapan, dalam mana kaitan
psikis dimanifestasikan dalam dimensi waktu”. Sedangkan W. Stern
mengungkapkan ingatan sebagai: Vergangen heits beding theit des erlebens
(tuntutan atau kaitan masa lampau dari pengalaman). (Purwanto, 1999)
Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Para psikolog pendidikan
mempelajari bagaimana informasi diletakkan atau disimpan dalam memori,
bagaimana dipertahankan atau disimpan setelah disandikan (encoded), dan
bagaimana ditemukan atau diungkap kembali untuk tujuan tertentu
dikemudian hari. Dewasa ini, para psikolog pendidikan menyatakan bahwa
adalah penting untuk tidak memandang memori dari segi bagaimana anak
menambahkan sesuatu ke dalam ingatan, tetapi harus dilihat dari segi
bagaimana anak menyusun memori mereka. (John W. Santrock, 2008).
Istilah memori merujuk pada kemampuan pembelajar untuk secara mental
menyimpan hal-hal yang telah mereka pelajari sebelumnya. Contohnya
penyimpanan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya
selama satu kurun waktu. Sedangkan istilah penyimpanan (storage) merujuk
pada proses-proses menempatkan informasi baru kedalam memori. Pelajar
jarang menyimpan informasi persis seperti yang mereka terima. Alih-alih
mereka melakukan pengkodean, dengan memodifikasi informasi dengan satu
cara. Orang-orang cenderung mengkode intisari ketimbang informasi kata
demi kata. Pada suatu titik setelah menyimpan informasi dalam memori,
individu mungkin mendapati bahwa individu itu perlu menggunakannya.
Proses mengingat informasi yang telah disimpan sebelumnya (menemukannya
dalam memori) disebut pemanggilan (retrieval). (Jeanne Ormrod, 2008).
Menurut Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan
pemrosesan informasi, yaitu:

2
a. Proses Berpikir (Thinking)
Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) adalah
pemrosesan informasi. Dalam hal ini Siegler memberikan perspektif luas
tentang apa itu penyandian (encoding), merepresentasikan, dan
menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan
proses berpikir. Siegler percaya bahwa pikiran adalah suseatu yang sangat
fleksibel, yang menyebabkan individu bisa beradaptasi dan menyesuaikan
diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi, ada
batas kemampuan berpikir manusia ini. Individu haya dapat memerhatikan
sejumlah informasi yang terbatas pada suatu waktu, dan kecepatan untuk
memproses informasi juga terbatas.
b. Mekanisme Pengaruh (Chane Mechanism)
Siagler (2002) berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi focus
utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia
percaya bahwa ada empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan
perubahan dalam keterampilan kognitif anak, yaitu:
 Encoding (penyandian) adalah proses memasukkan informasi
kedalam memori. Seperti halnya teori Gagne yang menyatakan
informasi dipilih secara selektif, maka dalam encoding
menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan
informasi yang tidak relevan adalah aspek utama dalam problem
solving. Namun, anak membutuhkan waktu dan usaha untuk
melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara otomatis.
 Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi
dengan sedikit atau tanpa usaha. Peristiwa ini terjadi karena
pertambahan usia dan pengalaman individu sehingga otomatis
dalam memproses informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan
atau hubungan dari peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa
yang sudah tersimpan pada memori dan akhirnya akan menemukan
ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.
 Konstruksi Strategi adalah penemuan prosedur baru untuk
memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa

3
anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan
mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan
sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
 Generalisasi, untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka
manfaat dari langkah ketiga yaitu konstruksi strategi akan terlihat
pada proses generalisasi, yaitu kemampuan anak dalam
mengaplikasikan konstruksi strategi pada permasalahan lain.
Pengaplikasian ini melalui proses transfer, yaitu suatu proses pada
saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam
situasi yang baru.
c. Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tentang
dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau mengetahui, yang
didalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dan aktivitas
kognitif. Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi
pada pemikiran seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif
terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi
pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu
tujuan.
Karakteristik yang penting dalam pembelajaran pada manusia dan
ingatannya adalah pengorganisasian. Pendekatan pengorganisasian yang
digunakan untuk proses belajar dan proses mengingat digunakan untuk
pengorganisasian berbagai informasi menjadi hal-hal yang lebih
bermakna. Berikut akan diilustrasikan beberapa proses pengorganisasian,
diantaranya adalah:
a. Konteks dan Ingatan
Informasi dikodekan dan disimpan dalam memori dapat dengan
mudah dipengaruhi oleh kontek di mana informasi tersimpan. Kontek
berfungsi untuk membantu mengatur fitur-fitur khusus untuk
penempatan dalam memori. Ringkasnya, informasi kontekstual

