Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“MENGANALISIS KONSEP PEMROSESAN INFORMASI DALAM


BELAJAR”

Dosen Pengampu :

Indah Sukmawati, M. Pd., Kons

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Nova Eliza (21016036)

2. Yepil Oktaria (21016125)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang " Menganalisis Konsep Pemrosesan Informasi dalam
Belajar”. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Padang, 13 Maret 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2

C. Tujuan............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3

A. Pengertian Sensasi, Atensi (Perhatian), Persepsi, serta Kaitan Ketiganya............. 3

B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Atensi.............................................................. 4

C. Pengertian Ingatan dan Proses terjadinya Ingatan................................................... 6

D. Pengertian Lupa dan Proses terjadinya Lupa........................................................... 6

E. Upaya Pendidik dalam Mengoptimalkan Pemrosesan Informasi pada Peserta Didik


dalam Proses Belajar......................................................................................................... 7

BAB III Penutup................................................................................................................ 11

A. Kesimpulan.................................................................................................................... 11

B. Saran.............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran


merupakanfaktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses informasi, untuk diolah
sehingga menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif
yang terjadi dalamindividu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan
yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Tahapan proses pembelajaran meliputi
delapan fase:1)Motifasi, 2) Pemahaman, 3) Pemerolehan, 4) Penyimpanan, 5) Ingatan kembali, 6)
Generalisasi,7) Perlakuan, 8) Umpan Teori Pemrosesan Informasi

Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran, pengalaman atauinstruksi.


Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang telah dikumpulkan atau diterimamelalui
proses komunikasi, pengumpulan intelejan dan didapatkan dari berita, juga disebutinformasi.
Informasi yang berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu
komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses atau ditransmisikan.Penelitian ini
memokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelejaran,
pengalaman, dan instruksi.

Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai


kemampuanyang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak dapat
menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak
banyak mempunyaistrategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan
mengenai dunia yangdiperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja
proses kognitifnya. Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para psikolog
perkembangan, makasangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung dibidang ini
melakukan penelitian yangtujuanya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan
informasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sensasi, atensi (perhatian), persepsi, serta kaitan ketiganya ?


2. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi atensi?
3. Apa pengertian ingatan dan proses terjadinya ingatan?
4. Apa pengertian lupa dan proses terjadinya lupa?
5. Apa upaya pendidik dalam mengoptimalkan pemrosesan informasi pada peserta didik
dalam proses belajar?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui pengertian sensasi, atensi (perhatian), persepsi, serta kaitan ketiganya.
2. Dapat mengetahui apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi atensi.
3. Dapat mengetahui pengertian ingatan dan proses terjadinya ingatan.
4. Dapat mengetahui pengertian lupa dan proses terjadinya lupa.
5. Dapat mengetahui upaya pendidik dalam mengoptimalkan pemrosesan informasi pada
peserta didik dalam proses belajar?
BAB II

PEMEBAHASAN

A. Pengertian Sensasi, Atensi (Perhatian), Persepsi, serta Kaitan Ketiganya.

a. Sensasi

Perilaku manusia diawali dengan adanya pengindraan atau sensasi. Pengindraan atau sensasi
adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia. Setelah stimulus masuk ke alat
indra manusia, maka otak akan menerjemahkan stimulus tersebut. Kemampuan otak dalam
menerjemahkan stimulus disebut dengan persepsi. Persepsi merupakan proses untuk
menerjemahkan atau menginterpretasi stimulus yang masuk dalam alat indra. Stimulus tersebut
berhasil untuk diindra. Suatu stimulus akan berhasil untuk diindra karena memiliki syarat-syarat
berikut :

 Ukuran stimulus yang cukup besar untuk diindra


 Alat indra kita yang sehat
 Adanya perhatian manusia untuk mengamati stimulus disekitarnya

Dalam dunia pengindraan pengamatan memegang peran yang sangat dominan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengamatan adalah usaha untuk mengenal dunia disekitar dengan
menggunakan indera penglihatan. Dalam kehidupan sehari-hari meskipun stimulus yang diindra
atau diamati sama namun bisa menimbulkan interpretasi hasil atau persepsi yang berbeda- beda
(Sugiyanto, 2016).

