MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Keilmuan
Yang diampu oleh Bapak Dr. Subanji, M.Si.
Disusun Oleh
Moch Hamim Maulana (220311800021)
Nawal Yahdillah (220311801179)
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pengetahuan.
2. Untuk mengetahui tingkatan yang ada didalam pengetahuan.
3. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi pengetahuan.
4. Untuk mengetahui sumber pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Tingkat Pengetahuan
Menurut Sulaiman (2015) tingkatan pengetahuan terdiri dari empat
macam, yaitu pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausal, pengetahuan
normatif, dan pengetahuan esensial. Pengetahuan deskriptif yaitu jenis
pengetahuan yang dalam cara penyampaian atau penjelasannya berbentuk
secara objektif dengan tanpa adanya unsur subyektivitas. Pengetahuan
kausal yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang sebab
dan akibat. Pengetahuan normatif yaitu suatu pengetahuan yang senantiasa
berkaitan dengan suatu ukuran dan norma atau aturan. Pengetahuan esensial
adalah suatu pengetahuan yang menjawab suatu pertanyaan tentang hakikat
segala sesuatu dan hal ini sudah dikaji dalam bidang ilmu filsafat.
Sedangkan menurut Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan
menjelaskan bahwa ada enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut untuk
mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat
menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar
tentang objek yang diketahui.
3. Penerapan (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut
dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada
situasi yang lain.
3
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu objek.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukkan suatu
kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu
hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
dimiliki.
6. Penilaian (evaluation)
Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas bisa disebut logika.
Dalam hal ini dapat kita katakan bahwa tiap bentuk penalaran
mempunyai logikanya sendiri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan
penalaran merupakan suatu proses berpikir logis, di mana berpikir logis disini
harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau
dengan perkataan lain menurut logika tertentu. Hal ini patut kita sadari bahwa
berpikir logis itu mempunyai konotasi yang jamak (plural) dan bukan tunggal
(singular). Suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis ditinjau dari suatu logika
tertentu, dan mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut logika yang lain. Hal
ini sering menimbulkan gejala apa yang dapat kita sebut sebagai kekacauan
penalaran yang disebabkan oleh tidak konsistennya kita dalam mempergunakan
pola berpikir tertentu.
2. Sifat analitik dari proses berpikirnya.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri
kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis
tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah
merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah, dan
demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri
pula. Sifat analitik ini, kalau kita kaji lebih jauh, merupakan konsekuensi dari
adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka
tidak akan ada kegiatan analisis, sebab analisis pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Seperti kita sebutkan terdahulu, tidak semua kegiatan berpikir
mendasarkan diri pada penalaran. Berdasarkan kriteria penalaran tersebut di
atas maka dapat kita katakan bahwa tidak semua kegiatan berpikir bersifat
logis dan analitis. Atau lebih jauh dapat kita simpulkan: cara berpikir yang
tidak termasuk ke dalam penalaran bersifat logis dan tidak analitik. Dengan
demikian maka kita dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir
menurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan
penalaran. Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran
umpamanya intuisi. Intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir non-analitik
yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu. Berpikir
intuitif ini memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikir
non-analitik, yang kemudian sering bergalau dengan perasaan. Jadi secara luas
dapat kita katakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat dikategorikan kepada
cara berpikir non-analitik yang berupa intuisi dan perasaan.
bebas; menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru
dan berbeda; dan mendengarkan intuisi. Dalam hal ini, diperlukan dorongan
dan afirmasi (penegasan) dari pendidik dan teman untuk melihat kemampuan
berpikir kreatif peserta didik. Andiyana (2018:241) dalam penelitiannya
menggunakan empat indikator kemampuan berpikir kreatif, yaitu: kelancaran
(fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi
(elaboration). Selaras dengan pendapat tersebut, Noer (2009:524) menyebutkan
lima macam perilaku kreatif untuk mengukur kemampuan kreatif seseorang,
yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keterperincian
(elaboration), kepekaan (sensitivity), keaslian (Originality). Berdasarkan uraian
yang telah dipaparkan, indikator berpikir kreatif yang sering digunakan sebagai
berikut. a. Kelancaran (Fluency) diartikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan segudang ide. Ini merupakan salah satu indikator yang paling kuat
dari berpikir kreatif, karena semakin banyak ide, makasemakin besar
kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide yang signifikan. b.
Fleksibilitas (Flexibility) merupakan kemampuan seseorang individu untuk
mengubah mentalnya ketika suatu keadaan, atau kecenderungan untuk
memandang sebuah masalah secara instan dari berbagai perspektif.
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental,
mengubah pendekatan untuk sebuah masalah. Tidak terjebak dengan
mengasumsikan aturan-aturan atau kondisi-kondisi yang tidak bisa diterapkan
pada sebuah masalah. c. Elaborasi (Elaboration) diartikan sebagai kemampuan
untuk menguraikan sebuah objek tertentu. Elaborasi adalah jembatan yang
harus dilewati oleh seseorang untuk mengomunikasikan ide kreatifnya kepada
masyarakat. Faktor inilah yang menentukan nilai dari ide apapun yang
diberikan kepada orang lain di luar dirinya. Elaborasi ditunjukkan oleh
sejumlah tambahan dan detail yang bisa dibuat untuk stimulus sederhana untuk
membuatnya lebih kompleks. d. Orisinalitas (Originality) indikatornya
mengacu pada keunikan dari respon apapun yang diberikan. Orisinalitas yang
ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik dan jarang terjadi.
Berpikir tentang masa depan bisa juga memberikan stimulasi ide-ide orisinal.
Jenis pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk menguji kemampuan ini
adalah tuntutan penggunaanpenggunaan yang menarik dari objek-objek umum.
Sebagai contoh soal diberikan adalah: Gambarlah 3 buah titik A, B, dan
C yang tidak segaris dalam sebuah diagram kartesius. Kemudian tentukan
sebuah titik D sehingga ABCD merupakan sebuah jajar genjang. Jelaskan cara
memperoleh titik D tersebut! Dengan penyelesaian: Menggambar titik
koordinat tidak segaris (memungkinkan aspek keaslian) sesuai keinginan titik
koordinat yang dibuat oleh siswa). Misalnya titik A(1,2); B(5,1); dan C(7,5).
Dengan buatan siswa maka akan mudah ditempatkan titik D. Ditempatkan titik
15
DAFTAR RUJUKAN
Anton, Abdulbasah, K., lmu Matematika dan Perkembangannya, Pikiran Rakyat Cyber
Media, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0204/05/0319.htm, 09-Desember-2005.
Amin A.1983. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.
Amsal Bakhtiar. 2011. Filsafat Ilmu.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Ahmad Tafsir, A.T., 2009. Filsafat Ilmu: Mengural Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Pengetahuan. Remaja Rosdakarya.
Fautanu, I., 2012. Filsafat Ilmu Teori dan Aplikasi.
Jalaluddin. (2013). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kamus, T.P., 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia [Primary Dictionary of Indonesian
Language].
Nasution, Andi Hakim, Pengantar ke Filsafat Sains, Litera AntarNusa, 1999
Nasoetion, Andi Hakim, Pengetahuan Matematika untuk Generasi Indonesia Masa Depan”
dalam Damanhuri (1985) : Daun-daun Berserakan. Inti Sarana Aksara. Jakarta, 1970.
Suaedi. 2016.Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press
Yuliana, E. (2017). Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Makanan yang Sehat dan Bergizi
Terhadap Pemilihan Jajanan di Sekolah.
Yuyun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer. 1984. Penerbit Sinar
Harapan. Jakarta