4
dapat berfungsi mempermudah mengingat informasi yang
dikodekan.
b. Proses Konstruktif
Proses konstruktif merupakan tindakan dimana seseorang
dapat mengintegrasikan atau mengorganisasikan informasi ke
dalam memori menjadi pola-pola koheren yang disebut sebagai
skema. Begitu sebuah skema terbentuk, maka ia akan mempengaruhi
cara informasi berintegrasi ke dalam long-term memori John
Bransford dan Jeffry Franks menunjukkan bahwa manusia
mengenal informasi walaupun disajikan secara implicit. Seperti
sebuah kalimat yang menunjukkan ide yang kompleks.
c. Semantic Memory
Studi tentang memori semantik berhubungan dengan memori
alami kita, bahwa memori kita dari kejadian semantik di mana kita
memperoleh pengalaman bahasa berbeda dari memori yang kita
peroleh dari kejadian dalam laboratorium.
d. Perceptual Grouping and Memory
Ide penting dari teori Gestalt tentang memori adalah suatu cara
yang dikelompokkan secara perseptual akan menentukan cara tersebut
terorganisir dalam memori. Sebagai contoh, nomor telepon
dikelompokkan kedalam urutan tiga digit atau empat digit. Umumnya,
ide dasar dari pengelompokkan perseptual adalah bahwastimulus
terpisah di lingkungan kita tidak ditanggapi sebagaimana mestinya
tetapi diatur perseptual ke dalam beberapa pola terstruktur atau urutan.

B. Konsep Perasaan
Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat
subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak
bergantung kepada perangsang dan alat-alat indera. Perasaan merupakan suatu
keadaan dalam kesadaran manusia karena pengaruh pengetahuannya dinilai
sebagai keadaan positif dan negative. Sedangkan menurut Hukstra, perasaan

5
adalah suatu fungsi jiwa yang dapat mempertimbangkan dan mengukur
sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang.
Sementara, menurut Koentjaraningrat, perasaan adalah suatu keadaan
dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai
sebagai keadaan positif dan negatif. Selain itu, dalam pandangan Dirganusa,
perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Ditinjau secara fisiologis, perasaan
adalah penginderaan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk
mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam psikologis, perasaan
mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhdapa sesuatu hal. Makna
penilaian ini tampak, misalnya “saya rasa nanti sore hari akan hujan”.
Peasaan selalu bersifat subjektif karena ada unsur penilaian tadi biasanya
menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu. Kehendak
itu bisa positif artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang
dirasakannya suatu yang memberikan kenikmatan kepadanya, atau juga bisa
negatif artinya ia hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang
akan membawa perasaan tidak nikmat kepadanya.
Dalam memperlajari perasaan, hal ini tampak pada pembagian perasaan
yang dilakukan oleh para ahli. Menurut Bigot dkk. (1950) dalam Sumadi
Suryabrata membagi perasaan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Perasaan rendah (jasmaniah) yang meliputi indriah, yaitu perasaan
yang berhubungan dengan penginderaan, misalnya rasa panas, dingin
dan sakit, dan perasaan vital yaitu perasaan yang berhubungan dengan
keadaan tubuh, misalnya rasa lesu dan segar.
b. Perasaan luhut (rohaniah) yang meliputi perasaan intelektual, perasaan
kesusilaan, perasaan keindahan, perasaan social, perasaan harga diri
dan perasaan agama.
William Stern mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut: Pertama,
perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, misalnya perasaan senang
yang diperlihatkan masa sekarang dalam hubungan dengan rangsangan-
rangsangan yang dialami pada waktu sekarang juga. Kedua, perasaan yang
bersangkutan dengan masa lampau, misalnya perasaan senang pada waktu
sekarang yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa dimasa lampau. Ketiga,

6
perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, misalnya
perasaan senang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang.