b. Persepsi

Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh
pengetahuan baru. Ketika anda melihat muballigh kondang, Zainuddin MZ datang dengan
mengendarai mobil mewah, kemudian anda mendengar pidatonya yang menarik, maka sensasi
melalui penglihatan dan pendengaran anda itu berubah menjadi informasi bahwa muballigh
ibukota itu hebat, anda mempersepsi Zainuddin MZ sebagai “hebat”. Ketika anda berjumpa
dengan saudara seperguruan Zainuddin, anda mempersepsi bahwa ia juga tak jauh berbeda
dengan kehebatan Zainuddin, tetapi ketika anda bagaimana mendengar pidato temannya itu,
ternyata anda tidak menjumpai kehebatannya. Dalam hal ini anda keliru dalam mempersepsi.
Tetapi ketika anda mendengar mubaligh mengatakan silat padahal ia mengatakan shalat maka
anda keliru dalam sensasi (Novinggi, 2019).

c. Atensi

William James, dalam bukunya The Principles of Psychology, mendefinisikan atensi


sebagai pemusatan pikiran, dalam bentuk yang jelas dan tajam, terhadap salah satu dari beberapa
objek yang simultan atau dari rentetan pemikiran. Esensi dari atensi adalah fokalisasi,
konsentrasi, dan kesadaran. Atensi merupakan penarikan dari satu hal untuk menangani hal lain
secara efektif, dan merupakan kondisi yang berlawanan dengan keadaan bingung, linglung, dan
lengah. Menurut Posner dan Rothbart, atensi merupakan perubahan dari keadaan mengantuk
menjadi waspada, menjadi fokus pada suatu objek dengan menurunnya fokus terhadap keadaan
umum di sekitar, dari tanggap hingga beraksi terhadap respon oleh keinginan untuk mencapai
sesuatu. Dari uraian di atas bisa disimpulkan atensi adalah pemusatan pikiran, dengan jelas dan
sadar, terhadap suatu objek oleh adanya keinginan untuk menghadapi objek tersebut. Atensi
merupakan salah satu fungsi kognitif yang penting. Tanpa atensi, mempelajari informasi yang
baru dan penting akan menjadi sulit.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi

a. Usia

Semakin tua seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan


fungsional organ meningkat. Berat otak akan menurun sekitar 10% pada usia antara 30-70 tahun
dan meningen akan menebal. Panca indera pun mengalami degenerasi fungsional. Oleh karena
itu, fungsi kognitif, termasuk atensi, akan menurun seiring bertambahnya usia.

b. Jenis kelamin
Terdapat perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki pada aspek orienting,
dengan perempuan memiliki skor yang lebih tinggi daripada laki-laki. Tidak ada perbedaan pada
aspek alerting maupun executive attention.

c. Latihan

Orang yang terlatih memberi atensinya akan memiliki fungsi atensi yang lebih baik
daripada orang yang jarang memberi atensi. Contohnya, orang yang sering bermain video games
mempunyai atensi yang lebih baik daripada orang yang jarang bermain video games.

d. Minat

Seseorang akan lebih mudah menaruh atensi terhadap jenis stimulus yang lebih mereka
sukai. Contohnya, beberapa orang hanya membaca buku yang memiliki genre yang mereka sukai.

e. Kebutuhan

Seseorang bisa memfokuskan atensi pada stimulus yang tidak sukai jika stimulus itu
penting bagi mereka. Contohnya, anak yang tidak suka matematika bisa memfokuskan atensi
terhadap pelajaran matematika ketika ulangan akan diadakan.

f. Prepator set

Kesiapan seseorang untuk merespon terhadap suatu input sensorik tertentu namun tidak
untuk input sensorik yang lain.

g. Intensitas atau ukuran

Misalnya, semakin besar suatu objek maka objek tersebut akan lebih menarik atensi.

h. Kebaruan atau kontras

i. Pengulangan

j. Pergerakan

C. Pengertian Ingatan dan Proses terjadinya Ingatan


Berdasarkan arti katanya, daya merupakan kemampuan melakukan sesuatu atau tindakan
dan ingat berarti berada dalam pikiran. Daya ingat berarti kemampuan mengingat kembali. Daya
ingat yang dimiliki seseorang tergantung pada persepsi atau pengalaman yang dimiliki oleh
setiap individu. Daya ingat atau memori dimaknai tidak hanya kemampuan untuk menyimpan
apa yang pernah dialami namun juga termasuk kemampuan untuk menerima, menyimpan dan
menimbulkan kembali apa yang telah diketahui. Kemampuan tersebut disebut dengan
pengkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemulihan kembali terhadap apa yang telah
dialami atau diketahui (retrival) (Muafiah, 2019).