C. Konsep Emosi
Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, emotion. Emosi
merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas
yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin, suatu stirred
up or aroused state of the human organization, (Nana Syaodih, 2011). Jadi,
emosi juga diartikan sebagai suatu perasaan ingin melebihi dari sifat individu
terhadap suatu objek sehingga cenderung berupaya untuk mengekspresikan
dan mengaplikasikannya. Seperti, emosi dalam takut, khawatir, marah, sebal,
frustasi, cemburu, iri hati, duka cita, afeksi atau kasih sayang.
Menurut Daniel Goleman (2002) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar
dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan
suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih
mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan
perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu
aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan
motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu
perilaku intensional manusia (Prawitasari, 1995).
Sudah lama diketahui bahwa emosi merupakan salah satu aspek
berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Bersama dengan dua aspek
lainnya, yakni kognitif (daya pikir) dan konatif (psikomotorik), emosi atau
yang sering disebut aspek afektif, merupakan penentu sikap, salah satu
predisposisi perilaku manusia. Namun tidak banyak yang mempermasalahkan
aspek emosi hingga muncul Daniel Goleman (1997) yang mengangkatnya
menjadi topik utama di bukunya. Kecerdasan emosi memang bukanlah konsep
baru dalam dunia psikologi. Lama sebelum Goleman (1997) di tahun 1920,
E.L. Thorndike sudah mengungkap social intelligence, yaitu kemampuan

7
mengelola hubungan antar pribadi baik pada pria maupun wanita. Thorndike
percaya bahwa kecerdasan sosial merupakan syarat penting bagi keberhasilan
seseorang di berbagai aspek kehidupannya.
Daniel Goleman (2002) mengemukakan beberapa macam emosi yang
tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu:
a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
putus asa
c. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur,
bangga
e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, dan kemesraan
f. Terkejut: terkesiap, terkejut
g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu: malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman
pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi
itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku
terhadap stimulus yang ada.
Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relative singkat,
sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana hati pada umumnya
berlangsung dalam waktu yang lama dari pada emosi, tetapi intensitasnya
kurang apabila dibandingkan dengan emosi. Apabila seseorang mengalami
marah (emosi) maka kemarahan tersebut tidak segera hilang begitu saja, tetapi
masih berlangsung dalam jiwa seseorang (ini dimaksud dengan mood) yang
akan berperan dalam diri orang yang bersangkutan, namun demikian ini juga
perlu dibedakan dengan temperamen. Temperamen adalah keadaan psikis
seseorang yang lebih permanent dari pada mood, karena itu temperamen lebih
merupakan predisposisi yang ada pada diri seseorang, dank arena itu

8
temperamen lebih merupakan kepribadian seseorang apabila dibandingkan
dengan mood.
Berkaitan dengan itu, Coleman dan Hammen (dalam Rakhmat, 1994)
menyebutkan, setidaknya ada empat fungsi emosi:
a. Emosi adalah pembangkit energi (energizer). Tanpa emosi, kita tidak
sadar atau mati. Hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi, dan
bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi kita, marah
menggerakkan kita untuk mrnyerang. Takut menggerakkan kita untuk
berlari. Dan cinta mendorong kita untuk mendekat dan bermesraan.
b. Emosi adalah pembawa informasi (messenger)
c. Emosi bukan hanya membawa informasi dalam komunikasi
intrapersonal, tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi
interpersonal.
d. Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketiga konsep ini, yaitu ingatan, perasaan, dan emosi, memiliki peran
penting dalam kehidupan manusia dan memengaruhi cara individu berpikir,
merasakan dan bertindak. Ingatan membantu individu menyimpan dan
mengakses informasi, perasaan memengaruhi evaluasi subjektif tentang
pengalaman, dan emosi memotivasi perilaku dan respons terhadap stimulus.
Memahami konsep-konsep ini penting dalam psikologi dan ilmu terkait untuk
memahami perilaku manusia dan interaksi sosial.

10
DAFTAR PUSTAKA

Goleman, Daniel. 2002. Working With Emotional Intelligence (terjemahan).


Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan. Alih bahasa Amitya Kumara.
Jakarta: Erlangga.
Purwanto, M. Ngalim. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Prawitasari, J.E. 1995. Stres dan Kecemasan Pengertian Manifestasi dan
Penanganannya. Bulettin Psikologi. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada dan IDAJI cabang Yogyakarta.
Prof. Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Karya, Bandung.
Robert S. Siegler. 2005. Children’s Thinking, United State of America: Pearson
Prentice Hall.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Alih bahasa Tri Wibowo B.S.,
Jakarta: Kencana.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Sandi, A. (2021). Ingatan II: Pengorganisasian, Lupa dan Model-Model
Ingatan. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha, 12(1).
DOI: https://doi.org/10.23887/jjbk.v12i1.31363

11

Anda mungkin juga menyukai