a. Proses encoding (pengkodean terhadap apa yang dipersepsikan dengan cara mengubahn
informasi menjadi simbol- symbol sesuai dengan daya ingat seseorang). Dalam proses encoding
mengubah suatu sifat sebuah informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat- sifat memori
seseorang. Proses encoding sangat mempengaruhi waktu lamanya suatu informasi disimpan
dalam pikiran/jiwa seseorang. Proses ini dapat berlangsung sengaja atau tidak disengaja.

b. Proses storage (penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam encoding). Proses
storage dapat disebut juga dengan retensi yang merupakan proses mengendapkan informasi yang
diterimanya pada suatu tempat tertentu. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi kepada
jenis memori, baik itu memori jangka pendek maupun memori jangka panjang.

c. Proses retrival (pemilihan kembali atau mengingat kembali apa yang telah disampaikan
sebelumnya dalam proses penerimaan informasi). Dalam proses ini seseorang/peserta didik
berusaha mencari dan menemukan kembali informasi yang telah disimpan dalam memori untuk
digunakan kembali. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu peserta didik untuk
mengatasi permasalahan sehari-hari sehingga sering dikatakan belajar dari pengalaman. Hal ini
terjadi apabila peserta didik mampu menggunakan informasi yang telah diterima di masa lalu
untuk memecahkan permasalahan yang ada di masa sekarang.

D. Pengertian Lupa dan Proses terjadinya Lupa

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi


kembali apa-apa yang sebelumnya telah di pelajari. Lupa sebagai ketidakmampuan mengenal
atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Daya ingat memberikan kemampuan
manusia untuk dapat mengingat suatu hal. Hal tersebut juga menunjukan bahwa manusia mampu
untuk menyimpan dan menimbulkan kembali informasi-informasi yang telah pernah dialaminya.
Hal yang pernah dialaminya tersebut tidak sepenuhnya hilang, tetapi tetap tersimpan dalam
pikirannya dan pada suatu waktu tertentu jika dibutuhkan dapat diingat (dipanggil) kembali.
Tetapi bukan berarti semua yang telah pernah dialaminya itu akan tetap tersimpan seutuhnya
dalam ingatan kita dan dapat ditimbulkan kembali saat dibutuhkan. Terkadang ada hal-hal yang
tidak dapat ditimbulkan kembali atau yang dilupakan.

Dengan demikian dapat diambil pemahaman bahwa lupa merupakan ketidakmampuan


untuk mengingat atau menimbulkan kembali hal-hal berupa informasi, peristiwa, dan
pengalaman tertentu yang telah pernah dialaminya. Lupa (forgetting). ialah hilangnya
kemampuan untuk menyebut atau mereproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita
pelajari. Secara sederhana lupa mengenal sebagai atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari
atau dialami. Dalam hal lupa, item informasi dan pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan
tidak hilang (masih ada) tetapi hanya disebabkan lemahnya item tersebut untuk ditimbulkan
kembali. Lupa tidak dapat diukur secara langsung sering terjadi apa yang dinyatakan oleh peserta
didik telah terlupakan oleh peserta didik justru ia katakan.

Sebagai contoh, ketika guru menanyakan kepada peserta didiknya tetang hal-hal apa yang
telah mereka lupakan mengenai materi yang telah ia berikan. Salah seorang peserta didik
menjawabnya dengan mengatakan sebagian besar materi yang telah diajarkan kepadanya.
Apakah peserta didik tersebut juga masih dikatakan lupa? Tentu, tidak. Materi-materi yang
dikatakannya tersebut merupakan hal-hal yang mereka ingat dan hanya sebagian kecil yang tidak
dikatakannya merupakan yang dilupakan. Berdasarkan uraian di atas, dapat lupa dapat diartikan
sebagai kegagalan seseorang untuk mereproduksi kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi
yang disebabkan oleh lemahnya item informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut
dibutuhkan.

Faktor-faktor penyebab lupa dalam belajar dan pembelajaran Peserta didik dapat
mengingat suatu kejadian/informasi dalam pembelajaran, berarti kejadian/informasi yang diingat
tersebut pernah dialami atau dengan kata lain pernah dimasukkan dalam kesadaran, kemudian
disimpan dan pada suatu ketika kejadian itu ditimbulkan kembali di atas kesadaran. Dengan
demikian ingatan itu merupakan kemampuan pikiran/jiwa yang dimiliki oleh seseorang untuk
menerima dan memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali
(remembering) dengan mengingat hal-hal yang sudah lampau. Terkadang dalam proses
remembering seseorang mengalami kesulitan dalam memanggil/menimbulkan lagi informasi-
informasi yang dibutuhkan (Muafiah, 2019).

E. Upaya Pendidik dalam Mengoptimalkan Pemrosesan Informasi pada Peserta Didik

Guru sebagai Sumber Belajar

Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita
bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran. Sehingga
guru berperan benar-benar sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan
siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab
dengan penuh keyakinan. Sebaliknya, ketidakpahaman guru tentang materi pelajaran biasanya
ditunjukkan oleh perilaku-perilaku tertentu, misalnya teknik penyampaian materi pelajaran yang
monoton, guru sering duduk di kursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan
kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi, dan lain-lain. Perilaku guru yang demikian
bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit
mengendalikan siswa.

Guru sebagai Fasilitator

Guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran dimulai sering guru bertanya: “Bagaimana
caranya agar ia (baca: guru) mudah menyajikan bahan pelajaran?” Pertanyaan ini sekilas
memang ada benarnya. Melalui usaha yang sungguh-sungguh, guru ingin agar ia mudah
menyajikan bahan pelajaran dengan baik. Namun demikian, pertanyaan tersebut menunjukkan
bahwa proses pembelajaran berorientasi pada guru. Oleh sebab itu, akan lebih tepat manakala
pertanyaan tersebut diarahkan kepada siswa. Misalnya apa yang harus dilakukan agar siswa
mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai secara optimal. Pertanyaan
tersebut mengandung makna kalau tujuan mengajar adalah mempermudah siswa belajar. Inilah
hakikat peran fasilitator dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai Pengelola

Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus
dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu
sendiri. Artinya bahwa sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru perperan
dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk
terjadinya proses belajar seluruh siswa.

Guru sebagai Pembimbing

Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan.
Artinya tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki
kemiripan, tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan,
dan sebagainya. Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada bebrapa hal yang
harus dimiliki. Pertama, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang
dibimbingnya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis
bimbingan yang harus diberikan kepada mereka. Kedua, guru harus memahami dan terampil
dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun
merencanakan proses pembelajaran.

Guru sebagai Motivator

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya
yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha
untuk mengerahkan segala kemampuannya. Proses pembelajaran akan berhasil ketika siswa
mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar
siswa.

Guru sebagai Evaluator

Guru berperan mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran


yang telah dilaksanakan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator.
Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk
menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
Semua peran-peran di atas merupakan peran yang harus dimiliki oleh seorang guru. Jadi, guru
bukan hanya sekedar menyampaikan materi tapi mencakup seluruh aspek kebutuhan anak didik.
Dan sekali lagi perlu penulis tekankan bahwa tidak sembarang orang bisa menjadi guru, tidak
semuanya. Karena harus menempuh prosedur-prosedur tertentu yang tidak bisa dilakukan tanpa
harus mengikuti pendidikan pada lembaga yang sudah ditunjuk oleh Undang-Undang sebagai
lembaga pencetak guru-guru professional. Mudah-mudahan bisa bermanfaat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai


kemampuanyang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak dapat
menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak
banyak mempunyaistrategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan
mengenai dunia yangdiperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja
proses kognitifnya. Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para psikolog
perkembangan, makasangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung dibidang ini
melakukan penelitian yangtujuanya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan
informasi.

B. Saran

Dengan pembuatan makalah ini banyak membahasa mengenai bagaimana caranya


seorang pendidik memahami situasi dan kondisi seorang peserta didiknya. Jadi, untuk
kedepannya pendidik bisa lebih baik lagi dalam memahami setiap peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA

MUAFIAH, A. F. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 8(5), 55.


Novinggi, V. (2019). Sensasi dan Persepsi Pada Psikologi Komunikasi. Al-Hikmah Media
Dakwah, Komunikasi, Sosial Dan Kebudayaan, 10(1), 40–51.
https://doi.org/10.32505/hikmah.v10i1.1706
Sugiyanto. (2016). Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan. Jurnal
Psikologi Pendidikan, 1(0274), 1–21.

Anda mungkin juga menyukai